Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SEJARAH GERAKAN PEMBAHARUAN TURKI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Modern dalam
Islam
Dosen Pengampu: Dr. Samsudin M.Ag
Fathia Lestari, MA

Penyusun :
Sabilla Nur Fauziah 1205010167

Salum Humaedi Dava 1205010172

Saparudin 1205010173

Sidik Abdurokhman Y 1205010175

Vidy Gita Salsabila S. 1205010193

Wafa Nur Afifah AZ 1205010194

Zidan Subhi 1205010202

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah, Rabb semesta alam, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang tak ternilai sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah Pembaharuan Turki” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Bapak Dr. Samsudin M.Ag dan Ibu Fathia Lestari, MA pada mata kuliah Sejarah Pemikiran
Modern dalam Islam. Selain itu, makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan
ilmu tentang “Sejarah Pembaharuan Turki” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Samsudin M.Ag dan Ibu Fathia
Lestari, MA selaku dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran Modern dalam Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membagi ilmunya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih banyak kekurangan baik
dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat terbatasnya kemampuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi kebermanfaatan bagi para pembaca dan
menjadi tabungan amal jariyah bagi kami.

Bandung, 19 Oktober 2021


Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

A. Latar Belakang ........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah....................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5

1. Sejarah Negara Turki............................................................................................5

2. Sejarah Pembaharuan Turki ................................................................................9

3. Tokoh Pembaharuan dan Pemikirannya ...........................................................18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara geografis, negeri Turki dekat dengan pusat reformasi itu terjadi (Eropa Barat),
perkembangan Eropa yang begitu pesat telah menantang para penguasa Usmani untuk
melakukan pembaharuan di negerinya. Sultan Salim III (1789-1807) sebagai penguasa
dinasti Usmani saat itu melihat kemajuan Eropa Barat ini sebagai sesuatu yang
mempesona dan sekaligus yang mengkhawatirkan dunia Islam secara umum. Diantara
pesona yang mengagumkan tersebut adalah karena Eropa Barat yang pernah kalah dalarn
perang Salib melawan Islam, dalam tempo yang relatif singkat berhasil membangun
negerinya secara pesat. Di sisi lain terdapat kekhawatiran karena kemajuan dunia Barat
tersebut berarti ancaman bagi stabilitas Turki Usmani. Oleh karena itu Sultan Salim
segera melakukan usaha usaha pembaharuan bagi negerinya. Langkah pembaharuan yang
pertama dan menjadi perhatian utama adalah pembenahan bidang militer dan sistem
birokrasi. Dalam melakukan pembaharuan la berusaha untuk tidak mencontoh Eropa,
melainkan tetap mengikuti jalur tradisional dengan mengintegrasikan konsep-konsep
Islami.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah negara Turki?
2. Bagaimana sejarah munculnya pembaharuan di Turki?
3. Siapa saja tokoh modernis dan pemikirannya dalam pembaharuan Turki?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui sejarah negara Turki
2. Mengetahui sejarah pembaharuan di Turki
3. Mengetahui tokoh-tokoh modernis dan pemikirannya dalam pembaharuan Turki
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Negara Turki

Sejarah Turki dimulai pada awal Antalonia prasejarah dan Trakia Timur. Semenanjung
Anatolia adalah salah satu wilayah berpenduduk yang tertua di dunia. Berbagai populasi
Anatolia kuno menetap di Anatolia, dimulai pada periode Neolitikum hingga ditaklukkan oleh
Alexander Agung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Anatolia, cabang bahasa dari rumpun
bahasa Indo Eropa. Bahkan, para peneliti telah mengusulkan Anatolia sebagai pusat hipotesis, di
mana bahasa Indo-Eropa menyebar.

Bagian wilayah Turki di Eropa disebut Trakia Timur. Wilayah ini tidak berpenduduk
sejak empat ribu tahun yang lalu, dan memasuki masa Neolitikum sekitar tahun 6000 SM dengan
penduduknya yang mulai bercocok tanam. Catatan penduduk Anatolia yang paling awal adalah
Bangsa Hatti dan Bangsa Huri, bangsa-bangsa non-Indo-Eropa yang dihuni Anatolia tengah dan
timur, masing-masing pada awal 2300 SM. Bangsa Het datang ke Anatolia pada tahun 2000-
1700 SM. Kerajaan besar pertama di daerah tersebut didirikan oleh bangsa Het, dari abad
kedelapan belas hingga abad ke-13 SM. Asiria menaklukkan wilayah bagian tenggara Turki dan
menetap di sana pada awal 1950 SM sampai tahun 612 SM. Kemudian pada zaman Antikuitas
dan zaman Bizantium.

Sekitar tahun 1200 SM, pantai Anatolia dikuasai oleh suku Aiolia dan suku Ionia Yunani.
Banyak kota-kota penting yang didirikan, seperti Miletos, Ephesus, Smyrna, dan Bizantium, dan
yang terakhir didirikan adalah Megara pada tahun 657 SM. Negara pertama yang disebut
Armenia oleh wilayah lain adalah negara dinasti Orontide Armenia, yang termasuk bagian dari
Turki timur yang dimulai pada abad ke-6 SM. Di Turki barat daya, kelompok suku yang paling
berpengaruh di Trakia adalah suku Odyrisia, yang didirikan oleh Teres I. Anatolia ditaklukkan
oleh Kekaisaran Akhemeniyah dari Persia selama abad ke-6 dan ke-5 SM lalu kemudian jatuh ke
tangan Aleksander Agung pada tahun 334 SM, yang menyebabkan meningkatnya homogenitas
kebudayaan dan Helenisasi di wilayah tersebut. Setelah kematian Aleksander pada tahun 323
SM, Anatolia kemudian dibagi menjadi beberapa kerajaan Helenistik, yang semuanya menjadi
bagian dari Republik Romawi pada pertengahan abad ke-1 SM. Proses Helenisasi yang dimulai
dengan penaklukan Aleksander dipercepat saat berada di bawah 6 kekuasaan Romawi, sehingga
pada awal abad Masehi bahasa Anatolia dan budaya setempat telah punah digantikan oleh bahasa
Yunani.

Pada tahun 324, Konstantinus I memilih Bizantium menjadi ibu kota baru Kekaisaran
Romawi, kemudian diubah menjadi Roma Baru. Setelah kematian Theodosius I pada tahun 395
dan pembagian permanen Kekaisaran Romawi antara kedua putranya, Konstantinopel menjadi
ibukota Kekaisaran Bizantium, yang akan memerintah sebagian besar wilayah Turki sampai
Akhir Abad Pertengahan. Setelah itu, Dinasti Seljuk adalah cabang dari Klinik Oğuz Turki yang
tinggal di Khagan Yabghun wilayah persekutuan Oğuz, sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Aral,
pada abad ke-9. Pada abad ke-10, bangsa Seljuk mulai bermigrasi dari tanah air leluhur mereka
ke Persia, yang menjadi awal dari Kesultanan Seljuk Raya. Pada tahun 1243, tentara Seljuk
dikalahkan oleh bangsa Mongol, menyebabkan kekuatan Dinasti Seljuk perlahan-lahan hancur.
Salah satu beylik yang diperintah oleh Osman I kelak selama 200 tahun ke depan akan
mengembangkannya menjadi Kesultanan Utsmaniyah, serta memperluas wilayah ke seluruh
Anatolia, Balkan, Levant dan Afrika Utara.

Pada tahun 1453, Kekaisaran Utsmaniyah menaklukkan Kekaisaran Bizantium dengan


menguasai ibukotanya, Konstantinopel. Pada tahun 1514, Sultan Selim I (1512- 1520) berhasil
memperluas wilayah perbatasan selatan dan timur dengan mengalahkan Shah Ismail I dari dinasti
Safawiyah dalam Pertempuran Chaldiran. Pada 1517, Selim I memperluas pemerintahan
Ottoman ke Aljazair dan Mesir, dan menciptakan angkatan laut di Laut Merah. Selanjutnya,
persaingan dimulai antara pihak Utsmaniyah dan kerajaan Portugis untuk menjadi kekuatan laut
yang dominan di Samudra Hindia, dengan berbagai pertempuran angkatan laut di Laut Merah,
Laut Arab dan Teluk Persia.

Kehadiran Portugis di Samudera Hindia itu dianggap sebagai ancaman bagi monopoli
Utsmaniyah atas rute perdagangan kuno antara Asia Timur dan Eropa Barat (dikenal dengan
nama Jalan Sutera). Monopoly ini semakin terganggu menyusul penemuan Tanjung Harapan
oleh penjelajah Portugis Bartolomeu Dias pada tahun 1488, yang berdampak cukup besar
terhadap perekonomian Utsmaniyah. Kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah dan prestisi mencapai
puncaknya pada abad ke-16 dan ke-17, khususnya selama 7 pemerintahan Suleiman I.
Kesultanan ini sering berseteru dengan Kekaisaran Romawi Suci. Di laut, Angkatan Laut
Utsmaniyah berseteru dengan beberapa Liga Kudus (saat itu terdiri dari Habsburg Spanyol,
Republik Genoa, Republik Venesia, Knights of St John, Negara-negara Kepausan, Grand Duchy
of Tuscany dan Kadipaten Savoy) untuk mengendalikannya dari Laut Mediterania.

Di timur, Utsmaniyah yang kadang-kadang berperang dengan pihak Safawiyah Persia


atas konflik yang timbul dari sengketa teritorial atau perbedaan agama antara abad ke-16 dan
abad ke-18. Dimulai pada awal abad ke-19 dan seterusnya, Kesultanan Utsmaniyah mulai
melemah. Seperti wilayah, kekuatan militer dan kekayaan yang menurun, bahkan banyak
Muslim Balkan yang bermigrasi ke jantung Kekaisaran di Anatolia, bersama dengan bangsa
Sirkasia yang melarikan diri dari penaklukan Rusia di Kaukasus. Melemahnya Kesultanan
Utsmaniyah menyebabkan meningkatnya sentimen nasionalis di antara masyarakat yang
menyebabkan peningkatan ketegangan etnis yang kadang kadang berubah menjadi kekerasan,
seperti pembantaian etnis Hamid. Kesultanan Utsmaniyah memasuki Perang Dunia I di sisi Blok
Sentral dan akhirnya kalah. Selama perang, diperkirakan 1.500.000 warga Armenia dideportasi
dan dibunuh saat Genosida Armenia berlangsung.

Pemerintah Turki menyangkal bahwa terdapat Genosida Armenia dan mengklaim bahwa
Armenia hanya dipindahkan dari zona perang timur. Pembantaian besar-besaran juga dilakukan
terhadap kelompok minoritas lainnya seperti bangsa Yunani dan bangsa Assyria. Setelah
Gencatan Senjata Mudros pada tanggal 30 Oktober 1918, kemenangan Blok Sekutu berusaha
untuk membagi wilayah Utsmaniyah melalui Persetujuan Sèvres pada tahun 1920. Pendudukan
Konstantinopel dan Smyrna oleh Sekutu pada masa setelah Perang Dunia I mendorong
pembentukan Gerakan Nasional Turki.

Di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha, seorang komandan militer yang telah
membedakan dirinya selama Pertempuran Gallipoli, Perang Kemerdekaan Turki dilancarkan
dengan tujuan mencabut ketentuan Persetujuan Sèvres. Pada 18 September 1922, tentara
pendudukan dikalahkan, dan rezim Turki yang berbasis 8 di Ankara, yang menyatakan diri
sebagai pemerintah yang sah pada bulan April 1920, mulai meresmikan transisi hukum dari
Utsmaniyah yang lama ke sistem politik Republik yang baru. Pada tanggal 1 November,
parlemen baru didirikan dan secara resmi menghapuskan sistem Kesultanan, sehingga
mengakhiri 623 tahun pemerintahan Utsmaniyah. Perjanjian Lausanne tanggal 24 Juli 1923
mendapat pengakuan internasional terhadap kedaulatan negara "Republik Turki" yang baru
dibentuk sebagai negara penerus dari Kesultanan Utsmaniyah, dan secara resmi dinyatakan pada
tanggal 29 Oktober 1923 di Ankara, ibu kota Turki yang baru. Perjanjian Lausanne menetapkan
adanya pertukaran populasi antara Yunani dan Turki, di mana 1,1 juta orang Yunani
meninggalkan Turki menuju Yunani dan 380.000 umat Muslim dipindahkan dari Yunani ke
Turki. Mustafa Kemal menjadi Presiden pertama dan kemudian melakukan banyak reformasi
radikal dengan tujuan mengubah negara Utsmaniyah-Turki menjadi republik sekuler baru.

Dengan adanya UU Pemberian Julukan tahun 1934, Parlemen Turki memberikan gelar
Atatürk (Bapak Bangsa Turki) kepada Mustafa Kemal. Turki tetap netral selama Perang Dunia
II, namun masuk pada saat akhir perang di pihak Sekutu pada tanggal 23 Februari 1945. Pada
tanggal 26 Juni 1945, Turki menjadi anggota piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah
perang, Yunani menghadapi kesulitan dalam mengatasi pemberontakan komunis, bersamaan
dengan tuntutan Uni Soviet untuk membangun pangkalan militer di Selat Turki. Hal itu
mendorong Amerika Serikat untuk menyatakan Doktrin Truman pada tahun 1947, untuk
menjamin keamanan Turki dan Yunani. Yunani dan Turki tergabung dalam Rencana Marshall
dan OEEC untuk membangun kembali ekonomi Eropa pada tahun 1948, dan kemudian menjadi
anggota pendiri OECD pada tahun 1961.

Setelah ikut serta dengan pasukan PBB dalam Perang Korea, Turki bergabung dengan
NATO pada tahun 1952, dan menjadi benteng untuk melawan ekspansi Soviet ke Mediterania.
Setelah satu dekade kekerasan antarkomunitas Siprus dan kudeta di Siprus pada 15 Juli 1974
yang dilakukan organisasi paramiliter EOKA B, untuk menggulingkan Presiden Makarios III dan
menerapkan pro-Enosis (persatuan dengan Yunani) dengan Nikos Sampson sebagai diktator,
Turki menginvasi Siprus pada tanggal 20 9 Juli 1974. Sembilan tahun kemudian, Republik Turki
Siprus Utara, yang hanya diakui oleh Turki, didirikan.

Periode sistem satu partai berakhir pada tahun 1945. Hal ini diikuti oleh transisi menjadi
demokrasi multipartai selama beberapa dekade mendatang, yang terganggu oleh kudeta militer
pada tahun 1960, 1971, 1980 dan 1997.[50] Pada tahun 1984, kelompok separatis Kurdi (PKK)
memulai kampanye perlawanan terhadap pemerintah Turki, yang sampai saat ini telah merenggut
lebih dari 40.000 jiwa. Namun, proses perdamaian sedang berlangsung. Sejak liberalisasi
ekonomi Turki selama tahun 1980, negara ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas politik yang kuat. Pada tahun 2013, sejumlah protes terjadi di banyak provinsi di Turki,
yang dipicu oleh rencana untuk menghancurkan Taman Taksim Gezi.

2. Sejarah Pembaharuan di Turki


Pembaharuan di Turki sendiri sudah dimulai sejak Sultan Mahmud II berkuasa. Sultan ini
secara radikal (mendasar) memulai gerakannya merombak struktur pengelolaan kenegaraan
antara eksekutif dan yudikatif. Di bidang hukum, ia memilah antara urusan hukum Islam dan
hukum barat (sekuler). Selain pembaharuan dalam bidang militer, ia juga melakukan
pembaharuan di bidang pendidikan. Dengan memunculkan kurikulum yang lebih inovatif,
dengan mengambil rujukan materi dari barat. Ide-ide pembaharuannya ini kemudian dilanjutkan
oleh gerakan Tanzimat dengan tokohnya Mustafa Rasyid Pasya dan Mustafa Sami. Kemudian
ide-ide pembaharuan tersebut diteruskan oleh gerakan Utsmani Muda yang sangat kritis terhadap
kekuasaan absolut para Aristokrat Turki. Dan dilanjutkan pada masa Turki Muda, yaitu gerakan
oposisi yang menentang Sultan Abdul Hamid yang terkenal tegas. Dan yang terkahir
pembaharuan yang dimunculkan Mustafa Kemal.

A. Pembaharuan Sultan Mahmud II

Pelopor pembaharuan turki utsmani

sultan Mahmud II

Pembaharuan Turki Utsmani pada abad kesembilan belas sama halnya dengan
pembaharuan di Mesir, merupakan pembaharuan yang dipelopori oleh pemimpinnya. Jika di
Mesir Muhammad Ali Pasya lah Pemimpin yang mempelopori pembaharuan, di kesultanan
Utsmani Pemimpin yang menjadi pelopor pembaharuan adalah Sultan Mahmud II. Mahmud II
lahir di Saray Juli 1785. Ia adalah putra Sultan Abdul Hamid dan memperoleh pendidikan istana
di bidang bahasa-bahasa Islam klasik, agama, hukum, sastra dan sejarah. Ia diangkat menjadi
sultan di tahun 1807.

Ketika ia naik tahta dan menjadi sultan di kesultanan Turki Utsmani, Mahmud II
memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal. Perbaikan internal tersebut
dipusatkan pada rekontruksi kekuatan angkatan bersenjata kesultanan sehingga menjadi kekuatan
yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan. Di tahun 1826 ia membentuk suatu korp
tentara baru yang diasuh oleh pelatih-pelatih yang dikirim ole Muhammad Ali Pasya dari Mesir.
Ia menjauhi pemakaian pelatih-pelatih Eropa atau Kristen yang pada masa lampau mendapat
tantangan dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan pembaharuan.

Perwira-perwira tinggi Jannisari menyetujui pembentukan korp baru itu, tetapi perwira-
perwira bawahan mengambil sikap menolak. Beberapa hari sebelum korp baru itu mengadakan
parade, Jannisari memberontak. Dengan mendapat restu dari mukti besar kesultanan Utsmani,
Sultan memberi perintah untuk mengepung Jannisari yang memberontak. Pertumpahan darah
terjadi dan kurang lebih seribu Jannisari mati terbunuh. Tarekat Bektasyi, sebagai tarekat yang
mempunyai banyak anggota dari Jannisari dibubarkan. Kemudian Jannisari sendiri dihapuskan.
Dengan hilangnya Ulama yang anti pembaharuan, maka usaha-usaha pembaharuan di kesultanan
Utsmani abad kesembilan belas mulai dapat berjalan dengan lancar.

Sultan Mahmud II juga mengadakan perubahan dalam organisasi pemerintahan


Kesultanan Utsmani. Menurut tradisi Kesultanan Utsmani dikepalai oleh seorang Sultan yang
mempunyai kekuasaan temporal atau duniawi dan kekuasaan spiritual atau rohani. Sebagai
penguasa duniawi ia memakai titel Sultan dan sebagai kepala rohani umat Islam ia memakai
gelar Khalifah. Dengan demikian ia mempunyai dua bentuk kekuasaan, kekuasaan memerintah
negara dan kekuasaan menyiarkan dan membela Islam.

Dalam melaksanakan kedua kekuasaan di atas Sultan dibantu oleh dua pegawai tinggi,
Sadrazam untuk pemerintahan dan Syaikh Al-Islam untuk urusan keagamaan. Keduanya
mempunyai suara dalam soal pemerintahan dan hanya melaksanakan perintah Sultan.
Kedudukan Sadrazam sebagai pelaksana tunggal dihapuskan oleh Sultan Mahmud II dan sebagai
gantinya ia adakan jabatan Perdana Menteri yang membawahi Menter-menteri.

Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan yang kemudian
mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di Kesultanan Utsmani ialah
perubahan dalam bidang pendidikan. Ia mengadakan perubahan dalam kurikulum Madrasah
dengan menambahkan pengetahuan-pengetahuan umum ke dalamnya. Madrasah tradisional tetap
berjalan tetapi di sampingnya Sultan mendirikan dua sekolah pengetahuan umum dan sekolah
sastra. Tidak lama sesudah itu Sultan Mahmud II mendirikan pula sekolah militer, sekolah
teknik, sekolah kedokteran dan sekolah pembedahan.

Selain dari mendirikan sekolah, Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke Eropa
yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran ide-ide baru di
Kesultanan Utsmani. Pembaharuan-pembaharuan yang diadakan Sultan Mahmud II di atas telah
menjadi dasar bagi pemikiran dan usaha pembagaruan selanjutnya di Kesultanan Utsmani abad
kesembilan belas dan Turki abad keduapuluh.

B. Pembaharuan Tanzimat

Tanzimat atau dalam bahasa Turki dikenal dengan Tanzimat-i Khairiye adalah gerakan
pembaharuan di Turki yang diperkenalkan ke dalam sistem birokrasi Turki Utsmani semenjak
pemerintahan Sultan Abdul Majid (1839-1861), putra Sultan Mahmud II dan Sultan Abdul Aziz
(1861-1876). Kata tersebut mengandung arti mengatur, menyusun dan memperbaiki. Pada
periode ini banyak di terbitkan beberapa peraturan yang bertujuan untuk memperlancar proses
pembaharuan. Pembaharuan tersebut dimulai dengan diumumkannya deklarasi Gulkhane, pada
tanggal 3 November 1839. Kata Tanzimat sendiri secara resmi telah tercantum dalam dokumen
kesultanan pada pemerintahan Sultan Mahmud II, dan periode Tanzimat berakhir pada awal
pemerintahan Abdul Hamid II, 1880.

Tokoh utama pada periode Tanzimat adalah Mustafa Pasya, yang dikenal dengan gelar
Bayrakdar. Reformasi yang ia lakukan, semasa ia menjadi perdana menteri, adalah melakukan
pembaharuan pada lembaga militer. Ia membentuk tentara Nizam dalam bentuk yang baru dan
membentuk suatu lembaga kesultanan yang besar. Lembaga itu terdiri dari para pejabat tinggi,
gubernur, pasya dan ayan yang berasal dari seluruh penjuru negeri. Tokoh lain dalam periode ini
adalah Mustafa Rasyid Pasya, ia merupakan pemikir yang juga mempunyai pengaruh pada
pembaharuan di zaman Tanzimat. Sebagai telah dilihat, kemajuan Eropa menurutnya dihasilkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab lain yang ia lihat adalah dalam toleransi
agama dan kemampuan orang Eropa melepaskan diri dari ikatan agama.

Tokoh Tanzimat yang pemikirannya banyak diketahui adalah Mehmed Sadik Rifat Pasya
(1807-1856). Untuk menyalurkan dan melaksanakan ide pembaharuannya, ia mendirikan Dewan
Tanzimat dan ia sendiri menjadi ketuanya. Untuk menjadikan Turki sebagai kesultanan yang
maju, Sadik Rifat Pasya mengajukan beberapa pokok pikiran.

Pertama, Turki hanya dapat mencapai peradaban modern Barat bila dapat menciptakan
suasana damai dan menjalin hubungan baik dengan negara-negara barat. Kedua, untuk
mejadikan Turki sebagai negara yang makmur, maka tidak ada pilihan kecuali keharusan
menjadikan rakyat Turki sebagai rakyat yang makmur juga. Sedangkan kemakmuran rakyat
hanya dapat diperoleh dengan menghilangkan pemerintahan yang absolut.

Ide pembaharuan yang dilontarkan oleh beberapa pejabat pemerintahan, seperti Sadik
Rifat Pasya dan Mustafa Rasyid Pasya mendapat sambutan dari pusat kekuasaan. Sultan Abdul
Majid pada tanggal 3 November 1839 mengumumkan deklarasi Gulkhane. Deklarasi Gulkhane
dimaksudkan untuk melakuakan re-organisasi secara struktural dan komprehensif atas rezim
lama. Deklarasi tersebut memiliki dua tujuan yang bersamaan: pertama, untuk memenuhi
keinginan kekuatan-kekuatan bangsa Eropa, yang secara serius telah melakukan intervensi dalam
beberapa urusan dalam negeri Turki sebagai pemecahan krisis Yunani. Kedua, untuk
menumbuhkan rasa percaya diri pemerintahan dalam negeri.

Pembaharuan Tanzimat di bidang pendidikan adalah memberikan sistem pendidikan


secara menyeluruh sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi di bawah Kementerian
Pendidikan. Pembaharuan Tanzimat di bidang hukum memiliki dua tujuan utama. Pertama,
untuk menjadikan hukum Utsmani diterima oleh Masyarakat Eropa. Dan tujuan kedua, untuk
memodernisasi sistem hukum Islam tradisional.

C. Pembaharuan Utsmani Muda

Utsmani Muda Pada asalnya merupakan perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun
1865 dengan tujuan untuk merubah pemerintahan absolut kesultanan Utsmani menjadi
pemerintahan konstitusional. Setalah rahasia terbuka pemuka-pemukanya lari ke Eropa di tahun
1867 dan di sanalah gerakan mereka memperoleh nama Utsmani Muda. Sebagian dari mereka
kembali ke Istambul setelah Ali Pasya tiada lagi.

Salah satu pemikir Utsmani Muda adalah Ziya Pasya (1825-1880) anak seorang pegawai
kantor Cukai di Istambul. Setelah menyelesaikan Sekolah Sulemaniye yang didirikan Sulatan
Mahmud II ia diangkat menjadi pegawai pemerintahan selagi masih berusia muda. Atas usaha
Mustafa Rasyid Pasya ia pada tahun 1854 diterima menjadi salah satu Sekretaris Sultan.

Dalam mengadakan pembaharuan, Ziya tidak setuju dengan pendirian meniru Barat
dalam segala-galanya. Sebagai seorang yang kuat berjiwa Islam, ia menentang pendapat yang
telah mulai tersiar di waktu itu, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa Islam merupakan
penghalang bagi kemajuan.

Tokoh yang lain yang berpengaruh adalah Namik Kemal. Namik Kemal lahir di
Rhodosto pada 21 Desember 1840, dan wafat 2 Desember 1888 di Mytiline. Seorang penyair
Turki. Ia berasal dari keluarga golongan atas dan oleh karena itu orang tuanya sanggup
menyediakan pendidikian khusus baginya di rumah. Dalam usia belasan tahun ia diangkat
menjadi pegawai di Kantor Penerjemahan dan kemudian dipindahkan menjadi pegawai di Istana
Sultan.

D. Pembaharuan Namik Kemal

Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Sinasi, seorang sastrawan


kenamaan yang pernah belajar di Perancis. Di tahun 1861 ia menerbitkan surat kabar bernama
Tasvir-i Efkar, yang banyak mempunyai pengaruh dalam kebangkitan intelektual di Kesultanan
Utsmani abad kesembilan belas. Tetapi tulisan-tulisannya membuat ia terpaksa lari ke Eropa
pada tahun 1867. Di tahun 1870 ia di perbolehkan kembali ke Istambul tetapi tiga tahun
kemudian ia ditangkap dan dipenjarakan.

Dalam pembaharuan itu ia melihat bahwa ajaran-ajaran Islam sudah kurang diindahkan
dan terlalu banyak memakai institusi-institusi sosial Barat yang belum tentu sesuai dengan
kebutuhan masyarakat timur. Berbicara tentang politik, Namik Kemal berpendapat bahwa rakyat
sebagai warga negara, mempunyai hak-hak politik yang harus dihormati dan dilindungi negara.

Sedangkan kritik yang dilakukan Utsmani Muda terhadap Tanzimat dipelopori oleh
Midhat Pasya. Midhat Pasya lahir di Istambul 1822, putra seorang kota Ruschuk. Ia menjadi
Perdana Menteri pada tahun 1872 menggantikan Mahmud Najim Pasya atas pilihan Sultan Abd
al-Aziz. Dan ditunjuk untuk kedua kalinya menjadi Perdana Menteri oleh Sultan Abd Hamid II
(1876-1909). Pengalamanya sebagai pejabat kesultanan menyakinkan dirinya bahwa sudah
saatnya membuat institusi yang permanen guna mengontrol kekuasaan Sultan. Konstitusi
tersebut memberikn hak yang lebih luas kepada Perdana Menteri dan terlepas dari kekuasaan
Sultan.

Menurut Utsmani Muda, otokrasi yang dimiliki Sultan menjadikan gerakan reformasi dan
liberalisme yang mereka perjuanngkan menjadi berantakan. Ia mengatakan, dalam artikelnya
bahwa Tanzimat sebagai manufer politik ketimbang reformasi sosial dan hukum yang tujuannya
hanya menyelamatkan kepentingan pemerintahan saja. Selain itu mereka juga menganggap
bahwa penguasa telah merampas hak kaum Muslimin yang meraka peroleh dari periode
Tanzimat.

E. Pembaharuan Turki Muda

Sultan Abdul Hamid II

Sultan Abdul Hamid II Benteng Terakhir Utsmani

Setelah membubarkan Parlemen, maka Sultan Abdul Hamid II memerintah dengan tegas.
Dia mengawasi dengan ketat gerakan-gerakan bawah tanah yang dianggap membahayakan
kedaulatan Utsmani. Ketegasan Sultan tersebut mengakibatkan banyak pihak yang tidak senang
dan akhirnya timbul beberapa pemberontakan. Pada tahun 1889, persekongkolan yang terjadi di
kalangan sekolah kedokteran, militer dan menyebar ke sekolah-sekolah lainnya di
Istanbul.Kelompok penentang absolutisme Sultan dikenal dengan sebutan Committee on Union
and Progress (CUP) komite persatuan dan kemajuan, kelompok ini digawangi oleh
Freemasonry, yang memang sengaja disusupkan untuk melemahkan pemerintahan Sultan Abdul
Hamid II. anggota Komite Persatuan dan Kemajuan

Dikutip dari buku Harun Yahya, The Knights Templar, hlm. 156. Sebuah artikel dalam
surat kabar harian Prancis, Le Temps, edisi 20 Agustus 1908 menjelaskan pengaruh Freemasonry
terhadap Komite Persatuan dan Kemajuan. Dari surat kabar tersebut, didapatkan informasi dari
wawancara terhadap dua orang anggota Komite Persatuan dan Kemajuan, Mr. Refik dan Kolonel
Niyasi. Ketika Jurnalis Le Temps mengajukan pertanyaan kepada keduanya mengenai pengaruh
Freemasonry di Komite Persatuan dan Kemajuan, mereka menjawab:
Masonry, especially Italian Masonry, supported us. Many lodges in Thessalonica were
active. In practice, the Italian lodges helped the Committee of Union and Progress and protected
us. Because most of us were Masons, we met in the lodges, and this was where we trying to
recruit. Istanbul became suspicious and managed to introduce a few agents into the lodges.

Berdasarkan Informasi yang terdapat dalam surat Duta Besar Inggris di Konstatinopel,
Gerard Lowther kepada menteri luar negeri Inggris C. Harding, yang diperoleh dari buku
Muhammad Safwat dan Abu Habib, Gerakan Freemasonry, hlm. 164. Sultan Abdul Hamid II
berhasil mengetahui gerakan tersebut berkat mata-matanya yang bernama Ismail Mahir Basya,
namun mata-matanya tersebut terbunuh secara misterius pasca revolusi 1908. Saat gerakan
mereka diketahui oleh para penguasa, mereka mulai menyusun kekuatan dengan menggalang
pendukung dari para buangan Kesultanan Turki Utsmani di Paris, Jenewa dan Kairo, di mana
mereka akhirnya membantu gerakan tersebut dengan melancarkan kritik menyeluruh dari sistem
monarki Abdul Hamid II.

Sejak pertama, para pendukung gerakan Turki Muda ini telah terbagi menjadi dua
kelompok. Pertama, adalah kelompok liberal yang menginginkan disentralisasi dan pemberian
beberapa hak khusus bagi kelompok minoritas. Kedua adalah kelompok nasionalis, yang
menginginkan dominasi bangsa Turki, dan kekuasaan yang terpusat. Kedua kelompok ini yang
mengggunakan Komite Persatuan dan Kemajuan sebagai alat secara terbuka untuk memperoleh
kekuasaan. Di antara tokoh utama Komite Persatuan dan Kemajuan adalah Murad Bey ( 1853-
1912 ), Ahmad Reza ( 1859-1931 ), dan Pengeran Sabahud din ( 1877-1948 ).

Kelompok Turki Muda adalah sekelompok pembaharuan pertama yang merencanakan


industrialisasi untuk pertama kalinya dengan disahkan undang-undang tentang industri, Law for
Encouragementof Industry, pada tahun 1909 kemudian diperbaharui pada tahun 1915. Meskipun
merekan hanya meraih keberhasilan yang kecil di bidang industri, paling tidak Turki telah
memiliki jaringan kerja bagi rencana pembangunan ekonomi di masa mendatang. Selain itu,
bidang pendidikan juga mendapat perhatian mereka, terutama pendidikan tingkat dasar yang
sebelumnya diabaikan.

Kaum wanita pada masa Turki Muda memperoleh perhatian yang besar. Di bidang
pendidikan, kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan juga dibuka lebar-
lebar. Kalau pada masa periode Tanzimat, kaum wanita telah memperoleh kesempatan belajar di
tingkat dasar, maka periode Turki Muda kesempatan bagi kaum wanita untuk belajar di tingkat
menengah dan tinggi. Kelompok Turki Muda barangkali dapat dikatakan belum berhasil
mewujudkan sebuah pemerintahan konstitusional seutuhnya, akan tetapi mereka berhasil
melemahkan kekuatan pemerintahan pusat di Istanbul, terutama ketika mereka berhasil
melengserkan Abdul Hamid II yang mereka anggap sebagai penghalang utama tujuan mereka.

F. Pembaharuan Mustafa Kemal

Mustafa Kemal lahir di Salonika pada tahun 1881. Orang tuanya Ali Riza bekerja sebagai
pegawai biasa di salah satu kantor pemerintahan di kota itu. Ibunya bernama Zubeyda, seorang
wanita yang taat beragama. Semasa belajar, Mustafa Kemal sudah mulai mengenal dengan
politik melalui seorang temannya bernama Ali Fethi. Berkat dorongan temannya Kemal mulai
mempelajari pengetahuan tentang bahasa Perancis, sehingga dia dapat memperdalam
pengetahuannya lewat karangan-karangan filosof Perancis.

Di medan pertempuran ia menunjukan keberanian dan kecakapan terutama di daerah


Gallipoli dan daerah perbatasan Kaukasus. Atas jasanya itu pangkatnya dinaikkan dari Kolonel
menjadi Jenderal ditambah dengan gelar Pasya. Setelah Perang Dunia I ia diangkat menjadi
Panglima dari semua Pasukan di Turki Selatan. Bersama temannya dari pimpinan nasionalis lao,
Ali Fuad, Rauf dan Refat, ia mulai menentang pemerintah yang datang dari Sultan di Istanbul,
kaeran perintah Sultan dinilai banyak bertentangan dengan kepentingan Nasional.

Atas usaha Mustafa Kemal dan teman-temannya dapat dibentuk Majelis Nasional Agung
di tahun 1920. Mustafa Kemal dipilih sebagai Ketua sidang ini. Dalam sidang itu diambil antara
lain keputusan-keputusan berikut :

1. Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki.


2. Majelis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi.
3. Majelis Nasional Agung bertugas sebagai badan legislatif dan badan eksekutif.
4. Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari Majelis Nasional Agung akan menjalankan
tugas pemerintah.
5. Ketua Majelis Nasional Agung merangkap jabatan Ketua Majelis Negara.
Mustafa Kemal dan rekan-rekannya dari golongan nasionalis bergerak terus dan secara
perlahan-lahan dapat menguasai situasi Turki, sehingga Sekutu terpaksa mengakui mereka
sebagai penguasa defacto dan dejure di Turki. Pada tanggal 23 Juli 1923 ditanda tangani
Perjanjian Lausanur, dan pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan internasional.

Dalam pemikiran tentang pembaharuan Mustafa Kemal dipengaruhi bukan oleh ide
golongan nasionalis Turki saja, tetap juga oleh ide-ide Barat. Ia berpendapat Turki dapat maju
hanya dengan meniru barat, tidak heran banyak pemikirannya yang memiliki tujuan mewujudkan
peradaban barat di Turki. Westernisasi, sekularisasi dan nasionalisme menjadi dasar pemikiran
pembaharuan Mustafa Kemal.

Pembaharuan pertama ditujukan terhadap bentuk negara. Di sini ia berpendapat harus


diadakannya sekularisasi. Pemerintahan harus dipisahkan dari agama. Di dalam sidang Majelis
Nasional Agung pada tahun 1922, Mustafa Kemal mengusulkan penghapusan jabatan Sultan.
Dengan demikian Raja Turki hanya memegang jabatan Khalifah yang tidak mempunyai
kekuatan duniawi, tetapi hanya kekuasaan spiritual. Semenjak penghapusan jabatan itu
kedaulatan berada di tangan Majelis Nasional Agung, dan kekuasaan eksekutif terletak ditangan
Majelis Negara. Dan juga menandai hilangnya dualisme kekuasaan di Turki.

Pada Februari 1924, Mustafa Kemal berpendapat bahwa jabatan Khalifah juga harus
dihapuskan. Setelah terjadi perdebatan sengit pada tanggal 3 maret 1924, suara di majelis
memutuskan penghapusan jabatan Khalifah. Tetapi sebelum resmi menjadi negara sekuler,
Mustafa Kemal mulai menghilangkan institusi keagamaan yang ada dalam pemerintahan. Di
tahun 1924 Biro Syaikh Al-Islam dihapuskan, dan begitu pula kementrian Syariat. Bersamaan
dihapuskannya pula Mahkamah Syariat. Dalam pembentukan hukum baru itum hukum syariat
dan hukum adat ditinggalkan dan sebagai model diambil hukum barat.

Di tahun 1924 Madrasah-madrasah ditutup untuk diganti sekolah Imam dan Khatib. Pada tahun
1928 pelajaran bahasa Arab dan Persia dihapuskan, dan diganti dengan pelajaran bahasa Latin.
Westernisasi dan sekularisasi diadakan bukan hanya dalam bidang institusi, tetapi juga dalam
bidang kebudayaan dan adat istiadat. Pakaian keagamaan dilarang dan rakyat Turki harus
menggenakan pakaian Barat. Sekularisme ini tidak sampai menghilangkan agama Islam, tetapi
pembaharuannya ini menghilangkan kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan.
Langkah-langkah yang diambil Mustafa Kemal ini memiliki dampak yang luas di Mesir,
Afghanistan, Iran, India danTurkistan serta kawasan dunia Islam lainnya. Sebab memberi
peluang bagi kalangan yang menyeru westernisasi dan cenderung pada budaya Barat untuk
menjadikan Turki sebagai contoh utama dan menjadikannya sebagai sesuatu yang bisa dijadikan
teladan

2. Tokoh-tokoh Pembaharuan Turki dan pemikirannya


Diantara beberapa tokoh pembaharuan di Turki adalah Sultan Salim III, Sultan Mahmud II,
Tanzimat, Kelompok Usmani Muda, Turki muda, dan Mustafa Kemal. Sebelum Sultan Mahmud
II gerakan pembaharuan sudah dimulai akan tetapi belum banyak perubahan yang terjadi, seperti
pada tahun 1644-1702 Husen Koprulu dan Damad Ibrahim (1719-1730 M) keduanya menjadi
Wajir Agung mengadakan pembaharuan akan tetapi mendapat tantangan dari Feyzullah sebagai
syaikh al-Islam yang menyebabkan konflik internal dan berhasil wajir tersebut.

a. Sultan Salim III

Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Salim III (1789-1807) dengan melakukan langkah-
langkah pembaharuan sebagi berikut: restrukturisasi pemerintahan yang efektif dan efisien,
rekriutmen pegawai secara profesional, pendirian sekolah dan balai latihan, menghilangkan hak
istimewa militer jeniseri yang mewajibkan mereka harus melalui seleksi profesionalisme.
Pembaharuan yang dilakukan Sultan Salim III ini mendapat tantangan dari militer Jeniseri yang
mendapat sokongan fatwa bahwa gerakan pembaharuan Sultan Salim III bertentangan dengan
agama dan tradisi sehingga dapat dikalahkan.

b. Sultan Mahmud II

Kegagalan Sultan Salim III tidak menyulutkan penggantinya Sultan Mahmud II untuk
mengadalan pembaharuan. Pada tahun 1826 Sultan Mahmud II membentuk korp tentara baru di
luar Jeniseri dan menggunakan instruktur dari Mesir tidak berasal dari Eropa agar tidak direspon
negatif oleh ulama dan segera membubarkan Jeniseri serta melarang Tarekat Bektasy,
mengadakan penghapusan wajir agung diganti dengan perdana menteri, wajir agung pada saat itu
dipegang oleh syaikh al Islam, pembaharuan sistem hukum yang memberlakukan hukum sekuler
di samping hukum syari‟ah, peradilan syariah diserahkan kepada syaikh al-Islam sedangkan
peradilan sekuler diserahkan kepada Majlich-I Ahkam-I Adliye, dan pembaharuan di bidang
pendidikan dengan membentuk sekolah umum ( Mekteb-I Ma‟arif) dan sekolah sastra ( mekteb-i
„Ulum-u Edebiye).

c. Tanzimat

Sepeninggal Sultan Mahmud II, gerakan pembaharuan dilakukan oleh Abdul Majid (1839-1861)
dengan perdana menteri Rasyid Pasya. Periode ini disebut masa Tanzimat yang mengandung arti
peraturan dan perundang-undangan baru. Tokoh-tokoh Tanzimat antara lain: Rasyid Pasya,
Mehmed Sadik Rifat Pasya, dan Muhammad Ali Pasya dan Fuad Pasya. Diantara beberapa
peraturan perundangundangan yang dihasilkan pada masa tanzimat antara lain:

1) Piagam Hatt-I Sherif Gulhane tahun 1839 sebagai dasar pembaharuan di bidang administrasi,
perpajakan, hukum, pendidikan, kau minoritas dan militer yang menyebabkan perang di Crimea
akibat penolakan kaum ulama akibat dari reduksi peran ulama.

2) Piagam Hatt-I Humayun ( 1856 M) yang mengakomodir hak-hak minoritas. Piagam ini
mendapat reaksi keras dari ulama dan kelompok penduduk yang berpendidikan Barat yang
tergabung dalam Usmani Muda.Harun Nasution lebih rinci dalam menjelaskan kandungan dalam
piagam Hatt-I Sherif Gulhan sebagai berikut: kemakmuran suatu negara bergantung kepada
kemakmuran rakyat yang diperoleh dengan cara menghilangkan pemerintahan absolut selama
ini, menghilangan kesewenangwenangan, peraturan mengenai kewajiban dan lamanya dinas
militer, hukuman mati dengan diracun tidak dibolehkan lagi,hak milik terhadap harta dijamin dan
tiap orang mempunyai kebebasan terhadap harta yang dimilikinya, semua pegawai kerajaan
menerima gaji sesuai dengan beban tugasnya untuk mengurangi korupsi, mengajak rakyat
memberikan pendapat tentang soal-soal negara dan administrasi, mendirikan Bank Usmani dan
mengganti peredaran uang dengan memakai sistem desimal, dan pendidikan umum dilepaskan
dari kekuasaan kaum ulama untuk diserahkan kepada kementerian Pendidikan yang dibentuk
pada tahun 1847. Sedangkan piagam Hatt-I Humayun yang mengakomodir hak-hak minoritas
seperti penghapusan perbedaan agama, bahasa dan bangsa, rakyat non muslim diperbolehkan
masuk dinas militer, dan penghapusan perbedaan pajak yang bagi rakyat non muslim,
penghapusan hukum bunuh terhadap orang yang murtad dari Islam dan pemasukan anggota-
anggota bukan Islam ke dalam dewan hukum. Setelah piagam Hatt-I Humayun ini, maka
diadakan penyempurnaan hukum pidana, hukum dagang dan hukum maritim dengan
menggunakan hukum Prancis, didirikan Mahkamah Agung, serta dalam bidang pendidikan
didirikan Sekolah Galatasaray tahun 1868 yang siswanya Islam dan non dapat duduk
berdampingan. Padahal sebelumnya masingmasing golongan agama mempunyai sekolah
tersendiri. Kedua piagam yang dihasilkan kelompok Tanzimat ini mendapat kritikan keras
terutama dari kalangan Intelegensia Turki Usmani. Piagam ini mengandung sekularasisasi dalam
berbagai institusi kemasyarkatan seperti lembaga hukum baru yang dipengaruhi sistem hukum
Barat, menimbulkan proBarat yang mengakibatkan campur tangan negara-negara Barat dalam
soal inter kerajaan Usmani yang pada akhirnya jatuhnya perekonomian negara ini, serta
menyebabkan semakin absolutnya kekuasaan sultan dan menteri-menterinya karena tidak adanya
oposisi dari Yeniseri sebagai yang sudah dibubarkan pada masa sultan Mahmud II. Pasukan
Yeniseri ini ditakuti bukan hanya karena memiliki senjata akan tetapi karena memiliki dukungan
kuat dan erat dari Tarekat Bektasyi yang mempunyai pengikut yang besar di kalangan
masyarakat.

d. Usmani Muda

Kematian Perdana Menteri Ali Pasya ( 1871 M) menandai berakhirnya Tanzimat, gerakan
pembaharuan diganti oleh kelompok Usmani Muda yang berhasil menurunkan secara paksa
Sultan Abdul Aziz pada tahun 1876 melalui fatwa Syaikh al-Islam dan diganti oleh Murad V
yang mendapat dukungan Usmani Muda. Akan tetapi karena Murad V dianggap tidak berhasil
memimpin Turki Usmani dan dianggap sakit mental oleh Syaikh al-Islam di kemudian hari,
maka diganti oleh S sultan Abdul Hamid ( 31 Agustus 1876) dan perdana menterinya Mihdat
Pasya salah seorang tokoh Usmani Muda. Usmani Muda dalam pembaharuannya terbagi kepada
2 partai ditinjau dari segi liberalisnya. Usmani Muda pertama liberal yang menghendaki sistem
pemerintahan otonomi bagi daerah-daerah(desentralisasi), kedua Usmani muda yang tergabung
dalam partai Ittihadi ve Terekki, pemenang pemilu 1908 yang ingin mempertahankan sistem
pemerintahan sentralistik. Dan pada tahun 1912 M, partai tersebut juga tampil sebagai pemenang
yang melibatkan diri Turki Usmani dalam perang Balkan bersama Jerman dengan harapan
menjadi media untuk merebut kembali daerah-daerah yang sudah memerdekakan diri
sebelumnya dalam sistem pemerintahan federasi. Diantara negara yang sudah memerdekakan
diri dari Turki Usmani Bulggaria, Austria, Yunani, Bosnia dan Herzegivina. Pada perang Dunia
I. Turki Usmani bersekutu dengan Jerman sebagai keputusan yang dilakukan Syaik al-Islam pada
tanggal 23 Nopember 1914 dengan mengumumkan perang suci agar mendapat dukungan umat
Islam secara luas. Akan tetapi yang terjadi malah umat Islam menjadi terkotak-kotak, seperti
bangsa Tartar bersatu dengan Rusia, Al Jazair dan senegal bergabung dengan Prancis, Umat
Islam India dan Arab Saudi bergabung dengan Inggris. Dampak selanjutnya Arab Saudi
menyatakan merdeka dari Turki, begitu juga Syiria dan Transyordan bangkit melawan Turki,
serta terjadi pembelotan yang dilakukan tentara yang berasal dari suku Arab. Usmani Muda
merupakan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1865 dengan tujuan untuk mengubah
pemerintahan absolut menjadi pemerintahan yang konstitusional. Tokoh Usmani muda antara
lain Mihdat Pasya, Ziya Pasya, dan Nanik Kemal. Diantara isi ideide pembaharunnya sebagai
berikut:

1) Ekonomi dan politik yang tidak beres dapat diatasi dengan merubah sistem pemerintahan
absolut menjadi pemerintahan konstitusional yang memisahkan kekuasaan eksekutif, legislatif
dan yudikatif. Rakyat sebagai warga negara mempunyai hak politik. Pemerintahan demokrasi
tidak bertentangan dengan ajaran Islam, karena dalam Islam dikenal sistem bai‟ah yang pada
hakikatnya merupakan kedaulatan rakyat. Khalifah sebagai eksekutif tidak boleh mengambil
sikap atau tindakan yang berlawanan dengan maslahat umum (al-maslahah al-„ammah), dan
tidak melanggar syari‟ah, kaum ulama sebagai pembuat hukum, dan pemerintah yang
melaksanakan hukum. Sehingga sistem pemerintahan konstitusional tidak merupakan bid‟ah
dalam Islam. Hal ini merupakan ide baru pada saat itu yang memegang sistem otokrasi.

2) Tumbuh ide tanah air Usmani bukan tanah air Turki dengan melihat perlu adanya persatuan
umat Islam di bawah pimpinan Turki Usmani yang mirif PanIslamisme.
e. Mustafa Kemal Ataturk

Mustafa Kemal lahir pada 1881 di suatu daerah di Salonika. Sering dikenal dengan nama
Mustafa Kemal Pasya. Dan dikenal juga dengan Mustafa Kemal Attaturk (Bapak Bangsa Turki).
Beliau juga mendapat julukan Ghazi, artinya sang pembela keyakinan. Julukan ini diberikan
ketika beliau dengan gemilang membawa Turki kepada kemenangan dalam perang kemerdekaan
melawan Yunani, Mustafa Kemal dielu-elukan dan dipanggil dengan gelar kehormatan Ghazi.
Ayahnya bernama Ali Riza, seorang juru tulis rendahan di salah satu kantor pemerintahan di kota
itu. Beliau sempat mencoba lari dari kemalangan hidupnya dengan cara menegak racun.
Sedangkan Ibunya bernama Zubayde, seorang wanita sholihah. Ali Riza meninggal saat Mustafa
Kemal berusia tujuh tahun sehingga ia kemudian diasuh oleh ibunya. Sejak kecil, Mustafa Kemal
memiliki bakat untuk selalu memberontak terhadap segala keadaan yang tidak berkenan di
hatinya. Ia secara brutal menentang peraturan apapun. Bahkan, tanpa malumalu ia sering
memaki-maki gurunya saat bersekolah. Sehingga suatu hari pernah ditampar salah satu gurunya
karena sang guru sudah kehilangan kesabaran menghadapi perilaku Mustafa Kemal. Dan
akibatnya, Mustafa Kemal kecil lari dan tidak mau masuk sekolah lagi. Mustafa kecil juga
terkenal arogan dalam bergaul. Ia tidak mau sembarangan dalam memilih kawan. Akhirnya,
ibunya mengirim dia ke sekolah militer, sehingga riwayat pendidikan Mustafa Kemal dimulai
tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (Sekolah Menengah Militer Turki). Tahun
1895 ia masuk ke akademi militer di Kota Monastir dan pada tanggal 13 maret 1899 ia masuk ke
sekolah ilmu militer di Istambul. Tahun 1902 ia ditunjuk sebagai salah satu staf pengajar dan
pada bulan Januari 1905 ia lulus dengan pangkat Kapten. Perjuangan Mustafa Kemal
mewujudkan pembaharuan untuk kemajuan Turki penuh liku, dan mencapai klimaksnya ketika ia
menjadi Presiden Republik Turki. Bangsa Eropa mengakui Republik Turki yang ditandai oleh
Perjanjian Lausanne pada tahun 1923. Mustafa Kemal meninggal dunia tahun 1938. Setelah
perang dunia I, Mustafa kemal diangkat menjadi panglima militer di Turki Selatan untuk
merebut Izmir dari tentara sekutu dan berhasil memukul mundur tentara sekutu dan
menyelamatkan Turki dari penjajahan Barat. Pada saat itu Sultan di Istanbul berada di bawah
kekuasaan sekutu yang harus menyesuaikan diri dengan mereka, Kemudian ia mendirikan
pemerintahan tandingan di Anatolia dengan mengatakan kemerdekaan negara dalam keadaan
bahaya, rakyat Turki harus berusaha sendiri membebaskan tanah air dari kekuatan asing, sultan
tidak menjalankan pemerintahan dan segera mengadakan kongres. Mustafa Kemal
memproklamirkan Republik Turki pada 29 Oktober 1923 dengan membentuk negara modern
didasarkan kepada kekecewaan yang amat mendalam terhadap sistem kekhalifahan sebelumnya
yang dianggap gila dan dibangun atas sendi-sendi keagamaan yang rapuh.Peraturan dan
pengadilan agama kuno segera digantikan dengan hukum perdata yang modern dan ilmiah,
begitu juga sokolah agama harus diserahkan kepada pemerintah sekuler. Arnold Toynbee dalam
Mainkid and Mother Earth ( terjemah Sejarah Umat Manusia ), menyebutkan Ataturk memimpin
rakyat Turki bukan hanya untuk memenangkan perang demi mempertahankan kelangsungan
hidup mereka, tetapi juga untuk melakukan westernisasi yang revolusioner guna melanjutkan apa
yang telah dirintis oleh Mahmud II. Lebih Jauh Arnold membandingkan Ataturk seperti Lenin di
Rusia sebagai intelezensia yang menumbangkan rezim yang membentuk kelas ini di negaranya,
terutama dalam menggunakan kekerasan untuk menuntaskan pekerjaan penting ini. Salah satu
bukti penghapusan kekhalifahan, menghapus kementerian syariah dan waqaf dan menyatukan
sistem pendidikan di bawah kementerian pendidikan lahirnya Undangundang yang disetuhui
Dewan Nasional Agung Turki pada tanggal 3 Maret 1924.Tujuan akhir Mustafa Kemal dengan
reformasi berupa westernisasi adalah membawa Turki berbaris bersama dengan peradaban Barat,
bahkan berusaha mencuri satu langkah mendahului perdaban Barat. Mustafa Kemal dikenal
sebagai Bapak Rakyat Turki dengan julukan Ataturk, dan ia juga mendapat julukan Ghazi.
Rangkaian kebijakan pembaharuan Mustafa Kemal berperinci kepada:, nasionalisme,
sekularisme, westernisme :

Pertama, unsur Nasionalisme. Ide Nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal ialah
nasionalisme Turki yang terbatas daerah geografisnya dan bukan ide nasionalisme yang luas,
yakni diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang menyerukan reformasi Islam untuk
menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam pemahaman Mustafa Kemal, Islam
yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah disatukan dengan budaya Turki, sehingga ia
berkeyakinan bahwa Islam dapat diselaraskan dengan dunia modern. Namun turut campurnya
Islam dalam segala aspek kehidupan pada bangsa dan agama akan menghambat Turki untuk
maju. Atas dasar itu, Mustafa Kemal berpendapat bahwa agama harus dipisahkan dari negara.
Islam tidak perlu menghalangi Turki mengadopsi peradaban barat sepenuhnya, termasuk
merubah bentuk negara. Pada permulaan di dirikannya Republik Turki, Mustafa Kemal
berpendapat bahwa pemerintah nasional harus didasarkan pada prinsip pokok populisme
(kerakyatan). Ini berarti, kedaulatan dan semua kekuatan administrasi harus langsung diberikan
kepada rakyat. Konsekuensi logis dari prinsip tersebut adalah dihapusnya sistem kekhalifahan.

Kedua Sekulerisme, sekulerisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak serta merta
menghilangkan agama dari rakyat Turki, namun hanya melakukan pembatasan kekuasaan
golongan ulama dalam soal negara dan politik. Oleh karena itu, pembentukan partai yang
berdasarkan agama dilarang, institusi-institusi negara, sosial, ekonomi, hukum, politik, dan
pendidikan harus dibebaskan dari kekuasaan syari‟ah. Menurut Mustafa Kemal, sekulerisme
bukan saja memisahkan masalah bernegara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dari pengaruh
agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai suatu
bangsa, karena menurut beliau bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada
keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradabanperadaban
lain bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena
keseluruhan unsurnya. Dan sekulerisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu.
Sehingga, Mustafa Kemal berpendapat jika rakyat Turki ingin mempunyai peradaban tinggi
harus melakukan sekulerisasi.

Ketiga, Westernisme, dalam hal ini Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus berorientasi
ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru barat Negara Turki akan maju. Ungkapan yang
digunakan oleh Mustafa Kemal, “Kita (bangsa Turki) harus bergerak bersama zaman.” Oleh
karena itu, satu-satunya jalan untuk memajukan rakyat Turki adalah dengan melakukan
reformasi berupa modernisasi yakni suatu upaya untuk mengubah wajah Turki secara total
dengan menerapkan nilai-nilai modern yang progresif dan meninggalkan segala hal yang
dipandang kaku, kolot, tradisional dan berbau Utsmaniyah. Kemal berkeyakinan hanya dengan
jalan itu rakyat Turki akan makmur dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain.
KESIMPULAN

Pembaharuan di Turki sendiri sudah dimulai sejak Sultan Mahmud II berkuasa. Sultan ini
secara radikal (mendasar) memulai gerakannya merombak struktur pengelolaan kenegaraan
antara eksekutif dan yudikatif. Di bidang hukum, ia memilah antara urusan hukum Islam dan
hukum barat (sekuler). Selain pembaharuan dalam bidang militer, ia juga melakukan
pembaharuan di bidang pendidikan. Dengan memunculkan kurikulum yang lebih inovatif,
dengan mengambil rujukan materi dari barat. Ide-ide pembaharuannya ini kemudian dilanjutkan
oleh gerakan Tanzimat dengan tokohnya Mustafa Rasyid Pasya dan Mustafa Sami. Kemudian
ide-ide pembaharuan tersebut diteruskan oleh gerakan Utsmani Muda yang sangat kritis terhadap
kekuasaan absolut para Aristokrat Turki. Dan dilanjutkan pada masa Turki Muda, yaitu gerakan
oposisi yang menentang Sultan Abdul Hamid yang terkenal tegas. Dan yang terkahir
pembaharuan yang dimunculkan Mustafa Kemal.

Pembaharuan Tanzimat atau dalam bahasa Turki dikenal dengan Tanzimat-i Khairiye
adalah gerakan pembaharuan di Turki yang diperkenalkan ke dalam sistem birokrasi Turki
Utsmani semenjak pemerintahan Sultan Abdul Majid (1839-1861), putra Sultan Mahmud II dan
Sultan Abdul Aziz (1861-1876).Tokoh lain dalam periode ini adalah Mustafa Rasyid Pasya, ia
merupakan pemikir yang juga mempunyai pengaruh pada pembaharuan di zaman
Tanzimat.Nah,untuk mejadikan Turki sebagai negara yang makmur, maka tidak ada pilihan
kecuali keharusan menjadikan rakyat Turki sebagai rakyat yang makmur juga.Pembaharuan
Utsmani Muda Utsmani Muda Pada asalnya merupakan perkumpulan rahasia yang didirikan
pada tahun 1865 dengan tujuan untuk merubah pemerintahan absolut kesultanan Utsmani
menjadi pemerintahan konstitusional.Sebagai seorang yang kuat berjiwa Islam, ia menentang
pendapat yang telah mulai tersiar di waktu itu, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa Islam
merupakan penghalang bagi kemajuan.
Pada tahun 1889, persekongkolan yang terjadi di kalangan sekolah kedokteran, militer
dan menyebar ke sekolah-sekolah lainnya di Istanbul.Kelompok penentang absolutisme Sultan
dikenal dengan sebutan Committee on Union and Progress (CUP) komite persatuan dan
kemajuan, kelompok ini digawangi oleh Freemasonry, yang memang sengaja disusupkan untuk
melemahkan pemerintahan Sultan Abdul Hamid II.berdasarkan Informasi yang terdapat dalam
surat Duta Besar Inggris di Konstatinopel, Gerard Lowther kepada menteri luar negeri Inggris C.
Harding, yang diperoleh dari buku Muhammad Safwat dan Abu Habib, Gerakan Freemasonry,
hlm.saat gerakan mereka diketahui oleh para penguasa, mereka mulai menyusun kekuatan
dengan menggalang pendukung dari para buangan Kesultanan Turki Utsmani di Paris, Jenewa
dan Kairo, di mana mereka akhirnya membantu gerakan tersebut dengan melancarkan kritik
menyeluruh dari sistem monarki Abdul Hamid II.bersama temannya dari pimpinan nasionalis
lao, Ali Fuad, Rauf dan Refat, ia mulai menentang pemerintah yang datang dari Sultan di
Istanbul, karena perintah Sultan dinilai banyak bertentangan dengan kepentingan Nasional.

Mustafa Kemal dan rekan-rekannya dari golongan nasionalis bergerak terus dan secara
perlahan-lahan dapat menguasai situasi Turki, sehingga Sekutu terpaksa mengakui mereka
sebagai penguasa defacto dan dejure di Turki.Ia berpendapat Turki dapat maju hanya dengan
meniru barat, tidak heran banyak pemikirannya yang memiliki tujuan mewujudkan peradaban
barat di Turki.Sebab memberi peluang bagi kalangan yang menyeru westernisasi dan cenderung
pada budaya Barat untuk menjadikan Turki sebagai contoh utama dan menjadikannya sebagai
sesuatu yang bisa dijadikan teladan.Tokoh-tokoh Pembaharuan Turki dan pemikirannya Diantara
beberapa tokoh pembaharuan di Turki adalah Sultan Salim III, Sultan Mahmud II, Tanzimat,
Kelompok Usmani Muda, Turki muda, dan Mustafa Kemal.
DAFTAR PUSTAKA

Esposito , Jhon L. dan Jhon O Vall. Demokrasi di Negara-negara Muslim. Bandung: Mizan. 1999.

Lubis, Ridhwan. Perspektif Pembaharuan Pemikiran Islam.Medan: Pustaka Widyasarana. 1994.

Harahap, Hotni Sari. (2019). Pembaharuan Pendidikan Islam di Turki. Jurnal Hibrul ‘Ulama 1(1) : 18-33.

Ilyas, Muhammad Muhtarom. (2014). Tiga Aliran Pembaharuan: Weternisme, Islamisme, dan
Nasionalisme. Jurnal Sosial Humaniora 7(2) : 265-273.

Rogan Eugene, The Fall Of The Khilafah ( Basic Books, New York, 2015 )

Anda mungkin juga menyukai