Anda di halaman 1dari 41

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI


MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DI MI SUNAN GIRI BORO KEDUNGWARU

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

FITRIANI SAFA’AH
NIM. 12205173088

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
JUNI 2020
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DI MI SUNAN GIRI BORO KEDUNGWARU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung
Guna Menyusun Skripsi Sebagai Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH

FITR IAN I S AFA’


AH
NIM. 12205173088

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
JUNI 2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Pada


Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Problem Based
Learning Di Mi Sunan Giri Boro Kedungwaru” yang ditulis oleh Fitriani
Safa’ah, NIM. 12205173088 ini telah diseminarkan dan disetujui untuk dijadikan
acuan pelaksanaan penelitian dalam rangka menyusun skripsi.

Tulungagung, 08 Mei 2020


Pembimbing,

Suwanto, M.Si.
NIP. 198512122018011002

iii
A. Konteks Penelitian

Pendidikan pasti dibutuhkan oleh setiap manusia dalam kehidupannya.


Karena dengan pendidikan lah mereka mampu menemukan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki. Sebagai warga Indonesia tentunya
selain memiliki hak memperoleh pendidikan, warga Indonesia juga memiliki
hak untuk mengikuti pendidikan yang bermutu. Hal ini tertuang dalam UU
Sisdiknas Pasal 5 disebutkan bahwa “Setiap warga Negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.”1 Dimana Proses
pendidikan yang baik dan bermutu akan melahirkan individu dan masyarakat
yang inovatif, pada saat bersamaan masyarakat inovatif akan mengenali dan
mengetahui strategi dan teknis mengakomodasi setiap perubahan melalui
berbagai inovasi. 2 Proses pendidikan yang baik ini tak lepas dari kegiatan
pembelajaran didalamnya yang turut menjadi faktor pendukung dalam
kemajuan bidang pendidikan. Pembelajaran merupakan kegiatan
pendidikan di sekolah yang berfungsi membantu pertumbuhan dan
perkembangan siswa guna tumbuh kea rah positif. Maka cara belajar siswa
di sekolah diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung sembarangan tanpa
tujuan. Melalui sistem pembelajaran di sekolah, anak melakukan kegiatan
belajar dengan tujuan akan terjadi perubahan positif pada diri siswa menuju
kedewasaan. 3
Tujuan pendidikan ini pun juga didukung dengan tujuan pendidikan
nasional yang terdapat dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3. Dalam mencapai
tujuan pendidikan ini tidak luput dari adanya proses pembelajaran
dengan guru berperan penting dalam prosesnya. Pendidikan pada jenjang
Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah merupakan jenjang
pendidikan yang
memberikan siswa kemampuan-kemampuan dasar sehingga nantinya ia
akan

1
Depdiknas, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
& Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Visimedia, 2008),
hal. 6.
1
2
Khirjan Nahdi, Pendidikan dan Modernisasi Peradaban, (Yogyakarta: Cakrawala,
2018), hal. 57.
3
Ummu Khair, Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra (BASASTRA) di SD dan MI,
Ar-Riayah: Jurnal Pendidikan Dasar, No. 1, Vol. 2, 2018, hal. 82.

2
mudah memahami materi yang diberikan di jenjang selanjutnya. Antara lain
kemampuan-kemampuan tersebut adalah kemampuan dasar aksara yakni
keterampilan membaca, menulis, dan menghitung.4 Bahasa Indonesia
adalah salah satu mata pelajaran yang mencakup keterampilan dasar yang
harus dikuasai siswa. Ini menjadikan bahasa Indonesa sebagai salah satu
mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.
Bahasa Indonesia memiliki banyak kedudukan penting dalam
masyarakat juga pendidikan negeri ini. Bahasa Indonesia dipandang sebagai
bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Salah satu upaya untuk melestarikan
bahasa Indonesia di tengah maraknya globalisasi dan penanaman
bahasa asing adalah dengan memberikan bahasa Indonesia sebagai bahan
pelajaran untuk generasi masa depan bangsa. Diharapkan bahasa Indonesia
menjadi langkah awal untuk membantu siswa mengenal dirinya,
budayanya, bagaimana ia mengemukakan gagasan dan perasannya,
berpartisipasi dalam lapisan masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut
dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang
ada dalam dirinya. Sama seperti mata pelajaran lainnya, bahasa Indonesia
sebagai mata pelajaran mempunyai kompetensi sebagai syarat lulus.
Kompetensi-kompetensi tersebut memuat keterampilan-keterampilan yang
harus dikuasai siswa. Keterampilan berbahasa tersebut meliputi keterampilan
berbicara, menyimak, membaca, dan menuliss. Keterampilan berbicara
dan menulis bersifat ekspresif atau produktif yaitu memberikan informasi,
sedangkan keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif yaitu
menerima informasi. 5
Salah satu keterampilan yang wajib dikuasai siswa adalah keterampilan
berbicara. Keterampilan ini bersifat produktif atau memberikan
informasi. Menurut Saddhono dan Slamet dalam Putri dan Elvina
mengatakan bahwa
keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata
dalam

4
Nur Asiah, Pembelajaran Calistung Pendidikan Anak Usia Dini dan Ujian
Masuk Calistung Sekolah Dasar di Bandar Lampung, Jurnal Terampil: Jurnal Pendidikan dan
3
Pembelajaran Dasar, No. 1, Vol. 5, 2018, hal. 20.
5
Delia Putri dan Elvina, Keterampilan Berbahasa di Sekolah Dasar: Melalui Metode
Game’s, Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2019), hal. 1.

4
rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta
perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
penyimak atau pendengar agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh
penyimak atau pendengar sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. 6
Peran keterampilan berbicara ini sangat penting terlebih lagi untuk terjun di
masyarakat, karena pada dasarnya berbicara adalah salah satu langkah untuk
kita mengetahui informasi. Keterampilan berbicara merupakan bidang
pembelajaran yang sangat penting karena keterampilan berbicara siswa juga
sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengemukakan ide-idenya.
Dalam lingkungan pendidikan, siswa dituntut terampil berbicara selama
dalam proses pembelajarn. Siswa harus mampu mengutarakan gagasan,
menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan dengan baik sehingga siswa
yang lain mengerti apa yang dimaksud dari pertanyaannya. Ketika
melaksanakan diskusi, siswa dituntut terampil mengemukakan pendapat,
mempertahankan pendapat, menyanggah pendapat siswa lain atau
7
memengaruhi siswa lain agar mengikuti alur pemikirannya.
Tetapi masalahnya, di zaman sekarang yang sudah memasuki era teknologi
tinggi tidak membuat keterampilan berbicara siswa sekolah dasar tentunya
meningkat. Di beberapa tempat dibuktikan bahwa keterampilan
berbicara siswa masih tergolong rendah. Siswa masih tidak memiliki
keberanian untuk berbicara di depan kelas. Pembelajaran yang seperti ini
tidak melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, sehingga kemampuan
berbicara siswa kurang tereksplor kurang baik. 8 Penggunaan model
pembelajaran konvensional dengan guru sebagai pusat belajar juga diyakini
ikut menjadi faktor kurangnya keterampilan berbicara anak karena anak
terbiasa untuk mengikuti semua kehendak guru tanpa mengungkapkan
ide atau gagasan
yang ia punya.

6
Ibid.., hal. 3.
7
Mirnawati, Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas I SD Melalui
Media Gambar Seri di SDN 06 Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, JPPI: Jurnal
Penelitian Pendidikan Indonesia, No. 2, Vol. 3, 2017, hal. 94-95.

3
8
Ibid.., hal. 95.

3
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan ini adalah penggunaan model pembelajaran problem based
learning. Model pembelajaran ini memberikan masalah untuk
dipecahkan sebagai bahan pembelajaran. Sanjaya dalam Lismaya
mengatakan bahwa Problem Based Learning dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. 9 Ini artinya model
pembelajaran problem based learning memiliki kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa, sehingga tanpa disadari
akan mengembangkan sisi keterampilan berbicara yang dimiliki peserta
didik. Sebelum dilakukan penelitian ini, penelitian tentang penggunaan
model pembelajaran problem based learning pernah dilakukan oleh Dahlia
Dwi Swandari, Amir dan Sadiman dengan judul penelitian “Peningkatan
Keterampilan Berbicara Melalui Problem Based Learning” dalam
penelitiannya dilaksanakan di kelas V dengan hasil penelitian
menunjukkan perubahan positif pada tiap-tiap siklusnya. Itu artinya
peningkatan keterampilan berbicara melalui penggunaan model pembelajaran
problem based learning berpengaruh positif. Berpijak pada penelitian
ini, maka peneliti mengambil penelitian kualitatif dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
di MI Sunan Giri Boro Kedungwaru.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka


terdapat fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan model pembelajaran problem based learning
dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa MI Sunan Giri
Boro?

9
Lilis Lismaya, Berpikir Kritis & PBL: Problem Based Learning, (Surabaya: Media
Sahabat Cendekia, 2019), hal. 13.
4
2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran problem based learning
pada keterampilan berbicara siswa MI Sunan Giri Boro?
3. Bagaimana evaluasi penerapan model pembelajaran problem
based learning pada keterampilan berbicara siswa MI Sunan Giri Boro?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dijabarkan, maka


dapat diketahui tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran problem
based learning dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa MI
Sunan Giri Boro.
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan model pembelajaran problem
based learning pada keterampilan berbicara siswa MI Sunan Giri Boro.
3. Untuk mendeskripsikan evaluasi penerapan model pembelajaran
problem based learning pada keterampilan berbicara siswa MI Sunan
Giri Boro.
D. Kegunaan Penelitian

Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan nantinya


akan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1 Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa MI Sunan Giri
dengan menerapkan model pembelaran problem based learning. Dengan
adanya modifikasi pembelajaran maka minat dan motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran akan meningkat.
2 Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk menambah
wawasan pengetahuan terkait dengan model pembelajaran problem
based learning dan keterampilan berbicara siswa yang perlu
dikembangkan.

5
b. Bagi Siswa
Meningkatnya keterampilan berbicara siswa baik didalam
pembelajaran maupun luar pembelajaran.
c. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru di MI Sunan Giri
Boro sebagai bahan kajian untuk menjadikan model pembelajaran
problem based learning sebagai salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bersama siswa MI Sunan
Giri Boro.
d. Bagi Sekolah
Bagi lembaga MI Sunan Giri Boro hasil penelitian ini dapat
dijadikan sumbangan pemikiran yang bersifat konstruktif
dan inovatif sehingga nantinya dapat memberi kesempatan dalam
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami istilah yang


dipakai dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai
berikut:
1. Penegasan Konseptual
a. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran
berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra
bicara.10
b. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Model

6
10
Putri dan Elvina, Keterampilan Berbahasa….., hal. 3.

7
pembelajaran ini memberikan masalah untuk dipecahkan
sebagai bahan pembelajaran. 11
2. Penegasan Operasional
Dari judul penelitian ini dan konsep yang telah dijabarkan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut. Secara operasional pengertian dari
Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning di MI
Sunan Giri Boro Kedungwaru adalah suatu usaha meningkatnya
kapasitas individu dalam hal kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi
dari ide atau gagasannya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia melalui
pola pembelajaran yang menekankan pada pemberian masalah dalam
pembelajarannya pada siswa MI Sunan Giri Boro. Pada penelitian ini
peneliti akan mengkaji peningkatan keterampilan berbicara melalui
model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran bahasa
Indonesia di MI Sunan Giri Boro. Untuk mengetahui hasil penelitian
tersebut dapat menggunakan metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi dalam teknik pengumpulan data.
F. Penelitian Terdahulu

Sebelum adanya penelitian ini terdapat beberapa penelitian atau tulisan


yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran terkait dengan
perkembangan atau peningkatan keterampilan berbicara atau berkomunikasi
siswa. Lokasi penelitian ini berada di MI Sunan Giri Boro. Adapun fokus
dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berbicara di MI Sunan Giri Boro. Namun disini peneliti mencoba mencari
celah dari judul yang persis dengan judul yang dikaji oleh peneliti.
Penelitian tersebut diantaranya:

11
Lismaya, Berpikir Kritis…, hal.
13.

7
No Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
penelitian
1 Yuyun Upaya Penelitian ini Sumber dalam
Wahyuningsih Peningkatan sama-sama penelitian ini
Keterampilan mengambil diperoleh dari
Berbicara Siswa variabel Problem siswa kelas X.2
dengan Metode Based Learning SMA N 1
Problem Based dan keterampilan Kutowinangun,
Learning pada berbicara pada Kebumen.
Pembelajaran siswa. Penelitian ini
Bahasa menggunakan
Indonesia di jenis penelitian
SMA Negeri 1 PTK.
Kutowinangun
Kebumen
2 Indriyani Puspa Pengaruh Model Variabel bebas Jenis penelitian
Sari Problem Based dari penelitian ini yang digunakan
Learning adalah model adalah penelitian
Terhadap pembelajaran kuantitatif dengan
Kemampuan Problem Based metode penelitian
Berkomunikasi Learning. Quasi
Lisan dan Hasil Variabel terikat Eksperimen.
Belajar Kognitif dalam penelitian Populasi
Siswa SMA ini juga memiliki penelitian ini
Negeri 15 kesamaan dengan adalah peserta
Bandar milik peneliti didik kelas X
Lampung pada yakni komunikasi SMA Negeri 15
Materi Virus dan berbicara Bandar Lampung.
yang mempunyai
artian hampir
sama

3 Arie Kharisma Peningkatan Penelitian ini Penelitian ini


Lestari Keterampilan sama-sama menggunakan

8
Berbicara Pada meneliti tentang fokus penelitian
Siswa Kelas IV peningkatan terhadap media
SDN 02 keterampilan audio dalam
Bantarbolang berbicara pada meningkatkan
Kabupaten siswa sekolah keterampilan
Pemalang dasar kelas IV berbicara siswa.
dan
menggunakan
jenis penelitian
yang sama yakni
kualitatif.
4 Ayu Pengaruh Model Penelitian ini Penelitian ini
Sumunaringtiasih Problem Based sama-sama mengambil
Learning (PBL) mengambil pendekatan
Terhadap model kuantitatif dengan
Kemampuan pembelajaran jenis penelitian
Komunikasi problem based eksperimen semu.
Matematis learning. Dan Variabel terikat
Siswa komunikasi erat yang diteliti
kaitannya dengan adalah
keterampilan kemampuan
berbicara yang komunikasi pada
memiliki bidang matematis
kesamaan dengan (matematika)
variabel terikat dengan populasi
yang akan diteliti penelitian seluruh
dalam penelitian siswa kelas VII
ini. SMP Negeri 1
Punggur.
5 Fadlilah Siti Penerapan Persamaan dari Penelitian ini
Firdauzi, Rahma Model penelitian ini dilakukan pada
Widiantie, dan Pembelajaran dengan milik siswa jenjang
Handayani Problem Based peneliti adalah SMA dengan

9
Learning sama-sama metode penelitian
Dipadu Metode menerapkan yang diambil
Debat Terhadap model adalah metode
Kemampuan pembelajaran Quasy
Berargumentasi problem based eksperimen
learning dalam dengan desain
kemampuan Pre-Test and
berbicara Post-Test Control
mengeluarkan Group Design.
argumentasi. Dengan jenis
penelitian
kuantitatif.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada pendekatannya termasuk kedalam
penelitian kualitatif deskriptif. Maksudnya penelitian kualitatif
adalah proses menemukan sesuatu dengan hasil berupa kata-kata atau
gambar dan bukan berupa angka. Data yang didapatkan berasal dari
wawancara catatan laporan, dokumen, dan lain-lain yang analisisnya
mengutamakan pendeskripsian daripada statistik numerik. Penelitian
Kualitatif menurut Denzin & Lincoln dalam Anggito dan Setiawan
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai
metode yang ada dalam penelitiannya. Juga Erickson menyatakan
bahwa penelitian kualitatif berusaha menemukan dan menggambarkan
secara naratif mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. 12
Selain mempunyai maksud menafsirkan fenomena yang ada
penelitian kualitatif bertujuan mendapatkan pemahaman yang sifatnya

12
Abi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: Jejak
Publisher, 2018), hal. 7.

10
umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. 13 Dalam hal
ini pendekatan pada penelitian bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan tentang model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap keterampilan berbicara siswa. Yang merupakan empat dari
keterampilan yang wajib dikuasai peserta didik dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Dimana pengumpulan data diperoleh
secara sistematis.
Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah studi kasus.
Dimana dalam penelitian studi kasus peneliti terjun langsung dalam
penelitian untuk mengambil data. Studi kasus adalah bagian dari metode
kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu yang dilakukan
secara mendalam dengan melibatkan berbagai pengumpulan sumber
informasi. Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan
studi atau penelitian yang mendalam tentang perorangan maupun
kelompok, fenomena sosial yang ada mencakup program, organisasi,
budaya maupun agama dan lain sebagainya. 14 Metode studi kasus
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu gejala, fakta atau
realita yang ada dalam bentuk deskripsi. Peneliti dalam penelitian ini
bermaksud untuk menggambarkan tentang bagaimana peningkatan
keterampilan berbicara siswa MI Sunan Giri Boro Kedungwaru dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning.
2. Kehadiran Peneliti
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sangat penting.
Dimana peneliti berperan dalam proses pengumpulan data. Dengan kata
lain, yang menjadi instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri. Dijelaskan oleh Miles dalam Anggito dan
Johan Setiawan yang menyatakan bahwa kehadiran peneliti di lapangan
dalam penelitian kualitatif adalah suatu yang mutlak. Karena peneliti
bertindak
sebagai instrumen penelitian sekaligus pengumpul data.
Keuntungan

11
13
Ibid.., hal. 16.
14
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya, (Jakarta: Grasindo, 2013), hal. 49-50.

12
yang didapat dari kehadiran peneliti sebagai instrumen adalah
subjek lebih tangap akan kehadiran peneliti, peneliti dapat
menyesuaikan diri dengan setting atau lokasi penelitian. 15
Pada penelitian kualitatif semua kegiatan penelitian mengharuskan
keterlibatan langsung si peneliti yang nantinya akan memudahkan
peneliti itu sendiri dalam menafsirkan semua informasi atau data yang
telah terkumpul. Dengan hadirnya peneliti sebagai sumber penelitian
dalam kegiatan perolehan data atau informasi peneliti dapat menangkap
arti yang sebenarnya. Kehadirannya pun tidak diwakilkan. Dalam
penelitian ini peneliti ikut turun ke dalam proses pembelajaran di MI
Sunan Giri Boro sebagai pelaksana utama dalam melakukan penelitian.
Demi mendapatkan informasi dan data yang diperlukan.
Instrumen selain manusia dapat juga berupa seperti pedoman
wawancara, observasi, ataupun dokumentasi. Tetapi fungsi dari
instrumen-instrumen tersebut terbatas dan berfungsi sebagai pendukung
tugas dari peneliti. Maka dari itu, kehadiran peneliti dalam penelitian ini
sangat diperlukan dalam proses pengumpulan data tentunya. Karena
kehadiran peneliti di lapangan itu sendiri guna memperoleh
data sebanyak mungkin dan mencari keabsahan dari data yang
diperoleh ketika melakukan penelitian kualitatif. Oleh karena itu ketika
melakukan pengumpulan data, peneliti harus bersikap sebijak mungkin
demi data yang terkumpul benar-benar relevan dan terjamin
keabsahannya.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini difokuskan di MI Sunan Giri Boro
Kedungwaru. Alasan dari peneliti memilih lembaga ini sebagai lokasi
penelitian karena berdasakan studi pendahuluan yang peneliti tunjukkan.
MI Sunan Giri Boro Kedungwaru merupakan lokasi yang sesuai dengan
judul yang telah ditulis peneliti. Mengingat kemampuan berbicara
dari beberapa siswa baik dalam menyuarakan pendapatnya dalam
sebuah forum diskusi,
ataupun bercerita ke depan kelas masih merasa kesulitan.
13
Sedangkan

15
Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian…, hal. 75.

14
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sendiri ada empat kompetensi
yang wajib dikuasai siswa salah satunya adalah keterampilan berbicara.
Maka dari itu, peneliti mengambil lokasi penelitian MI Sunan Giri Boro
Kedungwaru sebagai lokasi penelitiannya.
4. Sumber Data
Data dalam metode penelitian kualitatif adalah segala
informasi baik lisan maupun tulisan, bahkan dapat berupa gambar atau
foto ataupun segala hal yang dapat berkontribusi untuk menjawab
masalah penelitian sebagaimana yang telah dinyatakan dalam rumusan
masalah atau fokus penelitian yang disusun.16 Sumber data adalah
segala hal baik itu kata- kata, tindakan maupun dokumen atau
lainnya yang memberikan data penelitian kepada peneliti.
Menurut Arikunto, sumber data adalah subyek dari mana data
dapat diperoleh.17 Dalam penelitian kualitatif, sumber data utama
adalah kata- kata dan tindakan dari narasumber yang diamati. Yang
dapat didokumentasikan untuk nantinya mempermudah peneliti
membuat analisis data. Selebihnya seperti dokumen atau lainnya
merupakan sumber data pendukung dan tambahan dari sumber data
utama.
Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan menjadi dua,
yaitu:18
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada peneliti. Data primer ini adalah data yang
diperoleh langsung dari sumber informasi, kemudian data tersebut
dicatat untuk nantinya digunakan pada tahap selanjutnya dalam
penelitian ini. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah
guru
yang ada di sekolah dan beserta jajaran yang dipandang terkait dan

16
Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed
Methode, (Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan, 2019), hal. 146.
17
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hal. 114.
15
18
P. Ratu Ile Tokan, Manajemen Penelitian Guru: Untuk Pendidikan Bermutu, (Jakarta:
Grasindo, 2016), hal. 75.

16
dapat memberikan data dalam penelitian ini. Peneliti
mengumpulkan data secara narati sebagai hasil gabungan dari apa
yang dilihat dan didengar untuk kemudian nantinya dicatat secara
rinci oleh peneliti dengan tanpa ada satupun yang tertinggal.
Sehingga informasi dalam penelitian ini dapat teruji keabsahannya
dan dapat digunakan dalam penelitian.
Pengambilan data primer peneliti ini dapat menggunakan
perekam suara ataupun menulis jawaban yang telah diberikan
informan dalam wawancara. Wawancara yang dilakukan dengan
menghimpun informasi dari berbagai pihak nantinya akan
disimpulkan sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data primer
yang diperoleh dari peneliti adalah hasil wawancara dengan guru
utamanya guru kelas yang mengajar mata pelajaran bahasa
Indonesia, kepala sekolah, dan pihak-pihak yang terkait.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data penelitian kepada peneliti melainkan memberikan
data lewat orang lain, lewat dokumen atau sumber-sumber
resmi lainnya. Informasi yang menjadi data sekunder pada
penelitian ini meliputi latar belakang obyek penelitian mencakup
tentang obyek penelitian, lokasi sekolah, kegiatan pembelajaran di
kelas pada mata pelajaran bahasa Indonesia termasuk mencakup
strategi juga model pembelajaran apa yang digunakan dalam
pembelajaran, dokumentasi kegiatan pembelajaran, struktur
organisasi, nama-nama guru dan pegawai, nama-nama siswa dan
kondisi sarana prasarana di MI Sunan Giri Boro.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi tiga unsur,
yaitu:
a. People (orang), yaitu sumber data yang dapat memberikan
data berupa jawaban secara lisan melalui wawancara. Sumber
data

17
dalam penelitian ini yakni guru kelas, kepala sekolah
dan beberapa pihak terkait yang memberikan data dalam
wawancara.
b. Place (tempat), yaitu sumber data yang memberikan data
berupa keadaaan atau kondisi penelitian. Dalam penelitian ini
tempat atau lokasi yang menjadi sumber data adalah beberapa
tempat di MI Sunan Giri Boro. Tempat-tempat tersebut adalah
ruang kelas meliputi pembelajaran yang ada didalamnya, dan
sarana prasarana yang tersedia di sekolah.
c. Paper (kertas), sumber data ini menyajikan data berupa huruf,
angka, ataupun simbol kebahasaan memuat informasi yang
relevan dengan penelitian ini. Sumber data ini dapat diperoleh
dengan metode dokumentasi yang berasal dari kertas-kertas
berupa buku, majalah, dokumen, arsip, papan pengumuman,
dan lain-lain yang membantu dalam penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur atau cara yang sistematis
sesuai standar untuk memperoleh suatu data yang diperlukan. 19 Teknik
pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian
karena tujuan utama dari tahapan ini adalah mendapatkan data atau
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, mustahil peneliti akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang telah ditetapkan. 20 Teknik
pengumpulan data ini merupakan tahap yang harus dilalui peneliti agar
peneliti dapat menjelaskan permasalahan penelitiannya melalui data-
data yang telah dia dapat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan melakukan dialog atau percakapan langsung
antara

19
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gravia Indonesia, 1988), hal. 211.
18
20
Endang Widi Winarni, Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R
& D, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hal. 158.

19
peneliti dengan orang yang diwawacara atau narasumber sesuai
dengan topik penelitian. Wawancara merupakan alat paling vital
dalam pengumpulan data penelitian kualitatif karena
memungkinkan peneliti menggali data atau informasi yang beragam
dari para responden dalam berbagai konteks penelitian. 21
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa wawancara
merupakan percakapan atau suatu pertemuan tatap muka yang
dilakukan peneliti dengan informan untuk memperoleh suatu
informasi atau data yang dilakukan untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian. Teknik ini dilakukan peneliti
dengan menggunakan alat bantu perekam agar tak ada hasil-hasil
penelitian yang terlewat. Juga peneliti menggunakan alat tulis yang
digunakan untuk mencatat hasil wawancara secara inti.
Tujuan dari diadakannya teknik wawancara dalam penelitian
ini, guna mencari informasi atau data terkait dengan:
1) Proses pembelajaran bahasa Indonesia di MI Sunan Giri
Boro mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan juga
evaluasi.
2) Keterampilan berbicara siswa di MI Sunan Giri
Boro
3) Latar belakang madrasah
Peneliti melakukan teknik wawancara ini untuk mendapatkan
data atau informasi secara asli, tanpa dilebih-lebihkan. Dalam
penelitian ini sendiri, wawancara dilakukan kepada dua narasumber
yakni guru kelas dan kepala sekolah MI Sunan Giri Boro.
b. Observasi
Observasi adalah bagian dari teknik pengumpula data.
Observasi atau pengamatan berarti mengumpulkan data
22
langsung dari lapangan. Pengamatan adalah pengumpulan data
yang dilakukan dengan jalan mengamati dan mencatat secara
sistematis

16
21
Helaluddin dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori
& Praktik, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), hal. 84.
22
Raco, Metode Penelitian…., hal. 112.

16
gejala yang diteliti. Pengamatan dalam penelitian ini diartikan
sebagai pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang
berarti dalam teknik ini tidak mengajukan pertanyaan sama sekali
untuk pengambilan datanya. 23
Observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini dilakukan
secara langsung yaitu dengan mengadakan pengamatan ke lokasi
penelitian yakni di MI Sunan Giri Boro, sehingga akan didapatkan
data secara nyata yang nantinya menguatkan data yang
diperoleh dalam penulisan laporan. Dengan metode observasi ini,
peneliti ingin mengetahui secara detail terkait dengan pelaksanaan
proses pembelajaran di MI Sunan Giri Boro secara intens.
Terutamanya, bagaimana karakteristik siswa dan kemampuan
keterampilan berbicara sewaktu di dalam proses pembelajaran.
Dengan teknik ini, maka peneliti harus hadir di lokasi penelitian MI
Sunan Giri Boro guna memperoleh data yang diperlukan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Arikunto dalam Fitrah dan
Luthfiyah adalah suatu bentuk mencari data mengenai hal-hal atau
variasi penelitian yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah kabar, majalah, dan lain sebagainya yang dapat
digunakan untuk melengkapi data atau menguatkan data yang sudah
ada pada teknik pengumpulan data sebelumnya. Dokumen yang
diperlukan dalam penelitian kualitatif ini adalah dokumen yang
relevan dengan fokus penelitian yang dibutuhkan untuk melengkapi
data.24
Dengan teknik dokumentasi peneliti ingin mengambil data
berupa foto-foto kegiatan pembelajaran. Penelit i
menggunakan metode dokumentasi sebagai pengumpul data dari
sumber bahan tertulis yang mana sumber tertulis tersebut
diperoleh dari pihak

23
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian. (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2010), hal. 70.
17
24
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: CV. Jejak, 2017), hal. 74.

18
sekolah yang nantinya akan digunakan peneliti untuk keperluan
analisis data. Dokumentasi sumber tertulis dalam penelitian ini
meliputi: denah lokasi penelitian MI Sunan Giri Boro, data
guru, data siswa, sejarah berdirinya MI Sunan Giri Boro, serta
visi dan misi MI Sunan Giri Boro.
6. Analisa Data
Analisa atau analisis data disebut juga pengolahan data
ataupun penafsiran data. Dimaksudkan sebagai kegiatan penelaahan,
pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan juga verifikasi data agar
sebuah fenomena dalam penelitian memiliki nilai sosial, akademis, dan
ilmiah. Analisis data ini berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab jika
data hanya terkumpul dan tidak dianalisis. Maka akan menjadi data yang
mata, data yang tidak berbunyi dan tidak bermakna. Oleh
karenanya analisis data di sini berfungsi untuk memberik arti, makna
dan nilai yang terkandung dalam data tersebut.25
Berdasarkan uraian diatas, analisa data merupakan tahapan paling
penting dalam penelitian dimana peneliti akan memproses data-data
yang telah dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data dengan
metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah dilakukan.
Untuk nantinya data-data tersebut disusun ke dalam kategori dan
dijabarkan ke unit-unit, serta dari sana nanti akan ditarik kesimpulan
yang akan memudahkan pemahaman peneliti sendiri maupun orang lain.
Terdapat tiga komponen utama dalam proses analisis data dalam
penelitian kualitatif. Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti
dalam penelitian ini adalah:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah mengubah rekaman data ke dalam pola,
fokus, kategori atau pokok permasalahan tertentu. 26 Ini berarti
reduksi data adalah tahapan awal peneliti dalam analisis data
untuk

25
Mamik, Metodologi Kualitatif, (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), hal. 133.
26
Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi: Untuk SMA dan MA Kelas XII,
(Jakarta: Esis, 2001), hal. 165.
19
mulai mengelompokkan data-data yang didapat dari teknik
pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan
dokumentasi ke dalam kategori, konsep atau tema tertentu. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan peneliti nantinya menyusun
atau menyajikan data yang ada pada tahap selanjutnya.
b. Display Data (Penyajian Data)
Langkah analisis selanjutnya adalah display data atau
penyajian data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif ini dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan atau
kategori dari reduksi data.27 Dengan kata lain, penyajian data ini
merupakan proses menampilkan data dari hasil pengolahan. Dalam
penelitian ini data yang didapat berupa kalimat, kata-kata yang
berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga kajian data dari
sekumpulan informasi sistematis tadi dapat ditarik menjadi sebuah
kesimpulan. Hal tersebut dilakukan agar dapat menguasai data dan
memudahkan peneliti untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
c. Verifikasi Data/Penarikan Kesimpulan
Tahap terakhir dalam proses analisis data kualitatif ini adalah
verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Verifikasi dimaksudkan
untuk menghasilkan kesimpulan yang valid. Oleh karena itu,
ada baiknya jika kesimpulan dari data yang diperoleh ditinjau ulang
dengan cara memverifikasi kembali dengan catatan-catatan selama
penelitian dengan menggunakan pola, tema, model hubungan untuk
nantinya ditarik sebuah kesimpulan. 28
Tahap penarikan kesimpulan ini dilakukan oleh peneliti setelah
menyajikan data dari hasil observasi, wawancara dan dokumantasi
yang didapat dari lapangan dan data tersebut telah melalui tahapan
reduksi data dan juga display data.

27
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Ilmu Pendidikan Teologi, (Makassar: Sekolah
Tinggi Theologia Jaffray, 2018), hal. 57.
28
Nasution, Metode Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), hal. 130.

19
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan temuan ini harus dilakukan peneliti
agar data dalam penelitian kualitatif ini dapat dipertanggungjawabkan
dan teruji ilmiah. Tahapan-tahapan dalam pengecekan keabsahan temuan
ini diantaranya:
a. Ketekunan/keajegan pengamat
Ketekunan pengamat ini dimaksudkan untuk menemukan ciri-
ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan diteliti untuk kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. 29 Dalam hal ini
peneliti kembali mengamati penelitian secara teliti dan rinci
terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam penelitian, kemudian
ditelaah secara rinci dari awal hingga akhir sampai seluruh
faktor yang diamati dan ditelaah sudah dapat difahami dengan cara
yang biasa.
b. Triangulasi
Triangulasi merupakan tkenik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik ini menggunakan
sesuatu di luat data penelitian untuk keperluan pengecekan atau
digunakan sebagai oembanding terhadap data penelitian dari
peneliti. Teknik ini banyak digunakan melalui sumber lainnya.
Maksudnya, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan
dan mengecek kembali derajat kevalidan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. 30
Triangulasi dalam penelitian ini membandingkan data wawancara
dengan data observasi dan juga data
dokumentasi. c. Pemeriksaan Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir kepada rekan-rekan sejawat dalam metode
diskusi.
Teknik ini digunakan sebagai salah satu bentuk pemeriksaan
20
29
Mayang Sari Lubis, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 46-
47.
30
Ibid…, hal. 47.

21
keabsahan data dengan tujuan: pertama, membuat peneliti
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran; kedua, diskusi
dengan teman sejawat ini memberikan suatu kesempatan yang baik
untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dalam
benak peneliti. 31
Dapat diuraikan bahwa pemeriksaan teman sejawat ini
dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya yang
memiliki pengetahuan umum yang sama dengan permasalahan yang
diteliti. Sehingga mereka secara bersama dengan peneliti dapat
mereview perspesi, pandangan dan analisis yang telah dilakukan.
Nafiatur dalam Fitrah menyatakan jika hal ini dilakukan maka
akan memperoleh hasil diantaranya: 32
1) Menyediakan pandangan
kritis
2) Mengetes hipotesis kerja (temuan teori
substantif)
3) Membantu mengembangkan langkah
berikutnya
4) Melayani sebagai pembanding
8. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini diantaranya:
a. Tahap Perencanaan
Tahap ini merupakan tahapan awal dari penelitian dimana
peneliti membuat rencana judul yang akan digunakan dalam
penelitian dengan mencari informasi dari sumber-sumber informasi
yang ada seperti buku di perpustakaan, ataupun hasil-hasil
penelitian terdahulu sebagai bahan referensi.
b. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian meliputi hal-hal yang perlu
dipersiapkan sebelum terjun melakukan penelitian. Persiapan yang
dilakukan sebelum penelitian berlangsung diantaranya:
31
Fitrah, Metodologi Penelitian…., hal. 95.
32
Ibid.., hal. 95.
1) Meminta surat permohonan ijin untuk melaksanakan
penelitian dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Tulungagung.
2) Mengajukan surat permohonan ijin melaksanakan
penelitian kepada pihak sekolah yang menjadi lokasi penelitian
yakni kepada pihak MI Sunan Giri Boro.
3) Konsultasi dengan guru kelas ataupun pihak berwenang yang
terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Guna
mengetahui keadaan dan kondisi yang ada di MI Suann Giri
Boro.
4) Menyusun pedoman wawancara yang nantinya akan
digunakan untuk menghimpun data dan informasi yang ada.
c. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini merupakan kegiatan inti dari penelitian yang
telah disiapkan. Pada tahap ini peneliti mencari dan mengumpulkan
data yang diperlukan melalui teknik pengumpulan data yang telah
direncanakan. Dengan menggunakan pedoman-pedoman
pengumpulan data yang telah disiapkan.
d. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data, peneliti menyusun semua data yang
telah terkumpul secara sistematis dan terperinci sehingga data
tersebut mudah untuk difahami, dan nantinya temuan tersebut akan
menjadi informasi kepada orang lain secara jelas.
e. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian ini merupakan tahapan terakhir dari
sebuah penelitian. Peneliti dalam tahap ini menyusun data yang
telah dianalisis untuk kemudian ditarik kesimpulan dan
selanjutnya peneliti menulis laporan penelitian.
H. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning di MI Sunan Giri Boro
Kedungwaru”
memuat sistematika pembahasan dengan tujuan mempermudah
pemahaman. Sistematika pembahasan pada penelitian ini adalah:
1. Bab I Pendahuluan, pada bab ini penulis menguraikan tentang pokok-
pokok masalah antara lain; konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika
pembahasan.
2. Bab II Kajian Pustaka, pada bab ini berisikan tentang landasan
teori dari pembahasan tentang pengertian model pembelajaran problem
based learning, komponen model pembelajaran problem based
learning, dan langkah-langkah model pembelajaran problem based
learning.
3. Bab III Metode Penelitian, pada bab ini disajikan tentang metode
penelitian yang digunakan. Bab ini meliputi rancangan penelitian,
lokasi penelitian, kehadiran penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis data, pengecekan kebasahan data, dan tahap-
tahap penelitian.
4. Bab IV Hasil Penelitian, pada bab ini menyajikan hasil penelitian
terdiri dari paparan data, temuan penelitian, dan dokumentasi.
5. Bab V Pembahasan, pada bab ini mendeskripsikan mengenai
temuan- temuan dari hasil penelitian.
6. Bab VI Penutup, bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
Bagian awal dalam proposal penelitian skripsi ini terdiri dari
halaman sampul depan, halaman judul dan halaman persetujuan
yang memuat pernyataan dari pembimbing lengkap bahwa proposal
peneliti telah siap untuk diujikan.

I. Daftar Kepustakaan Sementara


Anggito, Abi dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Sukabumi: Jejak Publisher.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Asiah, Nur. 2018. Pembelajaran Calistung Pendidikan Anak Usia Dini dan
Ujian Masuk Calistung Sekolah Dasar di Bandar Lampung. Jurnal
Terampil: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. No. 1. Vol. 5.

Depdiknas. 2008. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional & Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia.

Fitrah, Muh. dan Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian: Penelitian


Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV. Jejak.

Helaluddin dan Hengki Wijaya. 2019. Analisis Dara Kualitatif: Sebuah


Tinjauan Teori & Praktik. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia
Jaffray.

Hermawan, Iwan. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kualitatif,


Kuantitatif dan Mixed Methode. Kuningan: Hidayatul Quran
Kuningan.

Khair, Ummu. 2018. Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra


(BASASTRA) di SD dan MI. Ar-Riayah: Jurnal Pendidikan
Dasar. No. 1. Vol. 2.

Lismaya, Lilis. 2019. Berpikir Kritis & PBL: Problem Based Learning.
Surabaya: Media Sahabat Cendekia.

Lubis, Mayang Sari. 2018. Metodologi Penelitian. Yogyakarta:

Deepublish. Mamik. 2015. Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama

Publisher.

Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2001. Sosiologi: Untuk SMA dan MA Kelas
XII. Jakarta: Esis.

Mirnawati. 2017. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas I


SD Melalui Media Gambar Seri di SDN 06 Lubuk Alung
Kabupaten
Padang Pariaman. JPPI: Jurnal Penelitian Pendidikan
Indonesia. No. 2. Vol. 3.

Nahdi, Khirjan. 2018. Pendidikan dan Modernisasi Peradaban.


Yogyakarta: Cakrawala.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

Nasution. 1988. Metode Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nazir, Moh. 1988. Metodologi penelitian. Jakarta: Gravia

Indonesia.

Putri, Delia dan Elvina. 2019. Keterampilan Berbahasa di Sekolah Dasar:


Melalui Metode Game’s. Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media.

Raco, J.R. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan


Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.

Tokan, P. Ratu Ile. 2016. Manajemen Penelitian Guru: Untuk Pendidikan


Bermutu. Jakarta: Grasindo.

Wijaya, Hengki. 2018. Analisis Data Kualitatif: Ilmu Pendidikan Teologi.


Makasar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.

Winarni, Endang Widi. 2018. Teori dan Praktik Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai