Anda di halaman 1dari 39

Asal-usul dan Kondisi Masyarakat Yunani Kuno

Peradaban awal terjadi di Yunani merupakan peradaban pulau Kreta yang disebut dengan peradaban
Minos(Minoa). Nama Minoa ini diambil dari seorang raja yang pernah berkuasa yaitu raja Minos,
peradaban ini telah ada kira-kira 2000-1450 SM. Peradaban di pulau ini telah mempunyai sebuah istana
yang terletak di tengah kota Knossos suatu pemukiman yang sedikit masuk kedalam dari pusat garis
pantai utara dan merupakan tempat strategis yang dapat memantau ujung timur dan barat pulau ini. Istana
ini berada di pusat kota yang ramai, sebagai Negara maritime, penduduk kota itu berdagang dengan
peradaban yang ada di seberang laut. Ini dapat dibuktikan bahwa peradaban Minos ini merupakan
peradaban yang bergantung pada perdagangan laut, yang perdagangan tersebut dilakukan dengan
Negara-negara seberang, negara ini hanya mempunyai sedikit daerah yang subur dan sumber daya alam.
Namun bangsa ini merupakan bangsa pertama yang meraih kekuasaan atas laut, karena kerajaan ini
merupakan kerajaan pertama yang mempunyai angkatan laut.

Penduduk disini mempunyai kebiasaan mengorbankan manusia, ini dibuktikan saat para arkeolog
menemukan pemandangan seorang pemuda dalam keadaan terikat dan terbaring ke sisi samping di atas
sebuah mazbah dari tanah dan lempung,sebuah pisau menancap di atas tubuhnya,serta di depan mazbah
tersebut terlihat orang yang menggunakan sebuah cincin dan segel upacara, korban manusia itu
dipersembahkan kepada Minotaurus (manusia berkepala banteng) yang menurut keprcayaan orang Minos.
Masyarakat di pulau ini juga mempunyai peninggalan-peninggalan yang berupa gerabah-gerabah yang
berwarna cerah yang ditemukan di sekitar pulau Kreta. Istana-istana meninggalkan bukti berupa fresco
42(lukisan dinding yang menggunakan warna-warna cerah yang terbuat dari arang, oker kuning, bijih besi
dan mineral lain di atas batu gamping. Peradaban ini hancur di karenakan ada gempa yang terjadi di pulau
Thera.

Peradaban Minos yang hancur membuat kota-kota disebelah utara pulau itu menjadi semakin
berkembang. Peradaban itu disebut dengan peradaban Mycenas, peradaban ini berkembang sekitar tahun
1600-1400 SM mereka mempunyai kemiripan dengan pearadaban Minos, mereka juga membuat
tembikar, lukisaan, serta busana itu bergaya Minos. Tempat makam-makam kerajaan Mycenas yang
dinamakan lingkungan makam raja, dipenuhi tembikar dan lukisan. Orang Mycenas telah mengembangkan
aksara mereka sendiri yang khas, yang mengikuti pola lama dari segel hingga pikotgram sampai piktografik
yang ramping. Mereka juga merupakan pelaut yang handal, kapal-kapal mereka telah berlayar sampai
Mesir. Peradaban Mycenas memiliki beberapa istana yang masing-masing terpisah oleh pegunungan,
istana-istana atau Negara kota itu terdapat di kota Thebes, Pylos, Athena. Meskipun memiliki kemandirian
kota-kota ini memiliki hubungan,bahasa dan budaya yang sama.

Tahun 1260-1230 SM terjadi pertempuran yang melibatkan negara kota Yunani dengan kota Troya yang
membutuhkan waktu sampai sepuluh tahun lamanya,namun dari pertempuran itu menyebabkan terjadinya
kemunduran oleh peradaban bangsa Mycenas karena biaya perang yang tinggi. Setelah mereka pulang ke
Yunani mereka peradaban Mycenas ini juga mendapatkan banyak bencana, cuaca buruk,gagal panen dan
peperangan. Tahun 1200-1050 masuklah Yunani kedalam abad pertengahan yang mengakibatkan bangsa
Yunani ini menjadi menyebar di sekitar Mediterania. Saat tahun 850 SM tiga bangsa yang menyebar itu
bersatu mereka adalah bangsa Arkadia, Ionian dan Doria lalu mereka memutuskan untuk membangun
tempat suci, salah satunya Kuil Zeus di kota Olimpia,tempat yang menjadi pemersatu di masyarakat
Yunani. Serta terdapat festival penghormatan kepada dewa Zeus yang membuat kota –kota tersebut
bersatu dalam perayaan itu. Ketika itu mulai dibangun kembali kota-kota tersebut seperti Athena, Sparta,
Tebes , walau mereka mempunyai kebudayaan yang sama namun mereka sering berperang satu sama
lain.

Beberapa tahun setelah itu tepatnya tahun 776 SM. Mereka memutuskan untuk membuat suatu festival
berupa permainan-permainan di kota Olimpia yang mengigatkan bahwa kota-kota di Yunani dipersatukan
oleh bangsa yang sama dengan dewa-dewa yang sama yang di lakukan empat tahun sekali yang sampai
sekarang masih peringati. Saat festival ini dimulai mereka sepakat untuk menghentikan peperangan jauh-
jauh hari sebelumnya.

Kepercayaan Yunani Kuno


Dewa-Dewa Yunani kuno
Sejak peradaban awal sampai berbentuk kerajaan, masyarakat Yunani mempercayai mitologi banyak dewa
yang dikembangkan pada peiode Mycenas yang digambarkan berupa kekuatan utama dalam kehidupan
masyarakat Yunani. Dewa-dewi ini digambarkan seperti manusia,tetapi memiliki kekuatan dan keindahan
yang lebih di bandingkan dengan manusia dan hidup abadi. Dewa-dewa ini tinggal di gunung Olympus
dengan dewa tertinggi dewa Zeus. Karena merupakan dewa tertinggi maka sebagai bentuk penghormatan
kepada dewa Zeus, dibuatkanlah kuil dewa Zeus di gunung Olympus.

Sosok dewa ini digambarkan seperti layaknya kehidupan manusia, bisa saling berpasangan, mempunyai
sifat baik atau buruk, maupun jenis kelaminnya. Berikut ini dewa-dewi Olimpus:

1. Zeus adalah pemimpin/raja para dewa, penguasa Olimpus, dewa iklim, dewa petir, dan cuaca.
2. Hera, istri Zeus, ratu para dewa, adalah dewi pelindung pernikahan, pengorbanan, dan kesetiaan.
3. Poseidon adalah dewa laut, gempa bumi, dan bapak bangsa kuda.
4. Ares adalah dewa perang dan pembantaian.
5. Hermes adalah dewa penunjuk jalan, pelindung para petualang, penggembala, dan penghibur. Ia
juga utusan dewa Zeus.
6. Hefaistos adalah dewa api, tukang kayu, penempa besi, dan pengrajin senjata.
7. Afrodit adalah dewi cinta, seks, dan keindahan fisik.
8. Athena adalah dewi kebijaksanaan, perang, keindahan jiwa, seni, dan pendidikan.
9. Apollo adalah dewa matahari, cahaya, musik, tarian, obat-obatan, dan pelindung para pemanah.
10.
11. \Artemis adalah dewi bulan, pelindung hewan, perburuan, kesuburan, dan kesucian. Merupakan
saudara kembar Apollo
12. Demeter adalah dewi bunga, tumbuh-tumbuhan, makanan, argraris ,dan pelindung perkawinan.
13. Hestia adalah dewi pelindung rumah, keluarga, dan perapian.
Sebagai penghormatan kepada dewa-dewa orang-orang Yunani tidak banyak membangun kuil-kuil
peribadatan, namun membuat altar-altar peribadatan.

Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Yunani Kuno


Seni Yunani kuno
Kebudayaan dan ilmu pengetahuan ini sangat berkembang setelah peperangan melawan bangsa Persia,
namun perkembangan yang terjadi ini paling menonjol di tunjukan oleh Negara kota Athena karena system
pemerintahanya hak seseorang itu dijamin oleh Negara, juga karena orang-orang Athena menaruh
perhatian besar terhadap kemajuan seni,olahraga, ilmu pengetahuan dan falsafah. Ini sangat kontras
dengan Negara kota Sparta hanya di jadikan alat yang rakyatnya Negara, mulai dari kegiatan dan
perhatian mereka hanya di tunjukan untuk tugas pemerintahan dan pertahanan Negara, inilah yang
membuat Sparta tidak dapat mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Kebudayaan serta ilmu pengetahuan berkembang pesat terlebih di Athena yang telah maju pesat di bidang
kebudayaan dan sejarah dunia sulit sekali menemukan peradaban lain yang sebanding dengan Athena
masa tersebut. Di Athena sendiri berkembang berbagai kebudayaan dan ilmu pengetahuan diantaranya
dalam sastra, kesusastraan, kesenian, seni arsitektur, matematika dan filsafat.

Bidang Seni Sastra ditulis oleh Homerus yang banyak menceritakan perjuangan, antara lain Illyas
dan Odyssea, cerita mengenai peloponnesian war oleh Thuchydides, sastra lucu karya Aristofane,
dan cerita tragedi karya Aiskhilos dan Sofokles. Seni drama ini juga ada peninggalanya dalam
sebuah kutipan drama ini sering digelar saat malam waktu perlombaan Olympiade di Athena.
Bidang Arsitektur banyak bangunan yang telah didirikan antara lain Kuil dewa Zeus yang terdapat
di gunung Olympus, Epidaurus yang merupakan gedung kesenian, Kuil Pathenon, kuil Erectheum,
pembuatan makam lingkungan raja, pembuatan Acropolis yang terdapat seni pahat yang menjadi
kebanggaan dari bangsa Yunani. Pembuatan tembikar, pahatan batu marmer,perunggu, arca, serta
pembuatan lukisan-lukisan yang menggunakan cat alami.

Bidang Ilmu Pengetahuan yang paling menonjol yaitu ilmu filsafat yang berisi penalaran yang
berbentuk metode yang masuk akal. Banyak tokoh-tokoh dari ilmu ini antara lain :

1. Socrates
2. Plato
3. Aristoteles
Bidang Ilmu pengetahuan yang berkembang tidak hanya dari bidang filsafat, namun ada dari
bidang Matematika, astronomi dan kedokteran tokoh-tokohnya antara lain :

1. Thales adalah bapak Pengetahuan Yunani yang mengambil pelajaran astronomi dari Mesir
dan Persia.
2. Herodotus, adalah bapak penulisan sejarah.
3. Tuchydides, adalah bapak penulisan sejarah kritis.
4. Pythagoras, ahli matematika dan ilmu ukur yang ilmunya masih dipakai hingga sekarang.
5. Heraclitus, ahli ilmu pengetahuan alam
6. Hippocrates ahli dalam bidang kedokteran.
Peradaban Yunani Kuno juga telah mengenal tulisan ,karena segala jenis karya sastra tentu tidak
dapat terpisahkan dari tulisan, orang Yunani mempunyai alphabet sederhana yang mengandung
huruf contoh huruf alphabet Yunani : : α, β, γ, δ, π, σ, ψ, ω .

* Sosial

Kekaisaran Romawi sangat luas sehingga dihuni oleh orang yang berbeda-beda. Ada
banyak cara hidup di Romawi.

Ada beragam jenis keluarga di Kekaisaran Romawi. Secara umum, persamaan


kedudukan pria dan wanita di bawah hukum Romawi agak lebih baik dibandingkan
dengan hukum Yunani atau bahkan hukum Islam. Persamaan gender di Romawi lebih
tinggi di daerah barat, seperti di Eropa dan Afrika Utara, daripada di daerah timur
seperti di Asia Barat, yang meneruskan tradisi-tradisi Yunani.

Orang-orang dari ras dan budaya minoritas kemungkinan merasa lebih nyaman
berada di bawah hukum Romawi. Ada banyak orang berbagai budaya dan suku yang
berinteraksi di kekaisaran sehingga muncul toleransi yang tinggi terhadap budaya
lain. Di pihak lain, hubungan ini kadangkala juga dapat meletus menjadi kekerasan
terhadap kelompok minoritas.

Home › Sejarah Peradaban Kuno

Sejarah India Kuno, Peradaban Lembah Sungai Indus


dan Sungai Gangga
Written By Teman Sejarah Thursday, January 26, 2017 Add Comment
Foto: favim.com

Harian Sejarah - Jika kita melihat perkembangan India Kuno, maka kita akan melihat dua peradaban yang

membentuk India yaitu peradaban manusia yang menetap di sepanjang sungai Indus dan Sungai Gangga yang

menetab kira-kira sejak 3000 SM. Dalam perkembangannya bangsa asli India yaitu Dravida akan bertemu

dengan bangsa yang datang dari barat untuk membangun sebuah peradaban baru dan membentuk suatu

kerajaan-kerajaan.

Peradaban Sungai Indus


Peradaban Lembah Sungai Indus berada di sepanjang Sungai Indus yang kini menjadi bagian dari wilayah

Pakistan. Peradaban ini sudah ada sekitar 2800 SM-1800 SM yang merupakan peradaban yang hidup di

sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar Hakra yang sekarang berada di Pakistan dan India bagian barat.

Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena Kota penggalian

pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin

kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang

dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir.

Peradaban Harappa muncul lebih awal ketimbang munculnya kita Veda (dibaca: weda) dan agama Hindu, saat

itu bangsa Arya belum sampai India. Sekitar 2500 tahun SM, bangsa Troya mendirikan Kota Harappa dan

Mohenjondaro serta Kota megah lainnya didaerah aliran sungai India. Tahun 1500 SM, suku Arya baru

menjejakkan di India.

Asal mula peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India, mewakili dua Kota peninggalan kuno yang

paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai India, yang sekarang letaknya di Kota Mohenjodaro,

Provinsi Sindu Pakistan dan Kota Harappa di Provinsi Punjabi. Penduduk yang mendiami kota tersebut adalah

bangsa Dravida.

Dari letak geografisnya peradaban kuno ini berada di sebelah utara yang berbatasan langsung dengan

Pegunungan Himalaya, serta berbatasan dengan Pakistan di sebelah barat. Di selatan, berbatasan dengan

Samudera Hindia dan sebelah timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.

Tata Kota

Berdasarkan penelitian arkeologi yang dilakukan dengan penentuan karbon 14 bahwa keberadaan Kota

Mohenjodaro dan Harappa berada sekitar 2000 sampai 3000 tahun SM, di reruntuhan Kota Harappa yang

luasnya kurang lebih 25 Km persegi ditemukan perkakas batu yang berusia sekitar 10 ribu tahun.
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Marshell mengekskavasi (melakukan penggalian) Kota kuno Mohenjondaro

dan Harappa. Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua Kota tersebut membuat Marshell terkejut. Ini

adalah bekas ibu kota dua negara merdeka pada jaman peradaban sungai India antara tahun 2350-1750 SM,

penelitian lebih lanjut menghasilkan perhitungan, dua Kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu

penduduk, lebih banyak dibanding penduduk Kota London yang paling besar pada abad pertengahan.

Kota dibagi 2 bagian yaitu Kota pemerintahan dan Kota administratif. Kota administratif adalah daerah

pemukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko

serta pembuatan barang-barang tembikar. Kota pemerintahan adalah wilayah istana kerajaan. Fondasi

bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi besar disekeliling dan

menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Wilayah Kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang

dilengkapi jalan yang ada aliran airnya.

Sistem Pertanian dan Pengairan

Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi mata pencaharian utama

masyarakat India. Limpahan lumpur sungai Indus telah memberikan kesuburan bagi tanah disekitarnya. Pada

perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus

sampai jauh ke daerah pedalaman.

Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat

Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi,

gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.

Sanitasi (Kesehatan)
Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan) lingkungannya. Teknik-teknik

atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan

lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi oleh jendela.

Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan berhubungan langsung dengan udara bebas,

sehingga pergantian udara cukup lancar.

Teknologi

Kisi-kisi UTBK SBMPTN 2020 klik disini

Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, Kemampuan mereka dapat

diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota Mohenjodaro dan

Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak, dan berbagai macam meterai dengan lukisannya

yang bermutu tinggi dan alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah, alat-alat rumah tangga,

alat-alat pertanian, kain dari kapas, serta bangunan-bangunan.

Demikian juga dengan barang-barang yang terbuat dari tanah liat yang dibakar atau yang disebut terracota,

teruma barang-barang peralatan rumah tangga.

Perekonomian

Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat bergantung pada pengolahan lahan pertanian di

sekitar sungai. Di kawasan ini, petani menanam padi, gandum, sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu

mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan babi. Selain pertanian dan peternakan, perdagangan juga

merupakan aspek perekonomian penting bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian

membuat mereka dapat melakukan perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan penduduk Mesopotamia.

Barang dagangan yang diperjual-belikan masyarakat lembah Sungai Indus adalah barang-barang dari perunggu

dan tembaga, bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit dan gading.
Bahasa

 Bahasa Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.

 Bahasa Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi,
dan Berahui.

 Bahasa Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya
adalah bahasa Sanskerta dan Prakreta.

 Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa
Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.

Pemerintahan

Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :

1. Candragupta Maurya

Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan menduduki India

pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan

Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah

Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah

Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu Kota di Pattaliputra.

Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan

Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian

dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat iuas,

yaitu daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.

2. Ashoka

Ashoka memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta

Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan
berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga,

timbul penyesalan dan tidak lagi melakukan peperangan.

Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat itu Ashoka

menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan terpecah-belah

menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil

mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I

sebagai rajanya.

Kepercayaan

Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja banyak dewa. Dewa-

dewa tersebut misalnya dewa bertanduk besar, dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).

Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang seperti buaya dan gajah serta

menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih

terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian.

Hilangnya Peradaban Indus

Peradaban Sungai Indus runtuh akibat serbuan bangsa Arya tahun 1000 SM melalui celah Khyber. Sejarah

bangsa Arya diperoleh dari kitab Rigveda. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai

Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap.

Banyak orang yang menjadi budak di setiap penjuru kekaisaran, dari awal hingga
akhir masa kekaisaran, namun lagi-lagi jenis perbudakan dan cara budak
diperlakukan tergantung lokasi dan waktu saat itu. Di Italia dan Sisilia, dan mungkin
juga di beberapa tempat lainnya, ladang yang luas diolah oleh budak-budak yang
diperlakukan dengan buruk. Namun budak-budak lainnya menjadi pekerja di rumah,
seperti misalnya menjadi pembantu, juru masak, pencuci, dan pengurus kandang.
Jenis budak yang kedua diperlakukan lebih baik. Banyak juga budak yang
dipekerjakan oleh pemerintah, atau oleh bisnis swasta, atau menjadi manajer, atau
mengurus toko, atau di pabrik kecil. Budak-budak lainnya merupakan penjahat yang
dihukum untuk bekerja di tambang atau kerja paksa lainnya. Bahkan jika merdeka,
mantan budak tetap tidak memiliki hak yang sama seperti halnya orang lain.

* Politik

Sejak 1500 SM sampai mendekati 500 M, selama dua ribu tahun, pemerintahan
Romawi kurang lebih memakai sistem yang sama, dengan kata lain, tidak banyak
terjadi perubahan, meskipun perubahan itu tetap ada seiring waktu.

Pada awalnya, Romawi dipimpin oleh raja yang dibantu oleh senat. Ketika Republik
Romawi pertama kali didirkan pada 500 SM, raja diganti oleh dua orang yang disebut
konsul, sedangkan senat tetap ada. Perempuan tidak diperbolehkan menjadi konsul.
Kedua konsul memegang kendali atas pasukan, behak menyatakan perang,
menentukan jumlah pajak, dan membuat hukum. Suatu keputusan harus disetujui
oleh kedua konsul; jika salah seorang mengatakan “veto” (aku tolak), maka
keputusan tidak jadi dilaksanakan.

Konsul dibantu oleh senat sebagai dewan penasihat. Senat terdiri dari keluarga-
keluarga kaya di Romawi. Perempuan tidak diperbolehkan menjadi anggota senat.
Jabatan senator (anggota senat) merupakan jabatan seumur hidup. Kebanyakan
konsul pada akhirnya bergabung dengan senat, dan kebanyakan senator memiliki
ayah atau kakek yang dulunya juga menjabat di senat. Para konsul sering
melaksanakan apa yang diusulkan oleh senat.

Ada juga prefek di Romawi, mereka bertugas mengurusi kota, beberapa mengadili
kasus, beberapa yang lainnya mengatur pasar atau pelabuhan. Selain itu, ada
Tribunus, yaitu orang-orang di senat yang mewakili rakyat miskin. Tribunus dipilih
oleh Majelis. Tribunus berhak memveto keputusan senat yang berkenaan dengan
rakyat miskin. Sementara Majelis adalah kumpulan yang terdiri dari para pria dewasa
dan merdeka di Romawi. Mereka berhak memberikan suara jika dimintai oleh konsul,
mislnya harus pergi berperang atau tidak. Majelis juga memilih konsul, prefek, dan
senator. Namun Majelis sudah diatur sedemikian rupa sehingga orang kaya bisa lebih
bnyak memilih daripada orang miskin. Baik prefek, Tribunus, atau Majelis hanya boleh
diisi oleh laki-laki.

Setelah Romawi menaklukan berbagai daerah yang jauh dari kota Roma, mereka pun
menerapkan sistem provinsi. Setiap provinsi dipimpin oleh gubernur. Gubernur
memegang kendali atas pasukan di provinsinya. Gubernur biasanya berasal dari
kalangan jenderal.

Menjelang tahun 50 SM, yakni masanya Julius Caesar, jenderal-jenderal ini mulai
mengambil alih pemerintahan dan mengabaikan senat serta konsul. Mereka bisa
melakukannya karena memiliki pasukan.

Augustus, pada 31 SM, adalah salah satu jenderal ini. Dia berhasil mendirikan suatu
sistem baru. Lembaga senat dan jabatan konsul tetap disteruskan namun Augustus
menjadikan dirina memiliki kekuasaan tertinggi. Dia berhasil membuat senat
menjadikannya dirinya sebagai Tribunus, sehingga Augustus bisa memveto
keputusan senat yang tidak dia sukai. Augustus juga memegang kendali atas pasukan
sehingga dia bisa menyingkirkan orang yang menghalangi jalannya.

Sistem ini, yaitu Romawi dipimpin oleh kaisar namun senat dan konsul tetap ada,
terus berjalan selama 1500 tahun sampai akhirnya Romawi runtuh.

* Ekonomi

Sebagian besar orang di Romawi adalah petani, dan beberapa petani adalah budak
meskipun sebagian besarnya adalah orang merdeka. Mereka menanam gandum,
barley, zaitun, anggur, apel, bawang, dan seledri. Mereka biasanya menjual hasil
panen mereka di pasar kota. Petani Romawi membayar pajak sebagian dengan uang,
sebagian lagi dengan hail panen.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/14851654#readmore


Sejarah Terbentuknya Kota Surabaya

5 Votes

CN, Surabaya – Surabaya Kota ni dikenal sebagai kota pahlawan, banyak hal
yg telah terjadi dalam berdirinya kota ini, selain kota Pahlawan, kota Surabaya juga dikenal dengan Aneka Makanan
Tradisionalnya seperti Rujak Cingur dan lain-lain
Surabaya secara resmi berdiri pada tahun 1293. Tanggal peristiwa yang diarnbil adalah kemenangan Raden Wijaya,
Raja Pertama Mojopahit melawan pasukan Cina, peranan Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting sejak lama,
saat Itu sungai Kalimas merupakan sungai yang dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya.

Kota Surabaya juga sangat berkaitan dengan revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak penjajahan Belanda
maupun Jepang, rakyat Surabaya (Arek Suroboyo) bertempur habis-habisan untuk merebut kernerdekaan, Puncaknya
pada tanggal l0 Nopember 1945, Arek Suroboyo berhasil menduduki Hotel Oranye (sekarang Hotel Mojopahit)yang
saat itu rnenjadi sirnbol kolonialisme, karena kegigihannya itu, maka setiap Tanggal 10 Nopember, Indonesia
memperingatinya sebagai Hari Pahlawan, hingga saat ini bekas-bekas masa penjajahan terlihat dengan masih cukup
banyaknya bangunan kuno bersejarah di sini.

Asal kata “SURABAYA” dan Simbol “SURA” dan “BAYA”

Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam
prasasti Trowulan I, berangka 1358 M, dalam prasati tersebut terungkap bahwa Surabaya (churabhaya) masih berupa
desa ditepian sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang sungai Brantas.

Surabaya (Surabhaya) juga tercantum dalam pujasastra Negara Kertagama yang ditulis oleh Prapanca tentang
perjalanan pesiar baginda Hayam Wuruk pada tahun 1365 dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).

Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (prasasti Trowulan) & 1365 M
(Negara Kertagama), para ahli menduga bahwa Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut.

Menurut hipotesis Von Faber, Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat pemukiman baru
bagi prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M. Hipotesis yang lain mengatakan
bahwa Surabaya dulu bernama Ujung Galuh.

Versi lain juga mengatakan bahwa nama Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup dan mati Adipati
Jayengrono dan Sawunggaling. Konon setelah mengalahkan tentara Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah kraton di
Ujunggaluh, dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu, lama-lama karena menguasai ilmu
Buaya, Jayengrono makin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Majapahit.
Untuk menaklukkan Jayengrono diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura, Adu kesaktian dilakukan di pinggir
Sungai Kalimas dekat Paneleh. Perkelahian adu kesaktian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir
dengan tragis, karena keduanya meninggal kehabisan tenaga.

Kata “Surabaya” juga sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air, antara tanah
dan air, Selain itu, dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau
Buaya), yang menimbulkan dugaan bahwa nama Surabaya muncul setelah terjadinya peperangan antara ikan Sura
dan Buaya (Baya).

Supaya tidak menimbulkan kesimpang-siuran dalam masyarakat maka Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
Surabaya, yang waktu itu dijabat oleh Bapak Soeparno, mengeluarkan Surat Keputusan No. 64/WK/75 tentang
penetapan hari jadi kota Surabaya, Surat Keputusan tersebut menetapkan tanggal 31 Mei 1293 sebagai tanggal hari
jadi kota Surabaya.

Tanggal tersebut ditetapkan atas kesepakatan sekelompok sejarawan yang dibentuk oleh pemerintah kota bahwa
nama Surabaya berasal dari kata “sura ing bhaya” yang berarti “keberanian menghadapi bahaya” diambil dari babak
dikalahkannya pasukan Mongol oleh pasukan Jawa pimpinan Raden Wijaya pada tanggal 31 Mei 1293.

Tentang simbol kota Surabaya yang berupa ikan sura dan buaya terdapat banyak sekali cerita. Salah satu yang
terkenal tentang pertarungan ikan sura dan buaya diceritakan oleh LCR. Breeman, seorang pimpinan Nutspaarbank di
Surabaya pada tahun 1918.

Masih banyak cerita lain tentang makna dan semangat Surabaya. Semuanya mengilhami pembuatan lambang-
lambang Kota Surabaya. Lambang Kota Surabaya yang berlaku sampai saat ini ditetapkan oleh DPRS Kota Besar
Surabaya dengan Putusan no. 34/DPRDS tanggal 19 Juni 1955, diperkuat dengan Keputusan Presiden R.I. No. 193 tahun
1956 tanggal 14 Desember 1956yang isinya :

1. Lambang berbentuk perisai segi enam yang distilir (gesty leerd), yang maksudnya melindungi Kota Besar Surabaya.

2. Lukisan Tugu Pahlawan melambangkan kepahlawanan putera-puteri Surabaya dalam mempertahankan


Kemerdekaan melawan kaum penjajah.

Dan menurut versi lain kota Surabaya ini dahulunya adalah muara sungai dan terbentuk oleh gugusan kepulauan.
Muara Sungai Kali Brantas dengan anaknya Kali Surabaya masih di Wonokromo. Sedangkan Surabaya sekarang
merupakan pulau-pulau kecil yang terjadi akibat lumpur yang hanyut dari letusan Gunung Kelud. Namun, lama-
kelamaan terus terjadi pendangkalan di muara sungai yang terletak di Selat Madura ini.

Akibat sedimen yang terus bertambah, endapan lumpur semakin meninggi, sehingga selat-selat yang terletak di
antara gugus pulau-pulau kecil itu menyempit. Di antara pulau-pulau kecil itu banyak yang menyatu, sementara ada
pula selat di antara pulau-pulau kecil itupun berubah menjadi anak sungai atau kali.

Kejadian yang unik itu ditopang pula dengan proses tektonik. Permukaan daratan Surabaya naik 5 sampai 8 centimeter
per-abad. Sementara itu daratan atau garis pantai bertambah ke arah laut rata-rata 7,5 centimeter per-tahun.

Dalam catatan sejarah, Gunung Kelud rata-rata meletus setiap 15 tahun sekali. Memang, apabila Kelud meletus, dua
wilayah yang menjadi sasaran utama, yaitu Blitar dan Kediri. Tetapi, karena Sungai kali Brantas mengalir dari arah
Kediri sampai ke Surabaya, maka semburan gunung yang membawa lava, lahar dan lumpur itu hanyut sampai ke
muara sungai. Selain membuat pendangkalan di badan sungai, endapan terbanyak justru di muaranya Selat Madura,
yaitu Surabaya dan Sidoarjo.

Data yang berhasil dicatat dari Proyek Penanggulangan Bencana Alam Gunung Kelud, secara berturut-turut Gunung
Kelud meletus tahun 1311, 1334, 1376, 1385, 1395, 1411, 1451, 1462, 1481, 1586, 1752, 1771, 1811, 1826, 1835,
1848, 1851, 1864, 1901, 1919, 1951, 1966, 1990 dan 2005.

Sebagai contoh, letusan tahun 1966 dan 1990, tidak kurang satu kali letusan memuntahkan lahar 28 juta meter kubik.
Lahar yang dimuntahkan itu, selain menimbun kawasan di sekitar gunung, juga mengalir di lereng gunung terus ke
sungai. Lahar yang berubah menjadi pasir dan lumpur itu mengalir melalui Sungai Kali Brantas hingga muara. Akibat
yang terjadi, juga mendangkalkan permukaan sungai, mempersempit lebar sungai dan menambah endapan di muara
sungai, laut di Selat Madura.
Begitulah asal-usul dan cikal-bakal kejadian daratan di muara Kali Surabaya, sehingga daerah yang semula bernama
Junggaluh atau Ujunggaluh atau Hujunggaluh, kemudian bernama Surabaya. Tidaklah mengherankan, kalau sampai
sekarang Surabaya berada di dataran rendah dan terletak pada ketinggian hanya 0 sampai 6 meter di atas permukaan
laut.

Sebagai wilayah berada di muara sungai yang berkembang menjadi pelabuhan, keberadaannya diakui oleh pemerintah
penjajah Belanda di awal abad ke 16. Evolusi menjadi kota besar mulai terjadi setelah dilakukan pemetaan wilayah
oleh Muller tahun 1746. Pemetaan wilayah Surabaya itu atas perintah Gubernur Jenderal Belanda wilayah Hindia
Belanda yang mendarat 11 April 1746 di utara Surabaya.

Awalnya luas kota Surabaya yang secara otonom diserahkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat pembentukan
kota 1 April 1906 di bawah pemerintahan walikota (burgermeester), sekitar 5.170 hektar atau 51,70 kilometer per-segi.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan tahun 1945, Pemerintahan Kota Surabaya dikukuhkan dengan
Undang-undang No.22 tahun 1948 dengan luas wilayah 67,20 kilometer per-segi atau 6.720 hektar. Kemudian terjadi
perluasan kota dengan penambahan wilayah dari lima kecamatan dari Kabupaten Surabaya (sekarang bernama
Kabupaten Gresik). Luas kota bertambah 15.461,124 hektar atau 15,46 kelometer persegi, sehingga luas kota
Surabaya menjadi 22.181,12 hektar atau 221,18 kilometer per-segi. Sejak tahun 1992, berdasarkan pemotretan udara,
ternyata luas Surabaya 32.636,68 hektar.
Memang, begitulah kenyataannya, konon hingga sekarang, luas daratan kota Surabaya terus bertambah. Dinas
Tatakota Pemkot Surabaya, Senin, 12 Mei 2003, pernah mengungkap pertambahan luas daratan itu disebabkan lumpur
yang hanyut ke muara sungai, terutama di hilir Kali Jagir sampai daerah Wonorejo. Akibatnya, selain muara sungai
menyempit, juga semakin dangkalnya laut di muara sungai, bahkan menimbulkan tanah oloran baru.*Aji

Pemerintahan
Artikel utama: Pemerintahan Kota Surabaya

Balai Kota Surabaya

Kantor Wali Kota Surabaya

Dasar hukum bagi kota Surabaya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1950, tentang Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota Di Jawa Timur. Surabaya berstatus sebagai kota yang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur. Wilayah kota
Surabaya kemudian dibagi lagi menjadi 31 kecamatan dan 163 kelurahan.

Daftar Wali Kota


Artikel utama: Daftar Wali Kota Surabaya

Berikut adalah Daftar wali kota Surabaya, Indonesia .

No. Wali Kota Mulai jabatan Akhir jabatan Wakil Wali Kota Ket.

Burgemeester Soerabaia
Mr.
1 1916 1920 [ket. 1]

A. Meijroos

Ir.
2 1920 1926
G.J. Dijkerman

Mr.
3 1926 1932
H.I. Bussemaker

Mr.
4 1932 1936
G.J. ter Poorten

Mr.
5 1936 1942
W.H. van Helsdingen

Mr.
6 1942 1942
W.A.H. Fuchter

— Radjamin Nasution 1942 1942 [ket. 2]


スラバヤ市長

7 Takashi Ichiro 1942 1945 [ket. 3]

Wali Kota Surabaya

8 Radjamin Nasution 1945 1945

Kepala Urusan Haminte Surabaya

Mr.
9 1945 1945
C.J.G. Becht

Wali Kota Surabaya

10 Indrakoesoema 1945 1945

11 Soerjadi 1946 1950

12 Doel Arnowo 1950 1952


13 Moestadjab Soemowidagdo 1952 1956

14 Istadjab Tjokrokoesoemo 1956 1958

15 Raden Satrio Sastrodiredjo 1958 1963

16 Moerachman 1963 1965

1965 1969 [ket. 4]

17 Raden Soekotjo

1969 1974 [ket. 5]


18 Raden Soeparno 1974 1979

19 Moehadji Widjaja 1979 1984

1984 1989 [ket. 6]

Soenarjo
(1988-1992)

20 Poernomo Kasidi

1989 1994 [ket. 7]

Istijono Soenarto
(1992-1995)

20 Juni 1994 7 Maret 2000 [ket. 8]

Wardji
(1995-2000)

21 Soenarto Soemoprawiro

7 Maret 2000 16 Januari 2002 Bambang Dwi Hartono [ket. 9]

16 Januari 2002 10 Juni 2002 [ket. 10]

22 Bambang Dwi Hartono

10 Juni 2002 7 Maret 2005 [ket. 11]

Chusnul Arifien Damuri


— 7 Maret 2005 31 Agustus 2005 [ket. 12]

(Pelaksana Tugas)

(22) Bambang Dwi Hartono 31 Agustus 2005 31 Agustus 2010 Arif Afandi [ket. 13]
Soekamto Hadi
— 31 Agustus 2010 28 September 2010 — [ket. 14]

(Pelaksana Tugas)

Bambang Dwi Hartono


(2010–13)

23 Tri Rismaharini 28 September 2010 28 September 2015 [ket. 15]

Whisnu Sakti Buana


(2014–15)

Nurwiyatno
— 28 September 2015 17 Februari 2016 — [ket. 16]

(Penjabat)

(23) Tri Rismaharini 17 Februari 2016 Petahana Whisnu Sakti Buana

Non-partisan / Penugasan Pemerintah

Partai Nasional Indonesia (PNI)

Militer

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)

Keterangan

1. ^ Sebagai Soerabaia Burgemeester (Wali Kota Surabaya)

2. ^ Sebagai Waarnemend Burgemeester (Pejabat Wali Kota)

3. ^ Sebagai スラバヤ市長
(Soerabaia Shichō)

4. ^ Periode Pertama

5. ^ Periode Kedua

6. ^ Periode Pertama

7. ^ Periode Kedua

8. ^ Periode Pertama

9. ^ Periode Kedua

10. ^ Sebagai Pelaksana Tugas Wali Kota


11. ^ Periode Pertama

12. ^ Sebagai Pelaksana Tugas Wali Kota

13. ^ Periode Kedua

14. ^ Sebagai Pelaksana Tugas Wali Kota

15. ^ Periode Pertama

16. ^ Sebagai Pejabat Wali Kota

Dewan Perwakilan
Artikel utama: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Surabaya berdasarkan asal partai politik sejak periode 2009-2014 hingga
saat ini.

Jumlah Kursi pada Periode

Partai Politik

2009-2014[12] 2014-2019[13] 2019-2024[14]

20px PDS 4

1
PKNU

Hanura 0 ▲3 ▼0

Gerindra
3 ▲5 5

5 5 5
PKS

2 ▲4 ▼3
PAN

5 5 5
PKB

20px Golkar 5 ▼4 ▲5
1 1 1
PPP

PDI 8 ▲ 15 15
Perjuangan

Demokrat 15 ▼6 ▼4

NasDem
(Baru!) 2 ▲3

(Baru!) 4
PSI

Jumlah Anggota 50 50 50

Jumlah Partai 10 10 10

Secara konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya merupakan lembaga legislatif atau perwakilan rakyat yang
dipilih langsung oleh rakyat Surabaya pada pemilihan umum legislatif setiap lima tahun sekali. Anggota DPRD Kota Surabaya
periode 2014-2019 adalah 50 orang yang didominasi oleh PDI Perjuangan (15 kursi); Partai Demokrat (6 kursi); dan Partai Gerindra (5
kursi)[15].[16]. Pimpinan DPRD Kota Surabaya periode 2014-2019 terdiri dari Armuji (Ketua; PDI-P), Ratih Retnowati (Wakil Ketua;
Demokrat), Dharmawan (Wakil Ketua; Gerindra), dan Masduki Toha (Wakil Ketua; PKB) yang resmi menjabat sejak 17
September 2014.[17]

Berikut ini adalah fraksi di DPRD Kota Surabaya 2014-2019

Logo Fraksi Ketua Anggota

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) Sukadar 15

Fraksi Partai Demokrat (F-PD) Junaedi 6

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat, Partai NasDem, Partai Persatuan


Naniek Zulfiani 6
Pembangunan (F-HANDAP)

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (F-Gerindra) Bagio Fandi Sutadi 5

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) Laila Mufidah 5


Logo Fraksi Ketua Anggota

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) Akhmad Suyanto 5

Lambang Partai
Fraksi Partai Golongan Karya (F-Golkar) Pertiwi Ayu 4
Golkar

Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) Arsyad 4

Total 50

Sumber: Situs web DPRD Kota Surabaya[18]

Kecamatan
Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Surabaya

Peta Pembagian Administratif Surabaya.

Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan dan 163 kelurahan[19].


Berikut adalah daftar kecamatan di Surabaya yang dibagi dalam 5 wilayah:
Surabaya Pusat

 Tegalsari
 Simokerto

 Genteng

 Bubutan

Surabaya Timur

 Gubeng
 Gunung Anyar

 Sukolilo
 Tambaksari

 Mulyorejo

 Rungkut

 Tenggilis Mejoyo

Surabaya Barat

 Benowo
 Pakal

 Asemrowo

 Sukomanunggal

 Tandes

 Sambikerep

 Lakarsantri

Surabaya Utara

 Bulak
 Kenjeran

 Semampir

 Pabean Cantikan

 Krembangan

Surabaya Selatan

 Wonokromo
 Wonocolo

 Wiyung

 Karang Pilang

 Jambangan

 Gayungan

 Dukuh Pakis

 Sawahan

Perwakilan negara asing


Gedung Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya

Di bawah ini adalah beberapa perwakilan negara asing yang ada di Surabaya:
Konsulat Jenderal

 Amerika Serikat
 Australia

 Jepang

 Tiongkok

Konsulat

 Belanda
 Belarus[20]

 Belgia

 Britania Raya

 Denmark

 Filipina

 Hungaria

 India

 Jerman

 Kanada

 Korea Selatan

 Prancis

 Polandia

 Republik Ceko

 Rusia

 Selandia Baru

 Slowakia

 Sri Lanka

 Swedia
 Thailand

Pertahanan dan keamanan

Monumen Jalesveva Jayamahe di Pantai Utara Surabaya.

Surabaya merupakan markas besar dari Kodam V/Brawijaya yang merupakan komando kewilayahan pertahanan dari TNI Angkatan
Darat di wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah satuan teritorial Kodam V/Brawijaya di wilayah Surabaya adalah Korem 084/Bhaskara
Jaya yang terbagi atas beberapa Kodim, yaitu Surabaya Utara; Surabaya Timur; Surabaya Selatan; Sidoarjo; Gresik; Bangkalan;
Sampang; Pamekasan; dan Sumenep. Seluruh Kodim tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa Koramil yang berada di
tingkat kecamatan. Kota Surabaya juga merupakan markas besar dari Komando Armada II yang berpusat di Pelabuhan Tanjung Perak,
Surabaya. Komando Armada II TNI Angkatan Laut membawahi wilayah laut Indonesia bagian tengah. Bumi Marinir terdapat di
wilayah Kecamatan Karang Pilang, Surabaya. Kawasan TNI AU terdapat di Lanud Mulyono Surabaya.
Markas besar Polda Jawa Timur juga terdapat di Surabaya. Wilayah hukum Polda Jawa Timur yang ada di wilayah kota Surabaya
adalah satu kepolisian resor kota besar, yaitu Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya (Polrestabes Surabaya) yang membawahi
23 kepolisian sektor kota, serta satu kepolisian resor yang terdiri dari unsur Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3) di
wilayah Pelabuhan Tanjung Perak, yaitu Kepolisian Resor Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan Tanjung Perak (Polres KP3
Tanjung Perak) yang membawahi 5 kepolisian sektor yakni Polsek Asemrowo; Polsek Kenjeran; Polsek Krembangan; Polsek Pabean
Cantikan; dan Polsek Semampir.

Kependudukan
Menurut Sensus Penduduk Tahun 2019, Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.941.981 jiwa. [21] Dengan wilayah seluas
350,54 km²,[22] maka kepadatan penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 8.393 jiwa per km².

Agama

Masjid Al Akbar Surabaya.

Agama Islam adalah agama mayoritas penduduk Surabaya. Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam yang
paling awal di tanah Jawa dan merupakan basis warga Nahdlatul 'Ulama yang beraliran moderat. Masjid Ampel didirikan pada abad ke-
15 oleh Sunan Ampel, salah satu pioner Walisongo.
Kelenteng Sanggar Agung, Kenjeran, Surabaya.

Agama lain yang dianut sebagian penduduk adalah Kristen Protestan; Katolik Roma; Hindu; Buddha; dan Konghucu. Walaupun Islam
merupakan mayoritas di Surabaya, namun kerukunan umat beragama untuk saling menghormati; menghargai; dan menolong
sesamanya cukuplah besar. Hal ini terlihat dari bangunan Masjid Al-Akbar yang merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia
setelah Masjid Istiqlal, Jakarta. Di Surabaya juga terdapat Masjid Cheng Ho yang terletak di daerah Ketabang yang memiliki arsitektur
layaknya kelenteng.

Graha Bethany, Nginden, Surabaya.

Selain itu, di kota ini juga berdiri Gereja Bethany yang merupakan salah satu gereja terbesar di Indonesia, dan gedung Graha Bethany
di daerah Nginden, Surabaya yang merupakan salah satu gedung gereja terbesar di Asia Tenggara. Tidak hanya itu saja, di Surabaya
juga banyak terdapat yayasan sosial berasaskan agama, yang bekerja sama dalam berbagai kegiatan bakti sosial. Bahkan ada
beberapa wadah kerukunan umat beragama di Surabaya yang sering eksis dalam menyikapi permasalahan sosial agar antar-sesama
masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang akan merusak persatuan dan kesatuan
masyarakat Jawa Timur serta bangsa Indonesia.

Etnis
Suku Jawa adalah suku bangsa asli yang menjadi mayoritas di Surabaya. Dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku
Jawa di Surabaya memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan egaliter. Salah satu penyebabnya adalah jauhnya Surabaya
dari keraton yang dipandang sebagai sentral kebudayaan Jawa.
Meskipun Jawa adalah suku mayoritas (83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal suku Madura (7,5%); Tionghoa (7,25%)
dan Arab (2,04%); dan sisanya merupakan suku bangsa lain seperti suku
India[23]; Bali; Sunda; Batak; Bugis; Banjar[24]; Manado; Minangkabau[25]; Dayak; Toraja; Ambon; Aceh; Melayu; Betawi; serta warga asing.
Sebagai salah satu kota tujuan pendidikan, Surabaya juga menjadi tempat tinggal pelajar / mahasiswa dari berbagai daerah dari
seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri. Sebagai salah satu pusat perdagangan
regional, banyak warga asing (ekspatriat) yang tinggal di Surabaya, terutama di daerah Surabaya Barat.

Bahasa
Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan boso Suroboyoan (bahasa ke-Surabaya-an). Dialek ini dituturkan di
daerah Surabaya dan sekitarnya, dan memiliki pengaruh yang sangat besar di hampir semua wilayah Provinsi Jawa Timur. Dialek ini
dikenal egaliter, blak-blakan, dan masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya. Namun sebagian besar
penduduk Surabaya masih menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, termasuk penggunaan bahasa Jawa halus untuk menghormati orang
yang lebih tua atau orang yang baru dikenalnya. Tetapi sebagai dampak peradaban yang maju dan banyaknya pendatang yang datang
ke Surabaya, secara tidak langsung telah mencampuradukkan bahasa asli Surabaya, ngoko, dan bahasa Madura, sehingga
diperkirakan banyak kosakata asli bahasa Surabaya yang sudah punah. Beberapa contoh
adalah njegog:belok, ndherok':berhenti, gog:paman, maklik:bibi.

Perekonomian
Pelabuhan Tanjung Perak, pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia.

Letak Kota Surabaya yang sangat strategis berada hampir di tengah wilayah Indonesia dan tepat di selatan Asia menjadikannya
sebagai salah satu hub penting bagi kegiatan perdagangan di Asia Tenggara. Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat
kegiatan ekonomi, keuangan, dan bisnis di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagai salah satu pusat perdagangan, Surabaya tidak
hanya menjadi pusat perdagangan bagi wilayah Jawa Timur, namun juga memfasilitasi wilayah-wilayah di Jawa Tengah, Kalimantan,
dan kawasan Indonesia Timur. Surabaya dan kawasan sekitarnya merupakan kawasan yang paling pesat pembangunan ekonominya di
Jawa Timur dan salah satu yang paling maju di Indonesia. Selain itu, Surabaya juga merupakan salah satu kota terpenting dalam
menopang perekonomian Indonesia. Sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan. Surabaya
adalah pusat perdagangan yang mengalami perkembangan pesat. Industri-industri utamanya antara lain galangan kapal, alat-alat
berat, pengolahan makanan dan agrikultur, elektronik, perabotan rumah tangga, serta kerajinan tangan. Banyak perusahaan
multinasional besar yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk, Maspion, Wing's Group, Unilever Indonesia,
Pakuwon Group, Jawa Pos Group dan PT PAL Indonesia. Selain itu, Surabaya juga merupakan kota pelabuhan terbesar kedua di
Indonesia setelah Jakarta. Pelabuhan terpenting di Surabaya adalah Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan pelabuhan
perdagangan, peti kemas, dan penumpang terbesar kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Di Surabaya juga
terdapat Terminal Pelabuhan Teluk Lamong yang merupakan terminal pelabuhan penyangga utama Pelabuhan Tanjung Perak. Terminal
Pelabuhan Teluk Lamong ini menjadi green port pertama di Indonesia serta merupakan salah satu terminal pelabuhan tercanggih di
dunia di mana seluruh sistem operasinya otomatis dan menggunakan komputer.

Kawasan Pusat Bisnis


Dalam kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan kota-kota satelit di sekitarnya telah mempunyai andil finansial yang vital di Indonesia
dikarenakan sektor perdagangan, industri, dan jasanya yang terus berkembang. Hal ini kemudian menyebabkan daya beli masyarakat
meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang berkembang pesat. Hal ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil dalam
perubahan wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis Terpadu" / Central Business District (CBD) sebagai pusat-
pusat kegiatan bisnis di Surabaya. Kawasan bangunan tinggi (highrise building) berada di sekitar Jalan Tunjungan, Basuki Rachmat,
Darmo, Mayjend Sungkono, H.R. Muhammad, dan Ahmad Yani, sedangkan kawasan industri di Surabaya di antaranya adalah
Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Karangpilang dan Margomulyo. Berikut ini adalah beberapa kawasan CBD yang termasuk
ke dalam kawasan emas di kota Surabaya:
Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Pusat

Kawasan Surabaya Pusat dan Tugu Pahlawan


Pemandangan Jalan Basuki Rachmat di malam hari
Kawasan CBD Surabaya Pusat di malam hari

Kawasan ini terletak di sekitar Jalan Basuki Rachmat, Jalan Embong Malang, dan Jalan Bubutan. Kawasan ini telah berkembang
sebagai pusat bisnis di wilayah Jawa Timur sejak 3 dekade lalu dan menjadi salah satu jantung utama kegiatan bisnis dan
perdagangan di Surabaya. Beberapa ciri khas bangunan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah Wisma BRI Surabaya, Hotel
Bumi Surabaya, Wisma Dharmala Surabaya, The Peak Residence, Sheraton Hotel, dan lain sebagainya.
Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Barat

Kawasan CBD Surabaya Barat di malam hari

Kawasan ini terletak di sekitar Jalan Mayjend Sungkono, Jalan Adityawarman, Jalan H.R. Muhammad, dan Jalan Bukit Darmo.
Kawasan ini berkembang sebagai pusat bisnis baru di Surabaya sejak tahun 1990-an. Dahulu, kawasan ini dikenal sebagai salah
satu kawasan mati yang tidak berkembang di wilayah Surabaya. Namun, saat ini telah berkembang sebagai salah satu kawasan pusat
bisnis dan perdagangan yang paling pesat perkembangannya di wilayah Jawa Timur, dengan berdirinya highrise building dan
perumahan-perumahan elite yang tertata rapi di kawasan ini. Beberapa ciri khas bangunan yang ada di kawasan ini di antaranya
adalah Adhiwangsa Apartment, Waterplace Residence, Puri Matahari, Beverly Park Apartment, The Via & The Vue Apartment, Ciputra
World Hotel, Puncak Permai Apartment, Rich Palace Hotel, dan lain sebagainya.

Pariwisata
Taman Harmoni, Keputih, Surabaya.

Surabaya memiliki beragam destinasi wisata yang menarik. Kebanyakan destinasi wisata di kota ini erat kaitannya dengan sejarah
penyebaran agama Islam di tanah Jawa, serta perjuangan nasional Indonesia. Selain itu, Surabaya juga memiliki wisata alam yang
menarik, di antaranya adalah Ekowisata Mangrove Wonorejo dan Pantai Kenjeran. Surabaya juga dikenal sebagai kota tempat
singgahnya wisatawan mancanegara yang akan berwisata di wilayah Malang Raya, Gunung Bromo, maupun Gunung Ijen.
Alam

 Ekowisata Mangrove Wonorejo


 Pantai Kenjeran

Sejarah

 Gedung Balai Kota Surabaya


 Gedung Internatio

 Gedung De Javasche Bank

 Pabrik Sirup Telasih

 Jembatan Merah

 Kawasan Kota Tua Surabaya

 Monumen Bambu Runcing

 Monumen Jalesveva Jayamahe

 Monumen Jenderal Soedirman

 Monumen Kapal Selam

 Monumen Mayangkara

 Museum Kedokteran

 Museum Loka Jala Crana

 Museum Nahdlatul 'Ulama

 Museum Negeri Mpu Tantular

 Museum W. R. Soepratman

 Tugu Pahlawan
Religi

 Gereja Perawan Maria Tak Berdosa Surabaya


 Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria

 Kelenteng Hong Tiek Hian

 Kelenteng Boen Bio

 Kelenteng Sanggar Agung

 Makam Sunan Ampel

 Masjid Cheng Ho Surabaya

 Masjid Nasional Al Akbar

 Pura Jagad Karana

Wisata keluarga

 Ciputra Waterpark
 Jalan Tunjungan

 Kebun Bibit Surabaya

 Kebun Binatang Surabaya

 Pasar Buah Peneleh

 Pasar Bunga Bratang

 Pasar Bunga Kayoon

 Patung Buddha Empat Wajah, di Sukolilo

 Patung Joko Dolog

 Rumah Batik

 Taman Bungkul

 Taman Harmoni

 Taman Remaja Surabaya

Akomodasi
Artikel utama: Daftar hotel di Surabaya

Hotel Majapahit (d/h Hotel Oranje/Yamato) Surabaya.


Sarana akomodasi di Surabaya terdapat beragam mulai hotel berbintang, apartemen, hingga losmen yang tersebar di seluruh penjuru
kota. Salah satunya adalah Hotel Majapahit yang merupakan salah satu hotel bersejarah di Indonesia di mana terjadi peristiwa Insiden
Bendera.

Ritel
Artikel utama: Daftar pusat perbelanjaan di Surabaya

Ciputra World Surabaya

Surabaya memiliki banyak pusat perbelanjaan mulai dari pusat perbelanjaan modern (mal), pusat grosir, hingga pasar modern dan
tradisional. Pusat perbelanjaan modern ternama di antaranya adalah Ciputra World Surabaya, Tunjungan Plaza, Pakuwon Trade
Center dan Supermal Pakuwon Indah (berada dalam satu gedung), Lenmarc, EastCoast Center (mal bernuansa marina yang terdapat
di Pakuwon City, Surabaya Timur), Galaxy Mall, Golden City Mall, Bubutan Golden Junction (BG Junction), Royal Plaza, City of
Tomorrow (CiTo), Surabaya Town Square (SuToS), Hi Tech Mall, Grand City Mall, Maspion Square, MEX Building, Pasar Atum Mall, ITC
Surabaya, Plaza Marina (dahulu Sinar Fontana), dan Plaza Surabaya yang oleh masyarakat Surabaya lebih dikenal dengan Delta
Plaza, serta The Empire Palace, yang merupakan wedding mall pertama di Indonesia, dan pusat perbelanjaan modern lain yang
tersebar di Surabaya. Sedangkan pusat perbelanjaan tradisional ternama di antaranya Pasar Turi, Pasar Atum, Kapas Krampung
Plaza, dan Darmo Trade Center (DTC) yang dahulunya adalah Pasar Wonokromo, serta pasar-pasar tradisional lainnya yang juga
tersebar di Surabaya. Setiap tahun pada bulan Mei (tanggal 1 hingga 31 Mei), pemerintah kota yang bekerjasama dengan mal di
Surabaya, menyelenggarakan Surabaya Shopping Festival (SSF), yaitu diskon besar-besaran pada setiap pusat perbelanjaan / mal
yang ada di Surabaya. Beberapa pusat perbelanjaan yang ada di Surabaya adalah:

Tunjungan Plaza.

 Tunjungan Plaza, mal terbesar di Surabaya. Terdapat beberapa penyewa besar seperti Hero Supermarket, ACE
Hardware, Matahari Department Store, Sogo Department Store, Gap, Banana Republic, Giordano, Zara, Bioskop Tunjungan XXI,
Bioskop IMAX, dll.
 Grand City Surabaya, merupakan salah satu mal termewah di Surabaya. Terdapat beberapa penyewa besar seperti Hero
Supermarket, Gramedia, Best Denki, The Grand Palace Department Store, Bioskop Grand City XXI, dll.

 Ciputra World Surabaya, salah satu mal terbaik di Surabaya. Terdapat beberapa penyewa besar seperti Hypermart, Metro
Department Store, Gramedia, Bioskop Ciputra World XXI, Fun World, Best Denki, Adidas, Emporio Armani,
Hermes, Versace, Mango, dll.

 Galaxy Mall Surabaya, salah satu mal teramai di Surabaya. Terdapat beberapa penyewa besar seperti Centro Department
Store, Sogo Department Store, Timezone, Ranch Market, Celebrity Fitness, Bioskop Galaxy XXI, La Senza, Nokia, dll.

 Supermal Pakuwon Indah, mal terbesar di Surabaya Barat. Terdapat beberapa penyewa besar seperti Matahari, Hypermart,
Bioskop Supermal XXI, ACE Home Center, Informa, Best Denki, Gramedia, Giordano, dll. Mal ini menyatu dengan Pakuwon
Trade Center dan Pakuwon Mall yang tergabung dalam kompleks superblok One City.

 Pakuwon Mall, salah satu mal di Surabaya. Terdapat beberapa penyewa besar seperti Lotte Mart, Sogo Department
Store, Burger King, KFC, Pizza Hut, Zara, Pedro, Guess, Chicco, Paper Clip, Bioskop Pakuwon Mall XXI, Bioskop IMAX, dll. Mal
ini menyatu dengan Supermal Pakuwon Indah dan Pakuwon Trade Center yang tergabung dalam kompleks superblok One City.

 Lenmarc Mall

 Surabaya Town Square (SuTos)


 BG Junction

 Royal Plaza

 City of Tomorrow (CiTo)

 Darmo Trade Centre (DTC)

 Pasar Turi

 Pasar Atom

 Marvell City Surabaya

 EastCoast Center

 Plaza Surabaya

 Golden City Mall

 The Empire Palace

 Maspion Square

 ITC Surabaya

 Plaza Marina

 Kapas Krampung Plaza (KaZa)

 Pusat Grosir Surabaya (PGS)

 Pasar Genteng

 dan pusat perbelanjaan lainnya

Lanskap kota
Pemandangan

Asal mula dan Sejarah Berdirinya Kota Bandung


By BtmOn | Mei 20, 2015

1 Comment
Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava
Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di
Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu
yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A.
Wiranatakusumah II, untuk melayari Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk
menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.

Berdasarkan filosofi Sunda, kata “Bandung” berasal dari kalimat “Nga-Bandung-an Banda Indung”, yang
merupakan kalimat sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran Sunda. Nga-“Bandung”-an artinya
menyaksikan atau bersaksi.

“Banda” adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup
maupun benda mati. “Indung” adalah Bumi, disebut juga sebagai “Ibu Pertiwi” tempat “Banda” berada. Dari
Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai “Banda”.

Segala sesuatu yang berada di alam hidup adalah “Banda Indung”, yaitu Bumi, air, tanah, api, tumbuhan,
hewan, manusia dan segala isi perut bumi.
Langit yang berada di luar atmosfir adalah tempat yang menyaksikan, “Nu Nga-Bandung-an”. Yang disebut
sebagai Wasa atau Sanghyang Wisesa, yang berkuasa di langit tanpa batas dan seluruh alam semesta
termasuk Bumi.

Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai alam tempat segala makhluk hidup maupun benda mati
yang lahir dan tinggal di Ibu Pertiwi yang keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.

Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa
pada masa lalu kota Bandung memang merupakan sebuah telaga atau danau.

Legenda Sangkuriang merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau Bandung, dan
bagaimana terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, lalu bagaimana pula keringnya danau Bandung sehingga
meninggalkan cekungan seperti sekarang ini. Air dari danau Bandung menurut legenda tersebut kering
karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama Sangkyang Tikoro.

Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an
masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk
pemukiman.

Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda,
melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25
September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana
untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.

Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) ari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada
tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha pada
tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.

Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini dibakar oleh para pejuang
kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung
Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung.

Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.

Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama “Concordia” (Jl. Asia Afrika, sekarang),
berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang
kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.

Pada tanggal 24 April 2015, Konferensi Asia-Afrika kembali diadakan di kota ini setelah tanggal 20 April-23
April 2015 berlangsung di Jakarta. (wikipedia.org).

Berdasarkan penjelasan dari situs resmi Kota Bandung (http://bandung.go.id), Kota Bandung tidak berdiri
bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung.

Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri.

Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama
tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah Kabupaten Bandung hingga tahun 1681.
Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer ke arah
Selatan dari pusat kota Bandung sekarang. Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni R.A
Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki “Dalem Kaum I”, kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni
ke Pemerintahan Hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811).

Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote
Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km).
Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.

Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos mulai dibangun pertengahan
tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di daerah Bandung sekarang, jalan
raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Asia Afrika – Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan
seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah
mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati
Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan
Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos.

Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, bupati Bandung sudah
merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang
cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.

Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi
selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibukota itu
antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah
Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.

Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekali
lahan bakal ibukota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke
Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan
sekarang).

Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas
prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu langsung
dipimpin oleh bupati. Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father)
kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan
tanggal 25 September 1810.

Catatan Peristiwa Penting Sejarah Kota Bandung


TAHUN PERISTIWA

1488 Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

Menjadi bagian dari Sumedang Larang diserahkan kepada Pemerintah Belanda. VOC
mengalami kebangkrutan sehingga wilayah kekuasaannya di Nusantara diambil alih
oleh pemerintah Belanda. Saat itu Bandung dipimpin oleh Bupati R.A. Wiranatakusumah
1799 II. dari Kompeni

Belanda mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Nusantasa


1808 setelah ditinggalkan VOC.

Bupati memerintahkan pemindahan ibu kota dari Karapyak ke daerah pinggiran sungai
Cikapundung (alun-alun sekarang) yang waktu itu masih hutan tapi sudah ada
1809 pemukiman di sebelah utara.

Daendels menancapkan tongkat di pinggir sungai Cikapundung yang berseberangan


dengan alun-alun sekarang. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd !”
(usahakan bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun). Sekarang
1810 tempat itu menjadi titik pusat atau KM 0 Kota Bandung.

25 Mei Daendels meminta Bupati Bandung dan Parakan muncang memindahkan ibukota ke
1810 wilayah tersebut

25 Daendels mengeluarkan surat keputusan pindahnya ibu kota Bandung dan sekaligus
Sept.181 pengangkatan Raden Suria sebagai Patih Parakanmuncang. Sejak peristiwa tersebut 25
0 September dijadikan sebagai hari jadi kota Bandung dan R.A. Wiranatakusumah sebagai
the founding father. Sekarang nama tersebut diabadikan menggantikan jalan Cipaganti,
di mana wilayah ini menjadi rumah tinggal bupati sewaktu ibu kota berpindah ke alun-
alun sekarang.

1811 Dinyatakan sebagai Ibukota Kabupaten Bandung

Gemeente Bandoeng. Berdasarkan Undang-undang Desentralisasi (Decentralisatiewet)


yang dikeluarkan tahun 1903 dan Surat Keputusan tentang desentralisasi
(Decentralisasi Besluit) serta Ordonansi Dewan Lokal (Locale Raden Ordonantie) sejak
tanggal 1 April 1906 ditetapkan sebagai gemeente (kotapraja) yang berpemerintahan
otonomom. Ketetapan itu semakin memperkuat fungsi Kota Bandung sebagai pusat
pemerintahan, terutama pemerintahan Kolonial Belanda di Kota Bandung. Gemeente
Bandung dipimpin oleh Asisten Residen priangan selaku Ketua Dewan Kota
1906 (Gemeenteraad)

1917 Burgemeester (walikota) Van Bandoeng yang pertama

1926 Staadsgemeente Bandoeng

Pada masa pendudukan Jepang ( Maret 1924 – 14 agustus 1945) pemerintahan kota
1942 Bandung disebut Bandung Shi.

1945 Pemerintah Nasional kota Bandung

24 Maret Pembumi hangusan Bandung oleh para pejuang kemerdekaan yang dikenal dengan
1946 sebutan ‘Bandung Lautan Api‘ dan diabadikan dalam lagu “Halo-Halo Bandung“.

1949 Haminte Bandung

1950 Kota Besar Bandung

1955 Konferensi Asia-Afrika di adakan di Bandung

1957 Kotapraja Bandung

1966 Pemerintah Daerah Kotamadya Bandung

1974 Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung

2005 KTT Asia Afrika 2005

24-Apr- Konferensi Asia-Afrika kembali di adakan di Bandung setelah Tgl.20-23 April 2015 di
15 adakan di Jakarta.

Ko////ndisi Sosial dan Ekonomi


Rabu, 04 Januari 2012

Perkembangan dan hasil Pembangunan di Kabupaten Bandung secara umum dapat dilihat dari beberapa indikator makro, yaitu Indikator Macro ekonomi
dan Indikator Makro Sosial Budaya, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan indeks pembangunan Manusia (IPM). Berikut uraian mengenai
estimasi perhitungan kedua indikator tersebut:

Indikator Makro Sosial & Budaya

Indikator Makro Sosial yang dijadikan penilaian keberhasilan pembangunan terdiri atas indikator makro sosial yang berasal dari Komponen Kesehatan,
Komponen Pendidikan dan Komponen Agama. Indikator makro sosial masyarakat Kabupaten Bandung tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Sosial

Laju pertumbuhan penduduk : 2,93%


Angka Harapan Hidup (AHH) : 68,42 tahun
Angka Kematian Bayi (AKB) : 37,36
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) : 52,84%
Rasio Ketergantungan : 52,48%
Angka Melek Huruf (AMH) : 98,84%

2. Budaya
Masyarakat Kabupaten Bandung sebagian besar merupakan masyarakat suku sunda dengan aneka
khazanah kebudayaan yang dimilikinya.
Pluralitas yang terjadi di beberapa wilayah perkotaan dapat diterima oleh masyarakat serta hidup
berdampingan secara rukun dan damai.

3. Hankam

Di Kabupaten Bandung terdapat beberapa instansi militer dan polisi baik pusat pendidikan maupun kesatuan
Terdapat KODIM sebagai Komando teritorial TNI, yaitu KODIM 0609 Bandung
Penanganan Kamtibmas di Wilayah Hukum Kabupaten Bandung dilaksanakan oleh Polres Soreang.

4. Agama

Kehidupan beragama berjalan kondusif. Kerjasama antar umat beragama diwujudkan dalam forum
kerukunan umat beragama. Komposisi penduduk menurut agama & sarana peribadatan:

Islam : 3.983.409 orang, masjid : 5.664 buah, mushola : 8.181 buah


Kristen : 26.831 orang, Gereja Kristen : 7 buah
Katolik : 39.609 orang, Gereja Katolik : 40 buah
Hindu : 4.806 orang, Pura : 1 buah
Budha : 5.009 orang, Vihara : 1 buah
Konghucu : -

Anda mungkin juga menyukai