Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak Dinasti Saljuk merebut Baitul maqdis dari tangan dinasti
Fathimiyah, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah ke
sana karena penguasaan saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang
dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul
Maqdis. Sehingga menimbulkan kebencian orang-orang Kristen terhadap
umat Islam. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci
Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen
di Eropa supaya melakukan perang suci.1 Dengan tujuan untuk merebut kota
Palestina dari kaum muslimin yang kemudian dikenal dengan Perang Salib.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol
bukan saja mengakhiri khalifah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena baghdad
sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan
khazanah ilmu itu ikut pula lenyap dibuminhanguskan oleh pasukan Mongol
yang dipimpin Hulagu Khan.2
Berikut penulis akan jelasakan tentang sejarah Perang Salib dan
peristiwa Invasi Mongol.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal tersebut maka rumusan pemasalahan yang muncul
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Perang Salib?
2. Apa itu Invasi Mongol

1
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : Rajawali Pers.
2017), p. 77.
2
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 111.

1
2

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah Perang Salib.
2. Untuk mengetahui peristiwa Invasi Mongol.

D. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat
memahami dan mengetahui:
1. Sejarah Perang Salib.
2. Peristiwa Invasi Mongol.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERANG SALIB


Pada periode keempat Dinasti Abbasiyah, dinasti tersebut semakin
mengalami kemunduran, sebenarnya dari awal periode kedua dinasti ini
sudah mulai melemah, meskipun dinasti Abbasiyah berdiri tetapi roda
pemerintahannya tidaklah dijalankan oleh dinasti tersebut, melainkan oleh
para penguasan lain. Pada periode kedua pemerintahan dikuasai oleh bangsa
turki, periode ketiga dikuasai Bani Buwaih, dan pada periode keempat ini asal
mula terjadinya perang Salib, dimasa ini roda pemerintahan kembali dikuasai
oleh bangsa turki yakni Bani Saljuk atau dikenal dengan Dinasti Saljuk,
meskipun demikian dinasti ini tetap menghargai pemerintahan yang ada yaitu
Dinasti Abbasiyah karena keduanya beraliran Sunni.
Dinasti Saljuk pada masa pemerintahan Alp Arselan, melakukan
perluasan daerah yang sudah dimulai oleh Thugrul Bek (pimpinan Dinasti
Saljuk sebelumnya) dilanjutkan ke arah Barat sampai pusat kebudayaan
Romawi di Asia Kecil, yaitu Bizantium. 3 Tentara Alp Arselan berhasil
mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi,
Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. 4 Peristiwa penting dalam
gerakan ekspansi yang dilakakukan Alp Arselan ini adalah peristiwa
Manzikart, tahun 464 H (1071 M).5 Peristiwa besar ini menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang
kemudian mencetuskan Perang Salib.
Perang Salib secara khusus menggambarkan reaksi orang kristen di
Eropa terhadap Muslim di Asia, yang telah menyerang dan menguasai
wilayah Kristen sejak 632 M, tidak hanya di Syria di Asia Kecil, tetapi juga
di Spanyol dan Sisilia.6 Perang Salib menurut sudut pandang Barat,
3
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 74.
4
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 74.
5
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 76.
6
Philip K. Hitti, A Short History of The Arabs-Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam,
Terj. Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Qalam, 2018), p. 244.
4

merupakan serangkaian operasi militer yang didorong oleh keinginan kaum


Kristen Eropa untuk menjadikan tempat-tempat suci umat Kristen dan
terutama Yerussalem masuk ke dalam wilayah perlindungan mereka.7
Berikut akan dijelaskan oleh penulis beberapa faktor pemicu
terjadinya Perang Salib, serta periode berlangsungnya Perang Salib.

1. Faktor-faktor Terjadinya Perang Salib


Faktor-faktor khusus yang menggambarkan peta kepentingan
pihak-pihak yang terlibat dalam perang Salib diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Pendudukan kota Yerussalem oleh Dinasti Saljuk dari tangan
Imperium Bizantium. Dinasti Saljuk merupakan kekaisaran Islam
pertama Turki yang memerintah dunia Islam. Daerah pendudukannya
lumayan luas, mencakup Asia Tengah dan Timur Tengah, terbentang
dari Anatolia hingga Punjab (India) di Asia Selatan. Melalui
Pertempuran Manzikert tahun 1071 M, militer Seljuk berhasil
memukul mundur Bizantium yang pada saat itu bercokol di Palestina.
b. Kota Yerussalem merupakan kota Suci umat Kristiani, karena mereka
meyakini kota Yerussalem merupakan tempat kelahiran Isa Al-Masih
(Yesus Kristus). Ummat Kristiani biasa berziarah ke Yerussalem.
Namun, ketika kota ini diduduki oleh orang-orang Islam, tentu saja ini
dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap kota suci mereka. Oleh
karenanya, ketika dikatakan merebut kembali kota suci, antusias dan
semangat umat Kristiani menjadi membara.
c. Faktor perpecahan yang terjadi antara umat Kristiani sendiri di Eropa
yang suka berperang antara sesama mereka. Paus Urban II
berpandangan, dari pada berperang antara sesama mereka, akan jauh
lebih baik kalau mereka berperang melawan musuh agama mereka.
Perebutan Yerussalem oleh Dinasti Saljuk menjadi momentum yang

7
Carole Hillenbrand, Perang Salib Sudut Pandang Islam, Terj. Heryadi, (Jakarta: PT.
Kalola Printing, 2015), p. 1.
5

tepat untuk menciptakan musuh bersama (common enemy) dalam


rangka menyatukan semua kekuatan umat Kristiani Eropa.
d. Diantara alasan seruan Perang Salib oleh Paus Urban II adalah adanya
keretakan antara Gereja-gereja Timur dan Barat. Jadi seruan perang
Salib ini diharapkan dapat memulihkan kembali keretakan yang
tumbuh diantara Gereja-gereja Timur dan Barat. Karena sejak 1009
hingga 1054 antara Gereja Yunani dan Gereja Roma mengalami
perpecahan.8
e. Kecenderungan gaya hidup nomaden dan militeristik suku-suku
Teutonik-Jerman yang telah mengubah peta Eropa sejak mereka
memasuki babak sejarah; dan Perusakan Makam suci milik gereja,
tempat ziarah ribuan orang Eropa (yang kunci-kuncinya telah
diserahkan pada 800 kepada Charlemegne dengan berkah dari uskup
Yerussalem) oleh seorang khalifah Fatimiyah pada 1009.9 Keadaan itu
semakin parah karena para peziarah merasa keberatan melewati
wilayah Muslim di Asia Kecil.10

2. Proses Berlangsungnya Perang Salib


Perang salib belangsung hampir mencapai dua abad lamanya. Dari
waktu yang demikian panjang itu bisa dibayangkan, betapa banyak
morban bejatuhan dari kedua belah pihak. Bila diukur dari waktu
berlangsungnya perang salib, secara globa dibagi tiga periode, sebagai
berikut:
Periode pertama : disebut periode penaklukan umat Kristiani yang
berlangsung dari tahun 1096-1144 M.
Periode kedua : disebut sebagai periode reaksi umat Islam yang
berlangsung dari tahun 1144-1192 M.
8
Eka Hendry Ar, Perang Salib: Kontestasi Antara Kesholehah Beragama dan Ambisi
Politik Praktis dalam Sejarah Perang Salib Volume 1: Journal Of Islamic Studies, (Pontianak:
STAIN Pontianak, 2011), p. 48.
9
Philip K. Hitti, A Short History of The Arabs-Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam,
Terj. Dedi Slamet Riyadi, p. 244.
10
Philip K. Hitti, A Short History of The Arabs-Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam,
Terj. Dedi Slamet Riyadi, p. 244-245.
6

Periode ketiga : disebut sebagai periode kehancuran pasukan Salib


yang berlangsung dari tahun 1192-1291.11
a. Periode Pertama
Pada tanggal 26 November 1095 Paus Urban menyampaikan
pidatonya di Clermont, bagian tenggara Perancis, dan memerintahkan
orang kristen agar memasuki lingkungan Makam Suci, merebutnya dari
orang jahat dan menyerahkannya kembali kepada mereka. 12 Seruan itu
bergema di seluruh negeri, menggugah kaum Kristen untuk bergerak
dan bersatu, baik dari lapisan bawah maupun lapisan atas masyarakat.
Perang Salib dimulai pada 1096 tepatnya musim semi,
berkumpulah sebanyak 150.000 tentara Eropa yang sebagian besar
berasal dari Perancis dan Normandia. Pasukan perang Salib ini
berkumpul di Konstatinopel. Dalam perjalanan mereka menuju
Palestina melalui Asia Kecil, banyak pasukan bergabung, sehingga
jumlah pasukan mencapai 300.000 orang.13
Perang Salib Pertama, meskipun dilancarkan dengan sejumlah
pemimpin di lapangan, termasuk Raymond dari Toulouse, Bahemond
dari Sisilia, dan Godfrey dari Bauillon, mencapai keberhasilan militer
yang bernilai penting pada saat masih berada dalam perjalanan melalui
Anatolia.14 Kaum Frank itu menaklukkan ibu kota Saljuk di Iznik pada
Juni 1097, dan membuat pasukan Saljuk yang berada dibawah
pimpinan Sulta Qilij Arslan mengalami kekalahan besar-besaran dalam
pertempuran Dorylaeum pada juli di tahun yang sama.15
Daerah yang pertama-tama jatuh ketangan pasukan Salib adalah
Edessa, lalu disusul Tarsus, Antiokia dan Aleppo. Semuanya direbut
pada 1098.16 Pada bulan juni 1099, bergerak lagi tentara Salib
11
Syamzan Syukur, Perang Salib dalam Bingkai Sejarah Volume II: Jurnal Rihlah,
(Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2014), p. 52.
12
Philip K. Hitti, A Short History of The Arabs-Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam,
Terj. Dedi Slamet Riyadi, p. 245.
13
Syamzan Syukur, Perang Salib dalam Bingkai Sejarah Volume II: Jurnal Rihlah, p. 52.
14
Carole Hillenbrand, Perang Salib Sudut Pandang Islam, Terj. Heryadi, p. 27.
15
Carole Hillenbrand, Perang Salib Sudut Pandang Islam, Terj. Heryadi, p. 27.
16
Philip K. Hitti, A Short History of The Arabs-Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam,
Terj. Dedi Slamet Riyadi, p. 248.
7

melanjutkan penyerbuannya. Kali ini sasaran mereka adalah Baitul


Maqdis, selama kurang lebih satu bulan mereka mengepung kota suci
ini, akhirnya mereka berhasil menguasainya, tepatnya pada tanggal 15
Juli 1099 M.17 Para penyerbu mengempur kota, membantai semua
penduduk tanpa membeda-bedakan usia dan jenis kelamin sehingga
“tumpukan kepala, tangan, dan kaki dapat disaksikan di seluruh jalanan
dan alun-alun kota’.18
Dengan berhasilnya pasukan Salib menguasai Baitul Maqdis dan
kota-kota disekitarnya, maka mereka dapat mendirikan empat kerajaan
Latin, yaitu:
1. Kerajaan Latin I di Edessa (1096 M) yang dipimpin oleh Raja
Boldwin.
2. Kerajaan Latin II di Antokia (1098 M) yang dipimpin oleh Raja
Bahemond.
3. Kerajaan Latin III di Baitul Maqdis (1099 M) yang dipimpin oleh
Raja Godfrey.
4. Kerajaan Latin IV di Tripolo (1099 M) yang dipimpin oleh Raja
Raymond.19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada periode pertama
Perang Salib ini kaum muslim mengalami kekalahan yang besar, dan
tentara salib berhasil mencapai tujuannya untuk menguasai Kota Suci
Yerussalem dan Baitul Maqdis.

b. Periode Kedua
Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ketangan pasukan
Salib membangkitkan kesadaran kaum muslimin untuk menghimpun
kekuatan guna menghadapi mereka. Maka di bawah komando

17
Syamzan Syukur, Perang Salib dalam Bingkai Sejarah Volume II: Jurnal Rihlah, p. 53.
18
Philip K. Hitti, A Short History of The Arabs-Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam,
Terj. Dedi Slamet Riyadi, p. 248.
19
Syamzan Syukur, Perang Salib dalam Bingkai Sejarah Volume II: Jurnal Rihlah, p. 53.
8

Imaduddin Zanki (gubernur Mossul), kaum muslimin bergerak maju


membendung serangan pasukan Salib sampai mereka berhasil kembali
merebut Aleppo dan Edessa dari tangan orang Kristen pada tahun 1144
M.20
Kemenangan Zenki di Edessa pada 539 H/1144 M menjadikannya
sebagai satu-satunya tokoh utama yang pertama berperan dalam
kebangkitan umat Islam melawan para tentara Salib. Kemenangan itu
mendorong meletusnya perang salib kedua.21 Namun, Zenki dibunuh
pada Rabiul awal 541 H, bertepatan dengan september 1146 M.22
Kematian Zenki hanya berselang dua tahun setelah penaklukannya yang
terkenal terhadap Edessa. Menjelang ajalnya, di dalam sumber-sumber
Islam Zenki digambarkan sebagai pahlawan Islam yang sesungguhnya.
Ia umumnya dijuluki sebagai seorang syahid di dalam sumber-sumber
tesebut, meskipun ia dibunuh oleh seorang budak dalam keadaan
pingsan karena mabuk di dalam tendanya.23
Setelah Imaduddin Zanki wafat tugasnya dilanjutkan oleh
putranya yakni Nuruddin Zanki. Di bawah pimpinan Nuruddin Zanki
dia ingin meneruskan cita-cita ayahnya untuk merebut dan
membebaskan negara-negara Islam di dunia Timur dari cengkraman
kaum Frank. Maka dia memimpin pasukan dan berhasil membebaskan
Damaskus atau Syam pada tahun 1147 M, Antoikia pada tahun 1149 M,
dan Mesir pada tahun 1169 M.24
Dunia Islam kemudian menghadapi serangan Perang Salib kedua,
yang dipicu oleh kejatuhan Edessa.25 Paus Eugenius III menyerukan
perang suci yang disambut positif oleh raja Prancis Louis VII dan raja
Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut

20
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, (Riau: Asa Riau,
2013), p. 352.
21
Carole Hillenbrand, Perang Salib Sudut Pandang Islam, Terj. Heryadi, p. 139.
22
Carole Hillenbrand, Perang Salib Sudut Pandang Islam, Terj. Heryadi, p. 145.
23
Carole Hillenbrand, Perang Salib Sudut Pandang Islam, Terj. Heryadi, p. 143.
24
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 352.
25
Carole Hillenbrand, Perang Salib Sudut Pandang Islam, Terj. Heryadi, p. 147.
9

wilayah Kristen di Syria (Damaskus).26 Meskipun para Tentara Salib


yang dikirimkan ke Damaskus jumlahnya besar, mereka berhasil
dipukul mundur dan usaha tersebut kemudian gagal. 27 Gerakan maju
mereka dihambat oleh Nuruddin. Mereka tidak berhasil memasuki
Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke
negerinya.28
Pada tahun 1174 M Nuruddin wafat, dan pimpinan perang
dipegang oleh Salahuddin al-Ayubi al-Ayyubiyah di Mesir pada tahun
1175 M. Akhirnya Salahuddin al-Ayubi dapat merebut kembali
Yerusalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan Latin di
Yerusalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.29 Jatuhnya
Yerusalem ke tangan kaum Muslimin sangat memukul perasaan tentara
Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara Salib
dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion
Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis, yang bergerak
pada tahun 1189 M.30
Ekspedisi militer salib kali ini dibagi dalam beberapa divisi.
Sebagian menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut.
Frederick yang memimpin divisi darat tewas tenggelam dalam
penyeberangannya di sungai Armenia, dekat kota ar-Ruha’. Sebagian
tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan
perjalannya di bawah pimpinan putra Frederick. Adapun kedua divisi
lainnya yang menempuh jalur laut bertemu di Sicilia. Karena terjadi
kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sicilia secara terpisah,
Richard menuju Cyprus dan mendudukinya dan selanjutnya menuju
Syam (Suriah).31 Sedangkan Philip langsung ke Akka disana
pasukannya berhadapan dengan pasukan Salahuddin al-Ayubi. Tidak

26
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 78.
27
Carole Hillenbrand, Perang Salib Sudut Pandang Islam, Terj. Heryadi, p. 146.
28
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 78.
29
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan : Perdana Publishing. 2016), p. 161.
30
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 78.
31
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 161.
10

lama kemudian pasukan Rhicard datang. Maka gabungan pasukan


Philip dan Richard melakukan pertempuran sengit dengan pasukan
Salahuddin al-Ayyubi.32 Meskipun mendapat tantangan berat dari
Salahuddin al-Ayubi, namun mereka berhasil merebut Akka yang
kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin.33 Akan tetapi, mereka tidak
berhasil memasuki Palestina.
Pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian damai atau
gencatan senjata antara tentara salib dengan Salahuddin al-Ayubi yang
disebut dengan Shulh al-Ramlah. Inti perjanjian damai tersebut adalah:
daerah pedalaman akan menjadi milik umat Islam, dan umat Kristen
yang akan ziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya,
sedangkan daerah pesisir Utara, Acre dan Jaffa berada di bawah
kekuasaan tentara Salib.34 Tidak lama kemudian setelah perjanjian itu
disepakati Salahuddin al-Ayyubi wafat pada bulan Februari 1193 M.35
Dari yang dijelaskan diatas dapat di ketahui bahwa pasukan Salib
kali ketiga tidak berhasil merebut Baitul Maqdis dari tangan kaum
muslimin. Demikian juga kota-kota lainnya seperti Aleppo, Edessa,
Syria, Antoikia, dan Mesir dan hanya berhasil merebut kota Akka saja.

c. Periode Ketiga
Perang Salib III ini timbul sebab bangkitnya Mesir dibawah
pimpinan Salahuddin, berkat kesuksesannya menaklukkan Baitul
Maqdis dan kemampuannya mengatasi angkatan-angkatan perang
Prancis, Inggris, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Kejadian
tersebut dapat membangunkan Eropa Barat untuk menyusun angkatan
Perang Salib.36 Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja
Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih
32
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Riau : Yayasan Pusaka Riau, 2013),
p. 321.
33
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 78.
34
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 162.
35
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, p. 322.
36
Eka Hendry Ar, Perang Salib: Kontestasi Antara Kesholehah Beragama dan Ambisi
Politik Praktis dalam Sejarah Perang Salib Volume 1: Journal Of Islamic Studies, p. 47.
11

dahulu sebelum Palestina, dengan harapan dapat bantuan orang Kristen


Qibthi.37 Beberapa tahun setelah pasukan Salib berhasil menduduki
Konstantinopel, pada tahun 1218 M, mereka menyerang Mesir, tetapi
tidak berhasil dan hanya dapat menguasai kota Dimyat sebagai pintu
gerbang strategi untuk memasuki Mesir.38
Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil,
membuat perjanjian dengan Frederick, isinya antara lain Frederick
bersedia melepaskan Dimyat, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan
Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum Muslimin di sana dan
Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria.39
Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali
oleh kaum Muslimin pada tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-
Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.40 Perlawanan tentara Salib
dilanjutkan oleh Dinasti Mamalik pada tahun 1263 M. 41 Ketika Dinasti
Ayyubiyah berakhir di Mesir dan dikuasai oleh kaum Mamalik pada
saat itu Sultan Baybas dan Qalawun sekaligus sebagai pimpinan perang.
Mereka berhasil merebut kembali kota Akka dari tangan orang Kristen
pada tahun 1291 M.42
Dengan demikian semua kota-kota yang pernah di rebut dahulu
oleh pasukan Salib, kini semua telah berhasil di rebut kembali oleh
kaum muslimin tanpa terkecuali. Oleh sebab itu perang Salib telah
berakhir pada tahun 1291 M.43

3. Akibat terjadinya Perang Salib


Akibat adanya perang Salib ini, walaupun umat Islam berhasil
mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian

37
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 162.
38
Syamzan Syukur, Perang Salib dalam Bingkai Sejarah Volume II: Jurnal Rihlah, p. 55.
39
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 79.
40
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 162.
41
Syamzan Syukur, Perang Salib dalam Bingkai Sejarah Volume II: Jurnal Rihlah, p. 55.
42
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, p. 324.
43
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, p. 324.
12

yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan ini terjadi di


wilayah Islam. Di antaranya adalah kekuatan politik umat Islam menjadi
lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi
malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari
pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.44
Namun meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam
perang Salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah yg sangat besar
nilainya dari perang Salib karena mereka dapat bekenalan dengan
peradaban Islam yang sudah maju. Bahkan peradaban yang mereka
peroleh dari dunia Timur menyebabkan mereka bangkit yang disebut
dengan masa Renaisance di Barat.45 Kebudayaan yang mereka bawa ke
Barat terutama dalam bidang militer, seni, perindustrian, perdagangan,
pertanian, astronomi, kesehatan, dan kepribadian.46
Dalam bidang militer dunia Barat menemukan persenjataan dan
tekhnik berberang yang belum pernah mereka temukan sebelumnya di
negaranya, seperti penggunaan bahan peledak untuk melontarkan peluru,
pertarungan senjata dengan menunggang kuda, serta membangkitkan
semangat militer dengan gendang dan rebana di medan perang.47
Dalam bidang perindustrian, mereka menemukan kain tenun dan
peralatannya di dunia Islam, kemudian mereka bawa ke negerinya, seperti
kain muslin, satin, dan damas. Mereka juga menemukan berbagai jenis
parfum, kemenyan, dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.48
Dalam bidang pertanian mereka menemukan model irigasi yang
praktis dan jenis tumbuhan serta buah-buahan yang beraneka ragam.49
Hubungan perniagaan dengan Timur-Islam menyebabkan mereka
menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, yang sebelumnya
mereka menggunakan sistem barter. Ilmu astronomi berkembang pada

44
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 163.
45
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 357.
46
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 163.
47
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, p. 324.
48
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 164.
49
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 358.
13

abad ke-9 di dunia Islam telah pula mempengaruhi lahirnya berbagai


observatorium di dunia Barat. Selain itu juga mereka meniru rumah sakit
dan tempat pemandian. Yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa sikap
dan kepribadian umat Islam di Timur pada waktu itu telah memberikan
pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang
sebelumnya tidak mendapat perhatian.50
Dengan demikian baik yang menyangkut mental maupun pisik
melalui perang Salib, orang barat menemukan nilai yang sangat berharga
dari dunia Timur yang membuat mereka bangkit di Eropa kemudian.
Sebaliknya apa yang di peroleh Islam dari perang Salib. Apalah
yang di harapkan dari penjahat, perampok, dan pembunuh kecuali
dekandensi moral. Karena waktu pasukan-pasukan Salib datang ke dunia
Timur sekaligus mereka membawa pelacur dari Eropa yang menyertai
mereka dalam peperangan. Maka perang Salib menghabiskan asset
kekayaan dan putera terbaik dunia Islam.
Akibatnya memerlukan waktu yang lama untuk memulihkannya
kembali. Akibat lain kemiskinan menimpa dunia Islam. Karena seluruh
kekayaan negara habis dialokasikan untuk biaya dan kepentingan perang.
Demikianlah akhir dari perang Salib yang telah memporakporandakan
sendi-sendi kekuatan Islam di dunia Timur dan melahirkan renaisance di
dunia Barat.51

B. INVASI MONGOL
1. Asal Usul Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang
membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan
Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama
Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tartar dan Mongol.
Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar.52
50
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 164.
51
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, p. 326.
52
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 111.
14

Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa


Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing
dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan
tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang
lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan
China yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya bangsa
nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka
berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya,
akan tetapi mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut
agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud
kepada matahari yang sedang terbit.53
Selanjutnya dinyatakan oleh Ali Husni al-Khurbuthli, bahwa pada
dasarnya bangsa Mongol ini adalah kabilah-kabilah penggembala yang
peradabannya sangat primitif dan ideologinya animisme. Oleh karena
hujan tidak pernah turun selama bertahun-tahun di daerah mereka, maka
tidak ditemukan tempat penggembalaan.
Akibatnya bangsa Mongol melakukan invansi ke berbagai bangsa,
merampas dan merampok. Mereka mendatangi kota-kota yang ada di
sekelilingnya untuk melakukan kekerasan dan kecurangan.54 Di dalam
otaknya telah tertanam pikiran-pikiran jahat, yaitu mengubah kota-kota
ramai, tanah-tanah subur menjadi kota-kota padang lalang yang
berperadaban primitif, sebagaimana yang pernah mereka saksikan di
lingkungan tempat tinggal mereka yang pertama kali di Asia Tengah.55

2. Serangan Tentara Mongol


Dari berbagai catatan sejarah, dapat diketahui bahwa julukan yang
paling tepat bagi bangsa Mongol adalah penjarah yang tidak beradab dan
tidak berperikemanusiaan. Itulah Jengis khan sebagai pemimpin bangsa
53
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, p. 167.
54
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 305.
55
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 306.
15

Mongol pada waktu itu dianggap sebagai manusia penakhluk terbesar dan
terkuat, sehingga wajar saja bangsa Mongol sebagai kekuatan raksasa
yang paling ditakuti.56 Di samping karena keberanian dan sikap
ambisiusnya, Jengis Khan mempunyai antusias yang sangat tinggi untuk
meluaskan kekuasaannya ke negeri-negeri lain. Dan bahkan dia bertekad
untuk menguasai dunia, yakni dengan membentuk dan melatih pasukan
perang yang tangguh dan berdisiplin.57
Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik, Jengis Khan
berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan
terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan
cina. Ia berhasil menduduki Peking tahun 1215 M.58 Sasaran selanjutnya
adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun 606H/1209 M, tentara Mongol
keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Ferghana, kemudian terus
ke Samarkand. Pada mulanya, mereka mendapat perlawanan berat dari
penguasa Khawarizm, Sultan Alauddin di Turkistan. Pertemuran
berlangsung seimbang. Karena itu, masing-masing kembali ke
negerinya.59
Pada tahun 1220 Jengis Khan bersama pasukannya datang ke
Bukhara untuk melakukan serangan terhadap kekuatan Khawarizm.
Pasukan Alauddin yang berjumlah 20.000 orang gagal menahan serangan
Mongol yang berkekuatan 70.000 orang personil tentara. Jengis Khan
memerintahkan agar seluruh penduduk Bukhara segera meninggalkan
kota tanpa membawa apa-apa kecuali pakaian yang melekat di badan.60
Dari Bukhara, Jengis Khan melanjutkan serangannya ke
Samarkand pada tahun 1220 M. dengan 60.000 orang pasukan Mongol
yang biadab itu menyebarkan kehancuran dan kebinasaan. Banyak
penduduk Samarkand yang dibunuh dan ditawan.61 Alauddin mencoba

56
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 306.
57
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 307.
58
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 112.
59
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 113.
60
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 309.
61
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 309.
16

bertahan dengan kekuatan 50.000 orang tentara, namun nasib Samarkand


sama dengan Bukhara.
Selanjutnya pasukan Jengis Khan terus melakukan serangan-
serangan dan penakhlukkan ke kota-kota Qunji, Nisabur, Mazindahan,
Ray, Bamazan, Qazwin, Azarbaijan, dan Tibris. Di kota-kota ini pun
mereka melakukan pembunuhan besar-besaran, sehingga tercatat bahwa
tidak kurang dari 1.600.000 orang tewas di Heart dan 1.747.000 orang
tewas di Naisabur oleh pasukan Jengis Khan. Dan bahkan Sultan
Alauddin Muhammad Khawarizm Syah tewas terbunuh dalam
peperangan Mazindaran pada tahun 1220.62
Setelah bangsa Mongol berhasil menghancurkan beberapa negeri
dan wilayah Islam, dari Asia Tengah sampai ke negeri Syam bagian
selatan dengan politik kekerasan dan kebiadabannya, maka setelah Jengis
Khan meninggal, dia digantikan oleh cucunya Hulaqu Khan.63 Mereka
berharap dapat menguasai Baghdad dan memusnahkan Daulah Abbasiyah
dalam keadaan posisi lemah karena adanya perpecahan antara Kahlifah
yang berhaluan Ahlus Sunnah dengan Amir Umaranya yang berpaham
Syi’ah.64
Untuk memenuhi ambisinya itu, dia mengirim surat kepada
Khalifah al-Mukta’sim yang berisi tekanan agar dia menghancurkan
benteng-benteng pertahanan, menimbun parit-parit jebakan, serta
menyerahkan kekuasaan kepada Hulaqu Khan. Khalifah al-Mukta’sim
menolak semua tuntutan itu dan menyatakan siap untuk menangkal
serangan Hulaqu Khan. Penolakan tersebut menimbulkan reaksi yang
hebat bagi Hulaqu, dan dia segera mempersiapkan pasukannya untuk
menyerang kota Baghdad. Sehingga pada akhirnya Baghdad dikepung
oleh tentara Mongol dari segala penjuru. Dengan terpaksa khalifah
meminta agar Hulaqu Khan mau berdamai.65

62
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 310.
63
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 311.
64
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 311.
65
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 312.
17

Maka pada tanggal 10 Februari 1258, khalifah dengan dikawal


3.000 orang pasukan perang dengan membawa hadiah barang-barang
perhiasan yang amat berharga, datang menuju pangkalan Hulaqu Khan
agar dia mau menerima permintaan damainya. Maka hadiah-hadiah
tersebut diterima oleh Hulaqu Khan, tetapi permohonan damai khalifah
ditolaknya.66
Kemudian Hulaqu Khan memerintahkan agar khalifah
mengumumkan kepada rakyatnya untuk meletakkan senjata. Dengan
leluasa Hulaqu Khan menghancurkan Baghdad beserta rakyatnya dalam
tempo satu minggu. Tidak kurang dari 1.800.000 orang tewas di tangan
pasukannya, termasuk khalifah sendiri. Namun salah seorang putera
khalifah berhasil melarikan diri ke Syiria dan mambawa seluruh atribut
kebesaran khalifah dari Baghdad. Dialah kelak yang akan diangkat oleh
Baybars I Raja Dinasti Mamluk di Mesir sebagai khalifah.67
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya
diperintah ole dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada
Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak
antara Asia Kecil di barat dan India, di timur, dengan ibu kotanya Tabriz.
Umat Islam dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja
yang beragama Syamanism.68 Hulagu meninggal tahun 1265 M dan
diganti oleh anaknya, Abaga (1265-1282 M) yang masuk Kristen. Baru
rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder (1282-1284 M) yang masuk Islam.
Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar-pembesar
kerajaan yang lain. Akhirnya ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang
kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M).69 Raja dinasti
Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam, banyak
diantara mereka yang dibunuh dan diusir.

66
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 312.
67
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, p. 313.
68
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 115.
69
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 115.
18

Selain Teguder, Mahmud Ghazan (1295-1304 M), raja yang


ketujuh, dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam. Dengan
masuk Islamnya Mahmud Ghazan (sebelumnya beragama Budha) Islam
meraih kemenangan yang sangat besar terhadap agama Syamanisme.
Sejak itu pula, orang-orang persia mendapatkan kemerdekaannya
kembali.70

70
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, p. 117.

Anda mungkin juga menyukai