Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“HUBUNGAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN DEMOKRASI


DI INDONESIA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Suyoto, S.sos., MM

Disusun oleh :

1. Akhmad Sobana (21120004)


2. Asro Fahmi (21120008)
3. Ridho Anugrah Putra (21120041)
4. Wahyu Trisno Mukti (21120047)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hubungan Hak Asasi
Manusia Dengan Demokrasi Di Indonesia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Suyoto, S.sos., MM pada bidang studi pendidikan kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hubungan Hak Asasi Manusia Dengan
Demokrasi Di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
tenaga dan pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

SERANG, 8 JUNI 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Hak Asasi Manusia adalah norma yang telah diakui, diterima, dan disepakati secara
internasional. Hak Asasi Manusia tak hanya dihasilkan melalui deklarasi, tetapi juga melalui
perjanjian antar-negara (states parties) serta sejumlah protokol yang digunakan sebagai tata
cara pelaksanaannya.

Adapun demokrasi adalah sistem politik dan pemerintahan yang didasarkan atas
mandat yang bersumber dari rakyat (civil). Secara formal dan pokok terdiri atas tiga lembaga
negara, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Semakin ketiga lembaga ini mencapai
keseimbangan (equilibrium), kian demokratis pula sistem negara bersangkutan.Mandat rakyat
biasanya diperoleh melalui proses pemilihan umum, bukan melalui pengangkatan. Jika setiap
mandat diperoleh melalui pemilihan yang jujur, semakin demokratis pula proses pemilihannya.
Seluruh proses demokratis ini dipercaya bukan karena hasil paksaan apalagi kudeta militer,
melainkan atas dasar mandat yangjelas diperoleh dari konstituen.Demokrasi mempunyai arti
penting bagi masyarakat karena dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi pemerintahan sesuai kehendaknya dapat dijamin.

B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan adalah :
1.Pengertian Demokrasi ?
2.Bagaimana perkembangan Demokrasi di Indonesia?
3. Pengertian Hak Asasi Manusia?
4.Bagaimana perkembangan pemikiran tentang HAM didunia dan di indonesia?
5.Hubungan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia?

C.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui apa pengertian Hak Asasi Manusia, serta hubungannya
danperkembangannya terhadap Demokrasi yang berkembang.
2. Untuk mengetahui penerapan hukum yang mengatur Hak Asasi Manusia serta Penerapannya
terhadap kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Demokrasi
Secara etimologi demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang diutarakan di Athenakuno
pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern demos artinya rakyat atau penduduk
disuatu tempat dan kratos/kratein artinya kekuasaan atau kedaulatan. Dari dua kata tersebut
manjadi istila demokrasi artinya kekuasaan atau kedaulatan, kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan oleh rakyat.
Sementara secara terminologi demokrasi sebagai berikut:
a. Josefh A Schmeter, Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk
mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b. Sidney Hook, Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang penting secara langsung atau
tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa.
c. Philippe c Schemitter dan terry Lynn Karl, Demokrasi merupakan suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintahan dimana dimintai tanggungjawab atas tindak-tindakan
mereka di wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
d. Henry B Mayo, Demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara epektif oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.
Dari pendapat para ahli diatas terdapat benang merah atau ttik singgung tentang
pengertian demokrasi yaitu rakyat sebagai pemegang kekuasaan, pembuat dan penentu
keputusan dan kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan serta
mengkontrol terhadap pelaksanaan kebijakannya baik yang dilakukan secara langsung oleh
rakyat atau mewakilinya melalui lembaga perwakilan.
Ciri-ciri pokok pemerintahan demokratis
a. Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak, dengan ciri-ciri
tambahan;
b. Konstitusional, yaitu bahwa prinsip-prinsip kekuasaan, kehendak dan kepentingan rakyat
diatur dan ditetapkan dalam konstitusi;
c. Perwakilan, yaitu bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat diwakilkan kepada beberapa
orang;
d. Pemilihan umum, yaitu kegiatan politik untuk memilih anggota-anggota parlemen;

2
e. Kepartaian, yaitu bahwa partai politik adalah media atau sarana antara dalam praktik
pelaksanaan demokrasi
f. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, misalnya pembagian/pemisahan kekuasaan
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
g. Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan pemerintahan.
h. Adanya perlindungan Hak Asasi Manusia.

B. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Perkembangan demokrasi di Indonesia dilihat dari segi waktu dibagi dalam empat
periode yaitu:
1. Periode 1945-1959 (Demokrasi Parlementer)
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di
beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif
terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional head) dan perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)
Demokrasi Terpimpin Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin sebenarnya
ingin menempatkan Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama Indonesia
dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar
dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai
demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu,
tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat mendominasi
pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde
Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan
keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam
persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan
inkorporasi lembaga nonpemerintah
4. Periode 1998-sekarang( Reformasi )
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.
Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto
disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde

3
Baru. Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap
awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis
karena dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun.

C. Pengertian Hak Asasi Manusia(HAM)


Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan dibawanya bersamaan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.Hak-
hak ini dimiliki manusia tanpa perbedaan angsa, ras, agama atau kelamin, karenanya bersifat
asasi dan universal.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang,
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat
hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

D.Perkembangan Pemikiran HAM


Perkembangan Pemikiran HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
A. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang
hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik
disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan
Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
B. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak
sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan
perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak
yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-
budaya, hak ekonomi dan hak politik.
C. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam
suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam

4
pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan
dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi
prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban,
karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.
D. Generasi keempatyang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative
seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang
dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi
kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara
di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang
disebut Declaration of the basic Duties of Asia People and Government.menurut jimly,
konsepsi hak asasi manusia yang terakhir inilah yang justru tepat disebut sebagai Konsepsi
HAM Generasi Kedua, karena sifat hubungan kekuasaan yang diaturnya memang berbeda dari
konsepsi-konsep HAM sebelumnya. Sifat hubungan kekuasaan dalam konsepsi Generasi
Pertama bersifat vertikal, sedangkan sifat hubungan kekuasaan dalam konsepsi Generasi
Kedua bersifat horizontal. Dengan demikian, pengertian konsepsi HAM generasi kedua dan
generasi ketiga sebelumnya cukup dipahami sebagai perkembangan varian yang sama dalam
tahap pertumbuhan konsepsi generasi pertama.
Sejalan dengan pemikiran ini maka PBB memprakarsai berdirinya sebuah komisi HAM
untuk pertama kali yang diberi namaComission on Human Rights pada tahun 1946. Komisi
inilah yang kemudian menetapkan secara terperinci beberapa hak-hak ekonomi, dan sosial,
disamping itu hak politis yaitu:
a. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
b. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang
kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan.
c. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan.
d. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.
e. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran dan hati nurani.
f. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum.
g. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan.
h. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
i. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
j. Setiap orang berhak akan status kewarganegaraan.
k. Setiap orang berhak untuk bebas bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan
dan kembali ke negaranya.
l. Setiap orang berhak memperoleh suara politik.
m. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.

5
E.Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia
Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol
pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan
perlakukan yang sama hak kemerdekaan.
Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi –
petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat
kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan
berserikat dan mengeluarkan pendapat.
Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI
antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin
pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan
dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak
untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan.
Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi PBB yang lahir
pada 10 Desember 1948. Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
4. Ketetapan MPR
Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia Indonesia tertuang dalam ketetapan MPR
No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hal itu, kemudian keluarlah
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia sebagai undang-undang
yang sangat penting kaitannya dalam proses jalannya Hak Asasi Manusia di Indonesia. Selain
itu juga Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

F.Hubungan Antara Demokrasi dan HAM


Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi
sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia.Konsepsi HAM
dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara hukum.Dalam
sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan manusia.
Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut
mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya

6
dengan suatu undang-undang terutama melindungi hak-hak asasinya demi kesejahteraan hidup
bersama.
Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia karena makna
terdalam dari demokrasi adalah kedaulatan rakyat, yaitu rakyatlah sebagai pemegang
kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara.Posisi ini berarti, secara langsung menyatakan
adanya jaminan terhadap hak sipil dan politik rakyat. Ukuran untuk menilai demokratis atau
tidaknya suatu negara, antara lain semakin besarnya tingkat kemerdekaan misalnya, kebebasan
untuk menyatakan pendapat, kemerdekaan untuk menganut keyakinan politik, hak untuk
diperlakukan sama dihadapan hukum.
Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi bukanlah
sebatas hak sipil dan politik rakyat namun dalam perkembangannya, demokrasi juga terkait
erat dengan sejauh mana terjaminnya hak-hak ekonomi dan sosial dan budaya rakyat.Maka
negara demokratis juga diukur dari sejauh mana negara menjamin kesejahteraan warga
negaranya, seberapa rendah tingkat pengangguran dan seberapa jauh negara menjamin hak-hak
warga negara dalam mendapatkan penghidupan yang layak.Hal inilah yang secara langsung
ataupun tidak langsung menegaskan bagaimana hubungan yang terjalin antara demokrasi dan
Hak Asasi Manusia.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud dan
dijamin oleh negara yang demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud
apabila negara mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahan dalam sebuah negara dengan
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung ataupun melalui
perwakilan. Sedangkan HAM merupakan hak yang melekat pada manusia secara kodrati dan
tidak dapat dihilangkan oleh pihak lain.
Demokrasi dan HAM merupakan elemen yang penting untuk mewujudkan suatu negara
yang berkeadaban.Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi
Manusia sebab Hak Asasi Manusia akan terwujud apabila dijamin oleh negara yang
demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara mampu
manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17 Agustus
1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945 (yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan berada ditangan Rakyat. Oleh
karena itu Indonesia sebagai negara demokratis harus mampu menjamin tegaknya HAM agar
dapat mewujudkan suatu negara yang berkeadaban.Dan perkembangan demokrasi dan HAM
di Indonesia dapat dilihat dari periode sebelum kemerdekaan hingga periode setelah
kemerdekaan (hingga sekarang).

B. Saran
Pemerintah harus lebih meningkatkan jaminan terhadap penegakan Hak Asasi Manusia
di Indonesia karena di masa sekarang ini masih banyak terjadi kasus-kasus pelanggaran HAM.
Dan Pemerintah harus lebih aktif lagi dalam penerapan hukum terhadap pelanggaran HAM,
sehingga dengan begitu Demokrasi pun berjalan dengan seimbang dan sesuai keinginan
masyarakat.

8
DAFTAR PUSTAKA
Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2012
Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi
Press, 2005
Ubadillah, A. dkk, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, HAM & Masyarakat
Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Pt Bumi Aksara,
2012
Zubaidi, Kaelan dan Achmad, Pendidikan Kewarganegaraan,,Yogyakarta: Paradigma,
2007

Anda mungkin juga menyukai