Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERADABAN DINASTI MUGHAL DI INDIA


Disususn untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Penguji : Ida Afidah, Dra., M.Ag.

Disusun oleh:
Kelompok 7
Akmal Yuliandi

10060312030

Mida Purnama Sari

10060313014

Sartika Dewi

10060313028

Mega Hasmaya Sari

10060313039

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur khadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam selalu kami kami
limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya
dan para sahabatnya, atas jasa beliau kita dapat merasakan akan kemajuan islam di
masa sekarang ini dengan berbagai sejarah dan peradaban yang dapat menjadi
pelajaran bagi kita umat islam. Sehingga dapat memberikan inspirasi kepada
umat islam saat ini agar dapat memajukan islam saat ini. Ucapan terimakasih
kami berikan kepada ibu Ida Afidah, Dra.,M.Ag., selaku dosen pembimbing mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam, yang telah membimbing, mengajari dan memberi
motivasi kepada kami sehingga kami mendapatkan ilmu yang akan bermanfaat
dan dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyusun makalah peradaban dinasti mugal di India ini dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan agar pembaca
dapat mengetahui dan memahami mengenai islam di India. Kami berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan pembaca, namun apabila ada kesalahan
dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik
lagi dan makalah ini menjadi sempurna dan semakin bermanfaat untuk
pembacanya.
Bandung,

Desember 2015
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
.............................................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah
.............................................................................................................................
2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Latar
Belakang
Berdirinya
Kerajaan
Mughal
.............................................................................................................................
3
2.2 Pemimpin Kerajaan Mughal
A. Zahirudin
Babur
(1526-1530
M)
.......................................................................................................................
6
B. Humayun
(1530-1556
M)
.......................................................................................................................
7
C. Akbar
(1556-1605
M)
.......................................................................................................................
8
D. Jehangir
(1605-1628
M)
.......................................................................................................................
9
E. Syeh
Jehan
(1628-1658
M)
.......................................................................................................................
10
F. Aurangseb
(1658-1707
M)
.......................................................................................................................
11
2.3 Kemajuan Peradaban Islam masa Kerajaan Mughal

A. Politik
dan
Pemerintahan
........................................................................................................................
12
B. Ekonomi
dan
Perdagangan
........................................................................................................................
14
C. Sosial
Kemasyarakatan
........................................................................................................................
15
D. Pendidikan
........................................................................................................................
16
E. Kesenian
dan
Budaya
........................................................................................................................
16
F. Pemikiran
dan
Filsafat
........................................................................................................................
17
G. Keagamaan
........................................................................................................................
17
2.4 Kemunduran
dan
Kehancuran
Kerajaan
Mughal
.............................................................................................................................
19
BAB III : PENUTUP................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Upaya perluasan wilayah dan penyebaran agama Islam ke India sudah


dimulai sejak zaman khulafa al-Rasyidin yakni Abu Bakar Shiddiq, kemudian
dilanjutkan, Umar bin Khatab dan juga masa Usman bin Affan. Namun
rencana ini dibatalkan karena ganasnya kehidupan negeri India.
Dan masa khalifah Ali bin Abi Thalib pernah berhasil menaklukkan
India, Namun setelah itu terhenti karena terbunuhnya utusan beliau yang
bernama al-Harits bin Murah al-Abdi pada tahun 42 H di suatu daerah di alDaidan yang terletak antara Sind dan Khurasan, sehingga hal tersebut
menggagalkan usaha perluasan wilayah umat Islam.
Dan keberhasilan untuk memasuki kawasan India diraih oleh
Muhammad bin Qasim pada masa pemerintahan Al-Walid pada tahun 711713 M. Dia berhasil menerobos daerah-daerah Sind dan kawasan Punjab
bagian bawah. Sejak saat itu satu persatu daerah di dekat Sind jatuh ke tangan
Islam, dan Multan dijadikan sebagai ibukota Islam pertama di India. Dan
pada tahun 1020 M, Mahmud Al-Ghaznawi berhasil menaklukkan hampir
semua kerajaan Hindu di wilayah India sekaligus mengislamkan sebagian
besar masyarakatnya.
Disaat kondisi kekuasaan Islam di India mengalami kemunduran dan
menunjukkan hal yang sangat rumit. Ibrahim Lodi (1517-1526 M), pewaris
kesultanan budak yang terakhir di Delhi (India), mengalami berbagai
kesulitan menegakkan kembali kewibawaan politiknya. Dan hal ini menjadi
peluang bagi Zahirudin Babur (1526-1530 M) untuk menjadi penguasa di
India melalui tawaran dari Alam Khan yang merupakan paman Ibrahim Lodi
sendiri

untuk

menghancurkan

Lodi.

Sehingga

Babur

berhasil

menaklukkannya dan mendirikan kerajaan Mughal di India dengan Delhi


sebagai ibukotanya pada tanggal 21 April 1526.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana awal berdirinya kerajaan Mughal India?
b. Bagaimana fase-fase pemerintahan kerajaan Mughal India?
c. Apa saja peradaban pada masa kerajaan Mughal?
d. Apa penyebab kemunduran dan runtuhnya kerajaan Mughal India?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Mughal
Penyebaran agama Islam ke India sebenarnya telah dirintis sejak zaman
khulafa al-Rasyidin yang pertama yakni Abu Bakar Shiddiq. Beliau pernah

mengirim surat kepada panglima perang yang bernama Khalid bin Walid,
setelah perang Yamamah berakhir pada tahun 12 H (633 M). Pada masa
khalifah Umar bin Khatab dan juga masa Usman bin Affan, juga
dilakukan usaha untuk menaklukkan India. Namun rencana ini dibatalkan
karena ganasnya kehidupan negeri India yang sangat minim air, buahbuahannya jelek, dan banyak pencuri.
Kemudian ketika masa khalifah Ali bin Abi Thalib diutuslah
pasukan dibawah pimpinan al-Harits bin Murah al-Abdi untuk menyerbu
India, dan berhasil menaklukkannya. Namun setelah itu ia terbunuh pada
tahun 42 H di suatu daerah di al-Daidan yang terletak antara Sind dan
Khurasan.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan bani Umayyah usaha perluasan
wilayah kearah India tetap dilanjutkan. Al-Mulhab bin Abi Syufrah
berusaha menaklukkan Al-Maltan namun gagal. Kemudian dilanjutkan
oleh Abdullah al-Abdi dan juga menemui kegagalan.
Dan keberhasilan untuk memasuki kawasan India diraih oleh
Muhammad bin Qasim pada masa pemerintahan Al-Walid. Dia berhasil
menerobos daerah-daerah Sind dan kawasan Punjab bagian bawah.
Sejak saat itu satu persatu daerah di dekat Sind jatuh ke tangan Islam,
dan Multan dijadikan sebagai ibukota Islam pertama di India.
Keberhasilan Muhammad bin Qasim tidak terlepas dari usaha
para pejuang Islam mulai dari masa khalifah Abu Bakar, Umar, Usman
dan Ali bin Abi Thalib yang berjuang untuk menaklukkan India, meski
ini berbuah kegagalan. Akan tetapi, setidaknya usaha tersebut telah
menjadi motivasi agar berhati-hati dalam melakukan perjuangan untuk
menaklukkan India, karena kawasan ini telah diketahui sangat liar,
minim air, dan banyak pencuri yang nantinya akan menyulitkan para
pejuang Islam untuk menaklukan daerah tersebut.
Keberhasilan Muhammad bin Qasim dalam menerobos masuk
daerah Sind dikarenakan dukungan dari orang-orang budha di kawasan
tersebut yang ingin merebut kembali hak-hak mereka untuk beribadat
di candi-candi milik mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Firdaus dan

Desmaniar1 yang mana negeri Sind ini berada di bawah pemerintahan


Brahmana. Agama rakyatnya pada waktu itu Budha, dan orang-orang Budha
berada di bawah pemerintahan Brahmana. Kemudian mereka minta tolong
kepada Muhammad bin Qasim untuk mengembalikan hak-hak mereka untuk
beribadat di candi-candi mereka seperti dahulu.
Dan peristiwa penaklukan Sind tersebut terjadi pada tahun 711-713.
Kemudian, usaha penaklukan daerah India yang paling menentukan
dilakukan oleh dinasti Ghaznawi yang dipimpin oleh Mahmud AlGhaznawi. Pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan hampir semua
kerajaan Hindu di wilayah India sekaligus mengislamkan sebagian besar
masyarakatnya. Ia beserta kaum muslimin berhasil memasuki India melalui
jalan-jalan darat dari Afghanistan Utara dan Timur, hingga akhirnya mencapai
India. Kemudian mereka mendirikan istana di Punjab, dan berhasil
menundukkan

Lahore

(ibukota

Punjab)

pada

tahun

1030

dan

menghancurkan wilayah utara India. Setelah dinasti Ghaznawi hancur,


muncullah dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1206-1290 M), Khalji
(1296-1316 M), dinasti Tughluq (1320-1412 M) dan dinasti lainnya.
Setelah periode Khalji dan Tughluq, kemudian dilanjutkan oleh
keluarga Sayyid (1414-1451 M) dan keluarga Lodi (1451-1512 M).
Kondisi kekuasaan Islam di India mengalami kemunduran dan
menunjukkan hal yang sangat rumit. Ibrahim Lodi (1517-1526 M), pewaris
kesultanan budak yang terakhir di Delhi India, mengalami berbagai kesulitan
menegakkan kembali kewibawaan politiknya.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukotanya,
didirikan oleh Zahirudin Babur, salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya
bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana
ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad untuk
menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada
masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena dibantu oleh
raja Syafawi, Ismail I akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand
1

tahun 1494 M. dan pada tahun 1504 M ia berhasil menduduki Kabul


dengan ibukota Afghanistan.
Kemudian, Alam Khan yang merupakan paman Ibrahim Lodi bersamasama Daulat Khan yang merupakan Gubernur Lahore mengirim utusan ke
Kabul guna meminta bantuan Zahirudin Babur untuk menjatuhkan
pemerintahan Ibrahim Lodi di Delhi. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil
menguasai Punjab dengan ibukotanya Lahore dan setelah itu ia menuju
Delhi. Dan pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang
sangat dahsyat di Panipat. Ibrahim Lodi beserta pasukannya terbunuh.
Dan Zahirudin Babur menegakkan pemerintahannya di sana, dengan
demikian berdirilah kerajaan Mughal di India.
Dengan demikian, yang melatar belakangi berdirinya kerajaan ada
dua faktor yakni :
a. Faktor extern yaitu kegagalan Ibrahim Lodi yang merupakan
penguasa Delhi di India mengakibatkan Alam Khan yang merupakan
pamannya sendiri mencoba menggulingkan Lodi dengan meminta
bantuan Zahirudin Babur yang merupakan penguasa Ferghana,
Samarkand dan Kabul (ibukota Afghanistan) waktu itu. Sehingga hal
ini dimanfaatkan oleh Zahirudin Babur sebagai langkah awal untuk
menguasai India.
b. Faktor intern yaitu dengan adanya sikap ambisi yang tinggi dalam
diri Zahirudin Babur untuk menguasai Samarkand yang merupakan
kota penting di Asia Tengah pada masa itu, sehingga tawaran dari
Alam Khan untuk menggulingkan Ibrahim Lodi dengan mudah ia
setujui. Artinya, dengan adanya sikap ambisius dalam diri Babur
yang

ingin

menjadi

penguasa,

maka

tawaran

Alam

Khan

mengalihkan ambisinya yang semula ingin menguasai Samarkand


menjadi penguasai di daerah India yang pada akhirnya ia bisa
mendirikan kerajaan Mughal di daerah tersebut.
2.2 Pemimpin Kerajaan Mughal
A. Zahirudin Babur (1526-1530 M)

Babur lahir pada hari jumat tanggal 24 Februari 1483 M,


ayahandanya bernama Syekh Umar Mirza yang menjadi amir di negeri
Ferghana di kawasan Asia Tengah. Babur merupakan keturunan dari
Miransyah putra ke-3 dari Timur Lenk yang merupakan keturunan dari
Hulagu Khan. Sedangkan ibunya dari keturunan Jekutai yang merupakan
anak ke-2 dari Jengis Khan.
Dengan demikian Zahirudin Babur merupakan cucu dari Timur Lenk
dari pihak keluarga bapaknya, dan juga dari pihak keluarga ibunya ia
merupakan cucu dari Jengis Khan. Hal ini dapat diperkuat dengan
perkataan Amir K. Ali, ia (Zahirudin Babur) adalah cucu Timur Lenk,
ibunya keturunan Jengis Khan.
Pada usia 12 tahun, Babur kehilangan ayahnya dan menggantikan
ayahnya sebagai penguasa Ferghana. Dengan usianya yang muda ia
memperlihatkan keberaniannya. Ia telah dilatih sejak kecil menjadi
pejuang dan penguasa besar. Dengan keberaniannya inilah ia diberi gelar
dengan nama kecilnya Babur artinya si macan. Waktu kecilnya dihabiskan
dalam peperangan sementara anak-anak seusianya bersekolah. Cita-cita
yang tinggi mendorongnya untuk maju dan menjadikannya sebagai orang
besar yang telah berhasil mendirikan kerjaan Mughal di India.
Sikap ambisi dan keberaniannya yang tertanam sejak kecil itulah
yang membuat ia bisa mendirikan kerajaan yang besar seperti kerajaan
Mughal di India. Sehingga ini merupakan salah satu faktor yang
melatarbelakangi berdirinya kerajaan Mughal terebut.
Pada awal pemerintahan Babur, raja-raja Hindu Rajputh (seperti
Rana Sanga) di seluruh India bangkit kembali mencoba melepaskan diri
dari kekuasaan Islam. Mereka memberontak antara tahun 1526 dan 1527
M. namun, pasukan ini dapat dikalahkan oleh Babur. Kemudian di
Afghanistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka
mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi yakni Mahmud Lodi menjadi
Sultan. Akan tetapi Sultan Mahmud Lodi mudah dikalahkan Babur dalam
pertempuran yang terjadi dekat Gogra tahun 1529.
Dengan demikian, masa pemerintahan Babur ditandai oleh dua
persoalan besar, yakni bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu yang

ingin membebaskan diri dari kekuasaan Islam dan munculnya


penguasa muslim yang setia kepada Ibrahim Lodi dan tidak
mengakui pemerintahan Babur di Afghanistan. Sehingga hal ini
menyebabkan terjadinya perang saudara sesama muslim pada tahun
1529 antara Babur dengan Mahmud Lodi di dekat Gogra.
Kemudian pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia
48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun dengan meninggalkan
kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Dan mewariskan wilayah kekuasaan
yang begitu luas dan karir politik yang sangat cemerlang. Pemerintahan
selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
B. Humayun (1530-1556 M)
Humayun

merupakan

putra

sulung

Babur.

Dimasa

pemerintahannya banyak mengalami tantangan. Sepanjang masa


kekuasaannya selama Sembilan tahun (1530-1539 M) Negara tidak pernah
aman. Ia seringkali berperang melawan musuh.
Diantara tantangan yang muncul adalah pemberontakan
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi,
dan hal ini dapat dipadamkan. Bahadur Syah melarikan diri dan
Gujarat dapat dikuasai. Dan pada tahun 1540 M terjadi pertempuran
dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini, Humayun
mengalami kekalahan dan terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan
selanjutnya ke Persia. Dan di Persia ia menyusun kembali tentaranya
dan menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia
Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah
hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi.
Setelah itu ia kembali ke India dan menyerbu Delhi yang saat itu
diperintah Sirkandar Sur. Dan akhirnya ia berhasil menduduki
kembali tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Kemudian tahun
1556

ia

meninggal

dunia

karena

jatuh

dari

tangga

perpustakaannya, din panah, dan digantikan oleh anaknya


Jalaludin Muhammad Akbar.

C. Akbar (1556-1605 M)
Pada saat menggantikan ayahnya (Humayun), Akbar berusia 14
tahun. Karena usianya yang masih muda maka urusan kerajaan diserahkan
kepada Bairam Khan, seorang Syii. pada masa Akbar inilah kerajaan
Mughal mencapai masa keemasannya.
Di
awal
masa
pemerintahannya

Akbar

menghadapi

pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa


di Punjab. Pemberontakan yang mengancam kekuasaan Akbar adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan
Agra. Dan pasukan ini berusaha memasuki kota Delhi dan berhadapan
dengan Bairam Khan sehingga terjadilah peperangan yang dahsyat yang
disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ia
ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian Agra dan Gwalior
dapat dikuasai.
Setelah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan
yang sudah mempunyai pengaruh sangat besar dan terlampau
memaksakan kepentingan aliran syiah. Dan Bairam memberontak
pada tahun 1561 M dan berhasil dikalahkan oleh Akbar. Setelah
persoalan dalam negeri berhasil diatasi maka Akbar berusaha
melakukan usaha ekspansi dan berhasil menguasai Chundar, Ghond,
Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir,
Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Dan
wilayah

yang

sangat

luas

tersebut

diperintah

dalam

suatu

pemerintahan militeristik.
Pada masa kepemimpinan Akbar, ia menerapkan politik
sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini semua rakyat India
dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan
agama. Lebih tegasnya sebagaimana yang diungkapkan Firdaus dan
Desmaniar rakyatnya (rakyat Akbar) dari berbagai agama tidak
dipandang orang lain, dan dirinya ia jadikan sebagai orang Hindustan
sejati

Politik sulakhul ini terlalu bebas dan radikal, karena dengan


adanya politik ini secara tidak langsung membuka peluang bagi agama lain
terutama agama Hindu yang dianut oleh masyarakat India menyusupkan
ajarnnya ke dalam ajaran agama Islam dan tentunya akan membuat
ajaran Islam tidak murni lagi. Dan yang paling parah lagi Akbar juga
menciptakan aliran baru yang disebut din illahi (agama ketuhanan)
yang berdampak buruk bagi ajaran agama Islam.
Din Illahi ini memiliki ajaran bahwa Ali memiliki reingkarnasi
dan memiliki empat tangan. Dan tentu ini tidak sesuai dengan ajaran
agama Islam. Kehadiran din illahi juga telah mengajarkan masyarakat
Islam untuk mengikuti cara-cara Kristen yang sangat bertentangan
dengan ajaran Islam. Ajaran ini menghalalkan makan daging babi,
minuman keras, kawin antar agama dan lainnya.
Pada tahun 1605 M Akbar wafat karena sakit parah kemajuan yang
dicapai oleh Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan
berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syeh Jehan (1628-1658 M),
dan Aurangzeb (1658-1707 M). Tiga sultan penerus Akbar ini memang
terhitung sebagai raja-raja yang besar dan kuat. Ketiganya merupakan
sultan-sultan Mughal yang didukung dengan berbagai kecakapan dan
kekuatan militer.
D. Jehangir (1605-1628 M)
Periode Jehangir (1605-1628 M) adalah masa-masa stabil. Ia
memerintah didasarkan pada pandaangan yang pragmatis dalam melihat
sebuah fungsi kepemimpinan. Menurutnya kedaulatan raja adalah
pemberian

Tuhan.

Dengan

demikian,

tidak

begitu

penting

menjalankan hukum Tuhan (syariah). Yang diperlukan adalah


bagaimana memelihara kelestarian kehidupan duniawi ini, dan Tuhan
memilih seorang pemimpin itu.
Ia menerapkan hukum islam hanya sebatas pada lembaga
pengadilan saja seperti pada masa ayahnya, Akbar. Dalam kasus
umum, hukum islam hanya berlaku bagi umat islam, sedangkan
hukum kriminal berlaku bagi seluruhnya. Jahangir adalah sultan

yang toleran dan sekuler serta punya kebijakan-kebijakan politik


yang liberal, seperti yang di teladani dari ayahnya.
E. Syeh Jehan (1628-1658 M)
Pada periode ini kondisi Negara benar-benar stabil dan mengalami
puncak keemasan yang luar biasa diantara kesultanan mughal, kecuali
pada pemerintahan Akbar dan setalah syekh Jehan, Aurangseb. Pada
periode ini dikembangkan kembali penaklukkan wilayah sampai pada
batas-batas

India

seperti

Kandahar, Balkh,

Badakhsan

dan

Samarkhand. Kesan-kesan keberhasilannya diwarnai dengan suksesnya


menata politik kenegaraannya.
Faktor-faktor yang mendorong puncak kemajuannya adalah
sebagai berikut:
Syeh Jehan adalah seorang terpelajar, ia memiliki bakat

kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni.


Kondisi sosial politik sangat stabil, mewakili kondisi yang

sebelumnya.
Memberikan penghargaan yang luar biasa kepada para ilmuwan
dan ahli seni dan bangunan.
Pada periode Syeh Jehan terutama pada akhir kekuasaannya ada

dua kebijakan yang secara keseluruhan dimainkan oleh kedua


putranya, Darsyikuh dan Aurangseb, Darsyikuh lebih berpikiran
universal yakni lebih banyak menggunakan hukum-hukum hindu
sedangkan Aurangseb lebih menekankan tradisi keislaman. Dan pada
akhirnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangseb dan ayahnya, sedangkan
Syeh Jehan dipenjarakan. Ia mewarisi kesultanan pada tahun 1658 M.
F. Aurangseb (1658-1707 M)
Sepanjang masa pemerintahannya antara tahun 1658-1707 M, politik
dan agama. Dalam penaklukan wilayah-wilayah baru keberhasilannya
sangat luar biasa. Dibandingkan sultan akbar yang menguasai wilayah baru
sebanyak 15 daerah, Aurangzeb bisa mencapai 21 daerah baru: 14

daerah di india utara dan 6 di daerah dekkan dan satu buiah di


Afghanistan.
Ia menerapkan

nilai-nilai

syariah

yang

ketat

pada

pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang begitu


diperhatikan bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik islamnya
didasarkan pada Alquran dan Sunnah serta dukungan para ulama
sangat kuat, tetapi dilain pihak membuat kecemburuan. Kaum
muslimin menganggap ia sebagai waliullah karena pembelaanya pada
nilai-nilai syariah. Hal ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar
biasa. Sebaliknya, orang yang hindu fanatik menganggap iasebagai
pemimpin yang zalim walaupun masih banyak pula kelompok non-muslim
yang memberi dukungan karena keadilannya.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima
tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah.
Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus
dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan
meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur.
Penobatan

ini

ditentang

oleh

Muhammad

Fahrukhsiyar,

keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun


1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta
kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh
oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya
kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian
dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah.
Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya
perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat
pemerintahan

pusat

tidak

terurus

secara

baik.

akibatnya

pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan


integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan
Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh

Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini,


berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam
tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi
kepada

EIC

untuk

mengembangkan

perdagangan

di

India

sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat


bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja
dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya
pengaruh Inggris di India. Bahadur Syah (1837-1858) pengganti
Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh
ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan
pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir
dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
2.3 Kemajuan Peradaban Islam masa Kerajaan Mughal
A. Politik dan Pemerintahan
1. Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan.

Usaha

ini

berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.


2. Akbar membentuk sistem pemerintahan militeristik. Dalam
pemerintahan tersebut, pemerintahan daerah dipegang oleh
seorang Sipah Salar (kepala komandan). Sedang wilayah distrik
dipercayakan kepada Faudjar (komandan). Jembatan-jembatan
sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran,
pejabat-pejabat itu harus mengikuti latihan kemiliteran.
3. Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan
politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak
dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai
sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa
Islam. Politik ini dapat menciptakan kerukunan masyarakat India
yang sangat beragam.
4. Untuk undang-undang kerajaan, Sultan Akbar membuat Din Ilahi
yaitu suatu pandangan dan sikap keagamaan resmi kerajaan yaitu

unsur-unsur agama Islam, Hindu, Persia Kristen dan sebagainya


yang harus dianut oleh setiap orang.
5. Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis
bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan
politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar
Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di
samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin
jihad.
6. Para pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya
untuk menghindarkan mereka mencapai interes yang besar dalam
sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang
diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan
demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali
menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
7. Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan
distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat
pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan
untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
8. Pada masa pemerintahan Aurangzeb telah terdapat jalinan
kerjasama dengan negara-negara Islam diluar India. Sejumlah
penguasa Islam telah mengirim duta atau perwakilan negara
mereka ke Delhi, misalnya Syarif Makkah, raja-raja Persia, Balkh,
Bukhara dan Kasgar; para gubernur Turki Basrah, Yaman dan
Hadmarut, para pemimpin negeri Maghiribi dan Raja Arbesinia.
B. Ekonomi dan Perdagangan
Pemerintahan Mughal di India juga memajukan bidang ekonomi, di
mana saat itu kerajaan Mughal berhasil mengembangkan program
pertanian serta program yang lainya, sehingga sumber keuangan negara
lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Dari hasil pertanian ini
yang kemudian menjadi komoditi ekspor Mughal ke berbagai
kawasan seperti, Eropa, Afrika, Arabia dan Asia Tenggara.

Ensiklopedi Islam menyebutkan bahwa, sejumlah komoditas andalan


tersebut di antaranya adalah kain, rempah-rempah, opium, gula,
garam, wol dan parfum.
Sementara itu dalam dunia intelektual, ada kemajuan yang dialami
oleh pemerintahan dinasti Mughal di India. Studi-studi di bidang yang di
anggap

keilmuan

non

agama

seperti

logika,

filsafat,

geometri,geografi, sejarah, politik, dan matematika di galakkan.


Semangat itu juga di tunjang dengan di bangunnya berbagai saranasarana pendidikan. Pada zaman pemerintahan Mughal dipimpin oleh
Syah Jahan dan Aurangzeb, mereka membangun sekolah-sekolah
tinggi, di samping juga pusat pengajaran di Lueknow. Kualitas
pendidikan madrasah yang muncul pada periode-periode selanjutnya
yaitu Madrasah Deoband. Ini membuktikan bahwa dunia intelektual
pemerintahan Mughal di india cukup eksis.
1.

Terbentuknya

sistem

pemberian

pinjaman

bagi

usaha

pertanian.
2.
Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk
mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap
perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang
dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang
dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya
untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan.
Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak
mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya..
Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa

3.

propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai


dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada
tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut
didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun
terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar,
tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai
peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik

administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga


jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agenagen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang
pajak) dari zamindar.
4.
Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai
berkembang. Pada masa Akbar konsesi perdagangan diberikan
kepada The British East India Company (EIC) Perusahaan InggrisIndia Timur untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak
tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India,
bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor
perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.
C. Sosial Kemasyarakatan
Selama dinasti Mughal berkuasa, orang muslim berada pada
puncak hirarki sosial, mereka berada di atas orang-orang nonmuslim. Kedudukan sosial yang tinggi seperti ini sangat berperan dalam
menentukan atas segenap tata cara peribadatan dan kegiatan yang paling
sederhana sekalipun.
Namun, menjelang berakhirnya periode kerajaan Mughal karena
sudah mulai terjadi perebutan kekuasaan dan perang saudara, maka peran
sosial tersebut telah berakhir, dan identitas umat Islam sudah mulai
terancam.
D. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Akbar membangun bangunan khusus
untuk tempat pengajian ilmu, dia juga berusaha menarik simpati
para

ulama

dengan

menghibahkan

sejumlah

madrasah

dan

perpustakaan.
E. Kesenian dan Budaya
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan
budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya

sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa persia maupun


yang berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik
Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya
besar patmafat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan
kebajikan jiwa manusia.2[6] Karya seni yang masih dapat dinikmati
sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal
adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada
masa akbar dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila dan masjidmasjid yang indah.3[7] Pada masa Syah Jehan dibangun masjid yang
berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra, mejid raya Delhi dan
istana indah dilghare.
Dalam bidang karya seni dan budya yang sudah dihsilkan
kerajaan Mughal antara lain :
1.

Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat


yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad
Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh

dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.


2.
Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur.
Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada
masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan
Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi),
lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub
Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam
Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki
(1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (15301555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char
Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala
(1405).
2
3

3.

Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran


yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan
lokal.

F. Pemikiran dan Filsafat


Pada kerajaan Mughal bidang pemikiran dan filsafat tidak
berkembang karena filsafat dianggap bidah. Hal ini sangat berbeda
dengan masa klasik, umat Islam tidak hanya maju dalam bidang politik,
peradaban, dan kebudayaan, namun umat Islam waktu itu juga maju dalam
segi ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat.
G. Keagamaan
1. Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal
mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep
Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai
lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada
prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam.
Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat
beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan
kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama
yang di kedepankan.
2. Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap
pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung
disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta
rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu
yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan
digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan
bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan
budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang
dikembangkan oleh Dinasti Mughal.

3. Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti


Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi
penguasa

Mughal

memberi

tempat

bagi

Syi'ah

untuk

mengembangkan pengaruhnya.
4. Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan
berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi,
persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual.
Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'iah.
5. Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum
Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fattawa
alamgiri. Kodifikasi ditujukan untuk meluruskan dan menjaga
syari'at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-iIlahi.
Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah.
Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk golongan minoritas di
tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil
memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut :
1. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik
toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku
bangsa, baik antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India (PersiaTurki).
2. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera
dengan pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
3. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki
patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang
merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia
Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
4. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan.
Para "Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun
masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan
sastra".
2.4 Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal

Setelah satu setengah abad kerajaan Mughal berada di puncak


kejayaannya. Maka pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran. Berakhirnya kejayaan kerajaan Mughal ini pada masa
Aurangzeb yakni pada tahun 1707 M.
Munculnya gerakan separatis Hindu di India Tengah yakni kaum Sikh
dibawah pimpinan Banda di belahan utara dan merampas kota Sadhaura serta
membunuh penduduk yang beragama Islam di kota Sirhind.
Serangan dari luar India juga berlanjut. Dari Persia, Nadhir Syah dapat
merebut kekuasaan, dan dapat menduduki Pasyawar dan Lahore pada tahun
1739 M dan meneruskan serangan ke ibukota sehingga Nadhir dan psukannya
membunuh masyarakat Delhi dan mewajibkan kerajan Mughal untuk
membayar upeti kepada Persia.
Dengan demikian, kekuasaan politiknya mulai merosot, kepemimpian
di pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah,
Shikh di belahan utara dan Islam bagian Timur semakin lama semakin
mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya
diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan persenjataan
yang canggih semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Sepeninggal Aurangzeb, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat
dipertahankan oleh raja-raja berikutnya seperti Muazzam / Bahadur Syah
(1707-1712 M), Azimusyah (1712-1713 M), Farukh Siyar (1713-1719 M),
Muhammad Syah (1719-1748 M), Ahmad Syah (1748-1754 M), Alamghir
(1754-1759 M), Syah Alam (1761-1806 M), Akbar II (1806-1837 M), dan
Bahadur Syah II (1837-1858 M).
Pada masa pemerintahan Bahadur Syah II (1837-1858 M), perusahaan
Inggris (EIC) mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat dengan ketat
dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka (baik
beragama Hindu atau Islam) bangkit mengadakan pemberontakan. mereka
meminta

Bahadur

Syah

untuk

diajak

kerjasama

guna

melakukan

pemberontakan untuk menjadi merebut kembali kekuasaan kerajaan Mughal


dari tangan Inggris. dan terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan
Inggris pada bulan Mei 1857 M.

Namun perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena


Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim.
Kemudian para pemberontak tersebut diusir dari kota Delhi, rumah ibadah
dihancurkan, dan Bahadur II yang merupakan raja Mughal yang terakhir
diusir dari istana pada tahun 1558 M.
Kerajaan Mughal yang telah berkuasa selama satu setengah abad ini
runtuh dan berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di anak benua India.
Dan tinggallah di sana umat Islam yang harus mempertahankan eksistensi
mereka.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ada dua faktor yang
menyebabkan kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal, yaitu:
A. Faktor Intern
1. Setelah Aurangzeb

wafat

banyak

timbulnya

pemberontak-

pemberontak yang ingin membebaskan diri dari kerajaan Mughal,


seperti golongan Hindu, dan Sikh. Sehingga hal ini mengakibatkan
goncangnya stabilitas politik dan keamanan dalam negeri.
2. Sebagai akibat dari pemberontakan-pemberontakan dalam negeri
tersebut maka sudah tentu perekonomian Negara menurun
dikarenakan masyarakat tidak mau lagi bekerja untuk pemerintah
kerajaan. Dan tentu kan menyebabkan banyaknya kemiskinan
sehingga berpengaruh terhadap pertahanan Negara.
3. Penguasa-penguasa Mughal pasca Aurangzeb berwatak lemah,
kurang memperhatikan kehidupan rakyat dan mereka hanya sibuk
saling merebut kekuasaan satu samalain. Dan tentu hal ini akan
memudahkan

pemerintahan

daerah

melepaskan

diri

dari

pemerintahan pusat.
B. Faktor Ekstern
1. Dengan serangan dari bangsa Persia yang dipimpin oleh Nadhi
Syah yang sempat menduduki Delhi dan akhirnya Mughal
terpaksa membayar upeti kepada pihak Persia. Dan tentu ini
menyebabkan kerajaan semakin mundur.
2. Hadirnya penjajah Inggris membawa langsung kehancuran
kerajaan Mughal. Inggris selalu meminta upeti kepada rakyat
dengan memaksa, dan ditambah lagi dengan persenjataan Inggris

yang maju dari kerajaan Mughal. Karena pada waktu itu Eropa
jauh lebih maju dari umat Islam yang sedang mengalami
kemunduran.
BAB III
KESIMPULAN
a. Kerajaan Mughal berdiri pada periode pertengahan. Setelah masa pertengahan
usai, muncul tiga kerajaan besar yang dapat membangun kembali kemajuan
umat Islam. Di antara kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Mughal. Ketiga
kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai negara adikuasa pada zaman
itu.

Karena

kebesaran

kerajaan

tersebut

sudah

mampu

menguasai

perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan kebudayaan


yang monumental.
b. Era kemaharajaan Mughal berlangsung dari tahun 1526 M (era dinasti Babur)
sampai sekitar tahun 1707 M (dinasti Awramzib). Demikian makmur dan
kayanya para maha raja ini, bisa dikatakan bahwa antara abad ke-16 sampai
abad ke-17, India mengontrol sekitar seperempat ekonomi global. Duta besar
inggris pada tahun 1616 M, sir Tomas Sir Thomas Ru, dalam siratnya
menggambarkan kekayaan raja Jahangir (1569-1627 M) begitu melimpahnya
sampai-sampai ia menyebutnya sebagai kekayaan dunia.
c. Kemajuan peradaban Islam masa kerajaan Mughal yakni kemajuan di bidang
politik dan pemerintahan, ekonomi dan perdagangan, kesenian, dan paham
keagamaan.
d. Kemunduran Kerajaan Mughal ditandai dengan konflik di kalangan keluarga
kerajaan, yang intinya adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur
hampir semuanya memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana
nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat demikian.
Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya,
Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah
Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena
ingin anaknya yaitu Khurram, menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah
Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan di antaranya Aurangzeb,

Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut kekuasaan hingga
menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim. 2008.Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Rajawali Pers,
Jakarta.
Fuadi Imam. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Teras, Yogyakarta.
Drs. Samsul Munir Amin. 2013. Sejarah Peradapan Islam. AMZAH, Jakarta.
Firdaus dan Desmaniar. 2000. Negara Adikuasa Islam, Fase Kedua Abad XIV-XX
Masehi, IAIN IB Press, Padang.
Harun Nasution. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I. UI Press,
Jakarta.
K. Ali, Amir. 1996. Sejarah Islam. Srigunting, Jakarta.
M. Lapidus, Ira. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
S. Ahmed, Akbar. 1992. Citra Muslim, Tinjauan Sejarah dan Sosiologi. Erlangga,
Jakarta.
Supriyadi Dedi, M.Ag. 2008. Sejarah Perdaban Islam. CV. Pustaka Setia,
Bandung.
Tohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai