MAKALAH
Semester II
MARET, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah swt. atas rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai target yang
kami harapkan. Kedua kalinya tak lupa sholawat serta salam kami tujukan kepada Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa Islam sebagai agama yang menuntun kepada
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................2
A. Kesimpulan ..........................................................................................................15
B. Saran ....................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dengan sebaik-
baik bentuk,serta lebih mulia dibandingkan makhluk ciptaan lainnya. Salah satu tugas
yang diemban manusia di muka bumi yaitu sebagai khalifah fil ‘ardh. Salah satu
implikasi terpenting dari kekhalifahan manusia di muka bumi adalah pentingnya
kemampuan untuk memahami alam semesta tempat ia hidup dan menjalankan
tugasnya. Dan manusia memiliki kemungkinan untuk itu karena ia dibekali Allah
dengan berbagai potensi. Oleh karena itu, manusia perlu berproses dan
mengembangkan segala potensi yang ia miliki, yaitu melalui pendidikan.
Pendidikan adalah salah satu unsur dari aspek sosial budaya yang berperan
sangat strategis dalam pembinaan suatu keluarga, masyarakat dan bangsa.
Kestrategisan peranan ini pada intinya merupakan suatu ikhtiar yang dilaksanakan
secara sadar, sistematis, terarah dan berfilsafat, berpikir filsafat berarti berpikir secara
mendalam tentang sesuatu. Begitu pula dengan filsafat pendidikan, maka kita dituntut
untuk berpikir secara mendalam mengenai pendidikan. Seseorang mampu melakukan
suatu apapun sebab memiliki ilmu. Namun, dalam melakukan sesuatu, Islam
memberikan batasan-batasan yang semuanya termaktub dalam syari’at. Salah satu
tokoh cendekiawan muslim, pemikir pendidikan juga filosof muslim abad ke 10 yakni
Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali atau lebih familiar disebut Al-
Ghazali, ini mengatakan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
mendasarkan orientasinya kepada Al qur’an dan Hadis. Beliau merupakan sosok
manusia yang memiliki predikat segudang ilmu. Hal ini terlihat ketika beliau masih
kecil, banyak para pemuka pada masanya yang belajar kepada beliau. Tidak hanya
satu ilmu yang beliau kuasai. Mulai dari ilmu tasawuf, ilmu ketuhanan, ilmu alam,
ilmu logika, dan masih banyak lagi.
1
2
Meskipun beliau lebih dikenal dengan sufi yang identik dengan masalah hati
saja, akan tetapi beliau juga menganggap masalah pendidikan itu sangatlah penting,
karena pendidikan itulah yang akan membawa manusia ke jalan yang baik atau buruk.
Al-Ghazali mempunyai peran yang penting dalam perkembangan pendidikan Islam
pada masanya, bahkan konsep pendidikan Al-Ghazali masih digunakan sebagai
referensi saat ini. Salah satu karya monumentalnya adalah Ihya’ Ulumuddin. Melihat
besarnya kontribusinya dalam dunia pendidikan, maka penulis mencoba
menghadirkan makalah yang akan membahas tentang sosok Imam Al-Ghazali dan
pemikiran pendidikannya.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil dalam makalah
ini adalah:
1. Bagaimanakah biografi Imam Al-Ghazali?
2. Apa saja karya-karya ilmiah Imam Al-Ghazali?
3. Bagaimana pemikiran Imam Al-Ghazali tentang pendidikan islam?
B. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui biografi Imam Al-Ghazali.
2. Untuk mengetahui karya-karya ilmiah Imam Al-Ghazali.
3. Untuk memahami pemikiran Imam Al-Ghazali tentang pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Sholihin, Epistemologi Ilmu dalam Pandangan Imam Al Ghazali, (Jakarta: Pustaka Setia, 2001), hlm. 9
2
Yusuf Qordawi, Al Ghazali baini maa dahiihi wa naaqidihi, (Kairo: Maktabah wahbah, 2012), hlm. 39-42
3
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 41-46
4
Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 109
5
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),
hlm. 55
6
Muhsin Manaf, Psyco Analisa Al Ghazali, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2001), hlm. 19
7
A. Saefuddin, Percikan Pemikiran Imam Al-Ghazali (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 96
8
Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 216
3
4
9
Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Ciputat:
Quantum Teaching, 2005), hlm. 56
10
Ali al Jumbulati dan Abdul Fatah at-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm. 128-129
11
Yusuf al-Nassy dan Ali al-Farm, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1993), jilid 5, hlm. 26
12
Achmad Faizur Rosyad, Mengenal Alam Suci Menapak Jejak Al Ghazali, (Yogyakarta: KUTUB, 2004), hlm. 115
13
M. Yusran Asmuni, Pertumbuhan dan Perkembangan Berfikir dalam Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1994), hlm. 8-
9
5
14
Abu al Wafa’ al Ghanimi al Taftazimi, Sufi dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Pustaka, 1979), hlm. 148
15
A. Saefuddin, Percikan Pemikiran Imam Al Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 76
16
Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 215
17
Yahya Jaya, Spiritualisme Islam dalam Mengembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta:
Ruhana, 1994), hlm. 21-22
18
Margareth Smith, Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam Al Ghazali, (Jakarta: Riora Cipta, 2000), hlm. 66-68
19
Al Ghazali: Al Munqidz al- Dalal, hlm. 4
6
20
Al Ghazali:Tahfut al- Falsafah, hlm. 20
21
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, hlm. 107
22
Sudarsono, Filsafat Islam, hlm. 63
23
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, hlm. 135-136
7
e. Asas al-Qiyas.24
24
Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, (Depok : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 109-
111
9
25
Juhaya , Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filsuf, Ajarannya, (Bandung: 2000), hlm. 152-154.
10
26
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia , 2009), hlm. 223
11
Pada tingkat dasar diajarkan ilmu-ilmu alat, seperti bahasa (qawad’id al-lighah),
logika (ilmu mantiq), matematika (ilmu hisab), dan sebagainya. Selanjutnya diajarkan
ilmu fiqih dan ushulnya. Tingkat tinggi diajarkan ilmu kalam dan perangkat keilmuan
jadal (retorika debat). Adapun titik penekanan pengajarannya terfokus pada fiqh
syafi’i dan kalam Asy’ari. Pada periode Nisabur, setelah berkhalwat di
Damaskus, Al-Ghazali menyempurnakan silabus tersebut dengan menekankan
tasawuf Junaid Baghdadi. Hingga saat ini, seluruh pendidikan berciri Sunni
menekankan pada tiga aspek pokok tersebut, yaitu fiqih Syafi’i, kalam Asy’ari dan
tasawuf Junaid Baghdadi. Sedangkan filsafat dibatasi karena berpotensi besar
membuat sesat orang yang mempelajarinya. Dalam Ihya ‘Ulumiddin, Al-Ghazali
mengajarkan tentang pentingnya memperhatikan perkembangan usia murid.
Menurutnya, pada usia anak-anak hingga 14 tahun, anak membutuhkan waktu lebih
banyak untuk bermain. Maka jika anak merasa lelah dengan pelajaran teoritis, guru
hendaknya mengakhiri materinya, dan menyediakan waktu untuk istirahat bermain.
Menurutnya, bermain bagi anak-anak adalah aktivitas terpenting memacu kecerdasan
berpikir anak, karena melalui itulah kreativitas anak dapat tumbuh dan berkembang.
Jika dorongan (gharizah) bermain itu dikekang, maka kreativitas anak sulit
berkembang, dan berpotensi tumbuh menjadi orang yang perusak (destruktif).27
27
Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin Jilid 1, (Kairo: Darul Ihya’,t.t), hlm. 49-50
12
Seorang alim juga hendaknya adalah pendengar yang baik, sehingga dapat
menghargai pendapat orang lain; dan bersedia menerima suatu argumen yang benar
sekalipun datang dari lawan debat.28
28
Al-Ghazali, Al-Adab fid-Din, (Beirut: Al-Makatabah Al-Sya’biyah, t.t.), hlm. 152
13
Guru hendaknya memberikan teladan yang baik kepada muridnya. Guru juga
hendaknya dapat membimbing muridnya agar memilih lingkungan pergaulan yang
baik, dan menghindari mereka dari teman-teman yang buruk, karena lingkungan
pergaulan yang buruk akan berdampak buruk pula bagi murid.29
29
Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), cet. Ke-1,
hlm. 127
30
Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin…….. hlm. 55
31
Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, hlm. 130-131
14
32
Ibid . hlm. 127
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Ghazali lahir dari keluarga yang taat beragama dan hidup sederhana.
Ayahnya seorang pemintal dan penjual wol yang hasilnya digunakan untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dan para fuqaha serta orang-orang yang
membutuhkan pertolongannya, dan juga seorang pengamal tasawuf yang hidup
sederhana. Al-Ghazali merupakan figur yang tidak asing dalam dunia pemikiran
Islam, karena begitu banyak orang menemukan namanya berbagai literatur, baik
klasik maupun modern. Dan perjalanan pendidikan keilmuan Imam Al-Ghazali
diawali dengan belajar Al Qur’an, al Hadist, riwayat para wali dan kondisi kejiwaan
mereka pada seorang sufi yang juga teman ayahnya.
Selain itu dari penjabaran diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa gaya
pemikiran Al-Ghazali cenderung ke sufistik dan lebih banyak bersifat rohaniah, karena
berdasarkan analisisnya ciri khas pendidikan Islam lebih fokus pada penanaman nilai
moralitas yang dibangun dari cabang-cabang akhlak Islam.Pemikiran Imam Al-Ghazali
mengenai urgentnya pendidikan terdiri dari 5 aspek utama yakni:
15
16
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap akan menambah wawasan ilmu-
ilmu filsafat terutama tentang ilmuwan-ilmuwan Islam dalam Filsafat Pendidkan
Islam. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk
menjadi sempurna untuk menjadi sempurna, kami membutuhkan saran dan masukan
dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Djalaludin, dan Usman Said. 1999. Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan
Pemikiran. Jakarta: PT. Raja Grasindo.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Assegaf, Rohman. 2013. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam. Depok: PT. Raja Grasindo
Persada.
17