Dosen Pengampu:
FATHUR ROHMAN, M. Ag
Oleh :
ASA DINA NURHIDA (H03217003)
A. Latar Belakang
Arsitektur merupakan seni dan ilmu merancang yang dilakukan oleh setiap individual
untuk diri mereka dalam merancang bangunan (Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam,
Caroline Chapman : 2010). Gaya arsitektur adalah metode khusus dalam konstruksi,
ditandai dengan fitur yang membuatnya terkenal. Sebuah style dapat mencakup unsur-
unsur seperti bentuk, metode konstruksi, bahan, dan karakter daerah. Kebanyakan
arsitektur dapat diklasifikasikan sebagai kronologi gaya yang berubah dari waktu ke
waktu. Mencerminkan perubahan mode, mengubah keyakinan dan agama, atau
munculnya ide-ide baru dan teknologi baru, sehingga muncul gaya baru dari sebelumnya.
Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di
bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini hingga menjadi
pusat atau patokan arah bagi umat Islam di seluruh dunia.
Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam dan penyebaran
agama. Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur
Islam, salah satunya adalah bangunan masjid. Menurut buku Cairo Of The Mamluk
(Behrens-Abouseif, Doris : 2007) Masjid Sultan Hasan terletak di Kairo, Mesir. Masjid
yang mencakup madasrah ini merupakan masjid dengan bangunan Islam arsitektur
terbesar. Masjid ini didirikan oleh Sultan Nasir Hasan Bin Sultan Nasir Muhammad Bin
Sultan Qalawun dari dinasti Mamluk pada tahun 747 Hijriah/1356 Masehi.
Asal mula kaum Mamluk ini adalah komunitas budak yang semula bukanlah termasuk
pemeluk agama Islam, lalu pada zaman Abbasiyah yakni sekitar pada abad ke-9 mereka
direkrut untuk dijadikan sebagai tentara. Kaum Mamluk ini berasal dari kawasan
Kaukasus dan Laut Hitam dan mereka ini kemudian menjadi tentara Abbasiyah yang
tangguh. Dari Laut Hitam direkrut bangsa Turki dan kebanyakan dari suku Kipchak.
Diantara keistimewaan yang dimiliki tentara Mamluk ini ialah mereka tidak mempunyai
hubungan dengan golongan bangsawan atau penguasa yang lain.
Dinasti Mamluk merupakan dinasti yang unik karena secara genetic berasal dari kelas
social rendahan, yakni budak. Akan tetapi karena keterampilan dan kecerdasan yang
dimilikinya, seiring perjalanan waktu maka kaum Mamluk mampu meng-create sebuah
Dinasti besar yang memiliki kontribusi penting bagi perkembangan peradaban Islam.
Dinasti besar tersebut dikenal dengan nama Dinasti Mamluk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul Dinasti Mamluk?
2. Bagaimana perkembangan Arsitektur Islam pada Masa Dinasti Mamluk?
3. Apa saja karya dan ciri Bangunan Arsitektur Islam pada Masa Dinasti Mamluk?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana asal usul Dinasti Mamluk
2. Untuk mengetahui perkembangan Arsitektur Islam pada Masa Dinasti Mamluk
3. Untuk mengetahui karya dan ciri Bangunan Arsitektur Islam pada Masa Dinasti
Mamluk
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mamluk Bahriyah atau Mamluk Nil. Dinamai Bahriyah, karena mereka dididik di
dalam asrama yang terletak di Pulau Raudhah di tepi sungai Nil.
2. Mamluk Burji atau Mamluk Syarakisah, karena mereka berasal dari negeri Syarakas
di daerah Kaukasia. Mereka dididik di dalam Benteng Qa’tul Jabal
Pemilihan nama itu berpangkal dari barak-barak yang digunakan pelbagai resimen.
Yang pertama dari barak yang berlokasi di pulai Raudhah di lingkungan sungai Nil
(Bahr), sementara itu, yang terakhir menetap di sekitar benteng (burj). Selain itu dari sisi
etnis, yang pertama terutama berasal dari warga kipchak, Turki. Sementara itu, yang
kedua adalah orang-orang sirkasia yang berasal dari wilayah Kaukasus.
Pemerintahan Dinasti Mamluk di Mesir bersifat oligarki militer dan membawa banyak
kemajuan. Sistem oligarki militer yang dijalankan Dinasti Mamluk merupakan yang
pertama kali diterapkan dalam sistem pemerintahan Islam. Dalam sistem pemerintahan
seperti ini, susunan kepemimpinan dipilih di antara Mamluk yang paling kuat dan
berpengaruh dan bukan melalui garis keturunan. Karena itu, sistem ini lebih
mementingkan kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan. Sultan yang
lemah bisa saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang mamluk
yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat.
Pada perkembangannya arsitektur pada masa dinasti ini melakukan perombakan yakni
dengan menyingkirkan batu-bata untuk konstruksi menara dan lebih memilih batu.
Rancangan berbentuk menyilang pada struktur masjid-sekolah dikembangkan hingga
mencapai kesempurnaannya. Kubah dibangun untuk menahan cahaya yang datang dari
berbagai arah, juga untuk penerangan, tampak indah dari luar dan kaya dekorasi.
Bangunan batu bergaris, dan berbagai dekorasi (ablaq) yang dihasilkan dengan
menggunakan batu-batu beragam warna pada setiap sisinya berasal dari Romawi dan
Bizantium menjadi ciri istimewa arsitektrur periode ini. Hal lain yang perlu dicatat dalam
periode ini adalah pengembangan-pengembangan stalaktit- pendentif, sama halnya
dengan dua tipe dekorasi lain yang dikenal baik saat ini, yaitu arabesque geometris dan
huruf-huruf bergaya Kufi.
Sepanjang sejarah muslim. Figur-figur binatang lebih bebas dipakai di Mesir dan
Suriah ketimbang di Spanyol dan Persia. Untungnya, contoh-contoh bangunan terbaik
pada periode Mamluk masih bertahan hingga kini, dan masih menjadi salah satu daya
tarik utama bagi turis dan para pelajar. Sebagian besar pintu masjid-masjid besar dihiasi
dengan karya seni logam karya para perajin Damaskus. Lampu-lampu masjid dan jendela-
jendela berwarna dibuat dari kaca lukis terbaik dengan motif bunga dan kaligrafi Arab.
Dinding bagian dalam masjid dilapisi keramik yang semakin indah dengan dekorasi
terbaik. Pada menara-menara masjid an-Nashir yang didirikan di dalam komplek
pertahanan (1318) ditemukan sejumlah contoh karya arsitektur terbaik dari awal periode
Mamluk. Di bawah kekuasaan dinasti Mamluk Burji seni tatah menjadi kriya istimewah
dan paling diminati, sebagaimana tampak pada pintu dan mimbar masjid Qayt-bay.
Dalam kerajinan mosaik, seni ukiran gading dan pelapisan bergaya Koptik telah dikenal
sejak masa pra Islam.
C. Karya dan ciri Bangunan Arsitektur Islam pada Masa Dinasti Mamluk
Batu-batu beragam yang berasal dari Romawi dan Byzantium juga menjadi ciri
istimewa arsitektur periode ini. Hal lain yang mengagumkan adalah pengembangan
stalaktif- pendentif (bahasa Arab: muqornas) dan rancangan kubah yang mampu menahan
cahaya, termasuk juga untuk penerangan, semakin terlihat megah dengan segala
dekorasinya.
Peninggalan bangunan arsitektur pada masa dinasti ini dibagi menjadi dua yaitu
peninggalan Mamluk Bahri dan Mamluk Burji. Berikut beberapa peninggalan bangunan-
bangunan arsitekur:
1. Mamluk Bahri
a. Kompleks Masjid al-Hasan
Masjid Sultan Hasan dianggap sebagai salah satu karya agung para arsitek
Kesultanan Mamluk. Adalah Sultan Hassan bin al-Nasir Muhammad bin Qalawun
yang memprakarsai pembangunan masjid ini pada 1356. Sang Sultan, seperti
ditulis Caroline William dalam bukunya Islamic Monuments in Cairo,
menginginkan adanya bangunan masjid dan sekolah agama bagi para pengikut
Suni. Karena itu, bangunan masjid ini dibagi ke dalam empat bagian sesuai
dengan empat mazhab utama yang dianut para pengikut Suni, yakni Syafi'i, Maliki,
Hanafi, dan Hanbali.
Proses pembangunan Masjid Sutan Hassan memakan waktu tujuh tahun: 1356
hingga 1363. Bebatuan yang digunakan untuk membangun masjid ini didatangkan
langsung dari kompleks piramida di Giza Necropolis, Kairo.
Saat ini, Masjid Sultan Hassan masih menjalani fungsinya sebagai tempat
ibadah. Masjid inipun menjadi objek kunjungan para wisatawan. Presiden
Amerika Serikat Barack Obama dalam kunjungannya ke Mesir beberapa waktu
lalu juga sempat menyambangi masjid ini.
c. Masjid Muayyad
Masjid ini dibangun oleh Sultan Muayyad 1415-1420. Pada pintu masuknya
terdapat hiasan warna merah ditambah permata, diatasnya terdapat hiasan pahatan
dan lengkungan skalaktit. Dan di bagian dalam masjid terdapat makam Sultan
Muayyad dan putranya, yang ditutupi batu marmer warna-warni berbentuk pola
geometri.
2. Mamluk Burji
a. Masjid Qayt-bay
Masjid ini dihiasi oleh dua warna yang sesuai merah dan putih, kubahnya juga
lain dari pada yang lain berhiaskan motif dedaunan dan bunga.
1. Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang berarti budak. Dinasti Mamalik
memang didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang
yang ditawan oleh penguasa dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik
dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang
terpisah dari masyarakat. Kaum Mamluk ini berasal dari kawasan Kaukasus dan
Laut Hitam dan dari Laut Hitam direkrut bangsa Turki dan kebanyakan dari suku
Kipchak. Meskipun dinasti ini didirikan oleh kaum budak, akan tetapi karena
keterampilan dan kecerdasan yang dimilikinya, seiring perjalanan waktu maka
kaum Mamluk mampu meng-create sebuah Dinasti besar yang memiliki
kontribusi penting bagi perkembangan peradaban Islam.
2. Arsitektur Mamluk pada awalnya mengadopsi bentuk Fatimiyah dan Ayyubiyah.
Kemudian mendapat pengaruh baru dari orang Suriah-Mesopotamia pada abad 13,
tepatnya ketika Mesir menjadi tempat berlindung para pengrajin dan ahli seni dari
Mosul, Bagdad dan Damaskus pasca invasi Mongol. Tetapi kemudian
berkembang menjadi gaya khas yang dimiliki Dinasti Mamluk
3. Selama masa berkuasa itu dinasti Mamluk menyumbangkan bangunan-bangunan
arsitektural dan artistik dengan gaya arsitektur Islami yang sangat indah disebut
gaya Mamluk. Gaya dekorasi Mamluk terinspirasi dari bentuk-bentuk alam. Ciri
arsitektur ini adalah desain simetris tetapi dalam membuat motif ada beberapa
bentuk asimetris, bentuk kubah berbentuk menyerupai silinder, penggunaan batu
bata dengan warna yang berbeda dan dipasang berseling. Pada bagian dinding
terdapat bentuk geometris seperti garis-garis, persegi panjang yang saling
berulang atau bertumpuk denga warna khas dari gaya ini yaitu coklat, penggunaan
warna putih dan merah pada beberapa masjid. Dan yang menjadi ciri khas pada
gaya Mamluk ini merupakan motif geometris berbentuk menyerupai bintang yang
saling berhubungan, di sebagai penggambaran bahwa bintang dimaksudkan
sebagai sebuah cahaya kerohanian. Saling berkaitan melambangkan bahwa setiap
manusia membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu atau gotong royong
sebagaimana rakyat Mamluk pada jaman dahulu yang memiliki sifat gotong
royong, menghargai satu sama lain sehingga menjadi kuat.