Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya kepada kita semua sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah atas junjungan kita nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di yaumil akhir nanti.
Untuk lebih jelasnya berikut ini kami akan menguraikan mengenai kejayaan dan
kemunduran peradaban Islam untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang mudah-mudahan dapat berguna bagi kita semua.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh karena
itu kami mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya. Kami berharap setelah membaca makalah ini kita dapat menambah ilmu dan
wawasan kIta semua.
Wassalamualaikum wr.wb

Bandung, 14 November 2017

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zaman modern ini banyak dari mahasiswa, para pelajar dan umat Islam yang
tidak mengetahui dan sering lupa terhadap sejarah perkembangan Islam di masa
lampau. Padahal sejarah merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia.
Sejarah memberikan ilmu dan pengalaman yang banyak kepada generasi sesudahnya.
Kita dapat mengambil nilai-nilai hikmah dan pembelajaran dari suatu kejadian masa
lampau agar dijadikan bahan pembelajaran, dan evaluasi untuk perkembangan umat
Islam masa kini. Untuk itu di dalam makalah ini akan disampaikan mengenai masa-
masa kejayaan dan kemunduran yang pernah dialami oleh umat Islam pada masa
lampau beserta factor-faktornya, agar setelahnya kita dapat mengambil nilai
pembelajaran dari setiap bagian sejarahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Pada dinasti apa saja kejayaan umat Islam?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejayaan umat Islam pada masa itu?
3. Pada saat kapan Islam mengalami madsa-masa kemunduran?
4. Factor-faktor yang mempengaruhi kemunduran umat Islam pada masa itu?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah kemajuan Islam;
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejayaan Islam;
3. Mengetahui sejarah kemunduran Islam;
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam;
5. Menjadikan pembelajaran bagi umat Islam pada saat ini.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kemajuan Dunia Islam


a) Dinasti Umayah (661-750 M)
Bani Umayah adalah keturunan Umayah bin Abdul Syams, salah satu suku Quraisy.
Dalam sejarah Islam Bani Umayah mendirikan dalam dua periode: Damascus dan Cordoba.
Dinasti umayah dimulai dengan naiknya Muawiyah sebagai khalifah pada tahun 661 M. Bani
Umayah berhasil mengokohkan kekhalifahan di Damascus selama 90 tahun (661 750).
Penyebutan Dinasti pada kekhalifahan Bani Umayah karena Muawiyah mengubah sistem
suksesi kepemimpinan dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan kepada yang
bersifat keturunan.
Muawiyah berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam dengan menaklukkan seluruh
Imperium Persia dan sebagian Imperium Bizantium. Bahasa Arab menjadi bahasa administrasi
secara resmi disamping bahasa bangsa-bangsa yang bersatu. Dan dari persatuan berbagai
Bangsa di bawah naungan Islam lahirlah benih-benih kebudayaan Islam yang baru. Kemajuan-
kemajuan diberbagai bidang mulai diraih kekhalifahan Islam diantaranya adalah:
i. Bidang ekspansi wilayah
ii. Bidang bahasa dan sastra Arab
iii. Bidang pembangunan fisik sarana prasarana penunjang kebudayaan dan pemerintahan
seperti masjid-masjid, istana-istana peristirahatan.
Sesungguhnya di masa ini gerakan-gerakan ilmiyah telah berkembang pula, seperti dalam
bidang keagamaan, sejarah dan filsafat.
Kekuasaan dan kejayaan Dinasti Bani Umayah mencapai puncaknya di zaman al-
Walid. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun. Terlalu banyak faktor yang harus mereka
hadapi untuk bisa terhindar dari kehancuran. Gaya hidup mewah (hubuddunya) jauh dari gaya
hidup Islami dikalangan keluarga para khalifah. Faktor ini turut memperlemah jiwa dan
vitalitas keluarga dan anak-anak khalifah, sehingga mereka kurang sanggup memikul beban
pemerintahan yang demikian besar. Disamping faktor ini telah menimbulkan ketidakpuasan
dikalangan orang saleh. Faktor Ketidakadilan, dan masih banyak lagi faktor lainnya.
Pada awal abad ke-8 (720 M) sentimen anti-pemerintahan Bani Umayah telah tersebar
secara intensif. Kelompok yang merasa tidak puas bermunculan. Rongrongan Khawarij dan
Syiah yang terus-menerus memandang Bani Umayah sebagai perampas khilafah.
Gerakan oposisi yang pertama-tama dinamakan Hasyimiyah dan kemudian Abbasiyah
dipimpin oleh Muhammad bin Ali. Gerakan ini mendapat dukungan terbesar dari orang-orang
khurasan yang merupakan basis partai Ali. Di bawah pimpinan panglimanya yang tangkas,
Abu Muslim al-Khurasani, gerakan ini dapat menguasai wilayah demi wilayah kekuasaan Bani
Umayah. Pada Januari 750 Marwan II, Khalifah terakhir Bani Umayah, dapat dikalahkan di
pertempuran Zab Hulu, sebuah anak Sungai Tigris sebelah timur Mosul. Ia kemudian
melarikan diri ke Mesir. Sementara itu, pasukan Abbasiyah membunuh semua anggota
keluarga Bani Umayah yang berhasil mereka tawan. Ketika mereka mencapai Mesir, sebuah
kesatuan menemukan dan membunuh Marwan II pada Agustus 750. Maka berakhirlah
kekuasaan Bani Umayah di Damaskus. Namun satu-satunya anggota keluarga Bani Umayah,
Abdurrahman (cucu Hisyam), berhasil meloloskan diri ke Afrika Utara, kemudian
menyeberang ke Spanyol. Disinilah selanjutnya ia membangun kekuasaan Dinasti Bani
Umayah yang baru dengan berpusat di Cordoba.

b) Dinasti Abasiyah (750-1258 M)


Dinasti Abbasiyah yang menguasai daulah (negara) pada masa klasik dan pertengahan
Islam. Pada masa pemerintahan Abbasiyah tercapai zaman keemasan Islam. Daulah ini disebut
Abbasiyah karena pendirinya adalah keturunan al-Abbas (paman Nabi SAW) yakni Abu Abbas
as-Saffah. Walaupun Abu Abbas adalah pendiri daulah ini, pemerintahannya hanya singkat
(750 754). Pembina daulah ini yang sebenarnya adalah Abu Jafar al-Mansur (khalifah ke-
2). Dua khalifah inilah peletak dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah.
Para sejarawan membagi Daulah Abbasiyah dalam lima periode;
1. Periode Pertama (132 H 232 H / 750 M 847 M)
Yang membedakan antara dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayah adalah masuknya
keluarga non arab ke dalam pemerintahan.Pada periode pertama ini Daulah Abbasiyah ini
pemerintahan difokuskan pada pembenahan administrasi negara ketahanan dan pertahanan.
Untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansur
kemudian memindahkan Ibukota dari al-Hasyimiyah, dekat Kufah, ke kota yang baru
dibangunnya Baghdad, pada tahun 767. di sana ia menertibkan pemerintahannya dengan
mengangkat aparat yang duduk di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dalam lembaga eksekutif
ia mengangkat wazir (menteri), ia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara,
dan kepolisian negara disamping mengembangkan angkatan bersenjata.
Meneruskan jawatan pos yang sudah ada sejak masa Bani Umayah, dengan penambahan tugas
dari selain mengantarkan surat juga untuk menghimpun seluruh informasi dari daerah sehingga
administrasi kenegaraan dapat berlangsung dengan lancar.
Kalau dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah ini diletakkan dan dibangun oleh Abu
Abbas as-Saffah dan Abu Jafar al-Mansur, maka puncak keemasan dinasti ini berada pada
tujuh khalifah sesudahnya. Mulai dari masa khalifah al-Mahdi (775 785) hingga khalifah al-
Wasiq (842 847). Puncak popularitas daulah ini berada pada zaman khalifah Harun al-Rasyid
(786 809) dan puteranya al-Mamun (813 833).
Daulah ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan
wilayah yang memang sudah luas. Dan ini pulalah yang membedakan antara Dinasti Abbasiyah
dengan Dinasti Umayah yang lebih mementingkan perluasan daerah.
Pada zaman al-Mahdi, perekonomian meningkat. Irigasi yang dibangun membuat hasil
pertanian berlipat ganda dibandingkan sebelumnya. Pertambangan dan sumber-sumber alam
bertambah dan demikian pula perdagangan internasional ketimur dan barat dipergiat. Basrah
menjadi pelabuhan penting yang sarananya lengkap.
Tingkat kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun al-Rasyid. Kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan berada
pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara
terkuat tak tertandingi.
Khalifah al-Mamun menonjol dalam hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan dengan
menerjemahkan buku-buku dari Yunani. Filsafat Yunani yang rasional menjadikan khalifah
terpengaruh dan mengambil teologi rasional Muktazilah menjadi teologi negara.
Al-Mutasim khalifah berikutnya (833 842), memberi peluang besar kepada orang Turki
masuk dalam pemerintahan. Daulah Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan.
Praktek orang Muslim mengikuti perjalanan perang sudah terhenti. Ketentaraan kemudian
terdiri dari prajurit-prajurit Turki yang profesional. Kekuatan militer menjadi sangat kuat,
akibatnya tentara menjadi sangat dominan sehingga khalifah berikutnya sangat dipengaruhi
atau menjadi boneka ditangan mereka.
1. Periode kedua (232 H 334 H / 847 M 945 M)
2. Periode ketiga (334 H 447 H / 945 M 1055 M)
3. Periode keempat (447 H 590 H / 1055 M 1199 M)
4. Periode kelima (590 H 656 H / 1199 M 1258 M)
Dinasti Umayah di Spanyol (757-1492 M)
Di belahan Barat (eropa) berdiri megah Khalifah Umayah di Spanyol dengan sebelumnya
tentara Islam pimpinan Thariq Ibnu Ziyad pada tahun 711 M menaklukkan kerajaan Visigothic
yang diperintah oleh raja Roderick. Dalam memperluas wilayah kekuasaannya kekuatan Islam
ini pada tahun 732 menyeberangi pegunungan pirenia (perbatasan Perancis), dan pastilah akan
mengubah sejarah Eropa seandainya mereka tidak dikalahkan dengan menyedihkan sekali oleh
Charles Mortel atau yang sering dipanggil Karel Martel.

c) Dinasti Fatimiyah (919-1171 M)


Syahruddin El-Fikriasa Kejayaan Islam (the golden age of Islam) ditandai dengan
penyebaran agama Islam hingga ke benua Eropa. Pada masa itulah berdiri sejumlah pemerintah
atau kekha-lifahan Islamiyah. Seperti dinasti Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, Turki Utsmani
dan Ayyubiyah.
Selain penyebaran agama, kemajuan Islam juga ditandai dengan kegemilangan
peradaban Islam. Banyak tokoh-tokoh Muslim yang muncul sebagai cendekiawan dan
memiliki pengaruh besar dalam dunia peradaban hingga saat ini. Namun, setelah perebutan
kekuasaan dan kepemimpinan yang kurang fokus, akibatnya pemerintahan Islam dikalahkan.
Salah satunya adalah dinasti Fatimiyah.
Imperium Ismailiyah yang didirikan oleh Ubaidillah al-Mahdi ini hanya mampu
bertahan selama lebih kurang dua setengah abad (909-1171 M). Ubaidillah al-Mahdi adalah
pengikut sekte Syiah Ismailiyah. Dinamakan sekte Ismailiyah, karena sepeninggal Jafar As-
Shadiq, anggota sekte Syiah Ismailiyah berselisih pendapat mengenai sosok pengganti sang
imam (Jafar as-Shadiq). Dan Ismail selaku putra Jafar yang sedianya akan dijadikan pengganti,
telah meninggal terlebih dahulu. Di saat yang sama, mayoritas pengikut Ismailiyah menolak
penunjukan Muhammad yang merupakan putra Ismail. Padahal, menurut mereka masih
terdapat sosok Musa Al-Kazhim yang dinilai lebih pantas memegang tampuk kepemimpinan
spiritual.
Maka disaat itulah, tampil Abdullah atau Ubaidillah Al-Mahdi mengambil
kepemimpinan spiritual langsung (dari jalur Ali melalui Ismail). Bersama keluarga dan para
pengikutnya, Ismailiyah menyebar di wilayah Salamiyah, sebuah pusat kaum Ismailiyah di
Suriah. Maka pada tahun 297 H atau 909 M, ia dilantik menjadi khalifah.
Pada masa kepemimpinannya, pemerintahan Dinasti Fatimiyah berpusat di Maroko,
dengan ibukotanya al-Manshur-iyah. Dinasti Fatimiyah menjalankan roda pemerintahan di
Maroko selama 24 tahun yang di pimpin oleh empat orang khalifah, termasuk Ubaidillah al-
Mahdi. Tiga orang khalifah Dinasti Fatimiyah lainnya yang pernah memerintah di Maroko
adalah al-Qaim (322-323 H/934-946 M), al-Manshur (323-341 H/946-952 M), dan al-Muizz
(341-362 H/952-975 M).
Maka sejak saat itulah, dinasti Fatimiyah berhasil menjadi salah satu pusat
pemerintahan Islam yang disegani. Puncaknya, terjadi pada masa Al-Aziz (365-386 H/975-996
M). Ia adalah putra dari Al-Muizz yang bernakma Nizar dan bergelar al-Aziz (yang perkasa).
Al-Aziz, berhasil mengatasi persoalan keamanan di wilayah Suriah dan Palestina. Bahkan,
pada masanya ini pula, ia membangun istana kekhalifahan yang sangat megah hingga mampu
menampung tamu sebanyak 30 ribu orang. Tempat-tempat ibadah, pusat perhubungan,
pertanian maupun industri mengalami perkembangan pesat.
Sementara dalam bidang pemerintahan, Khalifah al-Aziz berhasil meredam berbagai
upaya pemberontakan yang terjadi di wilayah-wilayah kekuasaannya. Dinasti ini dapat maju
antara lain karena didukung oleh militer yang kuat, administrasi pemerintahan yang baik, ilmu
pengetahuan berkembang, dan ekonominya stabil. Namun setelah masa al-Aziz Dinasti
Fatimiyah mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh, setelah berkuasa selama 262 tahun.
Bahkan, krisis di antara kekuatan dalam pemerintahan Daulah Fatimiyah itu terus
berlangsung paada masa al-Hafiz (525-544 H/1131-1149 M), az-Zafir (544-549 H/1149-1154
M), al-Faiz (549-555 H/1154-1160 M), dan al-Adid (555-567 H/1160-1171 M). Krisis internal
itu diperparah dengan majunya tentara Salib dan pengaruh Nuruddin Zangi dengan
panglimanya, Salahuddin al-Ayyubi.
Ketika khalifah al-Adid sedang sakit pada tahun 555 H/1160 M, Salahuddin al-Ayyubi
mengadakan pertemuaan dengan para pembesar untuk menyelenggarakan khotbah dengan
menyebut nama khalifah Abbasiyah, al-Mustadi. Ini adalah simbol dari runtuh dan berakhirnya
kekuasaan Dinasti Fatimiyah untuk kemudian digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah.

B. Faktor-faktor Pendukung Kejayaan Islam


1. Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dan bangsa lain
Asimilasi dengan bangsa lain membuat perkembangan ilmu pengetahuan cukup terbantu. Salah
satunya adalah asimilasi dengan Persia, yang pengaruhnya sangat kuat di bidang pemerintahan.
Selain itu, juga berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat
dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi, sedangkan pengaruh Yunani masuk
melalui terjemahan-terjamahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
2. Gencarnya gerakan penerjemah
a) Pada masa Khalifah Al-Mansyur hingga Harun ar-Rasyid. Pada fase ini penerjemahan
didominasi oleh karya-karya di bidang astronomi dan mantik.
b) Pada masa Khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah bidang filsafat dan kedokteran.
c) Setelah tahun 300H. Dalam fase ini proses penerjemahan semakin berkembang,
terutama setelah adanya pembuatan kertas.

3. Berkembangnya Kebudayaan Islam secara Mandiri


Hal ini ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam,
madrasah-madrasah dan universitas-universitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan Islam berkembang seiring
dengan perkembangan dan kemajuan-kemajuan budaya Islam sendiri yang berlangsung sangat
cepat. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan
antara unsur-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dan unsur-unsur yang berasal dari luar,
yaitu dari unsur budaya Persia, Yunani, Romawi, dan India dan unsur budaya lainnya.
Kemudian, dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa
cukup hanya menerima saja unsur budaya dari luar itu, tetapi juga mengembangkannya lebih
jauh sehingga kemudian warna dan unsur-unsur Islamnya tampak lebih dominan dalam
perkembangan Ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-Kemajuan tidak hanya dalam
ilmu pengetahuan keagamaan saja, tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada
umumnya.
4. Termotivasi oleh Metode Berpikir Filsuf Yunani
Majunya pola pikir filsuf Yunani memberikan motivasi bagi ilmuan muslim untuk lebih
banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam sehingga muncul ilmuan, seperti Jabir bin
Hayyan, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Umay Kayyam, dan Ibnu Ruyd.
5. Adanya semangat untuk Mancapai Kamajuan dalam Berbagai Ilmu Pengatahuan
Para Ilmuan Islam senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai
kemajuan ilmu dengan cara belajar dan membaca buku-buku yang bermanfaat.
Nah itulah sedikit penjelasan menganai faktor-faktor kemajuan dalam peradaban Islam,
demikian artikel ini saya buat untuk belajar tentang sejarah agama Islam dan terima kasih.
C. Kemunduran Dunia Islam
Disebut masa kemunduran karena masa-masa ini dunia Islam dalam proses penghancuran
oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengiskan dan keturunannya serta Timur Lenk yang
juga masih keturunan bangsa Mongol.
Masa kemunduran ini dapat dibagi ke beberapa fase lagi, yaitu:
1. Serangan Mongol oleh Dinasti Jengiskhan
Bangsa Mongol ini berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia
tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan dan Manchuria barat serta Turkistan timur.
Mereka mempunyai watak yang kasar, suka berperang, pengembara dan berani menghadapi
maut untuk mencapai keinginannya, dan kebringasannya dalam menentang musuh-musuhnya.
Jengiskhan menganut agama Syamaniah, menyembah bintang-bintang dan sujud kepada
Matahari yang sedang terbit. Raja-raja keturunannya yang masih menganut agama Syamaniyah
ialah Hulagukhan sampai raja yang ke VI.Sedangkan mulai dari raja yang VII (Mahmud
Ghazan) sampai raja-raja selanjutnya adalah pemeluk Islam. Dinasti Jengiskhan ini dikenal
dengan dinasti Ilkhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Hulagukhan.
Daerah-daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia kecil di
barat dan India di timur.Kedatangannya ke dunia Islam diawali dengan ditaklukkannya
wilayah-wilayah kerajaan Transoxania dan Khawarizm 1219 M; kerajaan Ghazna pada tahun
1221 M, Azarbaizan pada tahun 1223 M. dan Saljuk di Asia kecil pada tahun 1243 M. Kota
Bagdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara
Mongolia tersebut.
Pada tahun 1258 M inilah kota Baghdad jatuh ke tangan bangsa Mongol dan
mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, juga merupakan awal kemuduran politik dan
peradaban Islam. Karena pada masa itu Baghdad merupakan pusat kebudayaan dan merupakan
kawasan yang kaya akan khsanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Kejatuhan Baghdad ini tidak semata-mata karena faktor ekstern, tetapi juga karena
faktor intern yang telah meruntuhkan khilafah Abbasiyah di sana. Faktor intern itu antara lain
adanya perpecahan yang ditandai dengan lepasnya daerah kekuasaan yang kemudian
membentuk kerajaan kecil-kecil, hal tersebut berdampak pada lemahnya kekuatan ekonomi
yang juga timbul karena adanya korupsi dan keinginan untuk hidup mewah dikalangan
penguasa, dan faktor-faktor lainnya.
Dari Bagdad pasukan Mongolia menyebrangi sungai Eufrat menuju Syria, kemudian
melintasi Sinai. Pada tahun 1260 M. mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Begitu pula
daerah-daerah lain yang dilaluinya dapat ditaklukkan kecuali Mesir. Tentara Kerajaan Mamluk
yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dapat memukul mundur pasukan Mongolia dalam
sebuah pertempuran di Ain Jalut tanggal 13 September 1260 M.
Demikianlah kondisi dunia arab, terutama Baghdad dan sebagian besar derah-daerah
kerajan Islam lainnya dikuasai oleh bangsa Mongolia selama kurang lebih 85 tahun dibawah
perintah dinasti Ilkhan, yang tentunya kehadiran mereka lebih banyak membawa kehancuran
dan kemunduran dunia Islam.
Dari sekian banyak penguasa dinasti Ilkhan ada yang peduli terhadap pembangunan
kembali peradaban yang telah diahncurkannya itu. Diantaranya adalah Mahmud Ghazan (683-
703 /1295-1304), raja Ilkhan pertama yang beragama Islam. Dia seorang pelindung ilmu
pengetahuan dan sastra. Ia amat menggemari kesenian terutama arsitektur dan ilmu
pengetahuan alam, seperti astronomi, kimia, mineralogy, Metalurogi dan botani.[3] Ia
membangun semacam biara, perguruan tinggi untuk mazhab Syafii dan Hanafi, sebuah
perpustakaan , observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya.
Mahmud Ghazan diganti oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M) seorang
penganut syiah yang ekstrim. Ia mendirikan kota raja Sulthaniyah dekat Zanjan. Pada masa
pemerintahan Abu Said (1317-1335 M) pengganti Muhamad Khudabanda, terjadi bencana
kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan disertai hujan es yang mendatangkan
malapetaka. Kerajaan Ilkhan sepeninggal Abu Said menjadi terpecah belah. Masing-masing
pecahan saling memerangi . Akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.[4]
2. Serangan Dinasti Timur Lenk
Belum sempat bangkit dari kejatuhan, seabad kemudian malapetaka yang tidak kalah
dahsyatnya kembali terjadi. Penyerangan kali ini yang dipimpin oleh Timur Lenk atau Timur
si Pincang ke dunia Islam tidak kurang membawa kehancuran , bahkan ia lebih kejam daripada
Jengiskan atrau Hulagukhan. Berbeda dengan Jengiskan atau Hulagukhan yang masih
menganut kepercayaan Syamaniah, Timur Lenk ini sudah menganut agama Islam.
Pada tanggal 10 April 1370 M. Timur Lenk memproklamirkan diri sebagai penguasa
tunggal di Tranxosiana. Ia berencana untuk menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai
oleh Jengiskhan. Ia berkata : Sebagaiamana hanya ada satu Tuhan di alam ini , maka di bumi
seharusnya hanya ada seorang raja.Pada tahun 1381 M, ia menaklukkan Khurasan, terus ke
Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan.
Di setiap negeri yang ditaklukkannya ia mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap
siapa saja yang menghalangi rencananya, misalnya di Afganistan ia membangun menara yang
disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan batu dan tanah liat; Di Iran ia membangun menara
dari 70000 kepala manusia yang sudah dipisahkan dari badannya; Di India ia membantai lebih
dari 80000 tawanan; Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-
hidup.Pada tahun 1401 M. ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo
dihancurleburkan. Kepala dari 20000 penduduk dibuat Pyramid setinggi 10 hasta dan
kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap ke luar.
Banyak bangunan, seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanky
dari Ayyubi dihancurkan. Demikian pula Damaskus dikuasainya, sehingga masjid Umayah
yang bersejarah mengalami kerusakan berat. Setelah itu serangan diteruskan ke Baghdad, dan
membantai 20000 penduduknya. Dari mayat-mayat tersebut ia membuat 120 menara sebagai
tanda kemenangan. Timur lenk berambisi juga untuk menguasai kerajaan Usmani di Turki,
karena kerajaan ini banyak menguasai daerah-daerah bekas imperium Jengiskan dan
Hulagukhan.
Pada tahun 1402 M. terjadi pertempuran yang sangat hebat di Ankara. Tentara Usmani
mengalami kekalahan. Sultan Usmani (Bayazid I) sendiri tertawan dan mati dalam tawanan.
Setelah itu Timur Lenk kembali ke Samarkhand. Ia berencana mengadakan invasi ke Cina,
Namun di tengah perjalanan ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya pada usia
71 tahun. Tepatnya tahun 1404 M. dan mayatnya di bawa ke samarkhand.
Sekalipun Timur Lenk ini terkenal sangat ganas dan kejam, tetapi Timur Lenk adalah sosok
yang bisa dibilang saleh ia sempat memperhatikan pengembangan Islam. Konon ia penganut
Syiah yang taat dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah. Dalam setiap perjalanannya ia selalu
mengikutsertakan para ulama, sastrawan dan seniman. Ia sangat menghormati para ulama.
Walaupun terkadang ia memaksakan suatu fatwa kepada ulama agar memperbolehkan apa
yang dilakukannya.
3. Dinasti Mamluk di Mesir
Satu-satunya penguasa Islam yang dapat memukul mundur tentara Mongolia (Hulagukhan)
ialah tentara Mamluk yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dibawah pimpinan Sulthan
Baybars (1260-1277) sebagai Sulthan yang terbesar dan termasyhur serta dipandang sebagai
pembangun hakiki dinasti Mamluk di Mesir.
Dinasti Mamluk berkuasa sejak tahun 1250 M. menggantikan dinasti Al Ayyubi dan
berakhir tahun 1517 M. Karena dapat menghalau tentara Hulagukhan, Mesir terhindar dari
penghancuran, sebagaimana dialami di dunia Islam lain yang ditaklukkan oleh Hulagu.Dinasti
Mamluk ini mengalami kemajuan diberbagai bidang. Kemenangannya terhadap tentara
Mongolia menjadi modal dasar untuk mengusai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-
penguasa kecil menyatakan setia kepada dinasti ini. Dinasti ini juga dapat melumpuhkan
tentara Salib di sepanjang laut tengah.
Di bidang politik atau pemerintahan, pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer,
kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan pergantian
sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya
direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan
kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam
prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan.
Dalam bidang ekonomi, ia membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia,
terutama setelah kejatuhan Baghdad oleh tentara Timur Lenk, membuat Kairo menjadi kota
yang sangat penting yang menghubungkan jalur perdagangan antara Laut merah dan laut
tengah dengan Eropah. Hasil pertanian juga meningkat.
Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad
dari serangan tentara Mongolia. Karena itu ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti
sejarah, kedokteran,astronomi,matematika, dan ilmu agama.
1. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Taghribardi, dan
Ibnu Khaldun.
2. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir al-Din al Tusi. Di bidang matematika Abu al Faraj
al Ibry.
3. Dalam bidang kedokteran: Abu Hasan Ali al-Nafis penemu susunan dan peredaran darah
dalam paru-paru manusia, Abdul Munim al-Dimyathi seorang dokter hewan, dan al- Razi,
perintis psykoterapi.
4. Dalam bidang Opthalmologi dikenal nama Salah al-Din Ibnu Yusuf.
5. Dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Ibnu Taimiyah, seorang pemikir reformis
dalam Islam, al Sayuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibnu Hajar al-Asqalani
dalam Ilmu Hadits dan lain-lain.
6.Dalam bidan arsitektur. Mereka membangun bangunan-bangunan yang megah seperti
sekolah-sekolah, masjid-masjid, rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan
menara masjid.
Kerajaan Mamluk ini berakhir tahun 1517 disebabkan banyaknya panguasa yang
bermoral rendah, suka berfoya-foya dan ditambah dengan datangnya musim kemarau panjang
dan berjangkitnya wabah penyakit. Dilain pihak munculnya kekuatan baru, yaitu kerajaan
Turki Usmani yang kemudian dapat memenangkan perang melawan tentara Mamluk .
Kemudian Mesir ini dijadikan salahsatu propinsi kerajaan Usmani di Turki.
4) Spanyol
Pada abad pertengahan ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti
Bani Ahmar (1232-1492 M) yang merupakan kekuatan Islam terakhir di Spanyol seteleh
kurang lebih 7 abad setengah lamanya menguasai wilayah ini. Kota-kota lain seperti Cordova
telah jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1238 M, Sevilla lepas pada tahun 1248 dan akhirnya
Granada juga jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M.
Hal ini disebabkan karena terjadinya perpecahan diantara umat Islam terutama orang-
orang Istana dalam memperebutkan kekuasaan. Dilain pihak umat Kristen berhasil
mempersatukan diri. Abu Abdullah sebagai khalifah terakhir tidak mampu lagi membendung
serangan-serangan kristen yang dipimpin oleh Ferdinand dan Isabella, dan akhirnya dia
menyerahkan diri, dan dia sendiri hijrah ke Afrika utara.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam setelah itu,
dihadapkan kepada dua pilihan, masuk keristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun
1609 M. boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
Dunia Islam mengalami kehancuran setelah Khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh, dan baru
mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu:
Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia yang akan dibahas pada makalah
selanjutnya.
B. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya konflik
Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya
sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa
puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan
mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal
tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat
rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam
di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11
M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami
kemunduran.

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu


Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat,
di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang
Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M,
mereka masih memberi istilah ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan
yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah
sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi
makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
menpengaruhi kondisi politik dan militer
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan
pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya
juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada banyak perilaku yang patut diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap sejarah
perkembangan Islam di abad pertengahan khususnya pada masa kemunduran,yakni:
1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan
kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak
terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk
memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh
karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang antara
kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya
melalui rujukan Al Quran dan Hadis.
2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal
dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi kemudian
mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat islam
3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu
Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam untuk
terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh
muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi seluruh
dunia.

Daftar Pustaka
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada,1993
http://ismat89.blogspot.com/2012/03/Sejarah peradaban Islam.html

Anda mungkin juga menyukai