Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu persepsi interpersonal?
2. Apa faktor situasional yang mempengaruhi persepsi interpersonal?
3. Bagaimana proses pembentukan kesan?
4. Bagaimana proses pengelolaan kesan?
5. Apa pengaruh persepsi interpersonal terhadap komunikasi interpersonal?
6. Apa itu konsep diri?
7. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi konsep diri?
8. Apa pengaruh konsep diri terhadap komunikasi interpersonal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian persepsi interpersonal
2. Untuk mengetahui faktor yang pengaruhi persepsi interpersonal
3. Untuk dapat mengetahui proses pembentukan dan pengelolaan kesan
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh persepsi interpersonal pada komunikasi
interpersonal
5. Untuk mengetahui pengertian Konsep diri
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
7. Untuk mengetahui pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERSEPSI INTERPERSONAL
Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi
yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal.
Persepsi interpersonal adalah proses menangkap arti objek dalam kejadian yang
dialami dalam lingkungan. Manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang
lain pikirkan tentang dirinya, dan apa yang dipikirkan orang lain mengenai apa yang
ia pikirkan mengenai orang lain.

1. Pengaruh Faktor-faktor situasional pada Persepsi Internasiolanl


a. Deskripsi Verbal
Deskripsi verbal yaitu mengarahkan pada penilaian, penilaian dilihat dari segi
sifat seperti cerdas, rajin, kritis, dan ramah.
b. Petunjuk Proksemik
Proksemik yaitu studi mengenai penggunaan jarak dalam penyampaian pesan.
Semisal seorang pejabat tertentu kadang memperlihaatkan jarak saat bertemu dengan
seseorang.
c. Petunjuk Kinesik
Yaitu yang paling sukat untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang
menjadi stimuli. Contoh sederhananya yaitu perasaan gugup saat berbicara.
d. Petunjuk Wajah
Petunjuk wajah dapat menimbulkan persepsi yang bisa diandalkan. Contoh :
wajah marah akan mudah terlihat oleh lawan bicara.
e. Petunjuk Paralingustik
Petunjuk Paralingustik yaitu, cara bagaimana orang mengucapkan lambing-
lambang verbal. Seperti, tinggi rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek),
dan interaksi.
f. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk Artifaktual ini mencakup segala macam penampilan mulai dari
potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, tas, pangkat, dan atribut-atribut lainnya.
Contohnya adalah seorang dokter atau perawat akan terlihat dari baju yang
dipakainya.

2. Pengaruh Faktor-Faktor Personal Pada Persepsi Internasional

a. Pengalaman

Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu


lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian
peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera
melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya atau pada petunjuk kinesik lainnya.
Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya daripada bapak. Ini juga sebabnya
mengapa kita lebih sukar berdusta di depan orang yang paling dekat dengan kita.

b. Motivasi

Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat


banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.

c. Kepribadian

Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego.
Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar.
Orang melempar perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah
contoh tipikal dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada
orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas,
orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona
stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang
menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah,
cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang,
mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain.
Ini disebut leniency effect (Basson dan Maslow, 1957). Bila petunjuk-petunjuk verbal
dan non verbal membantu kita melakukan persepsi yang cermat, beberapa factor
personal ternyata mempersulitnya. Persepsi interpersonal menjadi lebih sulit lagi,
karena persona stimuli bukanlah benda mati yang tidak sadar. Menusia secara sadar
berusaha menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin

3. Proses Pembentukan Kesan

 Stereotyping :pengalaman-pengalaman baru akan dimasukan pada laci kategori yang


ada dalam memori kita berdasarkan kesamaannya dengan pengalaman masa lalu.
 Implicit Personality Theory : teori yang dipergunakan untuk membentuk kesan
tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, namun dalam kehidupan sehari-
hari kita menggunakannya dan bebrperan sebagai psikolog amatiran.

 Atribusi : proses menyimpulkan motif, maksud dan karakteristik orang lain dengan
melihat pada perilakunya yang tampak. Atribusi terbagi menjadi dua yaitu :
1. Atribusi kausalitas, baik kausalitas internal maupun eksternal.
Kausalitas internal maupun eksternal memperhatikan :
a. Konsensus : apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap
b. Konsistensi :apakah penanggap bertindak sama pada situasi lain.
c. Kekhasan : apakah orang bertindak sama pada situasi lain atau hanya pada situasi
ini saja.
Apabila ketiga hal tersebut diatas tinggi, maka seseorang melakukan atribusi
kausalitas eksternal.

2.Tribusi kejujuran :
 Sejauhmana pernyataan seseorang menyimpang dari pendapat yang populer
dan diterima orang
 Sejauhmana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan
itu.

4. Proses Pengelolaan Pesan

Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal


dan non verbal, dan dipersulit oleh factor-faktor personal penangkap. Kesulitan
persepsi juga timbul karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk
tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penangkap. Erving Goffman
menyebut proses ini pengelolaan kesan (Impression management).

Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri ini disebut front.
Front terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah
laku (manner). Panggung adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang kita
gunakan. Penampilan berarti menggunakan petunjuk artifaktual. Gaya bertingkah laku
menunjukkan cara kita berjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya.

5. Pengaruh Persepsi Interpersonal Terhadap Komunikasi Interpersonal

Pengaruh yang ditimbulkan komunikasi interpersonal adalah perkembangan


intelektual dan sosial, terbentuknya identitas dan jati diri yang lebih terbuka, lebih
memahami realitas lingkungan serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pemahaman
yang dimiliki diri,dan peningkatan akhlakul karimah.

Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap


keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna
terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi. lain terhadap individu
tersebut maka komunikasi yang dilakukan akan semakin efektif.

Perilaku individu dalam komunikasi interpersonal sangat bergantung pada


persepsi individu bersangkutan. Apabila kedua belah pihak menanggapi individu lain
secara tidak cermat, maka dapat terjadi kegagalan komunikasi.

B. KONSEP DIRI
Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri.
Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi
diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga
kelemahan bahkan juga kegagalan dirinya.
Konsep diri menggambarkan persepsi individu tentang dirinya sendiri dan
hubungannya dengan obyek atau orang lain dalam lingkungannya. Sedangkan Mead
mendefinisikan konsep diri sebagai perasaan, pandangan, dan penilaian individu
mengenai dirinya yang didapat dari hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Dalam membentuk konsep diri, ada beberapa komponen yang harus dimiliki
agar terbentuk konsep diri yang utuh, 3 komponen ini terdiri dari diri ideal (self ideal),
citra diri (self image), dan harga diri (self esteem).

Diri ideal (self ideal) adalah kodisi dimana seseorang ingin melihat dirinya
seperti apa yang diinginkannya. Sedangkan real self adalah kondisi seseorang pada
realitanya saat ini. Sering kali kita terjebak dalam kondisi ideal self sehingga kondisi
real self pun terabaikan.

Citra diri atau gambaran diri (self image) merupakan gambaran mengenai diri
individu atau jati diri seperti yang digambarkan atau yang dibayangkan. Dijelaskan
pula, citra diri adalah gambaran atas perilaku seseorang di mata orang lain dan
masyarakat di sekitarnya.

Harga diri adalah sikap yang dimiliki tentang dirinya sendiri, baik positif
maupun negatif. Menurut Coopersmith mengatakan bahwa harga diri merupakan hasil
evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang diekspresikan dalam sikap terhadap
diri sendiri.

2. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal

Konsep diri berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi interpersonal


karena membantu individu dalam memandang dirinya sendiri, dengan kata lain
perilaku individu sesuai dengan cara pandang individu tersebut terhadap dirinya
sendiri.

Konsep diri merupakan faktor yang menentukan (determinan) dalam


komunikasi kita dengan orang lain. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan
tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini bisa bersifat psikologis, sosial dan fisis,
menurut William D Brooks dalam Jalaludin Rakhmat.

Menurut Potter dan Perry (1997), terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi kemampuan komunikasi intrapersonal seseorang, antara lain yaitu:
1. Perkembangan.
Tingkat perkembangan dalam berbicara bervariasi dan hal ini berhubungan erat
dengan perkembangan anak. Orang tua memberikan pengaruh penting terhadap
kemampuan anak untuk berkomunikasi. Perkembangan pada individu menentukan
jenis komunikasi apa yang akan dipilih.

2. Nilai.
Nilai dapat mempengaruhi interpretasi pesan dan juga bagaimana individu
menginterpretasikan ide yang datang dari orang lain. Jika nilai yang dimilik seseorang
berbeda dan tidak ada penyesuaian antar individu kemungkinan akan terjadi konflik
saat melakukan komunikasi.

3. Emosi.
Emosi dapat membuat seseorang salah menginterpretasikan pesan yang diterima. Jika
emosi mempengaruhi komunikasi dimaknai sebagai perasaan subjektif seseorang dan
mempengaruhi individu bagaimana berinteraksi dengan seseorang. Jika pada
seseorang yang berkomunikasi tidak terkontrol emosinya maka akan terjadi
perdebatan karena emosi yang muncul.

4. Latar belakang sosiokultural.


Budaya adalah hasil dari mempelajari cara berbuat, berpikir, dan merasakan.
Pengaruh kebudayaan menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan
berkomunikasi, dalam hal ini komunikator harus bisa menyesuaikan dengan
kebudayaan komunikan agar komunikasi yang berjalan menjadi efektif.

5. Gender.
Pria dan wanita memiliki cara berkomunikasi yang berbeda-beda. Anak perempuan
biasanya perkembangan pusat komunikasi di otaknya lebih bagus dari pada laki-laki.

6. Pengetahuan.
Penggunaan bahasa yang umum sangat tepat digunakan jika pengirim dan penerima
pesan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas jika
kata yang digunakan tidak dikenal penerima. Karena pemakaian bahasa yang lazim
menjadi faktor yang sangat membantu dalam berkomunikasi untuk menjembatani
perbedaan yang terjadi.

7. Lingkungan.
Seseorang dapat berkomunikasi lebih baik dalam lingkungan yang nyaman.
Kurangnya kebebasan seseorang bisa mengakibatkan kebingungan, ketegangan.
Gangguan lingkungan juga bisa mengganggu pesan yang dikirim. Lingkungan yang
nyaman sangat membantu dalam proses komunikasi, karena inilah lingkungan
menjadi faktor yang berpengaruh dalam komunikasi.

STUDI KASUS

Seseorang memiliki konsep diri yang negatif dan merasa dirinya tidak cukup
baik dalam hubungan interpersonal.
Sebagai akibatnya, orang tersebut cenderung memiliki persepsi yang negatif terhadap
orang lain dan sering menganggap orang lain memiliki maksud yang buruk padanya.
Kondisi ini dapat berdampak pada hubungan interpersonal orang tersebut dengan
orang lain, di mana ia cenderung menarik diri dan sulit membuka diri pada orang lain.
Selain itu, orang tersebut juga cenderung menghindari situasi sosial yang dapat
memperkuat persepsi negatifnya tentang dirinya sendiri dan orang lain.

Untuk mengatasi masalah ini, seseorang tersebut perlu mengembangkan


konsep dirinya dengan lebih positif dan mengatasi kecemasannya dalam hubungan
interpersonal. Ia juga perlu melatih diri untuk lebih terbuka dan membangun
hubungan yang sehat dengan orang lain. Hal ini dapat dilakukan melalui terapi atau
konseling, atau melalui kegiatan yang membantunya meningkatkan kepercayaan diri
dan kemampuan sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai