Anda di halaman 1dari 14

BIOGRAFI, KARYA-KARYA DAN FILSAFAT

AL-FARABI
MAKALAH
diajukan sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Filsafat Islam
yang dibina oleh Bapak Dr. Asep Sulaiman, M.Pd.
dan Bapak Dr. Mahpudin Noor, M.Si.

Oleh:
Fahmi Ulfa Darojat

NIM: 1135010049

Ikhsan Ramadan

NIM: 1135010063

Irmawati Fanfada

NIM: 1135010070

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014 M / 1435 H

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala. Salawat dan salam
semoga tercurah limpah kepada junjunan kita, Nabi Muhammad Sallallahualaihiwasallam, karena hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing mata kuliah Filsafat
Islam Bapak Dr. Asep Sulaiman, M.Pd. dan Bapak Dr. Mahpudin Noor, M.Si.
sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah tersebut. Tidak lupa Penulis ucapkan
terima kasih kepada Bapak yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis
mengajar Filsafat Islam.
Penulis memohon kepada Bapak dosen khususnya, umumnya para pembaca
apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini, baik dari segi
bahasa maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan
datang.

Bandung, Februari 2014


Penulis

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah

1
1
2

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Al-Farabi
B. Karya-karya Al-Farabi
C. Filsafat Al-Farabi
1. Metafisika
2. Jiwa
3. Psikologi dan Pengetahuan Kenabian
4. Filsafat Kenegaraan
5. Filsafat Praktis
6. Logika dan Filsafat Bahasa

3
3
4
5
6
7
7
8
9
9

BAB III SIMPULAN

11

DAFTAR PUSTAKA

12

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena
dilengkapi akal dan pikran sebagiman yang tidak dimiliki oleh hewan,
tumbuhan, serta makhluk yang lain. Oleh karena itu, manusia selalu memiliki
rasa ingin tahu yang besar terhadap fenomena alam yang ada disekitarnya.
Dengan

perasaan penasaran inilah manusia mulai berpikir untuk mencari

penyebab atau kebenaran yang hakiki dibalik segala fenomena alam yang terjadi.
Mulai dari sinilah, muncul yang disebut dengan filsafat. Filsafat merupakan
induk dari semua ilmu pengetahuan. Karena melaui filsafat inilah seseorang
mulai mencari kebenaran.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia. Philein yang berarti
mencintai dan shopia berarti kebijaksanaan. Jadi philosophia artinya mencintai
kebijaksanaan. (Arab: Muhibbu al-Hikmah; Inggris: Love of Wisdom). Akan
tetapi dalam lisan Arab kata Sophia dipindah kedalam bahasa mereka dengan
kata hikmah.
Kebijaksanaan atau pengetahuan sejati itu tidak didapati oleh satu orang
saja. Secara histori, setelah datang seorang folosof (orang yang berfilsafat),
kemudian muncul filosof lain yang mengoreksi temuan filosof pertama dan
mengajukan gagasan pembaruan dari yang sebelumnya, demikian seterusnya
selama kehidupan berlangsung. Ini adalah refleksi potensi kemanusiaan yang
telah dianugerahkan oelah Allah SWT yaitu akal, intuisi, alat indera, dan
kekuatan fisik.1
Jadi secara sederhana dapat dikatakan, filsafat adalah hasil kerja berpikir
dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal.
Sedangkan dalam filsafat Islam sendiri adalah hasil pemikiran filsuf tentang
ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari oleh ajaran islam dalam
suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis yang diciptakan oleh ahli pikir
Islam.2

1 Dr. Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, Hlm.
1-2.
1

Menurut sejarah banyak sekali filsuf Islam yang muncul seperti al-Kindi,
Al-Razi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Ryusd, Al-Farabi dan lain-lain. Akan tetapi
pada makalah ini, penulis akan focus membehas filsuf Islam yakni Al-Farabi.
Beliau pada zamannya termasuk seorang filsuf yang sangat terkenal bahkan ada
yang menyebutnya sebagai Muallim Assani (Guru besar filsafat kedua setelah
Aristoteles). Ia berasal dari daerah Farab wilayah Turkistan. Pada masanya,
beliau dapat dibilang filsuf terbesar yang memilki banyak keahlian di banyak
bidang keilmuan seperti bahasa, matematika, kimia, astronomi, ilmu alam,
music, manthiq dan sebagainya. Beliau juga sekaligus peletak dasar filsafat
dibeberapa cabang keilmuan yang nantinya akan dibahas oleh penulis
diantaranya yaitu tentang ketuhanan, filsafat kenegaraan, filsafat praktis serta
filsafat logika dan bahasa yang tentu akan sangat menarik jika dibahas nanti.
Berdasarkan ulasan latar belakang inilah penulis mengambil judul AlFarabi pada karya tulis ini, semoga dengan mengetahui lebih dalam tentang
cara berfilsafat al-Farabi dapat memberikan kita tambahan ilmu yang luar biasa
yang nantinya dapat kita gunakan dalam kehidupan yang Islami.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Al-Farabi?
2. Apa saja dan bagaaimanakah karya-karya Al-Farabi?
3. Bagaimana Filsafat Al-Farabi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Al-Farabi
Abu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Takhan Ibn Auzalagh atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Al-Farabi dilahirkan pada tahun 257 H atau 870 M dan
meninggal pada tahun 950 M atau pada tahun 258 H 339 H. sebagai suatu
2 Muhammad Athaif al-Iraqi, Al-Falsafah al-Islamiya, Kairo: Dar al-Maarif, 1978, Hlm.
19-20.
2

sistem pembangunan filsafat, Al-Farabi telah membaktikan hidup dan


pemikirannya pada masyarakat dunia Islam dan tidak terkecuali bagi kaum
nasrani dan yahudi. Al-Farabi merupakan seorang philosof muslim yang
menjauhi dunia politik, keramaian dan gaungan serta kericuhan masyarakat. Ia
telah membuahkan karya dan pemikirannya yang sampai sekarang banyak dianut
oleh masyarakat barat dan timur.3
Kehidupan seorang Al-Farabi dapat dikategorikan menjadi dua periode,
yaitu periode pertama berawal sejak ia dilahirkan sejak usianya beranjak 50
tahun. Informasi yang diterima tentang hal ini adalah bahwa seorang Al-Farabi
dilahirkan di Wasij, sebuah desa kecil dekat Farab di transoxiana. Al-Farabi
terlahir sebagai seorang berkebangsaan Turki dan ayahnya seorang jenderal dan
ia pernah bekerja sebagai hakim dalam kurun waktu tertentu. Pada awal abad ke
3 H atau 9 M di Farab sendiri tengah terjadi pergerakan kebudayaan dan
pemikiran yang luas dan bersamaan dengan pengenalan Islam dan pada saat itu
pula terkenal seorang ahli bahasa Al-Jauhari yang telah menulis buku Al-Shihah,
salah seorang yang hidup pada zaman Al-Farabi. Pendidikan dasarnya adalah
keagamaan dan bahasa. Ia mempelajari fiqh, hadist dan tafsir Al-Quran. Ia juga
mempelajari bahasa Arab, Turki dan Parsi. Adalah sangat meragukan bahwa
seorang Al-Farabi menguasai bahasa-bahasa lainnya seperti apa yang dikatakan
oleh Ibn Khalikan, Al-Farabi menguasai 70 bahasa.4
Periode kedua, kehidupan Al-Farabi adalah pada massa tua. Baghdat,
sebagai pusat belajar terkemuka pada abad ke 4 H atau 10 M merupakan tempat
pertama yang dikunjunginya dan disanalah ia bertemu dengan sarjana-sarjana
dari berbagai bidang keilmuan dan diantaranya adalah para philosof dan
penterjemah. Al-Farabi pun tertarik untuk mempelajari logika, dan diantara ahliahli logika terkenal di Bagdhat diantaranya adalah Abu Bisyr, Matta Ibn Yusnus
lah yang dipandang sebagai seorang ahli logika yang paling terkemuka
dizamannya. Untuk beberapa waktu Al-Farabi belajar dari Ibn Yusnus dan
berhasil mengungguli gurunya karena pencapaiannya yang gemilang dibidang

3 Poerwantana, dkk, Seluk-beluk Filsafat Islam, Bandung: Rosdakarya, 1988, Hlm. 133.
4 Dr. Hasyimsyah Nasution, MA. Ibid., Hlm. 32.
3

logika. Guru logika yang kedua yang dimiliki Al-Farabi adalah muridnya yang
bernama Yahya ibn Adi.
Al-Farabi tinggal di Bagdhat selama kurun waktu 20 tahun dan kemudian ia
pun tertarik dengan pusat kebudayaan yang lain di Aleppo. Disana, tempat
orang-orang pandai dan para sarjana. Istana Saif Al-Daulah berkumpul para
penyair, ahli bahasa, philosof dan sarjana sarjana kenamaan lainnya. Tetapi ia
memilih hidup sederhana (Zuhud) tidak tertarik dengan kemewahan dan
kekayaan.5
Al-Farabi hidup pada zaman ketika situasi politik dan kekuasaan
Abbasasiyah diguncang oleh berbagai gejolak, pertentangan dan pemberontakan.
Diperkirakan erat kaitannya dengan situasi politik yang demikian kisruh, alFarabi gemar berhalwat, menyendiri, dan merenung. Ia merasa terpanggil untuk
mencari pola kehidupan bernegara dan bentuk pemerintahan yang ideal.6
Karena begitu mendalam penyelidikanya tentang filsafat Yunani terutama
mengenai filsafat Plato dan Aristoteles, sehingga ia digelari julukan Mu alim
Tsani

(Guru Kedua), karena Guru Pertama diberikan

kepada Aristoteles,

disebabkan usaha Aristoteles meletakkan dasar ilmu logika yang pertama dalam
sejarah dunia.
B. Karya-karya Al-Farabi
Al-Farabi dikenal sebagi filsuf Islam yang terbesar memiliki keahlian dalam
bidang keilmuan, seperti bahasa, matematika, logika, manthiq dan sebagainya.
Sebagian besar karyanya hilang, dan yang masih bisa dibaca dan dipublikasikan
kurang lebih 30 judul saja, diantaranya yaitu:
1. Al-Jamu baina Rayay al-Hakimain Alflatun wa Arissthu;
2. Tahiq Ghard Aristu fi kitab ma Bada Ath-Thabiah;
3. Syarah Risalah Zainun al-KAbir al-Yunani;
4. At-Taliqat;
5. Risalah fima Yajibu Marofat Qabla taallumi al-Falsafah;
6. Kitab Tahsil as-Saadah;
7. Risalah fi Istbat al-Mufaraqah;
8. Uyun al-Masail;
9. Ara Ahl-al-Madinah al-Fadilah;
10. Ihsa al-Ulum wa at-Tarif bi Aghradita;
11. Maqalat fi Maani Aql;
5 Dedi Supriyadi, M.Ag. Pengantar Filsafat Islam, Bandung :Pustaka Setia, 2009, Hlm. 81.
6 Ibid., Hlm. 83.
4

12. Fushul al-Hukm;


13. Risalat al-Aql;
14. As-Siyasah al-Madaniyah;
15. Al-Masail al-Falsafiyah wa al-Ajwibah Anha.
Dari ktab-kitab di atas dengan berbagai macam objek kajian yang ditulis alFarabi, terlihat jelas bahwa ia seorang sosok filsuf, ilmuwan dan cendekiawan
Islam yang hebat. Sebelum dia, al-Kindi telah membuka pintu filsafat Yunani
bagi dunia Islam. Akan tetapi banyak persoalan yang dibicarakan belum
memperoleh pemecahan

yang

memuaskan.

Sebaliknya

al-Farabi telah

menciptakan suatu system filsafat yang jauh lebih lengkap seperti peranan yang
dimiliki Plotinus bagi dunia Barat. 7
C. Filsafat Al-Farabi
Al-Farabi memiliki beberapa substansi pemikiran diantaranya:
1. Pemaduan Filsafat
Dalam pemikirannya al-Farabi berusaha untuk memadukan beberapa aliran
filsafat yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran Plato, Aristoteles,
dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat. Oleh karenanya dalam hal akhlak
dan politik ia dpengaruhi oleh Plato, dalam logika dan fisika ia dipengaruhi oleh
Aristoteles, sedangkan dalam hal metafisika ia dipengaruhi oleh Plotinus.
Ini sebenarnya adalah usaha yang dilakukan al-Farabi kea rah sinkretis.
Karena ia percaya bahwa aliran-aliran filsafat dari seorang filosof pada
hakikatnya adalah satu, meskipun hasilnya beragam.8
Adapun perbedaan antara agama denga filsafat, tidak selalu ada karena
keduanya mengacu pada kebenaran, dan kebenaran itu adalah satu, kendati
posisi dan cara mendapatkannya berbeda. Yang satu menawarkan kebenaran
yang lain mencari kebenaran. Tetapi kebenaran yang berada dalam keduanya
adalah serasi karena bersumber dari akal yang katif. Dengan demikian, filsafat
Yunani tidak bertentangan secara hakikat dengan jaran Islam. Hal ini tidak
berarti Alfarabi mengagungkan filsafat dari agama. Ia tetap mengakui bahwa
ajaran Islam mutlak kebenarannya.9
2. Metafisika
7 Ibid., Hlm. 84.
8 Ibrahim Madkour, Al-Farabi A History of Muslim Philosophy, Wiesbaden: Otto
Harrassowitz, 1963, Hlm. 456.
5

Di antara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya


tentang emanasi (al-faid), yaitu teori yang mengajarkan tentang proses urut
urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yang wajib
al wujud (Tuhan). Menurutnya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa
benda. Segala sesuatu, menurut al-Farabi, keluar (memancar) dari Tuhan karena
Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik
baiknya. Ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-Nya.10
Bagaimana cara emanasi itu terjadi? Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu
benar benar Esa sama sekali. karena itu, yang keluar dari pada Nya juga
tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang, maka
berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi dasar adanya emanasi ialah
karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal yang timbul dari Tuhan
terdapat kekuatan emanasi dan pencip-taan.
Pandangan al-Farabi tentang sifat Tuhan, sejalan degan paham Muktazilah,
yakni sifat Tuhan tidak berbeda dengan substansi-Nya. Asmaul Husna tidak
menunjukkan adanya bagian-bagian pada Dzat Tuhan. 11
3. Jiwa
Adapun tentang jiwa, al-Farabi dipengaruhi oleh filsafat Plato. Jiwa
manusia, menurut al-Farabi, memiliki 3 daya: 1) daya gerak (quwwah
muharrikah), berupa: makan (ghdiyah, nutrition), memelihara (murabbiyah,preservation), dan berkembang biak (muwallidah, reproduction); 2) daya
mengetahui (quwwah mudrikah), berupa: merasa (hssah, sensation) dan
imajinasi (mutakhayyilah, imagination); dan 3) daya berpikir (al-quwwah alnthiqah, intellectual), berupa: akal praktis (aql amal) dan akal teoretis (aql
nazhar). Dan al-aql al-nazhar terbagi pada 3 tingkatan: 1) al-aql al-hayln
(akal potensial, material intellect) yang mempunyai potensi berpikir dalam arti
melepaskan arti-arti atau bentuk-bentuk (mhiyah) dari materinya; 2) al-aql bi
al-fil (akal aktual, actual intellect) yang dapat melepaskan arti-arti (mhiyah)
dari materinya dan arti-arti itu telah mempunyai wujud dalam akal yang
9. Hasyimsyah Nasution, MA. Ibid., Hlm. 34.
10 http://dedekusn.wordpress.com/2009/12/22/al-farabi-biografi/
11 Dedi Supriyadi, M.Ag. Ibid., Hlm. 88-89.
6

sebenarnya (aktual), bukan lagi dalam bentuk potensial; 3) al-aql al-mustafd


(akal pemerolehan, acquired intellect) yang sudah mampu menangkap bentuk
murni (pure form) tanpa terikat pada materinya karena keberadaannya (pure
form) tidak pernah menempati materi.12
4. Psikologi dan Pengetahuan Kenabian
Dalam pengobatan tentang jiwa manusia, al-Farabi menarik pada garis dasar
Aristotelian, yang diinformasikan oleh komentar-komentar dari para pemikir
kemudian Yunani. Dia mengatakan itu terdiri dari empat fakultas: Para selera
(keinginan, atau keengganan untuk obyek rasa), yang sensitif (persepsi oleh
indera substansi korporeal), yang imajinatif fakultas yang mempertahankan
gambar objek yang masuk akal setelah mereka telah dirasakan, dan kemudian
memisahkan dan menggabungkan mereka untuk sejumlah berakhir), dan
rasional, yang merupakan fakultas pemikiran.13
Perhatian khusus harus diberikan untuk pengobatan al-Farabi fakultas
imajinatif jiwa, yang penting untuk interpretasi pengetahuan kenabian dan
kenabian. Selain kemampuannya untuk mempertahankan dan memanipulasi
gambar objek masuk akal, ia memberikan imajinasi fungsi imitasi.
Nabi, di samping kapasitas intelektualnya sendiri, memiliki kemampuan
imajinasi yang sangat kuat, yang memungkinkan dia untuk menerima limpahan
dari kecerdasan inteligensi agen (kecerdasan kesepuluh dalam kosmologi
emanational). Ini inteligensi ini kemudian terkait dengan simbol dan gambar,
yang memungkinkan dia untuk berkomunikasi kebenaran abstrak dalam cara
yang dapat dipahami oleh orang biasa. Oleh karena itu apa yang membuat unik
adalah pengetahuan kenabian tidak puas, yang juga diakses melalui demonstrasi
dan filsuf pemikiran, melainkan bentuk yang itu diberikan oleh imajinasi nabi. 14
5. Filsafat Kenegaraan
Dalam hal filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan menjadi lima
macam:

12 http://abibaba7.blogspot.com/2009/04/biografi-singkat-al-farabi.html
13 http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi
14 Hasyimsyah Nasution, MA. Ibid., Hlm.44.
7

a. Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya


berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara
yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para filusuf;
b. Negara orang-orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang
penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
c. Negara orang-orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang
penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal seperti penduduk
utama (Faalal-madinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama
dengan penduduk negeri yang bodoh;
d. Negara yang berubah-ubah (al-madinah almutabaddilah), ialah negara
yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti
yang dimiliki negra utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan;
e. Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya
mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akal
Faal, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat
wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan
perbuatannya. 15
6. Filsafat Praktis
Dalam Karyanya, Tahshil al-Saadah, al-Farabi memperlihatkan keidentikan
real konseptual dari gagasan para filsuf, ahli hokum dan imam, dan mengklaim
bahwa keragaman label religious dan filosofis hanyalah mencerminkan
penekanan yeng berbeda atas aspek-aspek tertentu dari realitas yang sama. Ini
berarti, dengan gaya Platonik yang bagus bahwa orang yang tidak berupaya
menerapkan kesempurnan teoritisnya untuk pencarian praktis dan politik tidak
dapat mengklaim dirinya sebagai filsuf : orang yang semacam itu menurut alfarabi adalah seorang filsug yang sia-sia atau gagal. 16
7. Logika dan Filsafat Bahasa

15 Dedi Supriyadi, M.Ag. Ibid., Hlm. 89-95.


16 Ibid., Hlm. 96-97.
8

Salah satu pokok dalam karya al-Farabi adalah menguraikan antara logika
filsafat dengan tata bahasa umum. Hal ini kita bisa lihat di kitab al-Huruf dan
Kitab al-Alfazh al-Mustamalah fi al-Mantiq.
Realitas historis masuknya filsafat ke dalam bahasa Arab dari suatu bahasa
dan budaya asing , masuknya bahasa Yunani kuno dan munculnya kesulitan
akibat kebutuhan akan kosa kata filsafat dalam bahasa Arab, menjadi isu penting
bagi filsuf Arab awal, termasuk guru dan murid al-farabi sendiri. Jadi melalui
karya logika al-FarabI menggambarkan salah satu usaha sistematis untuk
menyelaraskan pendekatan-pendekatan yang saling berlawanan dalam studi
bahasa.
Oleh karenanya, al-Farabi meletakkannya dalam suatu bagian karyanya
yang terkenal Ihsha al-Ulum, engan menegaskan bahwa logika dan tata bahasa
merupakan dua ilmu berdasarkan kaidah yang terpisah, masing-masing terletak
di ruang lingkup permasalahannya sendiri.
Jadi benar apa yang dikatan oleh al Farabi bahwa, Untuk menjadi filsuf
yang betul-betul sempurna, seseorang harus memilki ilmu-ilmu teoritis dan
daya untuk menggali ilmu-ilmu itu demi kemanfaatan orang lain sesuai dengan
kapasitas mereka. 17

17 Ibid., Hlm. 98-99.


9

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Abu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Takhan Ibn Auzalagh atau yang lebih
dikenal dengan sebutan al-Farabi dilahirkan pada tahun 257 H atau 870 M dan
meninggal pada tahun 950 M atau pada tahun 258 H - 339 H. Sebagai suatu
sistem pembangunan filsafat, al-Farabi telah membaktikan hidup dan
pemikirannya pada masyarakat dunia Islam dan tidak terkecuali bagi kaum
nasrani dan yahudi. Al-Farabi merupakan seorang filusuf muslim yang menjauhi
dunia politik, keramaian dan gaungan serta kericuhan masyarakat. Ia telah
membuahkan karya dan pemikirannya yang sampai sekarang banyak dianut oleh
masyarakat barat dan timur.
Karya-karya al-Farabi diantaranya:
1. Al-Jamu baina Rayay al-Hakimain Alflatun wa Arissthu,
2. Tahiq Ghard Aristu fi kitab ma Bada Ath-Thabiah,
3. Syarah Risalah Zainun al-KAbir al-Yunani,
4. At-Taliqat,
5. Risalah fima Yajibu Marofat Qabla taallumi al-Falsafah,
6. Kitab Tahsil as-Saadah,
7. Risalah fi Istbat al-Mufaraqah,
8. Uyun al-Masail,
9. Ara Ahl-al-Madinah al-Fadilah,
10. Ihsa al-Ulum wa at-Tarif bi Aghradita,
11. Maqalat fi Maani Aql,
12. Fushul al-Hukm,
13. Risalat al-Aql,
14. As-Siyasah al-Madaniyah,
15. Al-Masail al-Falsafiyah wa al-Ajwibah Anha.
Al-Farabi berfilsafat dalam beberapa hal diantaranya, tentang metafisika,
jiwa, psikologi dan pengetahuan kenabian, filsafat kenegaraan, filsafat praktis,
logika dan filsafat bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Athaif al-Iraqi, Muhammad. 1978. Al-Falsafah al-Islamiya. Kairo: Dar al-Maarif.
Madkour, Ibrahim. 1963. Al-Farabi A History of Muslim Philosophy. Wiesbaden:
Otto Harrassowitz.
10

Nasution, Hasyimsyah. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.


Poerwantana, dkk. 1988. Seluk-beluk Filsafat Islam. Bandung: Rosdakarya.
Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia.
http://dedekusn.wordpress.com/2009/12/22/al-farabi-biografi/
(diakses 14 Februari 2014).
http://abibaba7.blogspot.com/2009/04/biografi-singkat-al-farabi.html
(diakses 14 Februari 2014).
http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi
(diakses 14 Februari 2014).

11

Anda mungkin juga menyukai