Anda di halaman 1dari 24

DEMOKRASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Politik


Dosen Pengampu: Dr. Setia Gumilar, M.Si.
Agung Purnama, M.Hum.

Disusun Oleh:
Sabilla Nur Fauziah 1205010167
Salsa Billatul Jannah 1205010171
Sidik Abdurokhman 1205010175
Syahid Rusdi Amrulloh 1205010186
Vidy Gita Salsabila 1205010193

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Demokrasi” ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak
Dr. Setia Gumilar, M.Si. dan Bapak Agung Purnama, M.Hum. selaku dosen mata
kuliah Ilmu Politik. Selain itu, makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
wawasan ilmu tentang “Demokrasi” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Setia Gumilar, M.Si. dan
Bapak Agung Purnama, M.Hum. selaku dosen mata kuliah Ilmu Politik yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik
dan rapi.
Kami memahami bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam
teknik penulisan maupun materi, mengingat terbatasnya kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat memberi kebermanfaatan bagi para pembaca demi kemajuan bersama dan
demi majunya ilmu pengetahuan.
Bandung, 15 November 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A. Pengertian Demokrasi ...................................................................................3
B. Sejarah Munculnya Demokrasi .....................................................................4
C. Fungsi dan Tujuan Demokrasi ......................................................................7
D. Prinsip-prinsip Demokrasi ............................................................................8
E. Macam-macam Demokrasi .........................................................................10
F. Perkembangan Demokrasi di Indonesia ......................................................13
G. Studi Kasus .................................................................................................16
BAB III ..................................................................................................................20
PENUTUP ..............................................................................................................20
A. Kesimpulan .................................................................................................20
B. Saran ............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat
turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan
rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi
semua warga negara. Inti dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat. Salah satu tonggak utama untuk mendukung sistem politik
yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan
untuk memilih wakil rakyat baik di tingkat pemerintahan pusat maupun
pemerintahan daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat,
dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum dilaksanakan oleh negara
Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan
prinsip-prinsip atau nilainilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat
untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita
masyarakat Indonesia yang demokratis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi?
2. Bagaimana sejarah munculnya demokrasi?
3. Apa fungsi dan tujuan dari demokrasi?
4. Bagaimana prinsip-prinsip dari demokrasi?
5. Jelaskan macam-macam demokrasi?
6. Bagaimana perkembangan demokrasi di indonesia?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan demokrasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya demokrasi.
3. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan dari demokrasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip dari demokrasi.
5. Untuk mengetahui macam-macam demokrasi.
6. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”.
Demos bermakna rakyat atau khalayak, sementara Kratos bermakna
pemerintahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi adalah
bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah
dengan perantaraan wakilnya yang terpilih.
Jadi, pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang diselenggarakan dari
rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Dalam demokrasi, setiap warga negara
diperbolehkan untuk berpartisipasi, baik secara langsung atau melalui perwakilan
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Setiap negara menganut
sistem pemerintahan yang berbeda. Di beberapa negara, istilah demokrasi banyak
digunakan sebuah negara untuk menggambarkan sistem pemerintahan yang dianut.
Indonesia menjadi satu di antara negara yang menganut sistem pemerintahan secara
demokrasi. Negara yang menganut sistem demokrasi akan memberikan kebebasan
warga negaranya untuk menyampaikan pendapat. Berikut terdapat beberapa
pengertian demokrasi menurut para ahli:
1. Haris Soche
Demokrasi adalah sebagai bentuk pemerintahan rakyat, karenanya dalam
kekuasaan pemerintahan terdapat porsi bagi rakyat atau orang banyak untuk
mengatur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan orang lain atau
badan yang bertanggung jawab memerintah.
2. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

3
3. Montesquieu
Kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau
institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang
merupakan pemegang kekuasaan untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif
yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah
yudikatif, yang memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-
undang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa
dipengaruhi oleh institusi lainnya.
4. John L Esposito
Pada Sistem Demokrasi semua orang berhak berpartisipasi, baik terlibat
aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu,
tentu saja dalam lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara
unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
5. C.F. Strong
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana mayoritas rakyat berusia
dewasa turut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan, yang kemudian
menjamin pemerintahan mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan
keputusannya.
6. Abraham Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(government of the people, by the people, and for the people).1

B. Sejarah Munculnya Demokrasi


 Lahirnya demokrasi masa kuno
Kata "demokrasi" pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani
kuno di negara-kota Athena. Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan
negara yang umum dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 507-
508 SM. Cleisthenes disebut sebagai "bapak demokrasi Athena."

1
Ahmad, Demokrasi, di akses dari Pengertian Demokrasi: Sejarah, Ciri, Tujuan, Macam Dan
Prinsip (gramedia.com)

4
Demokrasi Athena berbentuk demokrasi langsung dan memiliki dua ciri
utama: pemilihan acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial
di pemerintahan, dan majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena.
Semua warga negara yang memenuhi ketentuan boleh berbicara dan memberi suara
di majelis, sehingga tercipta hukum di negara-kota tersebut. Akan tetapi,
kewarganegaraan Athena tidak mencakup wanita, budak, orang asing, non-pemilik
tanah, dan pria di bawah usia 20 tahun.
Dari sekitar 200.000 sampai 400.000 penduduk Athena, 30.000 sampai
60.000 di antaranya merupakan warga negara. Pengecualian sebagian besar
penduduk dari kewarganegaraan sangat berkaitan dengan pemahaman tentang
kewarganegaraan pada masa itu. Nyaris sepanjang zaman kuno, manfaat
kewarganegaraan selalu terikat dengan kewajiban ikut serta dalam perang.
Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan
dibuat oleh majelis, tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat, melalui
majelis, boule, dan pengadilan, mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian
besar warga negara terus terlibat dalam urusan publik. Pemungutan suara kisaran
pertama dilakukan di Sparta pada 700 SM. Apella merupakan majelis rakyat yang
diadakan sekali sebulan. Di Apella, penduduk Sparta memilih pemimpin dan
melakukan pemungutan suara dengan cara pemungutan suara kisaran dan berteriak.
Setiap warga negara pria berusia 30 tahun boleh ikut serta.
 Lahirnya demokrasi masa pertengahan
Selama Abad Pertengahan, muncul berbagai sistem yang memiliki
pemilihan umum atau pertemuan meski hanya melibatkan sebagian kecil penduduk.
Kouroukan Fouga membelah Kekaisaran Mali menjadi klan-klan (keluarga)
berkuasa yang diwakili di majelis umum bernama Gbara. Sayangnya, piagam
tersebut membuat Mali lebih mirip monarki konstitusional alih-alih republik
demokratis. Negara yang sistemnya lebih mendekati ddemokrasi modern adalah
republik-republik Cossack di Ukraina pada abad ke-16–17: Cossack Hetmanate dan
Zaporizhian Sich. Jabatan tertinggi di sana, Hetman, dipilih oleh perwakilan distrik-
distrik negara tersebut.

5
Parlemen Inggris sudah membatasi kekuasaan raja melalui Magna Carta,
yang secara rinci melindungi hak-hak khusus subjek-subjek Raja, baik yang sudah
bebas atau masih terkekang, dan mendukung apa yang kelak menjadi habeas corpus
Inggris, yaitu perlindungan kebebasan individu dari penahanan tak berdasar dengan
hak membela diri. Parlemen pertama yang dipilih rakyat adalah Parlemen de
Montfort di Inggris pada tahun 1265.
Sayangnya, hanya sekelompok kecil rakyat yang memiliki hak suara;
Parlemen dipilih oleh sekian persen penduduk Inggris (kurang dari 3% pada tahun
1780) dan kekuasaan menyusun parlemen berada di tangan monarki (biasanya saat
ia membutuhkan dana).
 Lahirnya demokrasi masa modern
Bangsa pertama dalam sejarah modern yang mengadopsi konstitusi
demokrasi adalah Republik Korsika pada tahun 1755. Konstitusi Korsika
didasarkan pada prinsip-prinsip Pencerahan dan sudah mengizinkan hak suara
wanita, hak yang baru diberikan di negara demokrasi lain pada abad ke-20. Pada
tahun 1789, Prancis pasca-Revolusi mengadopsi Deklarasi Hak Asasi Manusia dan
Warga Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh semua warga negara pria pada
tahun 1792. Hak suara pria universal ditetapkan di Prancis pada bulan Maret 1848
setelah Revolusi Prancis 1848. Tahun 1848, serangkaian revolusi pecah di Eropa
setelah para pemimpin negara dihadapkan dengan tuntutan konstitusi liberal dan
pemerintahan yang lebih demokratis dari rakyatnya.
Walaupun tidak disebut demokrasi oleh para bapak pendiri Amerika
Serikat, mereka memiliki keinginan yang sama untuk menguji prinsip kebebasan
dan kesetaraan alami di negara ini. Konstitusi Amerika Serikat yang diadopsi tahun
1788 menetapkan pemerintahan terpilih dan menjamin hak-hak dan kebebasan
sipil.
Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan beberapa saat setelahnya, hanya
pemilik properti pria dewasa berkulit putih yang boleh memberi suara, budak
Afrika, sebagia besar penduduk berkulit hitam bebas dan wanita tidak boleh
memilih.

6
C. Fungsi dan Tujuan Demokrasi
 Fungsi demokrasi
1. Sistem politik yang memberikan kekuatan untuk memilih pemimpin rakyat dan
pemerintahan secara bebas serta adil dalam pemilihan umum.
2. kebebasan bagi individu sebagai warga negara untuk dapat aktif berpartisipasi di
dalam politik dan sebagai warga.
3. perlindungan kepada hak asasi pada warga negara.
4. sebuah aturan yang berlaku kepada semua warga negara tanpa ada pandang bulu.
 Tujuan dari demokrasi
1. Memberi kebebasan dalam berpendapat dan berekspresi
Tujuan demokrasi yang pertama adalah memberi kebebasan dalam
berpendapat dan berekspresi. Negara yang menganut sistem pemerintahan
demokrasi, rakyat akan memiliki kebebasan untuk memberikan pendapat dan
menyuarakan aspirasi dan ekspresi mereka di muka umum. Hal ini menjadi hal yang
fundamental bagi negara demokrasi.
2. Mencegah perselisihan antarkelompok
Tujuan demokrasi yang kedua yaitu untuk mencegah adanya perselisihan
antar kelompok. Demokrasi juga bertujuan untuk mencegah terjadinya perselisihan
dan konflik. Dalam negara demokrasi, setiap masalah atau konflik yang terjadi,
akan diselesaikan dengan musyawarah. Diharapkan dengan menganut sistem
demokrasi bisa mencegah adanya perselisihan antar kelompok dan bisa
menyelesaikan masalah secara damai.
3. Menciptakan keamanan dan ketertiban bersama
Tujuan demokrasi yang ketiga yaitu untuk menciptakan keamanan dan
ketertiban bersama. Secara umum, demokrasi juga bertujuan untuk menciptakan
keamanan, ketertiban dan ketentraman di lingkungan masyarakat.
Demokrasi akan menjamin hak-hak setiap warga negara dan
mengedepankan musyawarah untuk memecahkan solusi bersama agar terjalin
keamanan bersama di lingkungan masyarakat.
4. Mendorong masyarakat aktif dalam pemerintahan

7
Tujuan demokrasi yang selanjutnya adalah untuk mendorong masyarakat
aktif dalam pemerintahan. Demokrasi mengedepankan kedaulatan rakyat.
Artinya, rakyat akan dilibatkan dalam setiap proses pemerintahan, mulai
dari pemilihan umum secara langsung hingga memberi aspirasi terkait kebijakan
publik. Rakyat juga didorong untuk aktif terlibat dalam bidang politik guna
memajukan kinerja pemerintahan negara tersebut.
5. Membatasi kekuasaan pemerintahan
Tujuan demokrasi yang terakhir adalah untuk membatasi kekuasaan
pemerintahan. Kekuasaan tertinggi dalam negara yang menganut sistem
pemerintahan demokrasi, ada di tangan rakyat. Artinya rakyat berhak memberi
aspirasi dan kritik pada pemerintahan.
Sistem pemerintahan demokrasi juga bertujuan untuk membatasi kekuasaan
pemerintahan, agar tidak menimbulkan kekuasaan absolut atau diktator.

D. Prinsip-prinsip Demokrasi
Suatu pemerintahan dinilai demokratis apabila dalam mekanisme
pemerintahannya diwujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip tersebut
berlaku universal. Maksudnya adalah keberhasilan suatu negara dalam menerapkan
demokrasi dapat diukur berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
1) Negara Berdasarkan Konstitusi
Negara demokratis adalah negara yang pemerintah dan warganya
menjadikan konstitusi sebagai dasar penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Konstitusi dapat diartikan sebagai undang-undang dasar atau seluruh
peraturan hukum yang berlaku di sebuah negara. Sebagai prinsip demokrasi,
keberadaan konstitusi sangat penting sebab dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Konstitusi berfungsi membatasi wewenang penguasa atau pemerintah
serta menjamin hak rakyat. Dengan demikian, penguasa atau pemerintah kemudian
tidak akan bertindak sewenang-wenang kepada rakyatnya dan rakyat tidak akan
bertindak anarki dalam menggunakan hak dan pemenuhan kewajibannya.

8
2) Jaminan Perlindungan HAM
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki
manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia
mencakup hak untuk hidup, kebebasan memeluk agama, kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, serta hak-hak lain sesuai ketentuan
undang-undang. Perlindungan HAM merupakan salah satu prinsip negara
demokrasi karena perlindungan terhadap HAM pada hakikatnya merupakan bagian
dari pembangunan negara yang demokratis.
3) Kebebasan Berpendapat dan Berserikat
Demokrasi memberikan kesempatan pada setiap orang untuk berpikir dan
menggunakan hati nurani serta menyampaikan pendapat dengan cara yang baik.
Selain itu salah satu prinsip demokrasi adalah mengakui dan memberikan
kebebasan untuk berserikat atau membentuk organisasi. Setiap orang boleh
berkumpul dan membentuk identitas dengan organisasi yang ia dirikan. Melalui
organisasi tersebut setiap orang dapat memperjuangkan hak sekaligus memenuhi
kewajibannya.
4) Pergantian Kekuasaan Berkala
Gagasan tentang perlunya pembatasan kekuasaan dalam prinsip demokrasi
dicetuskan oleh Lord Acton. Lord Acton menyatakan bahwa pemerintahan yang
diselenggarakan manusia penuh dengan kelemahan. Pendapatnya yang cukup
terkenal adalah “power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely”.
Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung menyalahgunakan kekuasaan.
Pergantian kekuasaan secara berkala bertujuan membatasi kekuasaan atau
kewenangan penguasa. Pergantian kekuasaan secara berkala dapat meminimalisasi
penyelewengan dalam pemerintahan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pergantian seorang kepala negara atau kepala daerah dapat dilakukan dengan
mekanisme pemilihan umum yang jujur dan adil.
5) Peradilan Bebas dan Tak Memihak
Peradilan bebas adalah peradilan yang berdiri sendiri dan bebas dari campur
tangan pihak lain termasuk tangan penguasa. Pengadilan bebas merupakan prinsip
demokrasi yang mutlak diperlukan agar aturan hukum dapat ditegakkan dengan

9
baik. Para hakim memiliki kesempatan dan kebebasan dalam menemukan
kebenaran dan memberlakukan hukum tanpa pandang bulu. Posisi netral sangat
dibutuhkan untuk melihat masalah secara jernih dan tepat. Kejernihan pemahaman
tersebut akan membantu hakim menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya
Selanjutnya, hakim dapat mempertimbangkan keadaan yang ada dan menerapkan
hukum dengan adil bagi pihak berperkara.
6) Penegakan Hukum dan Persamaan Kedudukan
Persamaan kedudukan warga negara di depan hukum akan memunculkan
wibawa hukum. Setiap Warga Negara di Depan Hukum Hukum merupakan
instrumen untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, pelaksanaan
kaidah hukum tidak boleh berat sebelah atau pandang bulu. Setiap perbuatan
melawan hukum harus ditindak secara tegas. Saat hukum memiliki wibawa, hukum
tersebut akan ditaati oleh setiap warga negara.
7) Jaminan Kebebasan Pers
Kebebasan pers merupakan salah satu pilar penting dalam prinsip-prinsip
demokrasi. Pers yang bebas dapat menjadi media bagi masyarakat untuk
menyalurkan aspirasi serta memberikan kritikan dan masukan kepada pemerintah
dalam pembuatan kebijakan publik. Di sisi lain, pers juga menjadi sarana sosialisasi
program-program yang dibuat pemerintah. Melalui pers diharapkan dapat terjalin
komunikasi yang baik antara pemerintah masyarakat.2

E. Macam-macam Demokrasi
Demokrasi telah menjadi sistem pemerintahan yang diidealkan. Banyak
negara menerapkan sistem politik demokrasi. Masing-masing negara menerapkan
sistem demokrasi dengan pemahaman masing-masing. Keanekaragaman
pemahaman tersebut dapat dirangkum ke dalam 3 sudut pandang, yaitu ideologi,
cara penyaluran kehendak rakyat, dan titik perhatian.

2
Ahmad, Demokrasi, di akses dari Pengertian Demokrasi: Sejarah, Ciri, Tujuan, Macam Dan
Prinsip (gramedia.com)

10
1. Berdasarkan ideologi
Berdasarkan sudut pandang ideologi, sistem politik demokrasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu demokrasi konstitusional atau demokrasi liberal dan
demokrasi rakyat.
a) Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal)
Dasar pelaksanaan demokrasi konstitusional adalah kebebasan individu.
Ciri khas pemerintahan demokrasi konstitusional adalah kekuasaan
pemerintahannya terbatas dan tidak diperkenankan banyak campur tangan dan
bertindak sewenang-wenang terhadap warganya. Kekuasaan pemerintah dibatasi
oleh konstitusi.
b) Demokrasi rakyat
Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan tanpa kelas sosial dan tanpa
kepemilikan pribadi. Demokrasi rakyat merupakan bentuk khusus demokrasi yang
memenuhi fungsi diktator proletar. Pada masa Perang Dingin, sistem demokrasi
rakyat berkembang di negara-negara Eropa Timur, seperti Cekoslovakia, Polandia,
Hungaria, Rumania, Bulgaria, Yugoslavia, dan Tiongkok. Sistem politik demokrasi
rakyat disebut juga “demokrasi proletar” yang berhaluan Marxisme-komunisme.
2. Berdasarkan cara penyaluran kehendak rakyat
Berdasarkan cara penyaluran kehendak rakyat, sistem politik demokrasi
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu demokrasi langsung, demokrasi
perwakilan atau demokrasi representatif, dan demokrasi perwakilan sistem
referendum.
a) Demokrasi langsung
Dalam sistem demokrasi langsung, rakyat secara langsung mengemukakan
kehendaknya dalam rapat yang dihadiri oleh seluruh rakyat. Demokrasi ini dapat
dijalankan apabila negara berpenduduk sedikit dan berwilayah kecil. Sistem ini
pernah berlaku di Negara Athena pada zaman Yunani Kuno (abad IV SM).
b) Demokrasi perwakilan (demokrasi representatif)
Di masa sekarang, bentuk demokrasi yang dipilih adalah demokrasi
perwakilan. Hal ini disebabkan jumlah penduduk terus bertambah dan wilayahnya
luas sehingga tidak mungkin menerapkan sistem demokrasi langsung. Dalam

11
demokrasi perwakilan, rakyat menyalurkan kehendak dengan memilih wakil-
wakilnya untuk duduk dalam lembaga perwakilan (parlemen).
c) Demokrasi perwakilan sistem referendum
Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan gabungan
antara demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakil
mereka untuk duduk dalam lembaga perwakilan, tetapi lembaga perwakilan
tersebut dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem referendum dan inisiatif
rakyat.
3. Berdasarkan titik perhatian
Berdasarkan titik perhatiannya, sistem politik demokrasi dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu demokrasi formal, demokrasi material, dan demokrasi gabungan.
a) Demokrasi formal
Demokrasi formal disebut juga demokrasi liberal atau demokrasi model
Barat. Demokrasi formal adalah suatu sistem politik demokrasi yang menjunjung
tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. Dalam demokrasi formal,
semua orang dianggap mempunyai derajat dan hak yang sama.
b) Demokrasi material
Demokrasi material adalah sistem politik demokrasi yang menitikberatkan
pada upayaupaya menghilangkan perbedaan dalam bidang-bidang ekonomi,
sedangkan persamaan bidang politik kurang diperhatikan bahkan kadang-kadang
dihilangkan. Usaha untuk mengurangi perbedaan di bidang ekonomi dilakukan oleh
partai penguasa dengan mengatasnamakan negara di mana segala sesuatu sebagai
hak milik negara dan hak milik pribadi tidak diakui.
c) Demokrasi gabungan
Demokrasi gabungan adalah demokrasi yang menggabungkan kebaikan
serta membuang keburukan demokrasi formal dan demokrasil material. Persamaan
derajat dan hak setiap orang diakui, tetapi demi kesejahteraan seluruh aktivitas
rakyat dibatasi. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat,

12
jangan sampai mengabdikan apalagi menghilangkan persamaan derajat dan hak
asasi manusia.3

F. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


1. Demokrasi Perlementer (1945-1959)
Sistem parlementer mendapatkan legalitasnya di dalam pasal 118 (2)
Konstitusi RIS dan pasal 83(2) UUDS. Sistem demokrasi parlementer mulai
berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di proklamirkan dan mulai diperkuat dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan 1950. Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan
berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari Presiden beserta
menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi
partai-partai politik setiap kabinet berdasarkan koalisi.
Koalisi ternyata kurang mantap dan partai-partai dalam koalisi tidak segan-
segan untuk menarik dukunganya sewaktu-waktu, sehingga kabinet seringkali jatuh
karena keretakan dalam koalisi sendiri. Di samping itu, adanya kekuatan sosial dan
politik yang tidak memperoleh saluran dan tempat yang realistis dalam konstelasi
politik. Tidak stabilnya pemerintahan 1945-1959 merupakan salah satu indikasi
gagalnya suatu sistem politik, ditandai dengan jatuh bangunnya kabinet selama 14
tahun dengan 17 kali ganti Kabinet.
Sebab-sebab gagalnya praktek demokrasi parlementer di Indonesia adalah:
1) Sistem multi partai.
2) Sikap mental partai yang belum demokratis.
3) Tidak ditemukan partai dominan, sehingga koalisi menjadi rapuh.
Faktor-faktor tersebut ditambah dengan tidak mampunya anggota partai-
partai yang tergabung dalam konstituante untuk mencapai consensus mengenai
dasar Negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong Ir. Soekarno sebagai
presiden untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan
berlakunya kembali Undang- Undang Dasar 1945, dengan demikian masa
berdasarkan sistem parlementer berakhir.

3
Dwi Sulisworo,Tri Wahyuningsih, Dikdik Baehaqi Arif, Demokrasi, jurnal program studi
pendidikan kewarganegaraa, hal 13-15

13
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Dalam praktik pemerintahan, pada periode ini telah banyak melakukan
distrosi terhadap praktik demokrasi. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai
suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik yang terjadi dalam
sidang konstituante merupakan salah satu bentuk penyimpangan praktik demokrasi.
Begitu pula dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah ditegaskan bahwa bagi
seorang presiden dapat bertahan sekurang-kurangnya selama lima tahun. Akan
tetapi ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengatakan Ir. Soekarno sebagai
presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun.
Banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan pada praktik demokrasi,
terutama pada bidang eksekutif. Misalnya presiden diberi wewenang untuk campur
tangan dibidang yudikatif berdasarkan Undang-Undang No.19/1964 dan di bidang
legislatif berdasarkan Peraturan Tata Tertib Peraturan Presiden No. 14/1960 dalam
hal ini anggota dewan Perwakilan rakyat tidak mencapai mufakat.
Praktik demokrasi Terpimpin gagal bersamaan dengan pemberontakan G-
30 S/PKI pada 30 September l965 yang sekaligus menghancurkan kekuasaan
Soekarno.
3. Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Pada periode ini praktik demokrasi di Indonesia senantiasa mengacu pada
nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Maka dari itu, demokrasi
pada masa ini disebut dengan Demokrasi Pancasila. Semangat yang mendasari
lahirnya periode ini adalah ingin mengembalikan dan memurnikan pelaksanaan
pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 secara konsekuen dan
murni.
Istilah demokrasi pancasila ditemukan di dalam Tap MPR No.
XXXVII/MPRS/l968. Demokrasi pancasila memandang kedaulatan rakyat sebagai
inti dari sistem demokrasi, karena rakyat mempunyai hak yang sama untuk
menentukan dirinya sendiri. Begitu juga dengan partisipasi politik yang sama
semua rakyat. Untuk itu pemerintah patut memberikan
perlindungan dan jaminan bagi warga negara dalam menjalankan hak politik. Akan
tetapi, “Demokrasi Pancasila” dalam rezim orde baru hanya sebagai retorika belaka.

14
Dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan
ruang bagi kehidupan berdemokrasi.
4. Demokrasi Era Reformasi (1998-Sekarang)
Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa
reformasi. Orde Baru berakhir pada saat Presiden Suharto yang telah menjabat
sekitar 32 tahun menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden B.J. Habibie pada
tanggal 21 Mei 1998. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan
yang demokratis dengan mengeluarkan peraturan undangan, antara lain:
a. Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi.
b. Ketetapan Nomor VII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR tentang
Referendum.
c. Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bebas dari KKN.
d. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI.
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
Sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, pada masa reformasi dilaksanakan
Pemilihan Umum 1999 dengan diberlakukannya sistem multipartai. Berlakunya
sistem multipartai memberikan kesempatan pada rakyat untuk berserikat dan
berkumpul sesuai ideologi dan aspirasi politiknya.
Karakteristik demokrasi pada periode reformasi di antaranya:
1) Pemilu lebih demokratis.
2) Terjadi perputaran kekuasaan dari pemerintah pusat hingga daerah.
3) Pola rekrutmen politik terbuka. Hak-hak dasar warga negara, rekrutmen politik
untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
4) Setiap warga negara yang mampu dan memenuhi syarat dapat menduduki jabatan
politik tanpa diskriminasi.
5) Hak-hak dasar warga negara terjamin, seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan pers dan sebagainya.

15
G. Studi Kasus
UU ITE merupakan payung hukum dalam mengatasi masalah yang muncul
di cyberspace terutama di media sosial Indonesia. Regulasi ini berarti mengatur
bagaimana ruang publik tetap kondusif untuk terwujudnya demokrasi digital yang
baik di Indonesia. Oleh karena itu, merujuk pada teori demokrasi digital dari
Anthony Wilhelm, penting untuk menjamin empat syarat cyberspace ideal untuk
menjaga iklim demokrasi digital agar tetap baik dan sehat.
Syarat pertama yaitu sumber daya terdahulu, yang diterjemahkan Wilhelm
sebagai kemampuan masyarakat untuk mengoperasikan internet dan media
pendukungnya (gadget). Seperti kita tahu perkembangan teknologi saat ini begitu
cepat dan menuntut masyarakat untuk dapat beradaptasi. Kemampuan masyarakat
dalam menggunakan teknologi internet akan sangat berpengaruh terhadap konten-
konten di media sosial yang mereka akses. Kemampuan dalam penguasaan
teknologi tentu banyak dipengaruhi oleh level pendidikan seseorang, semakin
tinggi pendidikannya biasanya orang akan jauh lebih mahir dalam menggunakan
teknologi informasi. Hal tersebut tentu akan sangat berkaitan dengan konten yang
mereka akses. Kecenderungannya adalah masyarakat dengan pendidikan yang
rendah dan kemampuan penggunaan internet yang terbatas rentan untuk terjebak
pada konten-konten di media sosial yang berbau hoax dan hasutan kebencian. Hal
tersebut yang akhirnya mendorong maraknya kasus-kasus ujanran kebencian dan
hoax di media sosial. Untuk itu gagasan Wilhelm tentang sumberdaya terdahulu
mestinya memang harus dipenuhi sebagai prasyarat demokrasi digital dapat
berjalan dengan baik.
Kedua, keterlibatan yaitu berupa adanya kesempatan untuk mengakses atau
terlibat dalam pertukaran informasi politik secara online. Pada dasarnya kebebasan
masyarakat dalam iklim demokrasi di Indonesia telah dijamin dalam undang-
undang. Hal tersebut juga termasuk kebebasan dalam mengakses dan melakukan
pertukaran informasi dalam dunia digital. Negara dalam hal ini tidak akan mampu
membendung digitalisasi dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam mengakses
dan terlibat dalam pertukaran informasi dan saat ini beralih dari ranah konvensional

16
ke ranah digital. Keterlibatan masyarakat juga sangat penting untuk mewujudkan
demokrasi digital yang sehat dalalm sebuah iklim negara demokrasi.
Poin ketiga terjaminnya cyberspace menurut Wilhelm adalah adanya
kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk melakukan debat,
diskusi dan himbauan secara bebas pada isu-isu kebijakan yang substantif dengan
mengemukakan ide-ide kepada publik. Dalam masyarakat demokrasi Indonesia,
seperti dibahas pada point kedua, pada dasarnya negara telah menjamin kebebasan
masyarakat untuk melakukan kegiatan penyampaian pendapat, melakukan diskusi
maupun debat baik di ruang publik nyata dengan face to face ataupun dalam ruang
maya. Namun, yang menjadi permasalahan saat ini di banyak negara termasuk
Indonesia adalah bagaimana mengatasi pertukaran informasi dan akses terhadap
informasi serta penyampaian pendapat dan debat dalam dunia maya yang
berpotensi untuk mengganggu disintegrasi bangsa, seperti misalnya ujaran
kebencian, hoax, fitnah dalam interaksi masyarakat di dunia maya.
Dalam hal ini untuk mengatasi agar perdebatan dan pertukaran informasi
dalam dunia maya tidak mengarah pada disintegrasi bangsa seperti yang saat ini
menjadi kekhawatiran banyak orang, perlu adanya sebuah langkah prefentif dari
pemerintah. Keterlibatan dan kebebasan sangat tergantung pada bagaimana desain
yang dibuat oleh pemerintah. Wilhelm sudah melihat bahwa terjaminnya kebebasan
dalam demokrasi digital akan menghasilkan ruang publik yang gaduh dan
menghasilkan polarisasi opini karena kecenderungan masyarakat untuk berada di
komunitas yang sepaham dengan mereka dibanding harus melakukan debat dengan
orang lain sehingga penting untuk menghasilkan desain yang baik.
Hal ini adalah bentuk dari sebab akibat tidak tercapainya poin pertama pembentuk
cyberspace yang ideal yaitu sumberdaya terdahulu. Orang-orang dengan
pendidikan yang rendah dan kemampuan mengakses internet yang terbatas
cenderung akan terlibat dalam polarisasi opini dan pendapat di media sosial dan
sangat minim untuk melakukan debat yang sehat dengan netizen lainnya.
Bagi Wilhelm desain yang baik adalah pengaturan minimal namun tetap
berhasil untuk bisa mendominasi secara online agar cyberspace tetap tertib. Desain
suatu jaringan mewariskan komitmen kebijakan dalam bentuk-bentuk interaksi

17
yang diinginkan oleh para perancangnya, apakah itu para pejabat atau eksekutif
pelaku industri. Pengaturan yang Wilhelm maksud dalam hal ini adalah untuk
menjamin bahwasanya hak setiap individu dalam berpendapat, beropini, dan
berbagi informasi di media sosial tidak melanggar hak orang lain. Namun dalam
hal ini, Wilhelm belum masuk terlalu dalam pada pembahasan tentang bagaimana
membentuk peraturan yang ideal.
Untuk kasus di Indonesia, pemerintah saat ini telah berusaha untuk
melakukan pengaturan yang dimaksud. UU ITE digagas oleh pemerintah untuk
mengatur kehidupan di cyberspace agar lebih sehat dan bertanggung jawab. UU ini
dibuat dengan dasar kebutuhan Indonesia yang belum memiliki payung hukum
khusus mengenai informasi dan transaksi elektronik. Pemerintah membuat regulasi
ini bersifat komprehensif. Agar dengan hanya satu UU sudah bisa mencakup
banyak permasalahan yang bisa diselesaikan, daripada harus menghabiskan waktu
membuat UU yang lebih spesifik dan banyak macamnya. Oleh karena itu, UU ini
dianggap lebih efektif karena tidak hanya mengatur tentang informasi dan
elektronik semata, tetapi juga mencakup juga hak dan kewajiban masyarakat serta
sanksi dan pemidanaannya.
Dalam konteks demokrasi digital pasal yang mengatur mengenai
cyberspace berkaitan dengan pengaturan konten ilegal yang masuk dalam Pasal 27,
Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE mengenai kesusilaan, perjudian,
penghinaan/pencemaran nama baik, penyebaran kebencian, ancaman dan
pemerasan. Regulasi ini dibuat untuk melindungi hak warga negara untuk tetap
bebas dalam melakukan partisipasi politik lewat cyberspace dan menjaga agar hak
warga negara tidak dilaksanakan dengan semena-mena dan tidak adil. Hak warga
negara harus seimbang dan tidak boleh melanggar hak orang lain. Sehingga regulasi
ini menjaga agar praktek demokrasi tidak berjalan dengan melanggar norma-norma
yang ada.
Untuk itu, penindakan kasus konten ilegal dalam pilkada seperti tersebarnya
SARA, hoax, dan hate speech akan mengacu pada UU ITE. Meskipun ada regulasi
khusus mengenai penggunaan media sosial dalam kampanye seperti PKPU tetapi
regulasi ini masih terbatas kepada akun kampanye resmi yang didaftarkan pasangan

18
calon sehingga payung hukum utama yang mengatur cyberspace tetaplah UU ITE.
Tetapi UU ITE tidak mengakomodir mengenai sumber daya terdahulu dan
keterlibatan warga negara dalam partisipasinya. Padahal sumber daya manusia
dalam penggunaan media sosial secara bijak sangat penting untuk menghindari
masalah pelanggaran norma-norma akibat dari ketidaktahuan masyarakat untuk
menempatkan diri dalam ruang publik. Menempatkan diri ini bukan hanya masalah
perilaku yang harus dijaga untuk menghormati orang lain tapi juga bagaimana
pemahaman masyarakat terhadap fitur-fitur di internet, khususnya media sosial agar
tidak terjadi kesalah pahahaman antar masyarakat karena kesalahan
penggunaannya.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”.
Demos bermakna rakyat atau khalayak, sementara Kratos bermakna
pemerintahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi adalah
bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah
dengan perantaraan wakilnya yang terpilih.
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat
turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan
rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi
semua warga negara. Inti dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat.
Negara demokratis adalah negara yang pemerintah dan warganya
menjadikan konstitusi sebagai dasar penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Konstitusi dapat diartikan sebagai undang-undang dasar atau seluruh
peraturan hukum yang berlaku di sebuah negara. Sebagai prinsip demokrasi,
keberadaan konstitusi sangat penting sebab dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Konstitusi berfungsi membatasi wewenang penguasa atau pemerintah
serta menjamin hak rakyat. Dengan demikian, penguasa atau pemerintah kemudian
tidak akan bertindak sewenang-wenang kepada rakyatnya dan rakyat tidak akan
bertindak anarki dalam menggunakan hak dan pemenuhan kewajibannya.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA
Gianto, Pendidikan Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan, Sidoarjo:Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019.
Nadrilun, mengenal lebih dekat demokrasi di Indonesia, jakarta Timur: PT Balai
Pustaka, 2012.
Sulisworo, Dwi, dkk. 2012. Demokrasi. Jurnal Materi Pembelajaran Non-
Konvensional, hal: 20-31.
Purnamawati, Evi. 2020. Perjalanan Demokrasi di Indonesia. ISSN Print 0216-
9835; ISSN Online 2597-680X, 18(2): 251-264.

21

Anda mungkin juga menyukai