Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERADABAN ISLAM MASA KERAJAAN MUGAL DI INDIA

UNTUK MEMENUHI TUGAS


KONSEP SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen pembimbing
ARISTA IKA W.,M.Pd.I

Di susunoleh :
SITI NURKHOMAH
PGMI SEMESTER IV

PROGRAM S-1
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
STAI MUHAMMADIYAH TULUNG AGUNG
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah,puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayahnya kepada kita, sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Peradaban Islam Masa Kerajaan Mugal di
India” Shalawat beriring salam kita ucapkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW.
Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada kita menjadi mahasiswa berilmu
pengetahuan tinggi. Kita selaku penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan sangat berguna bagi kesempurnaan
tugas ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tulungagung, April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................... 1
BAB II PENDAHULUAN
A. Awal Berdirinya Kerajaan Mughal India ............................................ 2
B. Fase-fase pemerintahan kerajaan Mughal India .................................. 3
C. Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Mughal ......................................... 6
D. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal .................................. 7
BAB III Kesimpulan ....................................................................................... 9
Daftar Pustaka ................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh pada tahun 1258
akibat serangan tantara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami
kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya terpecah belah menjadi
beberapa kerajaan kecil, satu sama lain saling berperang d an
menjatuhkan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih luas lagi.
Pada abad XVI (periode pertengahan) situasi politik islam
berkembang kembal, menjadi sebuah system politik yang “relatif universal”
dengan munculnya tiga kerajaan besar yang salah satunya adalah kerajaan
Mughal di India. Umat islam yang terpacah-pecah menjadi pendukung dari
setiap kantong-kantong pranata politik yang bercarai berai di seluruh
kawasan dunia islam, mampu disatukan kembali.
Kerajaan mughaldi India merupakan salah satu kerajaan Islam
terbesar di dunia yang tidak dapat dihilangkan dalam lintasan sejarah
peradaban Islam. Kerajaan ini mulai muncul pada abad 15 M.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana awal berdirinya kerajaan Mughal India?
2. Bagaimana fase-fase pemerintahan kerajaan Mughal India?
3. Apa saja kemajuan yang dicapai kerajaan Mughal?
4. Apa penyebab kemunduran dan runtuhnya kerajaan Mughal India?

III. TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui awal berdirinya kerajaan Mughal India
2. Untuk mengetahui fase-fase pemerintahan kerajaan Mughal India?
3. Untuk mengetahui apa saja kemajuan yang dicapai kerajaan Mughal
4. Untuk mengetahui penyebab kemunduran dan runtuhnya kerajaan
Mughal India?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Berdirinya Kerajaan Mughal India


Sejarah islam di India memiliki proses yang sangat panjang.
Gambaran umum ketika islam masuk di wilayah ini menunjukkan suatu
indikasi yang sangat menyulitkan bagi proses islamisasi. Namun ketika
pemerintahan Umayyah sejak tahun 711 M, mulai di kenalkan islam di
wilayah ini dan mulai terbentuk pemerintahan muslim yaitu diantaranya
periode Muhammad bin Qosim sampai Gaznawi (711-1186 M) dan periode
Kesultanan Delhi (1192-1525). Namun setelah periode Kesultanan Delhi,
kondisi kekuatan islam di India mengalami kemunduran dan menunjukkan
hal yang sangat rumit, yakni bangkitnya pikiran lama yang percaya bahwa
setiap kerajaan yang merdeka adalah khalifah ditengah-tangah
lingkungannya sendiri. Ibrahim Lodi (1517-1526) sebagai pewaris
kesultanan budak yang terakhir di Delhi India, mengalami berbagai
kesulitan menegakkan kembali kewibawaan politiknya, mungkin karena
ketidakmampuannya memerintah.1
Atas dasar itu Alam Khan yaitu keluarga Lodi yang lain mencoba
menggulingkannya dengan bantuan Zahirudin Babur (1482-1530M).
permintaan itu langsung diterima dan bersama pasukannya menyerang
Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat
dahsyat di Panipat. Ibrohim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh, dan
Zahirudin Babur mengikrarkan kemenangannya dan kemudian menegakkan
pemerintahannya. Dengan demikian, berdirilah kerajaan Mughal dan
mengakhiri kesultanan budak-budak Turki. Kerajaan Mongol dan Mughal di
India memiliki keterkaitan karena sama-sama didirikan oleh bangsa Mongol
dan keturunannya. Sedangkan pengambilan nama Mughal adalah dari nama
kebesaran bangsa Mongol.2

1
Ajid Thahir, Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada 2004), hlm. 202
2
Drs.H.Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2002), hlm.142

2
B. Fase-fase pemerintahan kerajaan Mughal India
1. Pemerintahan Babur
Zahirudin Muhammad atau lebih dikenal dengan Babur yang
berarti singa adalah putera dari Umar Syaikh Mirza seorang penguasa
di negeri Farghanah (Asia Tengah). sedangkan ibunya keturunan
Jenghis Khan.3 Masa pemerintahan Babur ditandai dengan dua
persoalan besar, yakni bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu di seluruh
India yang mencoba melepaskan dari kekuasaan Islam yang gejolak
politiknya dapat diredam oleh Babur dan munculnya penguasa muslim
yang tidak mengakui pemerintahannya di Afghanistan, namun Babur
dapat menyelesaikannya dengan pertempuran di Gograth pada tahun
1529M. Babur hanya dapat menikmati usahanya merintis kerajaan
Mughal selama lima tahun. Pada tahun 1530 M, Babur meninggal
dunia dengan mewariskan wilayah kekuasaan yang begitu luas dan
karier politik yang sangat cemerlang. Ia menyerahkan kekuasaan pada
putra sulungnya Humayun.
2. Pemerintahan Humayun
Humayun memerintah tahun 1530-1539 M dan 1555-1556 M.
Periode pemerintahannya banyak diwarnai kerusuhan dan berbagai
pemberontakan. Pada tahun 1539 M Sher Khan Suri menginvasi
pemerintahan Humayun di Delhi. Pasukan Humayun hancur dan
Negara dalam kondisi tak menentu sedangkan Humayun barhasil
meloloskan diri dan diterima baik oleh sultan Syafawi, Shah
Tahmasph.yang kemudian membantu memberinya pasukan militer
sebanyak 12.000 dan kemudian terkumpul menjadi 14.000 orang.
Humayun mencoba kembali merebut kekuasaannya di Delhi.
Pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu diperintah
Sikandar Sur. Akhirnya ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa
memerintah kembali sampai tahun 1556 M . pada tahun 1556 M, ia

3
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007), hlm. 314

3
meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yang bernama Jalaludin
Muhammad Akbar.
3. Pemerintahan Akbar
Ia adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti ini, dan ialah
yang sebenarnya menciptakan system kerajaan. Sultan Akbar terkenal
dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal baik
dalam aspek sosial maupun pemikiran keagamaan. Masa
pemerintahannya cukup berhasil dan sangat stabil bahkan wilayah-
wilayah kekuasaannya semakin luas. Dasar-dasar kebijakan sosialnya
dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan cara ini, semua
rakyat dipandang sama, meraka tidak dibedakan sama sekali oleh
ketentuan agama atau lapisan sosial.
Inilah periode yang benar-benar sinkretik membumi di India,
suatu usaha pemerintahan islam untuk bisa diterima di kalangan
rakyat India.. sultan Akbar ingin menembus batas-batas terdalam
tradisi Hinduistik dan agama-agama lain di India. Ia meninggal pada
tahun 1605 M setelah menderita sakit yang cukup parah karena
kawan-kawan dekatnya dibunuh oleh anaknya Jahangir, mungkin
disebabkan adanya rasa cemburu yang terlalu banyak sehingga
memengaruhi ayahnya.
4. Pemerintahan Jahangir
Periode Jahangir (1605-1627M) adalah masa-masa stabil. Ia
memerintah didasarkan pada pandaangan yang pragmatis dalam
melihat sebuah fungsi kepemimpinan. Menurutnya kedaulatan raja
adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian, tidak begitu penting
menjalankan hukum Tuhan (syariah). Yang diperlukan adalah
bagaimanamemelihara kelestarian kehidupan duniawi ini, dan Tuhan
memilih seorang pemimpin itu.
Ia menerapkan hukum islam hanya sebatas pada lembaga
pengadilan saja seperti pada masa ayahnya, Akbar. Dalam kasus
umum, hukum islam hanya berlaku bagi umat islam, sedangkan
hukum kriminal berlaku bagi seluruhnya. Jahangir adalah sultan yang

4
toleran dan sekuler serta punya kebijakan-kebijakan politik yang
liberal, seperti yang di teladani dari ayahnya.
5. Pemerintahan Syeh Jehan
Pada periode ini kondisi Negara benar-benar stabil dan
mengalami puncak keemasan yang luar biasa diantara kesultanan
mughal, kecuali pada pemerintahan Akbar dan setalah syekh Jehan,
Aurangseb. Pada periode ini dikembangkan kembali penaklukkan
wilayah sampai pada batas-batas India seperti Kandahar, Balkh,
Badakhsan dan Samarkhand. Kesan-kesan keberhasilannya diwarnai
dengan suksesnya menata politik kenegaraannya.
Faktor-faktor yang mendorong puncak kemajuannya adalah
sebagai berikut:
a. Syeh Jehan adalah seorang terpelajar, ia memiliki bakat
kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni.
b. Kondisi sosial politik sangat stabil, mewakili kondisi yang
sebelumnya.
c. Memberikan penghargaan yang luar biasa kepada para ilmuwan
dan ahli seni dan bangunan.
Pada periode Syeh Jehan terutama pada akhir kekuasaannya
adaa dua kebijakan yang secara keseluruhan dimainkan oleh kedua
putranya, Darsyikuh dan Aurangseb, darsyikuh lebih berpikiran
universal yakni lebih banyak menggunakan hukum-hukum hindu
sedangkan Aurangseb lebih menekankan tradisi keislaman. Dan pada
akhirnya Darsyikuh dibunuhn oleh Aurangseb dan ayahnya,
sedangkan Syeh Jehan dipenjarakan. Ia mewarisi kesultanan pada
tahun 1658 M.

6. Pemerintahan Aurangzeb
Sepanjang masa pemerintahannya antara tahun 1658-1707 M,
politik dan agama. Dalam penaklukan wilayah-wilayah baru
keberhasilannya sangat luar biasa. Dibandingkan sultan akbar yang
menguasai wilayah baru sebanyak 15 daerah, Aurangzeb bisa

5
mencapai 21 daerah baru: 14 daerah di india utara dan 6 di daerah
dekkan dan satu buiah di Afghanistan.
Ia menerapkan nilai-nilai syariah yang ketat pada
pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang
begitu diperhatikan bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik
islamnya didasarkan pada Alquran dan Sunnah serta dukungan para
ulama’ sangat kuat, btetapi dilain pihak membuat kecemburuan. Kaum
muslimin menganggap ia sebagai waliullah karena pembelaanya pada
nilai-nilai syariah. Hal ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar
biasa. Sebaliknya, orang yang hindu fanatik menganggap iasebagai
pemimpin yang zalim walaupun masih banyak pula kelompok non-
muslim yang memberi dukungan karena keadilannya.4

C. Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Mughal


Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung
pencapaian kemajuan di bidang perekonomian, ilmu pengetahuan dan
peradaban. Kemajuan bidang ekonomi ditandai dengan kemajuan sektor
pertanian dan perindustrian. Pada masa ini dikembangkan penanganan
pertanian secara terstruktur.
Ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dibandingkan
dengan kemajuannya di masa-masa sebelumnya. Yang lebih menonjol
adalah kemajuan dalam bidang seni syair dan seni arsitektur. Karya seni
yang masih dapat dinikmati sekarang merupakan karya seni terbesar yang
dicapai kerajaan Mughal adalah karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan, seperti istana Fatpur Sikri di Sikri dan Taj Mahal pada masa
Syeh Jehan di Agra.5

4
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, hlm. 203-211
5
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 143

6
D. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak
kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan
kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18
M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran.
Adapun hal-hal yang menyebabkan kemunduran kerajaan Mughal
antara lain karena kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi
kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis
Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur
semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris
yang untuk pertama kali diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di
India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai
wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb pemberontakan terhadap pemerintahan pusat
memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Setelah ia wafat, penerusnya
rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang
ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tata kerajaan dipegang oleh
Muazzam, yang kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Setelah
Bahadur meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi
perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana. Bahadur Syah diganti oleh
anaknya, Azimus Syah. Setelah Azimus, raja-raja berikutnya adalah
Jihandar Syah, kemudian Farukh Siyar (1719 M), Muhammad Syah (1719-
1748 M), Ahmad Syah (1748-1754 M), dilanjutkan oleh Alamghir II (1754-
1759 M), dan kemudian dilanjutkan oleh Syah Alam (1761-1806 M), Akbar
II (1806-1837 M), kemudian di lanjutkan Bahadur Syah (1837-1858 M).
Pada tahun 1761 M, Kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani
dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu Mughal
berada di bawah kekuasaan Afghan, meskipun Syah Alam tetap diizinkan
memakai gelar Sultan.
Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ini,
pada tahun itu juga, perusahaan inggris (EIC) yang sudah semakin kuat

7
mengangkat senjata melawan pemerintah kerajaan Mughal. Pihak EIC
mengalami kerugian, karena penyelenggaraaan administrasi perusahaan
yang kurang efisien. Untuk menutupi kerugian tersebut dan sekaligus
memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi
terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena merasa ditekan,
rakyat baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan
pemberontakan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India
terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Akan tetapi, perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah,
karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan
Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para
pemberontak. Mereka diusir dari Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang
dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana
(1858 M). Dengan demikian, berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal
di daratan India, dan tinggalah di sana umat Islam yang harus berjuang
mempertahankan eksistensi mereka.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti
Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi
militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau
oleh kekuasaan maritimMughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat.
Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan
buatan Mughal sendiri.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan
ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik
antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan.6

6
Drs. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1995), hlm. 159-163

8
BAB III
KESIMPULAN

Fase-fase pemerintahan kerajaan Mughal India :


1. Pemerintahan Babur
2. Pemerintahan Humayun
3. Pemerintahan Akbar
4. Pemerintahan Jahangir
5. Pemerintahan Syeh Jehan
6. Pemerintahan Aurangzeb
Ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dibandingkan
dengan kemajuannya di masa-masa sebelumnya. Yang lebih menonjol adalah
kemajuan dalam bidang seni syair dan seni arsitektur. Karya seni yang masih
dapat dinikmati sekarang merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan
Mughal adalah karya arsitektur yang indah dan mengagumkan, seperti istana
Fatpur Sikri di Sikri dan Taj Mahal pada masa Syeh Jehan di Agra.

Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak


kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran
yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini
memasuki masa-masa kemunduran

hal-hal yang menyebabkan kemunduran kerajaan Mughal antara lain


karena kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat
pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di
belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam.
Sementara itu, para pedagang Inggris yang untuk pertama kali diizinkan oleh
Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata
semakin kuat menguasai wilayah pantai.

9
faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu mundur pada
satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada kehancurannya pada tahun
1858 M, yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer
Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh
kekuasaan maritimMughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan
mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal
sendiri.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide
puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat
sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah
dalam bidang kepemimpinan

10
DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thahir, Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada 2004), hlm. 202
Drs.H.Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2002), hlm.142
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007), hlm. 314
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, hlm. 203-211
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 143
Drs. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 159-163

11

Anda mungkin juga menyukai