Anda di halaman 1dari 4

Dinasti Ikhsyidiyah; Sejarah, Kemajuan, dan Kemundurannya

A. Pembentukan
Selain Dinasti Rustamiyah, al-Idarisah, Aghlabiyah, Bani Zayri, dan
Thuluniyah, dinasti lain yang memisahkan diri dari Dinasti Abbasiyah adalah
Dinasti Ikhsyidiyah. Dinasti ini merupakan salah satu dari beberapa dinasti yang
memutuskan untuk memisahkan diri dari Dinasti Abbasiyah.
Dinasti ini didirikan Muhammad ibn Thughji yang digelari al-Ikhsyid (adiraja),
gelar yang disematkan kepada raja-raja Ferghana, salah satu negeri di wilayah
Transoxania yang bersebelahan dengan Turkistan. Thughji seorang bekas budak
keluarga Thulun. 1
Pasca runtuhnya Dinasti Thuluniyah, Mesir kembali berada dalam
kekuasaan Bani Abbas di Baghdad. Namun lahirnya Dinasti Fathimiyah di
Thunisia mendatangkan ancaman baru. Oleh karena itu khalifah al-Radhi
mengangkat Muhammad Bin Taghj menjadi panglima perang untuk mengatasi
Dinasti Fatimiyah di Mesir.
Di Mesir, Muhammad Bin Taghj dapat memulihkan keamanan dan membangun
kembali pemerintahan wilayah. Untuk memberikan penghargaan atas jasajasanya, khalifah memberikan gelar al-Ikhsyid. Apapun alasannya, legalitas gelar
Ikhsyid menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Muhammad Ibnu Taghj di Mesir.
Dua tahun setelah pengangkatannya sebagai gubernur langkah Muhammad Ibnu
Taghj mengikuti langkah Ahmad Ibnu Thulun, dengan menganeksasi Syam dan
Palestina ke wilayahnya, setahun kemudian menguasai Makkah dan Madinah.
Akhirnya, dengan memanfaatkan lemahnya kekuatan Bani Abbas di Mesir, maka
pada 935 M, Abu Bakar Muhammad Ibnu Taghj memaklumkan dirinya terlepas
dari khalifah Abbasiyah.2
1

Dinasti Ikhsyidiyah, diakses


dalam http :
http://elconquistador123.blogs
pot.co.id/2015/05/artikelkerajaan-ikhsyidiyah.html
pada 23 november 2016.

Ibnu Thughji meninggal dunia pada 334 H. Ia digantikan anaknya yaitu: Abu alQasim Naghur Ibnu Muhammad, Abu Hasan Ali Ibnu Muhammad (960-965 M),
Kafour al-Ikhsyidi (965-967 M), Abu al-Fawaris Ahmad Ibnu Ali (967-972 M),
Abu al-Qasim Anujur, yang waktu itu belum genap berumur 14 tahun. Kafur
akhirnya menjadi wakil Abu al-Qasim untuk menjalankan roda kerajaan. Syam
bergejolak dan Damaskus berhasil direbut Sayf al-Dawlah al-Hamdani. Kafur
dapat mengusir Sayf al-Dawlah dari Damaskus, memburunya hingga ke Halb dan
mengalahkannya dalam pertempuran sengit. Setelah Kafur pulang ke markas, Sayf
al-Dawlah juga kembali bertolak ke Halb. Kedua belah pihak menyepakati
perjanjian damai. Atas persetujuan Khalifah Abbasiyah, Kafuryang mewakili
Abu al-Qasimdiberi kuas atas wilayah Mesir, Syam, Makkah, Madinah, Halb,
dan Thurthus. Pengaruh Kafur semakin besar dan berhasil menguasai kerajaan
pada masa Abu al-Qasim, lalu pada masa Abu al-Hasan (saudara Abu al-Qasim),
dan pada masa Ahmad (anak Abu al-Hasan) yang meminta surat resmi dari
Khalifah perihal kepemimpinannya atas Mesir.
Di periode kekuasaan Kafur yang berjalan lebih dari dua tahun (355-357
H), Mesir dan Syam mendapat sejumlah serangan Qaramithah dari timur dan
serangan Fathimiyah dari barat, sebagaimana penguasa Nubah menyerang Mesir
dari selatan. Setelah Kafur meninggal dunia, para petinggi militer memilih Ahmad
ibn Ali Abi al-Hasan sebagai penguasa baru. Melalui wasiat, Ahmadyang masih
kecilmenunjuk Gubernur Syam, Hasan ibn Abdillah, sebagai wakilnya untuk
menjalankan kerajaan. Tak lama berselang kaum Fathimiyah datang dan merebut
Mesir, lalu Syam. Hasan ibn Abdillah ditawan, lalu dipindahkan ke Maghribi.
Hasan menghabiskan sisa hidup di sana dan meninggal dunia pada 371 H.3
2

Lihin, Dinasti Ikhsyidiyah;


Sejarah, Kemajuan, dan
Kemundurannya, di akses
dalam http :
http://www.referensimakalah.c
om/2011/11/dinastiikhsyidiyah-sejarahkemajuan_4375.html pada 23
november 2016.

Dinasti Ikhsyidiyah, diakses


dalam http :
http://elconquistador123.blogs
pot.co.id/2015/05/artikelkerajaan-ikhsyidiyah.html

B. Kemajuan
1. Kemajuan di bidang pengembangan wilayah
Sebagaimana penguasa sebelumnya untuk menjaga stabilitas keamanan di Mesir,
penguasa Ikhsyidi berusaha menguasai wilayah Suriah secara keseluruhan
utamanya daerah Sugur sebagai benteng dari serangan Byzantium.
Setelah itu, Ikhsyidi melebarkan sayap hingga ke negeri Hijaz dan menjadi
Musyrif (pengawas) al-Haramain. Kafour sebagai pengganti Ikhsyidi meneruskan
menjaga keutuhan wilayah bahkan meluas hingga ke pegunungan Taurus.
2. Kemajuan di bidang kebudayaan
Kemajuan di bidang ini tidaklah jauh berbeda dengan kemajuan yang dicapai oleh
dinasti sebelumnya. Di antara hasil budayanya adalah dibangunnya sebuah istana
di Pulau Raudah yaitu Istana al-Mukhtar, istana ini dikelilingi oleh tanaman yang
dinamakan tanaman al-Kafuriy. Di samping itu pula para penguasa Bani Ikhsyidi
juga mencetak mata uang yang bergambar penguasa-pemguasa Ikhsyidi, di
samping nama khalifah Baghdad.
3. Kemajuan bidang sosial dan politik
Hal ini didasari oleh keinginan rakyat Mesir untuk merasakan keamanan, maka
sebagai politikus ulung, Ikhsyidi menerima tawaran damai dari penguasa
Byzantium dan al-Hamdaniyah. Ia memandang bahwa untuk menciptakan negara
yang aman dan sejahtera, harus menjamin negara dari ancaman luar, sedangkan
Byzantium dan al-Hamdaniyah dapat menjadi ancaman bagi stabilitas
Ikhsyidiyah.
4. Bidang keilmuan
Keadaan sosial internal Ikhsyidiyah memungkinkan perkembangan ilmu, apalagi
Kafour sebagai penguasa yang senang terhadap sastra dan seni dan sangat
mencintai ilmu. Para penyair berdatangan ke Mesir di antaranya adalah penyair
kondang Abu al-Tayyib al-Mutanabbi. Pada masa Kafour ini pula muncul
sejarawan terkenal seperti al-Haddad dan al-Hasan Bin Zaulaq.4
pada 23 november 2016.
4

Lihin, Dinasti Ikhsyidiyah;


Sejarah, Kemajuan, dan
Kemundurannya, di akses
dalam http :

Peningkatan dalam bidang keilmuan dan intelektual lainnya, seperti mengadakan


diskusi- diskusi keagamaan yang berpusat di masjid- masjid. Juga dibangun
sebuah pasar buku besar sebagai pusat dan tempat berdiskusi yang dikenal denagn
nama Syuq Al Waraqin. Lahir pula ilmuwan besar seperti Abu Ishaq al Mawazi,
Hasan Ibn Rasyid al Mishri, Muhammad Ibn Walid al Tamimi, Abu Amar al Kindi
dan al Tayid al Mutanabi.5

C. Kemunduran
Sejak 966 Kafour berkuasa secara resmi, menjadi amir keempat dinasti
Ikhsyidiyah yang sebelumnya dijabat secara ad interim selama 22 tahun. Setelah
Kafour wafat (968 M) diangkatlah Ahmad Bin Ali al-Ikhsyidi yang masih berusia
11 tahun sebagai amir kelima. Lemahnya penguasa ini menimbulkan kondisi
instabilitas yang memicu lahirnya pertentangan antara pembesar di lingkungan
istana.
Suasana perebutan ambisi itu terus mewarnai istana menyebabkan lemahnya
dinasti ini di segala bidang, dan akhirnya pada 358 H. di bawah panglima Jauhar
al-Siqily, tentara Fatimiyah memasuki Fustat menguasai Mesir dan
mengumumkan akhir sejarah Daulah Ikhsyidiyah.6

http://www.referensimakalah.c
om/2011/11/dinastiikhsyidiyah-sejarahkemajuan_4375.html pada 23
november 2016.
5
http://narutoiain.blogspot.co.id/2011/04/dinast
i-thuluniyah-ikhsidiyah-dan.html
6

Lihin, Dinasti Ikhsyidiyah; Sejarah,


Kemajuan, dan Kemundurannya, di
akses dalam http :
http://www.referensimakalah.com/20
11/11/dinasti-ikhsyidiyah-sejarahkemajuan_4375.html pada 23
november 2016.

Anda mungkin juga menyukai