Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak masa klasik, dinamika pemikiran dan gerakan Islam selalu dipengaruhi oleh
konfigurasi politik penguasa. Artinya, ada pemikiran dan gerakan menjadi "mazhab"
penguasa dan sebaliknya, ada yang dilarang, bahkan dibrangus demi menjaga "stabilitas".
Dinamika pemikiran dan gerakan Uslam Indonesia sangat menarik karena ada sejumlah
paradoks dan gesekan yang cukup tajam, terutama pascareformasi sehingga dengan
bergulirnya era reformasi dibutuhkan pembacaan ulang terhadap pemikiran dan gerakan
Islam Indonesia. Hal ini karena berbagai pemikiran dan gerakan Islam yang semula
terbungkam oleh kekuatan Orde Baru kembali muncul dan berusaha membangkitkan
romantisme masa lalu. Dari sinilah, muncul berbagai kekuatan pemikiran dan gerakan
Islam, baik Islam politik maupun Islam kultural sehingga membentuk varian yang sangat
beragam. Berbagai varian pemikiran dan gerakan keislaman di Indonesia sebenarnya
dapat ditelusuri akar-akarnya secara jelas sehingga dapat dipetakan menjadi dua arus
pemikiran yang sangat dominan, yaitu literalisme dan liberalisme. Pemahaman Islam
literal dan gejala fundamentalisme Islam cenderung menafikan pluralisme pemahaman
keagamaan dan pluralisme agama.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas beberapa rumusan masalah berikut
1. Apa yang dimaksud Modernisme, Post Modernisme, dan Neo Modernisme?
2. Apa itu Islam liberal, bagaimana munculnya Islam Liberal?
3. Bagaimana Islam kultural dan Struktural ?
4. Bagaimana Post Tradisionalisme Islam ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui Modernisme, Post Modernisme, dan Neo Modernisme
2. Mengetahui dan memahami Islam Liberal dan munculnya Islam Liberal
3. Mengetahui Islam Kultural dan Struktural
4. Mengetahui Post Tradisionalisme Islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Post Modernisme dan Neo Modernisme


1. Modernisme
Sebelum mengetahui lebih lanjut mengenai postmodernisme dan
neomodernisme, ada baiknya kita mengetahui definisi modernisme. Sebab keduanya
memiliki kaitan yang erat.
Istilah “modern” berasal dari bahasa Latin “modernus” yang diambil dari kata
mado yang berarti “sekarang ini” dan “baru saja” atau dalam bahasa Inggris just now.
Meskipun telah muncul sejak akhir abad ke-5, digunakan untuk membedakan
keadaan orang Kristen dan orang Romawi pada masa pagan yang telah lewat, istilah
modern lebih digunakan untuk menunjuk periode sejarah setelah abad pertengahan,
yaitu dari tahun 1450 sampai sekarang.
Sementara secara etimologi, kata “modern” dalam Kamus Webter diberi arti
sebagai berikut:
a. Sebuah proses yang berlangsung beberapa saat lalu hingga saat ini.
b. Memproduksi atau menghasilkan teknik, metode, atau ide.
c. Sesuatu yang lumrah atau biasa terjadi.
d. Karakteristik periode masa kini yang penuh dengan perkembangan dan
dikontraskan dengan masa sebelumnya.
e. Suatu pergerakan atau gaya dalam bidang seni yang ditandai dengan
penghancuran nilai-nilai tradisional.1

Dari istilah “modern” lahir istilah-istilah lain, seperti “modernisme”.


Modernisme sendiri memiliki definisi yang berbeda-beda. Karena terdapat
ketidaksesuaian dalam pendefinisian modernisme oleh Barat dengan modernisme
yang didefinisikan oleh Islam. Modernisme menurut Barat berbicara mengenai
perkembangan teknologi informatika dan robotika yang maju, sementara yang

1
Faisar Ananda Arfa, Syafruddin Syam, Muhammad Syukri Albani Nasution, Metodologi Studi Islam:
Jalan Tengah Memahami Islam(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 222.

2
diasumsikan oleh Islam berbicara tentang rasionalitas dalam menjawab persoalan-
persoalan modern.

Seperti pandangan Ahmed yang merujuk pada Oxford English Dictionary


mendefinisikan modernisme sebagai “pandangan atau metode modern”, khususnya
kecenderungan untuk menyesuikan tradisi, dalam masalah agama, agar harmonis
dengan pemikiran modern. Modernisme diartikan sebagai fase terkini sejarah dunia
yang ditandai dengan percaya pada sains, perencanaan, sekularisme, dan kemajuan.
2

Kemudian modernisme bukan paham atau aliran dalam Islam yang kemudian
memecah Islam dalam bentuk protes terhadap Islam itu sendiri, melainkan hanya
proses penyesuaian ajaran agama dengan kehidupan yang berkembang secara
rasional.

2. Post Modernisme
Modernisme muncul dalam sejarah sebagai kekuatan progresif yang
menjanjikan pembebasan manusia dari belenggu keterbelakangan dan irasionalitas,
nampaknya anggapan tersebut akan berhenti manakala dikumandangkan istilah lain
setelah zaman modern yang dikenal dengan “Post modernisme”. Post modernisme
muncul akibat modernisme dianggap tidak cukup mampu dan kuat untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang muncul kemudian.
Post modern merupakan istilah yang memiliki ketidakjelasan makna, meskipun
begitu selalu saja orang-orang cenderung untuk membicarakannya. Bahkan tidak
sedikit bermunculan tokoh-tokoh yang membahas tentang post modern ini. sehingga
tidak heran apabila terdapat perbedaan pendapat dalam mendefinisikan makna post
modern. Di sisi lain banyak juga ahli yang tidak menyetujui kehadirannya.
Secara etimologi, kata Post modern terdiri dari dua kata, yaitu “post” dan
“modern”. Kedua bahasa ini berasal dari bahasa Inggris. Kata “post” berarti sesudah.
Jadi post modern merupakan masa sesudah zaman modern, yang dalam bahasa
Indonesia sering disebut dengan “pasca modern”. Sedangkan paham pasca modern
didengar dengan sebutan post modernisme. 3

2
Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam(Bandung: Pustaka Setia, 2014),hlm. 260.
3
Faisar Ananda Arfa, Syafruddin Syam, Muhammad Syukri Albani Nasution, op.cit. hlm. 224

3
Sedangkan secara terminologi post modern menurut Donny Gahral Adian adalah
wacana pemikiran baru yang menggantikan modernisme. Menurut Giddens Post
modernisme jika sungguh-sungguh ada, sebaiknya diartikan sebagai gaya atau
gerakan di dalam sastra, seni lukis, dan arsitektur. Selain itu Ahmad Amir Aziz
menyatakan bahwa dalam mendefinisikan post modernisme itu, dapat dilihat dari dua
hal:
a. Post modernisme dipandang sebagai keadaan sejarah setelah zaman modern
karena post itu sendiri secara literatur mengandung pengertian sesudah. Dengan
demikian, modernisme dipandang telah mengalami proses akhir yang segera
digantikan oleh zaman berikutnya yaitu post modernisme.
b. Post modernisme dipandang sebagai gerakan intelektual yang mencoba
menggugat bahkan merekonstruksi pemikiran sebelumnya yang berkembang
dalam berbagai paradigma pemikiran modern. 4

Post modernisme muncul pada tahun 1960-an sebagai suatu gerakan kultural
intelektual yang bermula dari bidang seni arsitektur, dan menjalar ke dalam bidang-
bidang lain, seperi sastra, ilmu sosial, gaya hidup, filsafat maupun agama. gerakan
post modernisme lahir di Eropa dan telah merambah ke Amerika serta seluruh dunia.

Bentuk konkret dari gerakan ini yang menunjukkan kepanikan terhadap


modernisme adalah adanya aksi di St. Louis, AS tahun 1972 deretan bangunan empat
belas lantai bergaya modern dirubuhkan. Selain itu di Indonesia ketika Rancangan
Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi diusulkan menjadi peraturan
bermasyarakat, penganut post modernisme sontak menghujat dan menolaknya. Ada
juga ketika sejumlah aliran sesat bermunculan, kemudian Majelis Ulama Indonesia
(MUI) memberikan fatwa tentang kesesatan akidah mereka, kemudian mereka
menuding fatwa MUI bertentangan dengan kebebasan beragama. Ironisnya lagi
mereka juga menuding ulama MUI sebagai ulama tidak benar.

Mengingat bahwa persoalan awal bahwa lahirnya post modernisme akibat


ketidakmampuan kaum Barat menjawab tantangan dan nilai modernisme, wajar saja

4
Ibid, hlm 226

4
jika di kemudian hari Barat dan pengikutnya mengalami kepincangan dan kebutaan
nilai kehidupan.

Kritik post modern terhadap modern bukanlah gugatan ilmiah dan teoretis,
melainkan lebih bersifat emosional. Ia tidak membawa konsep yang jelas, hanya
mengkritik konsep lama, tidak memperbaruinya.

3. Neo Modernisme
Secara sederhana neomodernisme dapat diartikan dengan “Pemahaman
modernisme baru”. Neo-modernisme dipergunakan sebagai upaya untuk menyintesis
antara pola pemikiran tradisonalisme dengan modernisme. Dimana kedua unsur ini
masing-masing memiliki kelemahan, oleh karenanya mereka diselaraskan dengan
neomodernisme ini. modernisme islam cenderung menampilkan dirinya sebagai
pemikiran yang tegar bahkan cenderung kaku. Sedangkan tradisionalisme Islam,
merasa cukup kaya dengan berbagai pemikiran klasik Islam, tetapi dengan
kekakayaan itu justru pemikir yang menganut tradisionalisme cenderung berorientasi
pada masa lampau dan sangat selektif serta sulit menerima gagasan-gagasan
modernisasi.
Menurut Greg Barton Gejala neomodernisme ini mulai muncul di Indonesia
sejak tahun 1970-an oleh generasi baru dan pemikir Muslim Indonesia yang
menawarkan pemikiran yang lebih substantif dan kondusif bagi kepentingan umat
Islam. Salah satunya adalah Nucholish Madjid atau yang sering dipanggil Cak Nur.
Beliau digadang-gadang sebagai lokomotif munculnya neomodernisme di Indonesia.
selain itu terdapat tokoh lain yaitu Ahmad Wahib, Johan Effendi, dan Abdurrahman
Wahid atau yang kerap dipanggil Gus Dur. Mereka adalah penggerak Islam
neomodernis yang memiliki semangat pembaharuan meskipun mereka berasal dari
kalangan Islam tradisional. Munculnya neomodenisme di Indonesia tentunya tidak
dapat dipisahkan dari pemikiran tokoh-tokoh muslim neomodern, seperti Fazlur
Rahman, seorang pemikir neomodernisme asal Pakistan.
Ada beberapa karakteristik penting dalam pemikiran tokoh-tokoh
neomodernisme Muslim Indonesia.
1) Mereka berusaha membangun visi Islam yang lebih modern dengan sama sekali
tidak meninggalkan warisan intelektual Islam. Dalam hal ini mereka

5
menggunakan prinsip “memelihara yang lama yang baik dan mengambil hal
baru yang lebih baik.” Dan salah satu warisan lama menurut kalangan
neomodernisme yang dapat tetap dipelihara adalah tasawuf.
2) Menggunakan metodologi pemahaman yang lebih modern terhadap Alqurandan
Sunnah yakni dengan memahami Alquran dengan metode historis, sosiologis
dengan pendekatan kontekstual. Dengan kata lain pesan yang disampaikan
dalam Alquran dan Sunnah memang adalah hal yang abadi esensinya dan
universal artinya, namun dapat ditafsirkan kembali oleh setiap generasi muslim
sesuai dengan situasi masanya.5
3) Karena mustahil bagi siapapun untuk mendapat kepastian dalam memahami
kehendak dan suruhan Tuhan, umat muslim harus toleran terhadap sesama dan
non-muslim.
B. Islam Liberal
1. Pengertian Islam Liberal
Pengertian mengenai islam liberal sebagai arus baru gerakan islam di Indonesia
mengacu pada penelititian yang dirumuskan oleh Nurkhalik Ridwan mengenai islam
liberal progresif. Menurut Ridwan (1998), islam liberal bisa dirumuskan dengan
beberapa hal.
1. Kelompok pembaru muslim yang memisahkan masalah publik sebagai hal yang
perlu dimusyawarahkan dengan komunitas bangsa,sedangkan masalah praktik
ritual diserahkan pada masing-masing pihak.
2. Islam liberal progresif yang berporos pada pandangan bahwa syariat masih perlu
ditafsir ulang, perlu dibedakan islam sebagai din yang universal dalam cita-cita
etik dan moralnya.
3. Konteks politik, yaitu naiknya neorevivalisme dan fundamentalisme dalam
kontestansi pemikiran dan politik yang berhasil melepaskan diri dari jerat
marginalisme dan melibatkan diri ke dalam pusaran pergulatan politik
demokrasi.
4. Konteks kultural, yaitu derasnya arus pemikiran melalui berbagai media.

5
M. Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa (Bandung: Mizan, 1993), hlm.
283.

6
Islam secara lugghowi bermakna pasrah, tunduk kepada tuhan(Allah) dan terikat
dengan hukum-hukum yang di bawa nabi muhammad SAW. Dalam hal ini islam
tidak bebas, tetapi islam tunduk kepada Allah SWT. Islam sebenarnya membebaskan
manusia atau makhluk lainya. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
islam itu “bebas” dan “tidak bebas”.

Kurzman juga tidak menjelaskan secara rinci apa yang dia maksud dengan
"Islam Liberal". Untuk menghindari definisi itu, ia mengutip sarjana hukum India,
Ali Asghar fyzee (1899-1981) yang menulis, "kita tidak perlu menghiraukan
nomenklatur, tetapi jika sebuah nama harus diberikan padanya, marilah kita sebut itu
Islam Liberal". Bahkan Fyzee menggunakan istilah lain untuk Islam Liberal yaitu
"Islam Protestan". Sebagaimana diungkap oleh salah satu pengajar Universitas
Paramadina Mulya, Luthfi Assyaukanie, " Dengan istilah ini ("Islam Protestan" atau
"Islam Liberal"), Fyzee ingin menyampaikan pesan perlunya menghadirkan wajah
islam yang lain, yaitu islam yang nonortodoks; islam yang kompatibel terhadap
perubahan zaman; dan islam yang berorientasi ke masa depan dan bukan ke masa
silam.

2. Munculnya Islam Liberal


Kemunculan istilah islam liberal, menurut Luthfi, mulai dipopulerkan pada
tahun 1950-an. Akan tetapi, berkembang pesat, terutama di Indonesia pada tahun
1980-an, yaitu oleh tokoh utama dan sumber rujukan “utama” komunitas atau
jaringan islam liberal, Nurcholish Madjid, meskipun Nurcholish menyatakan tidak
pernah menggunakan istilah islam liberal untuk mengembangkan gagasan pemikiran
islamnya.

Oleh karena itu, islam liberal sebenarnya tidak berbeda dengan gagasan-gagasan
islam yang dikembangkan oleh Nurcholish Madjid dan kelompoknya, yaitu
kelompok islam yang tidak setuju dengan pemberlakuan syariat islam (secara formal
oleh negara ). Kelompok yang giat perjuangan sekuralisasi, emansipasi wanita,
menyamarkan agama islam dengan agama lain (pluralisme teologis),
memperjuangkan demokrasi barat dan sejenisnya.

7
4. Agenda-agenda Islam Liberal
Luthfi (1997) menjelaskan agenda-agenda islam liberal. Ia melihat empat agenda
utama yang menjadi payung bagi persoalan yang dibahas oleh para pembaharu dan
intelektual islam selama ini, yaitu agenda politik, agenda toleransi agama, agenda
emansipasi wanita, dan agenda kebebasan berekspresi.

Kaum muslim dituntut melihat keempat agenda ini dari perspektif mereka
sendiri, bukandari perspektif masa silam yang lebih banyak memunculkan
kontradiksi dari pada penyelesaian yang lebih baik.

Islam liberal juga “mendewakan modernitas”. Jika terjadi konflik antara ajaran
islam dan pencapaian modernitas, yang harus dilakukan menurut mereka bukan
menolak modernitas, melainkan menafsirkan kembali ajaran tersebut.6

C. Islam Kultural dan Struktural


1. Islam Kultural
Kata kultural yang berada dibelakang kata islam berasal dari bahasa ingris,
culture yang berarti kesopanan, kebudayaan dan pemeliharaan. Teori lain mengtakan
bahwa kata culture ini berasal dari bahasa latin cultura yang artinya memelihara atau
megerjakan, mengolah.

Dari beberapa teori definisi kebudayaan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa
kebudayaan adalah sega bentuk hasil kreativitas manusia dengan menggunakan
segala daya dan kemampuan yang dimilikinya dalam rangka mewujudkan
kehidupannya yang sejahtera.

Dengan diketahui bersama, bahwa dalam agama islam antara agama dan
kebudayaan sungguhpun sumbernya berbeda, tapi saling mempengaruhi. Al-Qur’an
adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi dengan perantara malaikat jibril
untuk menjadi pedoman bagi manusia dalam mencapai kesejahteraan duniawi dan
kebahagiaan ukhuwawi. Sedangkan kebudayaan ialah semua produk aktivitas
intelektual manusia untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup
duniawi.

6
Adian husaini, Islam liberal , Depok:Gema Insani, 2006, hlm.20

8
Munculnya Islam cultural agak mudah dimengerti apabila kita memperhatikan
ruang lingkup ajaran Islam yang tidak hanya mencakup masalah keagamaan seperti
teologi, ibadah dan akhlak, melainkan jugga mencakup masalah keduniaan seperti
masalah perekonomian, pertahanan keamanan dan lain-lain. Jika pada aspek
keagamaan peran Allah dan Rasul lah yang dominan. Pada aspek keduniaan peran
manusialah yang paling dominan.

Dalam pengalamannya di lapangan, Islam cultural mengalami pengembangan


pengertian dari apa yang dikemukakan di atas. Islam cultural selanjutnya muncul
dalam bentuk sikap yang lebih menunjukkan inklusissivitas. Yaitu sikap yang tidak
mempermasalahkan bentuk atau symbol dari suatu pengamalan agama, tetapi yang
lebih penting tujuan dan missi dari pengamalan teersebut. Dalam hubungannya ini
kita menjumpai ajaran tentang dzikir ini terkadang mewujud dalam menyebut nama
Allah sekian ratus kali dengan menggunakan alat semacam tasbih, ada yang
menggunakan batu, ada yang dengan memasang tulisan kaligarafi pada dinding
rumah dan sebagainya.

2. Islam Struktural
Struktur adalah sebuah gambaran yang mendasar dan kadang tidak berwujud,
yang mencakup pengenalan, observasi, sifat dasar, dan stabilitas dari pola-pola dan
hubungan antar banyak satuan terkecil di dalamnya
Dari istilah – istilah “struktural”, sebagaimana yang telah disebutkandiatas
itulah, lahir istilah lain, seperti : strukturalisme.
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua
masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap
strukturalisme merupakan suatu gerakan pemikiran filsafat yang mempunyai pokok
pikiran bahwa semua masyarakat dan kebudayaan mempunyai suatu struktur yang
sama dan tetap.
Ciri khas strukturalisme ialah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual obyek
melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat instrinsiknya yang tidak terikat oleh
waktu dan penetapan hubungan antara fakta atau unsur-unsur sistem tersebut melalui
pendidikan. Strukturalisme menyingkapkan dan melukiskan struktur inti dari suatu

9
obyek (hirarkinya, kaitan timbal balik antara unsur-unsur pada setiap tingkat) (Bagus,
1996: 1040)
Gagasan-gagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam
memajukan studi interdisipliner tentang gejala-gejala budaya, dan dalam
mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu-ilmu alam. Akan tetapi introduksi
metode struktural dalam bermacam bidang pengetahuan menimbulkan upaya yang
sia-sia untuk mengangkat strukturalisme pada status sistem filosofis. (Bagus, 1996:
1040).
D. Post Tradisionalisme Islam
1. Definisi Post Tradisional
Marzuki Wahid (1986) mendefinisikan bahwa Post Tradisionalisme sebagai
suatu gerakan melompat tradisi,yaitu upaya pembaharuan tradisi yang merupakan
upaya pembaharuan tradisi yang terjadi secara terus menerus dalam rangka berdialog
dengan modernitas sehingga menghasilkan tradisi baru (new tradition)yang sama
sekali berbeda dengan tradisi sebelumnya.
Sebagai gerakan yang akan melahirkan tradisi baru ,post-tradisionalisme
merupakan gerakan yang lahir dengan proses yang panjang dan berdasar pada
pemikir tempo dulu.
Dari geneologi intelektual ,post-tradisionalisme islam melalui fase-fase awal
pembentukan hingga perumusan metodologi dan praksis social politik.Fase pertama
merupakan fase pembentukan dan pengayaan ide,baik dalam pemikiran maupun aksi
politik.Pada fase ini muncul beberapa perdebatan gagasan,seperti
nasionalisme,pribumisasi,sekularis,feminimisme,hak asasi manusia,dan sebagainya.
2. Perumusan Metodologi Post Tradisional
Perumusan metodologi post-tradisionalisme memunculkan pemikiran baru
islam yang di rumuskan sebagai kritik nalar ataupun telaah kontemporer terhadap
tradisi.Muhammad Abid Al-Jabiri,Muhammad Arkoun,dan Nashir Hamid Abu Zaid
merupakan sederet nama yang berusaha melakukan rekontruksi metodologis bagi
post tradisionalisme.
Sebagai gerakan,post tradisionalisme islam di Indonesia menjadi kontruksi
intelektualisme,yang berpijak dari dinamika budaya lokal Indonesia dan tidak ada
tekanan luar yang berinteraksi secara terbuka dengan berbagai jenis kelompok

10
masyarakat seperti buruh,petani,LSM,dan gerakan feminism,yang kemudian
membawa gerakan ini tidak hanya bersinggungan dengan tradisi islam,tetapi juga
pemikiran kontemporer,baik dari tradisi liberal,radikal,sosialis,post-
strukturalis,post-modernis juga gerakan feminism dan civil society.
3. Pandangan Post –Tradisionalisme Islam
Post tradisionalisme islam berpandangan bahwa sesungguhnya tidak mungkin
melakukan rekontruksi pemikiran dan kebudayaan dari ruang sejarah yang
kosong.Artinya seberapapun kita bersemangat untuk lampaui zaman yang sering
disebut kemunduran islam ,kita harus mengakui bahwa khasanah pemikiran dan
kebudayaan yang kita miliki adalah kekayaan yang sangat berharga untuk
dikembangkan sebagai entry point untuk merumuskan tradisi baru.
4. Aliran Post Tradisionalisme Islam
Post tradisionalisme Islam terbagi dalam tiga aliran ,pertama sayap elektis (al
qiraah al intiqaiyah),sayap ini mengehendaki adanya kolaborasi antara originalitas
(al-ashalah) dan modernitas (al-mu’asharah) dalam rangka membangun “teori
analisis tradisi” dan menyingkap rasionalitas dan irasionalitas dalam tradisi.
Kedua,sayap revolusioner (al-qiraah at-tatswiriyah).Sayap ini berkehendak
untuk mengajukan proyek pemikiran baru yang mencerminkan revolusi dan
liberalisasi pemikiran keagamaan.Sayap kedua ini sebagaimana diwakili Hasan
Hanafi mengusulkan tiga cara dalam tradisi dan pembaharuan ,yaitu menganalisis
pembentukan latar belakang tradisi dan mencermati tradisi tersebut berlawanan
dengan kemaslahatan umum.
Ketiga, sayap dekonstruktif (al-qiraah at-tafkiyah).Sayap ini berusaha
membongkar tradisi secara komprehensif sehingga menyentuh ranah
metodologis.Sayap ini mengkaji tradisi berdasarkan epistemology modern,seperti
post-strukturalisme dan post-modernisme.7

7
Dr.H.Koko Abdul Kodir,M.A.Metodologi Studi Islam,Bandung:Pustaka Setia,2014.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan berjalannya waktu dan
perkembangnya zaman, islampun mengalami perkembangan dengan munculnya gerakan
– gerakan seperti Post Modernisme dan Neo Modernisme Islam, Islam Liberal, Islam
Kultural, Post Tradionalisme Islam, menunjukkan adanya perkembangan keberagaman
dalam pemikiran para cendekiawan muslim baik yang tradisonal maupun modern/
kontemporer. Inilah dinamika dalam Islam yang harus disikapi dengan inklusif dan
bijaksana.
B. Saran
Diharapkan pembaca untuk bisa memahami dan menambah wawasannya mengenai
dinamika islam kontemporer, agar kita sebagai seorang muslim paham mengenai
perkembangan islam dari zaman dahulu (kuno) hingga zaman sekarang (modern).Oleh
karena itu dengan makalah ini penulis berharap para pembaca agar paham dengan
dinamika islam kontemporer ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arfa, Faisar Ananda, dkk. Metodologi Studi Islam: Jalan Tengah Memahami Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015
Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2014
M. Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa. Bandung:
Mizan, 1993
Siroz, dkk. Arah Baru Studi Islam di Indonesia: Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Ar
Ruzz Media, 2013
Adian husaini. Islam liberal. Depok:Gema Insani, 2006
https://www.anekamakalah.com/2012/04/neo-modernisme.html?m=1 diunduh pada 24
November 2018 pukul 15.14 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai