Anda di halaman 1dari 18

DEFINISI KEKUASAAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik


Dosen Pembimbing : Alip D. Pratama, S.H.,M.H.

MAKALAH
Oleh:
Thalla Jushera Effendy (02011282328271)

KELAS A INDRALAYA
PROGRAM STUDI PENGANTAR ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Alip D. Pratama,
S.H.,M.H .sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Politik yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Indralaya, 30 Agustus 2023

Thalla Jushera Effendy

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kekuasaan……………………………………………………..
2.1.1 Kekuasaan Menurut Para Ahli………………………………………
2.2 Sumber Kekuasaan……………………………..………………………
2.3 Jenis Kekuasaan……………………………………………………….
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekuasaan adalah hak untuk bertindak. Kewenangan yang didapatkan oleh
seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk
memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari
pelaku . Pada dasarnya, kekuasaan dalam skala yang kecil sudah sering kita lihat
atau kita menjadi pemegang kekuasaan itu sendiri. Kekuasaan dalam hal kecil ini
berupa keluarga yang di mana terdapat kepala keluarga dan anggota keluarga.
kepala keluarga itulah yang memiliki kuasa untuk memimpin dan mengarahkan
anggota keluarga ke arah yang baik dan benar. Dalam hal ini, kepala keluarga bukan
hanya bisa dimiliki oleh laki-laki saja, tetapi juga bisa dimiliki oleh seorang
perempuan atau ibu. Kekuasaan dapat disebut sebagai strategi, berkaitan dengan
strategi praktek dalam suatu ruang lingkup dimana banyak posisi yang secara
strategis berkaitan satu sama lain dan senantiasa mengalami perubahan. Kekuasaan
semakin terlihat melalui adanya perbedaan-perbedaan strata sosial dimana manusia
pemegang kuasa cenderung berada di atas piramida dan semakin kebawah posisi
manusia dalam piramida tersebut semakin kecil juga kuasa yang ia pegang.
Singkatnya bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau
sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok
lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan
dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa arti kekuasaan itu sendiri?
b. Apa sumber dari kekuasaan?
c. Apa saja jenis kekuasaan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui tentang apa itu kekuasaan
b. Untuk mengetahui darimana saja sumber kekuasaan itu
c. Untuk mengetahui jenis jenis kekuasaan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEKUASAAN
Banyak ahli yang mencoba untuk menjabarkan apa itu kekuasaan sendiri,
seperti Max Weber berpendapat lewat bukunya wirtschaft and gesellshaft (1992)
kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatu hubungan sosial,melaksanakan
kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan,dan apapun dasar kemampan
ini.
Perumusan yang umumnya di kenal adalah kekuasaan merupakan
kemampuan seseorang atau suatu kelompok manusia untuk mempengaruhi perilaku
seseorang atau kelompok lain sedemikian rup sehingga tingkah laku itu sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai tujuan itu.Dalam hal ini
pelaku bisa berupa seorang, sekelompok orang,atau suatu kolektifitas.
"kekuasaan biasanya berbentuk hubungan (relationship)dalam arti bahwa
satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah.Satu pihak yang
memberi perintah dan pihak lain yang mematuhi perintah."

1. John Locke

John Locke mendefinisikan kekuasaan sebagai suatu hal yang harus dipisah
dan tidak boleh berada dalam satu unsur yang sama. John Locke membagi
kekuasaan kedalam tiga bagian, yakni:

1. Kekuasaan legislatif bertugas untuk membuat peraturan dan perundang-


undangan.

1. Kekuasaan eksekutif bertugas untuk melaksanakan


perundang-undangan, termasuk kewenangan mengadili.
2. Kekuasaan federatif bertugas untuk menjaga keamanan serta
hubungan negara dengan negara lainnya.

6
2. Montesquieu

“Trias Politica”

1. Kekuasaan legislatif bertugas untuk membuat perundang-


undangan.
2. Kekuasaan eksekutif bertugas untuk menyelenggarakan
perundang-undangan.
3. Kekuasaan yudikatif bertugas untuk mengadili jika ada
pelanggaran atas perundang-undangan.

3. Miriam Budiardjo

Kekuasaan merupakan kemampuan individu atau sekelompok orang untuk


mempengaruhi perilaku individu atau kelompok lainnya sesuai dengan yang
diinginkan.

4. Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan

Kekuasaan merupakan hubungan yang terjalin antara individu atau


sekelompok individu dengan lainnya, dalam hal menentukan tindakan agar terarah
sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak tersebut.

5. Walter Nord

Kekuasaan sebagai kemampuan untuk mencapai tujuan tertentu yang


berbeda dari tujuan lainnya.

7
B. SUMBER KEKUASAAN

Kekuasaan itu sendiri bisa berasal dari jabatan pribadi atau dari garis
keturunan. Dalam hal ini, jabatan pribadi bisa didapatkan ketika menjabat suatu
organisasi atau lembaga yang di mana seseorang itu menjabat sebagai ketua. Ketika
menjabat sebagai ketua, sudah seharusnya untuk memikirkan bagaimana caranya
untuk memajukan sebuah organisasi atau lembaga tersebut. Maka dari itu, seorang
ketua atau pemegang kuasa harus memiliki wawasan yang luas, sehingga bisa
menemukan berbagai macam cara agar organisasi atau lembaga yang dipimpinnya
dapat berkembang.

Sementara itu, kekuasaan yang didapatkan melalui garis keturunan biasanya


terjadi keturunan-keturunan raja. Kekuasaan seperti ini dapat kita lihat pada negara-
negara yang menganut sistem pemerintahan kerajaan, seperti Brunei Darussalam.
Oleh karenanya, setiap keputusan dari kekuasaan raja akan memengaruhi kondisi
dan kesejahteraan rakyatnya.

Seperti yang dikatakan oleh Robbins dan Judge, sumber kekuasaan


dikelompokan menjadi dua garis besar yaitu :

1. Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).

a) Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan


pada posisi individual dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini dapat berasal dari:

i) Kemampuan untuk memaksa (coercive power),

ii) Kemampuan untuk memberi imbalan (reward power)

iii) Kekuatan formal (legitimate power).

8
b) Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal
dari karakteristik unik yang dimiliki seorang individu. Kekuasaan ini dapat be- rasal
dari:

i) Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)

ii) Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)

− Kekuasaan Memaksa (Coercive Power).

Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan


untuk memberikan hukuman (akibat negatif) atau meniadakan kejadian yang positif
terhadap orang lain. Pada suatu organisasi, biasanya seseorang tunduk pada
atasannya karena takut dipecat, atau diturunkan dari jabatannya. Kekuasaan ini juga
dapat dimiliki seseorang karena ia mempunyai informasi yang sangat penting
mengenai orang lain, yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap orang
tersebut.

− Kekuasaan Memberi Imbalan (Reward Power).

Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan


untuk mengendalikan sumber-daya yang dapat mempengaruhi orang lain,
misalnya: ia dapat menaikkan jabatan, memberikan bonus, menaikkan gaji, atau
hal-hal positif lainnya.

− Kekuasaan Resmi (Legitimate Power).

Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki posisi sebagai
pejabat pada struktur organisasi formal. Orang ini memiliki kekuasaan resmi untuk
mengendalikan dan menggunakan sumber-daya yang ada dalam organ- isasi.
Kekuasaannya meliputi kekuatan untuk memaksa dan memberi imbalan. Anggota

9
organisasi biasanya akan mendengarkan dan melaksanakan apa yang dikatakan oleh
pemimpinnya, karena ia memiliki kekuasaan formal dalam organisasi yang
dipimpinnya.

− Kekuasaan karena Ahli (Expert Power).

Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki keahlian,


ketrampi- lan atau pengetahuan khusus dalam bidangnya. Misalnya seorang ahli
komputer yang bekerja pada sebuah perusahaan, atau seorang karyawan yang
memiliki kemampuan menggunakan 2 atau 3 bahasa internasional, akan memiliki
expert power karena sangat dibutuhkan oleh perusahaannya.

− Kekuasaan karena pantas dijadikan contoh (Referent Power).

Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki sumber-daya,


kepribadian yang menarik, atau karisma tertentu. Kekuasaan ini dapat menim-
bulkan kekaguman pada orang tersebut, dan membuat orang yang mengagu- minya
ingin menjadi seperti orang tersebut. Misalnya seorang dengan keprib- adian
menarik, sering dijadikan contoh atau model oleh orang lain dalam berperilaku

2. Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power).

Kekuasaan ini juga dikenal dengan istilah inter-group atau inter-


departmental power yang merupa- kan sumber kekuasaan kelompok.

Sumber Kekuasaan Struktural sering disebut juga Inter-departmental


Sources of Power (Inter-group Sources of Power). Sumber dan penggunaan
kekuasaan pada tingkat kelompok, khususnya departemen yang ada di dalam suatu
organisasi me- miliki nilai yang tinggi dalam studi tentang perilaku organisasi.

10
Saunders, 1990 (Brooks, 2006) mengatakan bahwa kekuasaan pada tingkat
de- partemen atau kelompok dapat berasal dari 5 sumber yang potensial, yang
mungkin saja saling tumpang-tindih (overlap), yaitu:

1. Ketergantungan (Dependency). Jika departemen A bergantung pada


departemen B untuk informasi atau kerjasama lainnya untuk dapat mengerjakan
tugas- nya dengan efektif, maka departemen B memiliki sumber kekuasaan
terhadap departemen A.

2. Kesentralan (Centrality). Ini adalah ukuran tingkat pentingnya suatu


departemen bekerja untuk tujuan utama organisasi. Secara alternatif dapat dianggap
sebagai suatu ukuran seberapa besar departemen tersebut tidak dibutuhkan oleh
organ- isasi tersebut. Semakin penting departemen tersebut bagi organisasinya,
maka akan semakin besar kekuasaannya.

3. Sumber Dana (Financial Resources).Departemen yang menghasilkan


sumber dana sendiri, khususnya jika mereka mampu menghasilkan pendapatan
lebih besar dibandingkan departemen lainnya, akan mendapatkan keuntungan dari
sumber kekuasaan ini.

4. Ketidak-berlanjutan (Non-sustainability). Berhubungan dengan tingkat


pentingnya departemen tersebut. Keberlanjutan adalah suatu ukuran seberapa
mudah fungsi dari departemen tersebut digantikan oleh yang lain. Departemen yang
mudah ditutup karena dapat digantikan fungsinya, akan memiliki kekuasaan yang
rendah.

5. Menghadapi ketidak-pastian (Copying with uncertainty). Departemen


yang me- miliki kemampuan menurunkan ketidak-pastian bagi departemen yang
lain, akan memiliki kekuasaan yang lebih besar.

11
Departemen yang memiliki kekuasaan lebih tinggi akan memiliki daya
tawar (bargaining power) dan pengaruh (influencing power) yang lebih besar
dibandingkan departemen yang kekuasaannya lebih rendah.

C. JENIS KEKUASAAN

1. Monarki dan Tirani

Monarki berasal dari kata 'monarch' yang berarti raja, yaitu jenis kekuasaan
politik di mana raja atau ratu sebagai pemegang kekuasaan dominan negara
(kerajaan). Para pendukung monarki biasanya mengajukan pendapat bahwa jenis
kekuasaan yang dipegang oleh satu tangan ini lebih efektif untuk menciptakan suatu
stabiltas atau konsensus di dalam proses pembuatan kebijakan. Perdebatan yang
bertele-tele, pendapat yang beragam, atau persaingan antarkelompok menjadi
relatif terkurangi oleh sebab cuma ada satu kekuasaan yang dominan.
Negara-negara yang menerapkan jenis kekuasaan monarki hingga saat ini
adalah Inggris, Swedia, Denmark, Belanda, Norwegia, Belgia, Luxemburg, Jepang,
Muangthai, dan Spanyol. Di negara-negara ini, monarki menjadi instrumen
pemersatu yang cukup efektif, misalnya sebagai simbol persatuan antar berbagai
kelompok yang ada di tengah masyarakat. Kita perhatikan negara yang modern dan
maju seperti Inggris dan Jepang pun masih menerapkan sistem monarki.
Bentuk pemerintahan yang buruk di dalam satu tangan adalah Tirani. Tiran-
tiran kejam yang pernah muncul dalam sejarah politik dunia misalnya Kaisar Nero,
Caligula, Hitler, atau Stalin. Meskipun Hitler atau Stalin memerintah di era negara
modern, tetapi jenis kekuasaan yang mereka jalankan pada hakekatnya
terkonsentrasi pada satu tangan, di mana keduanya sama sekali tidak mau membagi
kekuasaan dengan pihak lain, dan kerap kali bersifat kejam baik terhadap rakyat
sendiri maupun lawan politik
12
2. Aristokrasi dan Oligarki

Dalam jenis kekuasaan monarki, raja atau ratu biasanya bergantung pada
dukungan yang diberikan oleh para penasihat dan birokrat. Jika kekuasaan lebih
banyak ditentukan oleh orang-orang ini (penasihat dan birokrat) maka jenis
kekuasaan tidak lagi berada pada satu orang (mono) melainkan beberapa (few).
Aristokrasi sendiri merupakan pemerintahan oleh sekelompok elit (few)
dalam masyarakat, di mana mereka ini mempunyai status sosial, kekayaan, dan
kekuasaan politik yang besar. Ketiga hal ini dinikmati secara turun-temurun
(diwariskan), menurun dari orang tua kepada anak. Jenis kekuasaan aristokrasi ini
disebut pula sebagai jenis kekuasaan kaum bangsawan (aristokrasi).
Hingga saat ini, di parlemen Inggris terdapat dua kamar yaitu House of
Lords dan House of Commons. Kamar yang pertama berisikan kaum bangsawan
(namanya didahului dengan Sir), sementara yang kedua banyak diisi oleh kaum
kaya yang berpengaruh, meskipun mereka bukan berdarah bangsawan. House of
Commons lebih menentukan jalannya parlemen Inggris ketimbang House of Lords.
Dengan demikian, oligarki-lah yang lebih berkuasa di Inggris ketimbang aristokrasi
pada masa kini.

3. Demokrasi dan Mobokrasi

Jika kekuasaan dipegang oleh seluruh rakyat, bukan oleh mono atau few,
maka kekuasaan tersebut dinamakan demokrasi. Di dalam sejarah politik, jenis
kekuasaan demokrasi yang dikenal terdiri dari dua kategori. Kategori pertama
adalah demokrasi langsung (direct democracy) dan demokrasi perwakilan
(representative democracy).
Di dalam demokrasi langsung, memang kedaulatan rakyat lebih terpelihara
oleh sebab kekuasaannya tidak diwakilkan. Semua warganegara ikut terlibat di
dalam proses pengambilan keputusan, tanpa ada yang tidak ikut serta. Namun, di
zaman pelaksanaan demokrasi langsung sendiri, yaitu di masa negara-kota Yunani

13
Kuno, ada beberapa kelompok masyarakat yang tidak diizinkan untuk ikut serta di
dalam proses demokrasi langsung yaitu: budak, perempuan, dan orang asing.
Dengan alasan kelemahan demokrasi langsung, terutama oleh
ketidakrealistisannya untuk diberlakukan dalam keadaan negara modern, maka
demokrasi yang saat ini dikembangkan adalah demokrasi perwakilan. Di dalam
demokrasi perwakilan, tetap rakyat yang memerintah. Namun, itu bukan berarti
seluruh rakyat berbondong-bondong datang ke parlemen atau istana negara untuk
memerintah atau membuat UU. Tentu tidak demikian.
Dengan demokrasi perwakilan, rakyat tidak terlibat secara penuh di dalam
membuat UU negara. Misalnya saja, dari hampir 200 juta jiwa warganegara
Indonesia, proses pemerintahan demokrasi di tingkat parlemen hanya dilakukan
oleh 500 orang wakil rakyat yang duduk menjadi anggota DPR. Bandingkan kalau
saja Indonesia menerapkan demokrasi langsung di mana 200 juta rakyat Indonesia
duduk
di parlemen. Kacau dan pasti memakan biaya mahal, bukan? Dengan
kenyataan ini maka demokrasi perwakilan lebih praktis ketimbang demokrasi
langsung.

Dalam demokrasi, baik langsung ataupun tidak langsung, keterlibatan


rakyat menjadi tujuan utama penyelenggaraan negara. Masing-masing individu
rakyat pasti ingin kepentinganyalah yang terlebih dahulu dipenuhi. Oleh sebab
keinginan tersebut ingin didahulukan, dan pihak lain pun sama, dan jika hal ini
berujung pada situasi chaos (kacau) bahkan perang (bellum omnium contra omnes
perang semua lawan semua), maka bukan demokrasi lagi namanya melainkan
mobokrasi. Mobokrasi adalah bentuk buruk dari demokrasi, di mana rakyat
memang berdaulat tetapi negara berjalan dalam situasi perang dan tidak ada satu
pun kesepakatan dapat dibuat secara damai.

14
4. Timokrasi

Menurut Stanley Rosen, Timokrasi adalah jenis kekuasaan yang pernah


disebutkan oleh Sokrates, filosof Yunani. Timokrasi dirujuk Sokrates dalam
menggambarkan rezim pemerintahan negara kota Sparta. Konsep ini mengacu pada
"timocratic man", yaitu seseorang yang gandrung akan kemenangan dan
kehormatan. Timokrasi terletak di posisi tengah antara Aristokrasi dan Oligarki.
Juga disebutkan Timokrasi adalah Aristokrasi yang tengah mengalami kemerosotan
ke arah jenis kekuasaan Oligarki.
Jika Aristokrasi adalah jenis pemerintahan ideal, penuh keberanian dan
kehormatan dalam pemerintahan. Namun, tatkala keberanian dan kehormatan dari
kekuasaan di tangan beberapa orang atau kelompok ini (aristokrasi) mulai diwarnai
motivasi kesejahteraan pribadi atau kelompok, maka dimulaikan Timokrasi.
Timokrasi bukan Oligarki, oleh sebab di dalam Timokrasi, menurut Sokrates, masih
meniru Aristokrasi. Barulah, tatkala proses peniruan kualitatif atas Aristokrasi tidak
lagi terjadi, Timokrasi merosot menjadi Oligarki. 5. Oklokrasi
Mirip dengan definisi Mobokrasi. Oklokrasi adalah situasi negara dalam
anarki massa. Pemerintahan ini tidak legal dan konstitusional. Namun, karena
biasanya-- kelompok-kelompok massa tersebut punya senjata atau massa besar,
mereka memerintah memanfaatkan rasa takut. Amerika Serikat tahun 1930-an
hampir masuk ke dalam kategori ini, di mana keluarga-keluarga mafia
mengendalikan negara secara ilegal dan inkonstitusional.

5. Plutokrasi

Plutokrasi adalah jenis kekuasaan di mana negara "disetir" oleh orang-orang


kaya. Plutokrasi ini mirip dengan Oligarki. Namun, Plutokrasi terjadi tatkala
tercipta suatu kondisi ekstrim ketimpangan antara "kaya" dan "miskin" di dalam
suatu negara. Plutokrat (penguasa dalam Plutokrasi) tidak hanya menguasai
sumber- sumber ekonomi dan politik, melainkan juga sumber-sumber militer

15
(pasukan, senjata, teknologi). Dalam kondisi seperti ini, Plutokrat biasanya, secara
de facto, lebih berkuasa ketimbang pemerintah resmi.

6. Kleptokrasi

Kleptokrasi adalah jenis kekuasaan dimana pejabat publik menggunakan


kekuasaan publiknya untuk mencuri kekayaan negara (korupsi otomatis).
Kleptokrasi juga disebut sebagai korupsi yang dilakukan oleh para pejabat tingkat
tinggi yang secara sistematis menggunakan posisinya untuk mengalirkan dana
publik ke dalam kantong-kantong pribadinya. Semakin massal tindak korupsi oleh
para pejabat publik, maka semakin mendekati suatu negara menganut jenis
pemerintahan Kleptokrasi

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sudah menjadi ketentuan alam bahwa dalam suatu hubungan kekuasaan
akan ada pihak yang lebih kuat daripada pihak yang lain, hal inilah yang
menjadi deskripsi singkat dari kekuasaan itu sendiri
3.2 Saran
Penulis berharap bahwa dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat
bagi pembacanya, menambah pengetahuan dan membuat pembaca lebih ingin
untuk mempelajari materi ini lebih dalam lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Teks Situs Ilmu Pengetahuan. (2022, Desember 10) Identitas Nasional : Pengertian
Secara Umum Dan Menurut Para Ahli Serta Tujuan, Fungsi, Peran, Unsur,
Jenis, Karakteristik. Dikutip dari https://teks.co.id/pengertian-identitas-
nasional/

Gramedia. Teori Kekuasaan: Pengertian, Legitimasi, dan Sumber Kekuasaan.


Dikutip dari https://www.gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/

Maria Merry Marianti. (2011, Mei 7) Kekuasaan dan Taktik Mempengaruhi Orang
Lain Dalam Organisasi. Dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publications/72350-ID-kekuasaan-dan-
taktik- mempengaruhi-orang.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai