Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PEMBAHASAN

1.1.Pendahuluan

Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang memegang


peranan penting dalam dunia pendidikan. Bahkan bisa dikatakan bahwa maju atau
tidaknya pendidikan di suatu negara ditentukan oleh kualitas guru-guru yang ada
di negara itu. Oleh sebab itu, kesuksesan dunia pendidikan di negara kita
dipengaruhi oleh kesuksesan seorang guru. Guru secara sederhana dapat diartikan
sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Oleh
karena itu tangguang jawab seorang guru sangat lah berat karena guru turut serta
dalam mencapai tujuan bangsa yaitu guru berperan dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengingat demikian berat tugas dan tanggung jawab pekerjaan
guru, maka guru harus memenuhi persyaratan dan harus memiliki kompetensi
sebagai seorang guru. Dan untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas guru
diperlukan adanya dukungan asosiasi kependidikan yang dapat menjadi wadah
bagi guru untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas kompetensinya,
sehingga ia mampu menjadi guru yang profesional.

Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai profil guru , syarat-
syarat menjadi seorang guru, tanggung jawab guru, kompetensi yang harus
dimiliki guru, serta dukungan asosiasi kependidikan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Seperti apakah yang dimaksud dengan profil guru?
2. Apa saja syarat-syarat guru?
3. Bagaimanakah tanggung jawab seorang guru?
4. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?
5. Bagaimana dukungan asosiasi kependidikan?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan memahami profil guru.
2. Mengetahui syarat-syarat guru.
3. Mengetahui tanggung jawab seorang guru.
4. Mengetahui dan memahami kompetensi guru.
5. Memahami dukungan asosiasi kependidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Profil Guru

Kata profil berasal dari bahasa Italia, profilo dan profilare, yang berarti
gambaran garis besar. Jdi dapat disimpulkan bahwa profil guru adalah gambaran
tentang sosok seorang guru.

Dalam pengertian yang sangat sederhana, guru adalah orang yang


memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Namun dalam pandangan
masyarakat guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat
tertentu, tidak harus dilembaga formal, namun namun bisa juga dimasjid, di
surau/mushola, dirumah dan sebagainya.

Menurut UU no 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen, guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar,
membimbing,mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Kewibawaan seorang guru mampu menempatkan kedudukan guru sebagai


seseorang yang terhormat dimasyarakat, sehingga masyarakat tidak meragukan
figur seorang guru karena masyarakat yakin bahwa guru mampu mendidik anak
didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dengan kepercayaan
yang diberikan oleh masyarakat, maka guru mengemban tugas tugas dan tanggung
jawab yang berat.

Pembinaan yang diberikan oleh seorang guru terhadap anak didiknya tidak
sebatas pembinaan klasikal, tetapi juga secara individual. Hal ini mengharuskan
guru untuk memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya.
Tidak hanya di lingungan sekolah namun diluar sekolah sekalipun.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membantu anak didik,
baik secara individu maupun klasikal, disekolah maupun diluar sekolah.

2
2.2. Persyaratan Guru

Menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan


bahwa guru wajib memiliki lima persyaratan yaitu:

1. Kualifikasi akademik.
2. Kompetensi.
3. Sertifikat pendidik.
4. Sehat jasmani dan rohani.
5. Kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Syarat yang pertama adalah memiliki kualifikasi akademik yaitu ijazah


jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki guru atau dosen sesuai dengan
jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal ditempat kerjanya. Ijazah atau
sertifikat tersebut harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Syarat guru yang kedua adalah mempunyai kompetensi yaitu seperangkat


pengetahuan dan keterampilan serta perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai
oleh guru/dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Syarat guru yang ke tiga adalah mempunyai sertifikat pendidik yaitu


sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi selaku penyelenggara
sertifikasi sebagai bukti formal diberikan kepada guru sebagai tenaga yang
professional. Sertifikat tersebut bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada
guru yang telah memenuhi standar profesi guru melalui proses sertifikasi.

Syarat yang keempat adalah sehat jasmani serta rohani yaitu kondisi
kesehatan fisik serta mental yang memungkinkan seorang guru bisa menjalankan
tugas dengan baik. Seorang pendidik merupakan petugas lapangan dalam hal
pendidikan sehingga kesehatan jasmani adalah faktor yang akan menentukan
lancar dan tidaknya proses pendidikan.Guru yang menderita penyakit menular tent
u akan sangat membahayakan murid.

Yang dimaksud dengan sehat rohani adalah menyangkut masalah rohaniah


manusiawi yang berhubungan dengan masalah moral yang baik, luhur dan tinggi.
Seorang guru harus mempunyai moral yang baik dan menjadi teladan bagi anak
didiknya. Sifat yang dimasukkan dalam moral atau budi yang luhur antara lain
jujur, adil, bijaksana, pemaaf, tidak mementingkan diri sendiri dan menjauhi perb
uatan tercela.

Syarat yang kelima adalah mempunyai kemampuan untuk mewujudkan


tujuan pendidikan nasional. Disini guru harus punya kemampuan untuk

3
mewujudkan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan yang telah diatur dalam
undang-undang. Dengan terpenuhinya syarat guru ini maka diharapkan proses
belajar-mengajar bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pengajaran.

Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat d.k.k , menjadi seorang guru hendaklah
memenuhi syarat-syarat seperti:

1. Taqwa kepada Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa).


Seorang guru yang tidak bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak
mungkin dapat mendidik anak didiknya untuk bertaqwa kepada Tuhan TME. Oleh
karena ituseorang guru harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Berilmu
Selembar ijazah yang dimiliki oleh seorang guru tidak cukup untuk dapat
mengajar anak didik tanpa disertai dengan pemilikan ilmu pengetahun yang cukup
terutama ilmu pengetahuan yang ditekuninya.Dengan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya itulah, seorang guru dapat mentranfer ilmunya kepada peserta didik.

3. Sehat Jasmani dan rohani


Seorang guru harus memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Karena jika
seorang guru mempunyai penyakit yang menular itu akan membahayakan anak
didiknya, disamping itu seorang guru yang tidak sehat tidak akan bergairah dalam
mengajar.

4. Berkelakuan Baik
Di antara tujuan pendidikan yaitu membentuk peserta didik cerdas dalam
bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh karena itu untuk membantu
peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut harus lah dimulai dari
gurunya terlebih dahulu, karena guru adalah teladan bagi peserta didik. Oleh
karena itu guru haruslah mempunyai budi pekerti yang luhur dan berakhlak yang
mulia.

2.3. Tanggung Jawab Guru.

Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak


didik. Guru selalu berusaha untuk menjadikan anak didik menjadi orang yang
berguna bagi nusa dan bangsa. Seorang guru selau memperikan perhatian penuh
kepada seorang peserta didik, ia selalu memperhatikan anak didik yang sakit,
tidak bergairah belajar,terlambat masuk sekolah, belum menguasai bahan pelajara,
berpakaian sembanrangan, berbuat tidak baik, dan sebagainya.

4
Seorang guru haruslah memberikan contoh yang baik terhadap muridnya,
karena seorang murid terkadang menilai seorang guru tidak dari ucapannya
melainkan dari tingkah lakunya. Misalnya seorang guru memerintahkan muridnya
untuk hadir tepat waktu dan disiplin. Bagimana seorang anak didik dapat
mematuhi perintahnya sementara guru tidak disiplin dengan apa yang pernah
dikatakannya. Jika sifat guru seperti ini maka seorang anak didik akan selalu
cenderung menentang perintahnya dan tidak akan percaya kepada guru tersebut.

Menurut Wens Tanlain d.k.k, sifat seorang guru yang bertanggung jawab
yaitu:

1. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan.


2. Memikul tugas mendidik dengan berani dan gembira (tugas bukanlah
beban baginya).
3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-
akibat yang timbul (kata hati).
4. Bijaksana dan hati-hati.
5. Cenderung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnya dihargai.
6. Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Disamping itu sifat-sifat guru yang baik adalah:

1. Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai


kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.
2. Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah, bersahabat
dan bersifat ingin berkembang.
3. Guru yang melihat orang-orang dan perilaku mereka pada dasarnya
berkembang, dia mellihat orang-orang itu mempunyai kreativitas dan
dinamika, bukan orang yang pasif atau lamban.
4. Guru yang melihat orang lain itu dapat memenuhi dan meningkatkan
dirinya, bukan menghalangi apalagi mengancam.

Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan
demikian tanggung jawab seorang guru adalah untuk membentuk karakter anak
didik yang dewasa dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotoris. Sehingga anak
didik mampu mengintegrasikannya dalam masyarakat sehinnga menjadi anak
yang diharapkan masyarakat, bangsa dan negara.

5
2.4. Kompetensi Guru

Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10,
disebutkan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi merupakan salah satu syarat
yang wajib dipenuhi oleh seorang guru dalam jalur pendidikan formal.

Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk
menjadi guru yang profesional. Empat kompetensi tersebut yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam


mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik menjadi salah satu
jenis kompetensi yang harus dikuasai guru.

Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru selama ini


diserahhkan pada guru itu sendiri. Idialnya pemerintah, asosiasi pendidikan dan
guru, serta satuan pendidikan memfasilitasi guru untuk mengembangkan
kemampuan bersifat kognitif berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa
sikap dan nilai, maupun performasi berupa perbuatan-perbuatan yang
mencerminkan pemahaman keterampilan dan sikap. Dukungan yang seperti itu
penting, karena dengan cara itu akan meningkatkan kemampuan pedagogik bagi
guru.

Untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya, guru harus belajar secara


terus menerus dan sistematis, sebagai upaya melakukan pembaharuan atas ilmu
pengetahuan tang dimilikinya. Caranya dengan sering melakukan penelitian baik
melalui kajian pustaka, maupun melakukan penelitian seperti penelitian tindakan
kelas.

Kompetensi pedagogik meliputi:

1. Pemahaman terhadap peserta didik.


2. Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran
3. Evaluasi hasil belajar.
4. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.

6
2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan prilaku


pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga
terpancar dalam perilaku sehari-hari.(Djam’an Satori, dkk, 2010: 2.5)

Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga


dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan
cerminan dari kepribadian seseorang. apabila nilai kepribadian seseorang naik,
maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu
pengetahuan dan moral yang dimilikinya. Kepribadian akan turut menentukan
apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik, atau sebaliknya,
justru menjadi perusak anak didiknya.

Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber kekuatan,


inspirasi, motivasi dan inovasi bagi peserta didiknya.

Guru sebagai teladan bagi murid- muridnya harus memiliki sikap dan
kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan, idola dalam seluruh segi
kehidupannya. Karena nya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan
perbuatan yang positif agar dapat mengankat citra baik dan kewibawaannya
terutama didepan murid-muridnya. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi
langsung kepada muridnya niscaya hal itu akan menghancurkan nama baik dan
kewibawaan sang guru yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam
meklanjutkan tugas proses belajar dan mengajar.

Guru selalu memberikan pengrahan kepada anak didiknya untuk berjiwa


baik. Hampir sulit ditemukan munculnya guru yang memiliki keinginan buruk
terhadap muridnya. Dalam menggerakan murid guru juga dianggap sebagai patner
yang siap melayani, membimbing, dan mengarahkan murid, bukan malah
sebaliknya justru menjerumuskannya.

Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian guru, menunjukkan


kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian:
1. Mantap dan stabil, yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku.
2. Dewasa, yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Arif dan bijaksana, yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik,
sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak.

7
4. Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh
positif terhadap peserta didik.
5. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani
oleh peserta didik, bertindak sebagai norma religius, jujur, ikhlas dan
suka menolong.

3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. (Direktorat
Keterangan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PTMPK
Depdiknas dalam modifikasi dalam Kunandar, 2011: 77)

Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami


dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Lebih
dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya
sebagai guru. (Dja’am Sattori, dkk, 2010: 2.14).

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial


dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berprilaku
santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif
dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik,
sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik,
masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan
pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah. Kondisi objektif ini menggambarkan
bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul dan berinteraksi sebagai
profesi maupun sebagai masyarakat dan kemampuan mengimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

Guru perlu memiliki kompetensi sosial untuk berhubungan dengan


masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif
karena dengan dimilikinya kompetensi sosial tersebut, otomatis hubungan sekolah
dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar sehingga jika ada keperluan
dengan orang tua peserta didik atau masyarakat tentang masalah peserta didik
yang perlu diselesaikan tidak akan sulit menghubunginya.

8
4. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. (Direktorat
Keterangan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PTMPK
Depdiknas dalam modifikasi dalam Kunandar, 2011: 77)

Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan


disekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan berarti juga meningkat
kan mutu guru. Meningkatkan mutu guru tidak hanya dari segi kesejahteraannya,
tetapi juga profesionalitasnya. UU nomor 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1
menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki
kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada
kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu
mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang
menarik, interktif, disiplin, jujur dan konsisten.

Djojonegoro (1998: 350) mengatakan profesionalisme dalam suatu


pekerjaan ditentukan oleh tiga faktor penting yakni,
1. Memiliki keahlian kusus yang dipersiakan oleh program pendidikan
keahlian atau spesialisasi.
2. Memiliki kemampuan memperbaiki kemempuan (keterampilan dah
keahlian khusus).
3. Memperoleh penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap
keahlian tersebut.

Guru yang bermutu mampu melaksanakn pendidikan, pengajaran, dan


pelatiahan yang efektif dan efisien. Guru yang profesional mampu memotifasi
siswa untuk mengoptimalkan dalam rangka pencapaian standar pendidikan yang
ditetapkan.

2.5. Dukungan Asosiasi Kependidikan

Organisasi pendidikan sesuai bidang keilmuan sebagai suatu asosiasi perlu


melaksanakan pembinaan terhadap anggota profesi. Pembinaan itu antara lain mn
pelaksanakan program training profesi sebagai upaya memfasilitasi peningkatan
kualitas anggota dan pengakuan masyarakat maupun pemerintah.

9
Asosiasi dalam membina anggota profesi memerlukan program dan
agenda yang ketat dan disiplin. Pelaksanaan training yang spesifik selama ini
dilaksanakan oleh pemerintah yaitu depertemen terkait. Dengan berubahnya
sistem pemerintahan, menjadikan urusan pendidikan turut diotonomikan. Dengan
perubahan sist em pemerintahan tersebut, maka program training dapat diserahkan
kepada asosiasi profesi untuk pengembangan kinerja dan efektifitas profesi dan
organisasi. Misalnya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) dapat
melaksanakan training bersertifikat berkaitan dengan tes kemampuan, tes bakat,
tes minat, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), melaksanakan training
kemampuan mengajar dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pengajaran.

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) melaksanakan pengayaan


bidang studi untuk semua jenis dan jenjang persekolahan.Ikatan Sarjana
Manajeman Pendidikan Indonesia (ISMAPI), melaksanakan training
kepemimpinan, perencanaan, supervisi, kebijakan, dan yang berkaitan dengan
pengelolaan pendidikan. Forum Musyawarah Pendidikan Indonesia (FORMOPI),
melakukan training yang berkaitan dengan asosiasi pendidikan yang bernaung
dibawahnya, dan sebagainya. Meski kenyataannya semua asosiasi ini cenderung
masih gamang dan mencari bentuk yang pas untuk mendapatkan pengakuan
internal oleh anggotanya dan pengakuan eksternal oleh masyarakat yang
menerima jasa profesional anggota asosiasi tersebut.

Melalui kajian yang mendalam, dapat memantapkan posisi asosiasi


pendidikan dari berbagai disiplin ilmu pendidikan, kajian itu dilakukan melalui
tahapan:
1. Pengkajian situasi pendidikan pada satuan pendidikan disemua jenis dan
jenjang serta pendidikan luar sekolah untuk menemukan spktrum tenaga
kependidikan yang benar-benar dibutuhkan untuk menyelenggrakan
pendidikan yang berkualitas.
2. Pengkajian kebijakan dalam bidang pendidikan dengan mempelajari
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang guru dan
peraturan-peraturan yang berkaitan denag pendidikan dan tenaga
kependidikan untuk menempatkan spektrum tenaga kependidikan selaras
denagan peraturan dan perundang-undanagan yang berlaku.
3. Menentukan jenis-jenis tenaga kependidikan yang perlu dididik dan dibina
oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan (PLTK).
4. Pengkajian pendapat para praktisi, pakar dan ilmuan bidang pendidikan
melalui seminar, lokakarya, dan diskusi intensif, untuk menemukan
konsep teoritik mengenai tenaga kependidikan.

10
Dengan implementasi desentralisasi sistem pemerintahan, maka asosiasi
profesi kependidikan dan guru mendapat peluang yang lebih besar melaksanakan
program peningkatan kualitas profesional pendidik. Hal ini dapat dilakukan jika
ada komitmen para pengambil kebijakan dan asosiasi untuk memberdayakan
profesi kependidikan. Asosiasi profesi tidak boleh lagi menjagi organisasi sekedar
papan nama, tetapi perlu menyebarluaskan kemajuan organisasi profesinya
masing-masing dengan cara melakukan pertemuan terjadwal baik tingkat
nasional maupun unit dibawahnya. Kemudian memiliki jurnal dan publikasi
profesional lainnya yang menyajikan berbagai karya penelitian d an kegiatan
ilmiah sebagai media pembinaan dan pengembangan para anggotanya. Kesemua
agenda dan program nya dilaksanakan dengan disiplin yang tinggi.

11
BAB III

PENUTUPAN

3.I. Kesimpulan

12
Daftar Pustaka

Kunandar. 2011. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta:
Rajawali Pers.

Sagala, Saiful.2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.


Bandung: Alfabeta.

Satori, Djam’an. dkk. 2010. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.

13

Anda mungkin juga menyukai