Dinasti ini didirikan oleh Muhammad Ibn Thugi yang diberi gelar Al-
Ikhsyid (pangeran) pada tahun 935 M. Muhammad Ibn Tughi diangkat sebagai
gubernur di Mesir oleh Abbasiyah saat Ar-Radi atas jasanya mempertahankan dan
memulihkan keadaan wilayah Nil dari serangan kaum Fatimiah yang berpusat di Afrika
Utara.
Selama dua tahun setelah berkuasa di Mesir, Dinasti Ikhsyidiyah mengadakan ekspansi
besar-besaran dengan menunudukan Siria dan Palestina ke dalam otonominya. Pada
tahun berikutnya, Ikhsyidiyah menaklukan Madinah dan Mekah. Dengan demikian
kekuasaan Ikhsyidiyah bertambah besar dan pesat.
Pada masa pemerintahan Kafur yang termasyhur sebagai pelindung liberal kesusastraan
dan seni, beberapa serangan yang dilancarkan di Fatimiah di sepanjang pantai Afrika
Utara dapat diatasi. Akan tetapi sepeninggalan Kafur pada tahun 968 M., Ikhsyidiyah
menjadi dinasti yang lemah. Pada masa itu, Abu Al-Fawarisaris Ahmad Ibn Ali (967-
972M.) yang menerima tahta kekuasaan setelah Kafur, tampaknya tidak bertahan lama,
dikarenakan kepeminpinannya yang sangat lemah, sehingga serangan yang terus
menerus dilancarkan oleh Fatimiah terhadap pemerintahannya membuat dinasti ini tidak
berdaya dan tidak mampu mempertahankan kekuasaannya di Mesir. Pada akhirnya
Ikhsyidiyah dapat ditaklukan pula oleh Fatimiah.
Ada beberapa faktor kehancuran Dinasti Ikhsyidiyah, yaitu selain karena serangan
terus-menerus yang dilancarkan Fatimiah, pada masa sebelum penaklukan oleh
Fatimiah, telah terjadi penyerangan Qarmatianke Siria pada tahun 963 M. Selain itu
juga, terjadi penyekapan Jemaah haji mesir serta serbuan orang-orang Nubia yang
berhasil merampas daerah-daerah wilayah selatan.