Anda di halaman 1dari 71

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

PENDAHULUAN
Kata komunikasi secara etimologis berasal dari kata communicatio (bahasa Latin) yang
merujuk pada kata communis yang artinya sama. Sama yang dimaksud adalah sama
maksud atau sama arti. Jadi, komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna
mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan mampu diterima oleh
komunikan. Hal ini mengandung akibat di sisi lain, komunikasi tidak dapat terjadi jika tidak
ada

kesamaan

makna

diantara

komunikator

dan

komunikan

(biasa

dinamakan

kesalahpahaman). Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan materi komunikasi (pesan)


komunikator kepada orang lain dengan menggunakan medium bahasa di dalam suatu
konteks ruang dan waktu.
Esensi dari pesan adalah adanya dua aspek dari pesan. pertama, pesan tersebut mempunyai
isi (the content of the message) dan kedua, pesan tersebut mempunyai lambang (symbol). Isi
pesan dimuat oleh teks yang dibangun, lambang dimuat oleh bahasa yang digunakan. Studi
tentang komunikasi semakin berkembang ketika zaman mulai maju dan mulai munculnya
teknologi sebagai sarana komunikasi massive. Tulisan ini membahas komunikasi secara
mendalam. Tulisan ini berusaha membahas esensi komunikasi, implementasi komunikasi,
Etika komunikasi, dan evaluasi terhadap komunikasi.
Komunikasi antar manusia kadang, atau bahkan selalu mengalami hambatan. Kegagalan
komunikasi menunjukkan adanya evasi komunikasi (hambatan komunikasi). Hambatan
tersebut terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Hambatan objektif, berupa gangguan dan halangan terhadap jalannya komunikasi yang
tidak disengaja, dibuat oleh pihak lain, atau mungkin disebabkan oleh keadaan yang tidak
menguntungkan.
2. Hambatan subjektif, berupa kesengajaan yang dibuat oleh orang lain.
Mencemooh dan mengelakan suatu komunikasi untuk mendeskreditkan atau menyesatkan
pesan komunikasi adalah cara seorang komunikator menghambat komunikasi. Kebiasaan
memanipulasi pesan komunikasi dengan menambah-nambah pesan yang negatif, mengubah
kerangka referensi (changing frame of reference) atau mempersepsikan pesan komunikasi
sesuai kerangka pikirannya sendiri menunjukkan seseorang yang memanipulasi komunikasi.
1

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Jalannya komunikasi memerlukan suatu proses. Ada dua perspektif tentang proses
komunikasi. Pertama, proses komunikasi dalam perspektif psikologis. Dalam perspektif ini
komunikasi

terjadi

pada

diri

komunikator

dan

komunikan.

Ini

adalah

proses mengemas ataumembungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator,


yang

dinamakan

encoding.

Sedangkan

proses

dalam

diri

komunikan

disebut decoding (seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan). Kedua, proses
komunikasi dalam perpektif mekanistis. Proses ini berlangsung ketika komunikator
mengoper atau melemparkan dengan bibir kalau lisan, atau dengan tangan kalau tulisan.
Penangkapan pesan tersebut dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau
indera-indera lainnya. Komunikasi bersifat universal. Asal ada kesepakatan encoding dan
decoding antara kedua pihak, siapapun kedua pihak ini, entah sesama manusia atau bahkan
antara manusia dengan binatang, maka pesan akan bisa dimengerti. Sebagai contoh, lebih
jelasnya lihat video 1 ini.
Ada kalanya komunikasi tersebar dalam jumlah relatif banyak, sehingga untuk
menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, dalam situasi ini dinamakan
komunikasi massa. Media massa diperlukan untuk menyampaikan pesan yang bersifat
komunal. Tulisan pada buku ajar ini akan membahas proses komunikasi secara mendalam.
Hal ini menyangkut esensi komunikasi, implementasi komunikasi, Etika komunikasi dan
evaluasi komunikasi.

Pesan apa yang kamu rasakan?

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB I
TEORI KOMUNIKASI EKOLOGI

Ekologi (dari bahasa Yunani Oikos yang berarti rumah, lingkungan dan logos yang
berarti ilmu) dalam perspektif Biologi berarti ketergantungan komunikasi dan interaksi
antara makhluk hidup dan semua hal di sekitar lingkungannya yang membentuk sistem.
Bronfenbrenner mempelajari ketergantungan antara manusia dan lingkungannya. Prinsipprinsip hasil belajarnya ditulis di tahun 1979 berjudul The Ecology of Human
Development. Buku ini fokus membahas tentang fenomena perkembangan manusia akibat
interaksinya dengan ekologi. Meskipun teori ini muncul di tahun 1979, sampai sekarang
teori ini masih relevan dikembangkan karena sebagai individu manusia tidak bisa lepas dari
interaksi atau komunikasi ekologis.
Pemahaman tentang teori Ekologi, atau juga dikenal dengan nama Bioekologi ini akan
menjadi komprehensif apabila dimulai dari konteks sejarahnya. Teori Ekologi di sini akan
fokus pada teori ekologi Urie Bronfenbrenner (dirangkum dalam video 2). Urie
Bronfenbrenner adalah psikolog yang berasal dari Rusia, besar di Amerika. Dia adalah anak
dari Doktor Alexander Bronfenbrenner dan Eugenia Kamenetska, lahir 29 April 1917 di
Moskow, Rusia. Ketika berusia 6 tahun, ia datang ke Amerika karena ada konflik politik di
Rusia (dampak dari revolusi Bolshevik). Selain masa kecilnya yang penuh pergolakan sosial
mempengaruhi teorinya, Kurt Lewin menjadi nama pertama yang memberikan pengaruh
besar pada teori komunikasi ekologis Urie Bronfenbrenner.
Lewin adalah psikolog sosial yang menjadi sahabat Bronfenbrenner semasa beliau
hidup. Lewin sering dikenal sebagai peneliti di bidang komunikasi pembelajaran manusia
karena faktor lingkungan. Lewin mengatakan bahwa perilaku manusia adalah hasil dari
komunikasi dan interaksi antara manusia dan lingkungannya (Lewin, 1935). Kedua elemen
ini dikatakan oleh Lewin saling bergantung satu sama lain (Lewin, 1951, hal. 40).
Penelitian-penelitian Lewin dijadikan dasar teori Bioekologi Bronfenbrenner, yang sering
dijadikan landasan penelitian tentang pendidikan Sains (lihat misalnya Lewthwait, 2006,
2008, 2011).
Menurut

Bronfenbrenner,

perkembangan

sistem

komunikasi

manusia

amat

dipengaruhi oleh sistem bioekologi yang terdiri dari empat sistem utama yang saling
berhubungan satu dengan yang lain, yakni mikro, meso, ekso, dan makrosistem. Pada
3

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

perkembangan waktu, ia lalu menambahkan kronosistem. Kualitas dari interaksi seseorang


dengan lingkungan di sekitarnya menjadi landasan teori bioekologi Bronfenbrenner.
Interaksi ini adalah interaksi yang kompleks. Kompleksitas interaksi semakin berkembang
karena perkembangan biologis dan kognisi seseorang juga berkembang seiring waktu
(Paquatte dan Ryan, 2001).
Lima unsur dalam teori ekologi tersebut menjadi dasar fondasi pembahasan tema
komunikasi ekologis ini.
1. Mikrosistem
Mikrosistem melibatkan lingkungan yang berinteraksi langsung dengan individu.
Sebagai contoh, seperti interaksi antara ibu dan individu, atau ayah dan individu, atau antara
individu dengan saudara kandung, dengan sahabat, musuh terdekat, teman sekolah maupun
tetangga sebelah rumah. Faktor pengaruh mikrosistem merupakan faktor yang paling besar
mempengaruhi perkembangan individu.
Gen dari ayah dan ibu akan membentuk dasar pertumbuhan biologis anak yang
memuat interaksi kompleks seratus milyar syaraf-syaraf otak dengan seluruh jaringan tubuh
(Wood, 1993, h. 36). Pertumbuhan biologis ini akan membentuk kepribadian anak dan
terlibat dalam pembentukan pemaknaan hidup individu (Wood, 1993, h. 36-55). Pemaknaan
individu alami ini kemudian berinteraksi dengan pengalaman langsung individu selama
beberapa waktu dengan pribadi-pribadi dalam lingkungan terdekatnya. Dengan demikian,
dinamika emosi yang dialami dan terekam, kekuatan psikologis diri atau kelemahan diri
yang terbangun dari interaksi tersebut menjadi data-data yang diolah oleh kognitifpsikomotorik-afektif individu selama ia hidup dan berkembang membentuk pemaknaan
hidup individu (Frederickson, 2013, h. 16).
Contoh penelitian tentang hubungan antara perilaku dan mikrosistem misalnya dibuat
oleh Grilien. Grilien (1963) pernah meneliti hubungan antara anak-anak yang mempunyai
masalah pengendalian perilaku dengan elemen-elemen dalam mikrosistem (berat badan
anak, pola asuh).
Grilien melakukan penelitian tersebut dari 4000 kasus pelajar SMA yang hidup di tiga
kelas sosial berbeda. Dari penelitian Grilien, disimpulkan bahwa interaksi antar elemen
mikrosistem, dalam hal ini yaitu berat badan ketika lahir dan pola asuh dengan kesejahteraan
keluarga mempengaruhi kualitas tanggung jawab individu dalam mengendalikan perilaku
komunikasinya.
4

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

1. Mesosistem
Mesosistem merupakan hubungan antara mikrosistem dengan mikrosistem yang lain.
Hal-hal yang terjadi dalam satu mikrosistem dapat mempengaruhi interaksi dengan
mikrosistem yang lain. Sebagai contoh, perceraian orangtua individu dapat mempengaruhi
tingkah laku komunikasi individu sehari-hari ketika berada di kampus (observasi terhadap
mahasiswa M dan N yang sangat pendiam, atau Non yang sangat takut menikah). Contoh
lain yang sederhana, kerukunan antara orangtua dan tetangga di sekitarnya juga mampu
membuat individu mempunyai pemaknaan hidup dan emosi positif (observasi terhadap
mahasiswa R).
Contoh yang lebih luas bisa dilihat dari hasil penelitian Grilien (1963) yang meneliti
hubungan antara pencapaian kemampuan akademis anak dengan tingkat pendidikan ibu
asuh. Tingkat pendidikan ibu asuh dibagi dua, mereka yang tidak mengenyam pendidikan
setelah SMA, dan mereka yang mengenyam pendidikan setelah SMA.
Grilien (1963) membuktikan adanya peningkatan pencapaian akademis anak apabila
diasuh oleh ibu dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi daripada anak yang diasuh oleh
ibu dengan tingkat pendidikan SMA atau lebih rendah. Pendidikan orangtua, kualitas
hubungan antara ayah dan ibu individu juga turut mempengaruhi perkembangan komunikasi
individu. Interaksi antara mikrosistem di antara lingkungan individu disebut mesosistem.
Jadi, perkembangan pemaknaan hidup seorang individu dipengaruhi oleh pengaruh interaksi
antar lingkungan dekat yang dijelaskan oleh Urie Bronfenbrenner sebagai mesosistem.
3. Eksosistem
Eksosistem merupakan kumpulan dari mesosistem. Eksosistem berisi pengalaman
individu dengan lingkungan yang tidak melibatkan individu secara langsung tetapi
melibatkan pengalaman dengan keputusan publik yang diambil dalam daerah setempat. Ini
berarti norma lingkungan dimana individu tinggal, aturan sekolah, ataupun tata cara adat di
tempat individu tinggal akan mempengaruhi pemaknaan hidupnya.
Urie menyatakan bahwa, secara normal, lingkungan dengan aturan sosial yang
tertentu akan menghasilkan kepribadian yang tidak jauh dari aturan sosial yang
membentuknya. Kasus-kasus feral children (anak liar yang dibesarkan binatang) menjadi
contoh penting teori ini. Shamdeo (1972) yang dibesarkan serigala, Bello (1996) yang
dibesarkan simpanse, John Ssebunya (1988) yang dibesarkan kera, Rochom Pngieng (2007)
yang tinggal di hutan bersama binatang liar di Kamboja, Vanya Yudin (2008) yang tinggal
di kandang burung, dan ratusan anak-anak feral children lainnya yang mengalami
5

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

kesulitan berkomunikasi dengan manusia menjadi bukti valid teori Urie (Michael Newton,
1995; http://www.toptenz.net/top-10-feral-children.php, 2015). Schultz setuju dengan
pendapat ini dengan catatan bahwa semuanya tergantung pada kesadaran manusia (1991, h.
200). Lingkungan mampu mempengaruhi manusia, dan manusia dengan kesadaran
komunikasinya mampu mempengaruhi lingkungan.
4. Makrosistem
Makrosistem mencangkup kumpulan dari mesosistem di sekitar individu. Interaksi
makrosistem melibatkan perkembangan individu yang dipengaruhi oleh norma, nilai dan
aturan sosial, akan tetapi lingkupnya lebih luas dari mikrosistem. Makrosistem melingkupi
daerah global. Misalnya pengaruh dari undang-undang pendidikan nasional, pengaruh sistem
patriarki yang berjalan, nilai moral yang dianut, keyakinan religius yang diyakini, tingkat
kesejahteraan yang dihidupi, dan peran gender yang diyakini.
Luis Wirth (1994) mendukung teori ekologi ini dengan menyatakan bahwa individu
yang hidup di kota akan berbeda karakteristik dengan mereka yang hidup di desa, individu
yang mempunyai akses geografi serta informasi lebih luas akan berbeda karakteristik cara
komunikasi dengan mereka mengucilkan diri dan tidak mempunyai akses geografi serta
informasi yang luas.
5. Kronosistem
Konsep terakhir yang diperkenalkan oleh Bronfenbrenner, yang berkaitan dengan
perkembangan kepribadian individu, ialah kronosistem. Kronosistem melibatkan perubahan
situasi dan kondisi yang terjadi dalam suatu masa.
Urie menjelaskan bahwa pengalaman boleh sama, namun masing-masing generasi
menanggapi secara berbeda. Kualitas tanggungjawab dalam hidup juga tentu tidak
ditafsirkan sama dalam setiap generasi.
Pendapat Luis Hoffman (http://www.louis-hoffman.com, 2015) bisa dijadikan dasar
untuk memahami Kronosistem. Ia membagi generasi dalam tiga golongan, yakni premodern
(generasi sebelum 1650), modern (1690-1950), dan postmodern (1950-sekarang). Masingmasing angkatan manusia, baik manusia zaman primitif, manusia zaman modern, dan
manusia zaman post modern, akan berbeda menanggapi dan menafsirkan suatu pengalaman.
Mereka yang tua dan mereka yang muda juga akan berbeda dalam memberikan persepsi
serta reaksi emosional terhadap suatu pengalaman yang sama. Masing-masing generasi
mempunyai pemahaman yang amat berbeda tentang kehidupan yang harus dijalani dan
perilaku komunikasi yang harus dijalankan.
6

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

William J Schroer (2008) lebih spesifik dalam menanggapi interaksi antara situasi
sosial dan angkatan yang dilahirkan dalam zaman tersebut, atau dalam perspektif
Bronfenbrenner dinamai kronosistem. Masing-masing angkatan menurutnya mempunyai
karakteristik khas dalam berkomunikasi apabila dibandingkan angkatan yang lain. Ia
menyebut adanya angkatan era depresi yang dilahirkan pada tahun 1912-1921, angkatan
perang dunia kedua yang dilahirkan tahun 1922-1927, angkatan usaha rekonsiliasi perang
pada tahun 1928-1945, angkatan baby boomers I pada tahun 1946-1954, angkatan baby
boomers II pada tahun 1955-1965, generasi X pada tahun 1966-1976, generasi Y yang
dilahirkan pada tahun 1977-1994, dan generasi Z antara tahun 1995-2012.
6. Kesimpulan
Kesimpulannya, faktor ekologi yang mempengaruhi tanggung jawab komunikasi,
komitmen dan pemaknaan hidup diantaranya:
1. keluarga dan mereka yang berinteraksi langsung dengan individu (mikrosistem),
2. interaksi yang terjadi antara mikrosistem (mesosistem),
3. norma lokal (eksosistem),
4. norma global, pengaruh religiusitas
5. dan nilai moral yang diyakini (makrosistem), serta pengaruh nilai-nilai zaman
(kronosistem).

Menurut Anda, apakah pesan yang disampaikan tiga wanita muda ini tersampaikan?
Ada kemungkinan sakit hati mereka karena video 3 ini

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB II
TANGGUNG JAWAB KOMUNIKASI

Latar Belakang
Beberapa orang pernah mengalami penipuan dalam hidupnya, termasuk saya dan
keluarga. Keluarga saya pernah ditipu oleh sahabat almarhum ayah saya. Peristiwa tersebut
membuat saya sungguh mengerti bahwa manipulasi komunikasi yang berujung pada
penipuan akan selalu memberikan kerugian sangat besar bagi kemanusiaan baik dari segi
rohani maupun jasmani. Tujuh puluh dari tujuh puluh lima orang yang saya wawancarai
mengatakan bahwa mereka mempunyai nasib serupa dengan saya, dan mungkin Anda,
pembaca termasuk mengalami nasib yang sama, kami pernah merasa tertipu.
Modul ini ingin menumbangkan ideologi penipuan dengan metode ilmiah. Modul
Ilmu komunikasi ini pada akhirnya merupakan kampanye terbuka bahwa setiap manusia
berhak dan wajib mempertanggungjawabkan materi dan cara dia berkomunikasi. Modul ini
sangat memperhatikan pendapat para ahli yang mempunyai kesepakatan universal bahwa
tanggung jawab dalam komunikasi tidak muncul secara tiba-tiba. Berikut adalah
pembahasan mengenai proses terjadinya tanggung jawab komunikasi pada manusia.

Definisi Operasional Tanggung Jawab Komunikasi


Kata tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana,
2005) berarti keadaan wajib agar individu menanggung segala sesuatunya. Dalam kamus
bahasa Inggris oleh John dan Hasan (1987), responsibility (tanggung jawab) berkaitan erat

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

dengan kata responsive dan ability yang berarti kemampuan untuk mau mendengarkan
aturan sosial dan melakukan tanggapan dengan kehendak bebas.
Pertimbangan lainnya, menurut konteks psikologi komunikasi, definisi tanggung
jawab adalah melakukan interaksi ekologis dengan semua pihak terkait kegiatan
komunikasi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara maksimal (Mc
Clelland, 1971; Renzulli, 1981). Berdasarkan definisi tersebut, ada dua faktor yang diteliti.
Pertama faktor intern, yaitu kemampuan mendengarkan dan melakukan komunikasi. Kedua,
faktor ekstern, yaitu pengaruh dari pihak lain yang mampu mempengaruhi kualitas tanggung
jawab komunikasi yang mereka jalani.
Dari dua bahan studi tersebut, tanggung jawab dalam konteks psikologi komunikasi
mempunyai unsur:
1. Kemampuan mendengarkan aturan sosial terkait norma komunikasi.
2. Menanggapi aturan sosial dengan kebebasan kehendak.
3. Melakukan interaksi dengan pihak-pihak terkait (interaksi ekologis) untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
Selanjutnya, kata belajar (berkomunikasi yang bertanggung jawab) juga
memerlukan deskripsi lebih lanjut. Secara umum, Ormrod (2012) mendeskripsikan definisi
belajar sebagai berikut, Learning is a long term change in mental representations or
associations as a result of experience (hal. 12), belajar merupakan perubahan mental (tidak
hanya perubahan perilaku yang bersifat sementara) atau perwujudan pemikiran (melibatkan
proses kognitif-afektif-psikomotorik) karena adanya pengalaman (interaksi ekologis).
Definisi ini dibangun berdasarkan pemikiran terhadap evolusi teori belajar dari psikologi
kognitif, behavioristik, sosial kognitif, sosio budaya, humanistik, sampai dengan
neuropsikologi (Ormrod, 2012, hal. 8). Teori belajar (apalagi belajar berkomunikasi)
menjadi kompleks karena belajar adalah kegiatan manusiawi yang mengubah kemanusiaan.
Dari studi terhadap kata belajar, bisa dimengerti bahwa seseorang yang belajar
berarti seseorang yang :
1. Mengalami proses interaksi ekologis.
2. Mengalami perubahan mental.
3. Mengalami perwujudan pemikiran tertentu.
Dengan kata lain, kita boleh saja selalu berkomunikasi (berproses interaksi ekologis)
dengan partner, tetapi apabila kita tidak mengalami perubahan mental atau mengalami
perwujudan pemikiran tertentu selama proses komunikasi, maka bisa dikatakan kita tidak
belajar. Apabila ini yang terjadi, komunikasi yang kita lakukan adalah komunikasi omong
9

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

kosong. Ada dua pilihan hasil komunikasi. Pertama, komunikasi selalu menjadi
kesempatan manusia untuk meningkatkan kualitas diri, saling memberikan inspirasi satu
sama lain. Kedua, komunikasi bisa menjadi kesempatan untuk omong kosong.
Penulis memahami bahwa bertanggungjawab berkomunikasi berarti mampu
menanggung segala sesuatu yang berkaitan dengan proses komunikasi, seperti yang
dikatakan oleh Suharso dan Anna (2005) dan didukung Mc Clelland (1971) serta Renzulli
(1981). Ini berarti modul menjelaskan bagaimana manusia menanggung interaksi dengan
semua unsur ekologis yang dapat menaikkan atau menurunkan kualitas tanggung jawab
komunikasinya.
Menanggung interaksi mempunyai dua pengertian, di satu sisi, manusia yang
bertanggung jawab akan berinteraksi (mendengarkan dan melakukan tanggapan dengan
kehendak bebas) dengan individu-individu dalam mikrosistemnya untuk memperbaiki
tanggung jawab komunikasinya. Di sisi lain, manusia yang belum bertanggung jawab
tidak akan melakukan usaha keras untuk berinteraksi (tidak sudi mendengarkan dan
melakukan tanggapan dengan kehendak bebas) dengan pihak-pihak yang mampu
membantunya memperbaiki cara dia berkomunikasi agar lebih bertanggung jawab.
Singkatnya, manusia bertanggung jawab selalu belajar sesuatu, manusia kurang bertanggung
jawab sering omong kosong terhadap partnernya.
Schultz mempertajam teori tentang tanggung jawab dengan mendefinisikan tanggung
jawab pribadi ini sebagai proses diri untuk mengontrol hidupnya sendiri secara bebas dan
mewujudkan pemenuhan potensi-potensi dalam diri (Schultz, 1991, hal. 163-164).
Tambahan Schultz terhadap teori komunikasi ini ada pada aspek pemenuhan potensi diri.
Orang yang bertanggung jawab tidak hanya mengembangkan kemampuan komunikasinya
saja (Ormrod, 2012), tetapi juga perlu mengembangkan potensi diri sepenuhnya dalam
setiap komunikasi yang dia lakukan. Atau dengan kata lain, ia mampu menjadi sumber
inspirasi bagi partner komunikan, kapan pun dia berkesempatan melakukan komunikasi.
Singkatnya, definisi pribadi yang bertanggungjawab berkomunikasi adalah pribadi
yang:
1.

dengan maksimal secara kognitif-afektif-motorik merencanakan aksi interaksi


ekologis untuk berkomunikasi dengan baik (sesuai aturan sosial),

2.

secara kognitif-afektif-motorik melaksanakan kegiatan interaksi ekologis


untuk berkomunikasi dengan baik,

10

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

3.

dan secara kognitif-afektif-motorik menanggapi serta mengevaluasi hasil


komunikasi dalam interaksi ekologis tersebut demi perkembangan potensi
dirinya.

Kognitif berarti melibatkan pemikiran, afektif berarti melibatkan perasaan, dan motorik
berarti melibatkan aktivitas badani.

Kategorisasi Manusia Bertanggung Jawab dan Tidak


Berdasarkan definisi di atas, manusia yang bertanggung jawab dalam berkomunikasi
dapat diukur dari bagaimana manusia tersebut dengan kehendak bebas merencanakan
komunikasi yang baik sesuai potensinya, melaksanakan rencana tersebut dengan sebaikbaiknya, serta mengevaluasi hasil komunikasi tersebut untuk mendapatkan hasil (informasi,
inspirasi, prestasi, kepercayaan) lebih baik lagi. Sebaliknya, manusia yang yang belum
mampu bertanggungjawab adalah mereka yang tidak mempunyai rencana komunikasi (asal
bicara, membuat gosip, bicara tidak jelas), jarang melakukan komunikasi bertanggung jawab
(omong kosong, menipu, berbohong, menghina, memfitnah, mencela),

dan tidak

mengevaluasi komunikasi yang telah dilakukan.


Dari perspektif ekologis, bisa dilihat bahwa kualitas rencana komunikasi, kegiatan
komunikasi, evaluasi komunikasi akan dinilai dari interaksi sosial yang subjek lakukan.
Artinya, manusia yang dikategorikan bertanggung jawab akan menggunakan waktu untuk
melakukan semua interaksi ekologis yang diperlukan dalam membuat rencana komunikasi,
kegiatan komunikasi, evaluasi komunikasi sehingga mampu meningkatkan hasil
komunikasinya (lebih dipercaya, lebih pandai, lebih diakui, dan seterusnya). Manusia bisa
meminta dukungan sosial dari keluarga, atau teman, tetangga, dosen, atau siapapun di
ekosistem subjek untuk membuat manusia mempunyai hasil komunikasi yang maksimal.
Di sisi lain, manusia yang kurang bertanggung jawab dalam berkomunikasi akan
melakukan interaksi ekologis yang menurunkan hasil komunikasinya. Sadar atau tidak,
manusia di kelompok ini akan menggunakan waktu yang ia miliki untuk meminimalisir
interaksi ekologis dengan pihak-pihak yang kompeten untuk meningkatkan hasil komunikasi
nya dan memaksimalkan interaksi ekologis dengan gadget, games, teman, tetangga, dan
siapapun di ekosistem subjek untuk membuat dia tidak bertanggung jawab dalam
berkomunikasi.

11

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB III
KOMITMEN DAN PEMAKNAAN HIDUP
DALAM
TANGGUNG JAWAB BERKOMUNIKASI

Latar Belakang
Penjelasan lebih dalam tentang tanggung jawab memerlukan pengertian tambahan
terhadap variabel lain yang menjadi sumber munculnya tanggung jawab. Carr menyatakan
bahwa proses tanggung jawab berawal dari munculnya variabel pemaknaan hidup yang
dewasa serta keberadaan variabel komitmen (Carr, 2004, h. 301,). Jadi, pemahaman
terhadap variabel pemaknaan hidup dan komitmen diperlukan.

Komitmen
Komitmen adalah variabel yang perlu dipahami lebih lanjut untuk mengerti
bagaimana seseorang mampu mengikatkan diri dengan tugasnya berkomunikasi seperti yang
dikatakan Renzulli dan Mc Clelland. Komitmen menjadi unsur yang diperlukan untuk
menjelaskan bahwa dengan berkomunikasi manusia mampu mengembangkan potensi diri
sepenuhnya seperti yang dikatakan Schultz (1991, h. 192-200).
Sebagai prinsip teori, Penulis menggunakan teori tentang komitmen seperti yang
dikemukakan oleh Csikszentmihalyi dan Nakamura. Definisi komitmen menurut mereka
adalah daya seseorang untuk mengikatkan diri pada sesuatu, beradaptasi sekaligus tertantang
untuk menyelesaikan sesuatu itu karena adanya motivasi dari dalam diri. Komitmen
menuntut seseorang untuk memberikan target tertentu serta memberikan tingkat konsentrasi
yang tinggi dalam menyelesaikan masalah hidupnya. Komitmen membantu seseorang
memberi prioritas perhatian penuh terhadap permasalahan utama dirinya dan tidak larut
dalam masalah lain yang mengalihkannya dari penyelesaian masalah tersebut (2002, h. 65).
12

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Komitmen tidak muncul secara tiba-tiba. Setiap orang memerlukan proses untuk
mendapatkan komitmen. Proses ini berawal dari munculnya sumber daya komitmen, yaitu
motivasi dari dalam diri. Kemunculan motivasi dari dalam diri berbanding lurus dengan
tumbuhnya ketertarikan, rasa puas, kebanggaan, kesadaran, serta kematangan seorang
individu ketika melakukan aktivitas pilihannya.
Csikszentmihalyi dan Nakamura menyatakan bahwa daya maksimal komitmen
individu (flow) dipengaruhi oleh keberadaan kemandirian dan motivasi intrinsik di dalam
individu.

Konsekuensinya,

di

sisi

lain,

daya

minimal

komitmen

disebabkan

ketidakmandirian dan ketiadaan motivasi individu. Kemandirian perlu untuk membuat


individu memiliki kebebasan kehendak yang menjadi syarat mutlak tanggung jawab
sedangkan motivasi adalah kekuatan psikologis yang menjadi dasar seseorang melakukan
sesuatu. Besar kecilnya kemandirian dan kekuatan motivasi mempengaruhi intensitas,
konsistensi dan kualitas komitmen manusia (Reynolds, 2003, h. 70).
Diperlukan komunikasi-interaksi dalam mikrosistem yang baru untuk mengubah daya
komitmen individu. Kisah calon mahasiswa dari mikrosistem 3T (Terdepan, Terluar,
Tertinggal) Papua yang mampu memenangkan olimpiade tahun 2011 dapat menjadi contoh
perubahan komitmen individu. Mereka berpindah dari mikrosistem lama, yakni keluarga,
teman di kampung dan sekolah di Papua untuk hidup di asrama olimpiade selama beberapa
bulan untuk menjalin lebih banyak komunikasi yang intens dengan mereka yang kompeten
di bidang Sains. Usaha mereka berhasil (Napitupulu, 2011, kompas.com,).
Contoh lain adalah kisah hidup Robert Wilson (lahir 1960). Ia adalah seorang mantan
eksekutif muda yang karismatik dan tampan, hidup di (mikrosistem) keluarga yang
sejahtera, pandai, lulus dengan gelar MBA dari Harvard, pada tahun 1985. Robert akhirnya
harus dipenjara lama dan kehilangan semua yang ia punyai karena ia mengalami perubahan
komitmen drastis akibat tidak mampu melepaskan diri dari kecanduan narkoba pada tahun
1991. Sebelum berinteraksi langsung dengan narkoba dan berkomunikasi mesra dengan
mikrosistem yang melingkupinya, Robert merupakan salah satu lulusan Harvard terbaik,
cerdas, pandai, disiplin dan ambisius. Ia hanya memerlukan faktor komunikasi intens
dengan narkoba untuk membuatnya meninggalkan mikrosistem lama dan hidup dalam
mikrosistem baru yang menghilangkan motivasi hidup terhadap kesuksesan dunia kerja
(Wood dan Wood, 1993, h. 152). Fakta ini perlu diperhatikan karena ada 1,3 juta mahasiswa
Indonesia yang mengalami ketergantungan terhadap mikrosistem narkoba (www.timlo.net,
19 Desember 2012).
13

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Jadi, individu mempunyai komitmen apabila:


1. Dia mengikatkan diri pada komunikasi interaktif terhadap mikrosistem yang
kompeten dalam tanggung jawab dan mempunyai target hasil tertentu.
2. Dia beradaptasi dalam menghadapi kesulitan-kesulitan proses komunikasi untuk
mencapai target.
3. Tertantang untuk menyelesaikan kesulitan dalam komunikasi.
4. Adanya motivasi dari dalam diri untuk menyelesaikan proses komunikasi yang
sulit.
Komitmen dan motivasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan (Carr, h. 47).
Kualitas komitmen beserta motivasi yang terkandung didalamnya akan sangat tergantung
dari tingkat kedewasaan seseorang. Teori mengenai proses kedewasaan seseorang akan
dijelaskan dalam sub bab pemaknaan hidup.

Pemaknaan Hidup Seseorang

Pemaknaan hidup adalah variabel pertama dari diri individu yang berkomunikasi
dengan faktor sosial. Hasil interaksi tersebut kemudian menyentuh atau mempengaruhi
variabel komitmen dan akhirnya mempengaruhi variabel tanggung jawab. Pembahasan
tentang pemaknaan hidup mengacu pada teori ekologi Urie Bronfenbrenner dan dipertajam
dengan analisa teori Seligman serta Alan Car.
Jadi, bisa dikatakan bahwa pemaknaan hidup menjadi jembatan komunikasi antara
faktor intern (biologis) dengan ekstern (sosial). Pemaknaan hidup juga merupakan jembatan
antara faktor intern (kualitas komitmen dan tanggung jawab) dengan ekstern (pengaruh
sosial terhadap individu) untuk saling berkomunikasi.
Relasi antara faktor intern dan ekstern yang berlangsung terus menerus melalui
jembatan komunikasi pemaknaan hidup akan mereproduksi pemaknaan hidup individu.
14

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Reproduksi berkesinambungan ini mempunyai dua kemungkinan, apakah individu semakin


dewasa atau semakin tidak dewasa.
Kriteria tentang konsep pemaknaan hidup dewasa sebagai akibat komunikasi subjek
dengan ekologi tercakup dalam empat kondisi berikut:
1. Manusia dewasa secara hukum perdata, atau sudah mandiri (pasal 330).
2. Manusia dewasa secara psikis, atau sudah mempunyai identitas diri (identity vs
role confusion Erikson, 1963).
3. Manusia dewasa secara biologis, sudah akil balig (UU perkawinan no 1, 1974).
4. Manusia memenuhi kriteria well being dari positive psychology (Seligman,
2002; Carr, 2012).
Mereka yang tidak mempunyai satu kondisi di atas, digolongkan dalam kelompok belum
dewasa.
Positive Psychology (Carr, 2012) mempunyai pemahaman bahwa manusia dewasa
mempunyai karakteristik positive self (hal. 201-240), sedangkan manusia tidak dewasa
memiliki negative self. Positive self artinya, seseorang merasa mampu menjadi manusia
yang utuh yang mampu berkomunikasi dengan tantangan di hari ini dan di masa depan. Di
sisi lain, mahasiswa yang memiliki pemaknaan hidup negatif berarti ia memandang dirinya
sebagai mahasiswa yang mempunyai negative self, atau merasa tidak mampu berkomunikasi
dengan tantangan hari ini dan di masa depan. Proses bagaimana manusia menjadi individu
yang mempunyai positive self (menjadi dewasa) maupun negative self (menjadi tidak
dewasa) ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik (keadaan biologis yang
mempengaruhi pemaknaan hidup) dan faktor ekstrinsik (pengaruh sosial terhadap
pemaknaan hidup).
Berbicara tentang hubungan antara faktor biologis dengan pemaknaan hidup, fungsi
otak beserta syaraf yang bekerja di dalamnya menjadi bukti ilmiah yang penting. Kasus
Phineas Gage (13 September 1848) menjadi contoh nyata bagaimana seorang pekerja keras
yang sopan dan ramah menjadi pribadi yang malas, berbahasa dan berperangai kasar setelah
mengalami kerusakan otak karena kecelakaan (Wood, 1993, h. 36). Kasus ini membuktikan
bahwa kedewasaan seseorang bisa menurun karena kerusakan otak. Kerusakan otak
mengganggu kematangan berkomunikasi. Kasus Loved one yang dikemukakan oleh
Ormrod (2012, hal. 13) juga menjadi contoh lain tentang bagaimana seorang anak kecil yang
semula cerdas dan penuh kasih sayang tumbuh menjadi pribadi yang pemberontak. Setelah
didiagnosa, ia mengalami kerusakan otak di masa kecilnya, bahkan setelah berusia 17 tahun
15

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

ia harus mengalami perawatan di rumah sakit jiwa. Kasus ini membuktikan bahkan potensi
pemaknaan hidup dewasa bisa rusak karena kecacatan pada bagian otak.
Sementara itu, pengaruh sosial terhadap pemaknaan hidup juga amat relevan
dibicarakan. Kesaksian Malala Yousafzai, penerima nobel perdamaian tahun 2014 yang
ditembak karena ia memberikan pesan memperjuangkan hak pendidikan bagi remaja putri
dalam setiap komunikasinya, adalah contoh nyata betapa kemiskinan global, perang,
fanatisme, chauvinisme sosial adalah situasi sosial yang bisa menghambat bahkan
membunuh tanggung jawab dalam berkomunikasi (worldchildrenprize.org, 2014).
Masih tentang faktor sosial yang mengganggu perkembangan tanggung jawab
komunikasi, data infografis juga mengatakan bahwa negara-negara yang miskin (dihitung
dari GDP) selalu memiliki kualitas pendidikan yang rendah, sedangkan negara-negara
sejahtera

mempunyai

kualitas

pendidikan

yang

tinggi

(http://data.worldbank.org/topic/poverty).
Fakta mengatakan, keadaan sosial selalu mempengaruhi kondisi psikis individuindividu yang terlibat di dalamnya. Terganggunya kondisi psikis individu jelas akan
mempengaruhi kualitas tanggung jawab komunikasi yang ia lakukan.
Jadi, bagian penjelasan pemaknaan hidup ini mau mengatakan bahwa komunikasi
interaktif antara faktor biologis individu dengan faktor sosiologis di sekitar individu akan
memproduksi dan bahkan mereproduksi emosi. Akibatnya, Individu bisa mengalami emosi
positif atau mengalami emosi negatif. Rekaman-rekaman emosi dalam diri ini ditambah
besar kecilnya dukungan dari faktor genetis maupun orang-orang terdekat dengan individu
akan menghasilkan kekuatan diri ataupun kelemahan diri. Pemaknaan emosi dan kekuatan
diri sepanjang sejarah kehidupan individu akan menjadi sumber perkembangan pemaknaan
hidup individu untuk menjadi dewasa atau tidak dewasa.
D. Interaksi Ekologis
Pemahaman tentang pemaknaan hidup tidak bisa lepas dari konteks interaksi
ekologis. Dikatakan demikian karena pemaknaan hidup individu selalu terjadi di dalam
interaksi ekologis, yaitu interaksi antara individu dengan mikro, ekso, meso, makro dan
kronosistem. Interaksi ekologis yang dialami individu akan menghasilkan emosi dan
kekuatan diri. Teori tentang emosi akan dijelaskan melalui teori Seligman dan kekuatan diri
manusia akan dibahas melalui teori Alan Carr.

16

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Emosi yang muncul


karena interaksi dengan
energi (kognitif, afektif,
motorik) TINGGI

batas sedang

Marah, menantang,

batas sedang

antusias, sangat puas

Sangat depresi, euforia, semangat


Iri, dendam
cukup sedih,
agak kecewa,
Emosi negatif yang
muncul karena
interaksi TIDAK
MENYENANGKAN (-)

bangga, senang
suka, segar,
ramah, hangat
Emosi positif yang muncul
karena interaksi
MENYENANGKAN (+)

Malu

capai,

bosan tersipu rendah hati,


lemah,
tentram,
tentram

Lunglai, diam

relaks

damai

Emosi yang muncul


karena interaksi dengan
energi RENDAH
Gambar. 1 Emosi-emosi yang direproduksi dan direkam akibat interaksi ekologi dan selanjutnya
mempengaruhi cara individu menyampaikan pesan dalam komunikasi (Carr, 1993, h. 4)

2.

Teori Emosi Seligman


Setiap manusia memiliki pemaknaan hidup yang khas sesuai interaksi individu

dengan ekologi di sekeliling mereka. Meskipun masing-masing manusia memiliki kekhasan


pengalaman interaksi ekologis, namun ternyata hasilnya hanya ada dua kemungkinan,
apakah manusia mengalami emosi positif atau emosi negatif.
Seligman mengatakan bahwa emosi menjadi faktor utama untuk memaknai hidup
seseorang. Dominasi emosi positif membawa pemaknaan hidup individu ke arah yang
positif (dewasa) dan dominasi emosi negatif membawa pemaknaan hidup individu ke arah
negatif (tidak dewasa).
Emosi terhadap masa lalu yang bersifat positif mengandung unsur-unsur seperti:
kepuasan, kebanggaan, ketentraman, ketenangan, kedamaian, serta semua emosi positif yang
dihasilkan dari komunikasi interaktif antara individu dengan ekologi dari pengalaman masa
lalu. Emosi terhadap pengalaman masa lalu yang bersifat negatif mengandung unsur-unsur
17

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

seperti; ketidakpuasan, luka batin, dendam, kebencian, serta kecemasan yang dihasilkan dari
pengalaman negatif masa lalu.
Emosi positif terhadap masa sekarang mengandung dua unsur ini: kesenangan indrawi
dan kenyamanan psikis yang dialami di masa sekarang akibat komunikasi interaktif individu
dengan ekologi di masa sekarang. Emosi terhadap masa sekarang didapatkan dari kontak
fisik individu dengan sesuatu yang membuat tubuhnya santai, puas dan nyaman dari
indranya kini dan di sini.
Kebalikan dari emosi positif terhadap masa sekarang, yaitu emosi negatif di masa
sekarang. Emosi ini disebabkan oleh pengalaman negatif akibat interaksi individu dengan
ekologi yang baru saja dialami, yang disebabkan kontak fisik seseorang dengan kegagalan,
atau penindasan, maupun kecemasan.
Emosi terhadap masa depan adalah kualitas harapan seseorang di masa depan.
Semakin banyak individu mengalami emosi positif, semakin besar harapan hidupnya. Emosi
positif ini berkaitan dengan perasaan optimisme, harapan, kepercayaan, iman dari
religiusitas seseorang, serta harapan lebih baik terhadap interaksi antara individu dengan
ekologi di masa mendatang yang belum terjadi.
Emosi negatif terhadap masa depan dapat dialami apabila seseorang tidak lagi
mempunyai harapan untuk masa depannya. Kecemasan dan kegelisahan terhadap apa yang
akan dialami di masa depan mendominasi emosinya. Banyaknya kumpulan rekaman emosi
negatif dari masa lalu sampai dengan sekarang menjadi penyebabnya. Tiap orang
mempunyai kadar emosi positif atau negatif yang berbeda. Emosi otentik individu ini
menjadi faktor penting yang mempengaruhi pemaknaan hidup seseorang (Seligman, 2002, h.
10-20).
Kognisi membentuk
karakter individu
Emosi terekam kognisi dan
mempengaruhi perilaku
Karakter membentuk pemaknaan hidup
dan menentukan cara komunikasi
dengan partner

Pemaknaan hidup menanggapi Emosi


yang dihasilkan dari interaksi ekologis

Gambar 2. Teory siklus akibat emosi terhadap cara manusia berkomunikasi, sumber: didaptasi dari Barbara
Frederickson (2013, hal 16 ) dalam mengembangkan teori Authentic Happiness dari Seligman.

18

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

3.

Teori Kekuatan Diri Alan Carr


Di sisi lain, Alan Carr menanggapi teori tersebut bahwa tidak hanya emosi yang

mempengaruhi pemaknaan hidup dan sekaligus cara berkomunikasi individu. Carr


berpendapat setiap manusia memiliki kekuatan historis, kekuatan personal, dan kekuatan
kontekstual yang mempengaruhi pemaknaan hidup mereka masing-masing (Carr, 2004, h.
301,).
Berbicara tentang kekuatan historis, Carr percaya bahwa tiap individu mempunyai
kekuatan historis yang besar-kecilnya berbeda. Unsur-unsur yang menjadi faktor kekuatan
historis individu adalah pengolahan kepribadian terhadap rekaman pengalaman individu
berinteraksi dengan ekologi di masa lalu yang mampu membuat dirinya bangga dan berhasil,
serta keyakinan akan dirinya sendiri berdasarkan prestasi yang ia raih di masa sebelumnya,
dukungan dan keamanan dari keluarga dan lingkungannya di masa lalu, serta jaminan masa
depan dari orangtua (Carr, 2004, h. 302).
Selain kekuatan historis, setiap individu juga mempunyai kekuatan yang dipengaruhi
oleh faktor genetis. Dalam teori Bronfenbrenner, faktor genetis termasuk dalam pengaruh
interaksi mikrosistem. Alan Car menyebut hal ini sebagai kekuatan personal. Unsur-unsur
yang menjadi kekuatan personal individu adalah karakter yang teguh, kecerdasan kognitif,
kreativitas, kebijaksanaan, kecerdasan emosional, temperamen cenderung tenang, kebiasaan
hidup yang sehat, tujuan hidup yang positif, kepercayaan diri, kemampuan diri pengendalian
emosi yang baik, mampu menenangkan diri dari ketegangan psikologis, serta komunikasi
diri yang jujur (Carr, 2004, h. 303).
Selain kekuatan historis dan personal, individu juga mempunyai kekuatan kontekstual.
Kekuatan kontekstual individu memuat unsur-unsur sebagai berikut; dukungan dari keluarga
di masa kini, hubungan yang baik dengan sahabat, dukungan dari lingkungan di sekitarnya,
keterisian waktu luang dengan kegiatan yang berguna, dukungan fasilitas pendidikan yang
memadai, serta dukungan dari aturan sosial di sekitarnya (Carr, 2004, h. 304).
Teori Alan Carr bisa mempunyai dua sisi yang bertentangan. Pertama, adalah sisi
kekuatan yang positif, bagi individu yang sering mendapatkan pengalaman komunikatif
menguatkan. Kedua, adalah sisi kelemahan yang negatif, bagi individu yang sering
mendapatkan pengalaman komunikatif yang melemahkan kepribadian. Selain mempunyai
kekuatan historis, personal dan kontekstual, individu juga sangat dimungkinkan mempunyai
kelemahan historis, kelemahan personal dan kelemahan kontekstual. Individu bisa saja
mempunyai kegagalan di masa lalu yang menyebabkan kelemahan historis, faktor genetis
19

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

dan kebiasaan hidup yang memudahkan individu untuk hidup dalam kecemasan, kemalasan,
lemah berjuang yang menyebabkan kelemahan personal, serta tidak mendapat dukungan dari
lingkungan terdekat yang menyebabkan kelemahan kontekstual.

Interaksi
/komunikasi
ekologis yang
dialami oleh
individu

Apabila individu memaknai interaksi


tersebut dengan positif akan memberikan
individu kekuatan historis, personal dan
kontekstual

Apabila individu memaknai interaksi


tersebut dengan negatif akan
memberikan individu kelemahan historis,
personal dan kontekstual

Gambar 3. Desain teori Alan Car (2004, h. 304)

Kesimpulan: Relasi antara Tanggungjawab, Komitmen, dan Pemaknaan Hidup


Teori Ryan dan Deci sangat membantu menyimpulkan hubungan antara tanggung
jawab komunikasi, komitmen dan pemaknaan hidup. Relasi antara variabel tanggung jawab,
komitmen dan pemaknaan hidup adalah berbanding lurus. Semakin kuat komitmen, berarti
semakin besar tanggung jawab dan semakin positif pemaknaan hidup. Semakin positif
pemaknaan hidup berarti semakin besar tingkat tanggung jawab komunikasi dan semakin
kuat komitmen. Sebaliknya, semakin lemah komitmen, semakin negatif pemaknaan hidup,
semakin rendah tanggungjawab komunikasi individu (Ryan dan Deci, 2000, h. 4, 13, 60).
Ryan dan Deci juga menyatakan adanya garis proses antara kelompok tidak
bertanggungjawab dan bertanggungjawab (2000, h. 4, 13, 60). Artinya, individu yang tidak
bertanggungjawab dapat berubah menjadi bertanggungjawab, atau sebaliknya, individu yang
bertanggungjawab dapat berubah menjadi tidak bertanggungjawab
Untuk menaikkan level tanggung jawab individu, individu perlu meningkatkan
komitmen dalam dirinya dan individu perlu membuat pemaknaan hidupnya menjadi positif.
Cara paling efisien membuat pemaknaan hidup menjadi positif adalah dengan cara
mengganti mikrosistem lama dengan mikrosistem baru yang lebih mendukung positive self
dari individu.

20

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Komitmen

Tanggung jawab Komunikasi

Pemaknaan hidup
Gambar 4. Semakin tinggi tanggung jawab, semakin tinggi pemaknaan hidup dan komitmen (Ryan
dan Decci, 2000, h. 13)

Setiap individu juga dapat berubah dari yang bertanggungjawab menjadi tidak
bertanggungjawab. Hal ini akan dialami setiap individu apabila ia mengalami pemaknaan
hidup negatif (menjadi tidak percaya diri, kehilangan harapan, cenderung pesimis, rasa
bersalah berkepanjangan), atau komitmennya menurun (fokusnya teralihkan oleh hal lain,
daya juang menurun, daya tahan menurun).
Alan Carr (2004, h. 301) menjelaskan bahwa setiap orang mengalami perkembangan
psikologis sehingga bisa saja komitmen dan pemaknaan hidup seseorang akan berubah-ubah
sesuai dengan pengalaman interaksi dengan ekologi sepanjang hidupnya. Akibatnya, kadar
tanggungjawab individu juga akan berubah-ubah, bisa meninggi atau merendah
menyesuaikan perkembangan psikologis tersebut.
Skala pemaknaan hidup, komitmen, dan tanggungjawab individu bisa bergerak
meninggi atau merendah berdasarkan interaksi, reaksi dan interpretasi setiap individu
terhadap interaksi ekologis yang dia alami.

21

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Perilaku
tidak
mandiri,
belum
ada
motivasi

Perilaku
hampir
mandiri,
ada
motivasi
karena
disuruh

Perilaku mandiri, motivasi


tumbuh dari dalam, komitmen
tinggi

TJT

Mampu
mengatur
diri sendiri

peraturan diberikan oleh orang lain dan


aturan dilaksanakan, komitmen sedang

TJR
Mikrosistem tidak mendukung pengaturan, Tidak
ada kemauan pengaturan untuk dirinya sendiri,
tidak ada komitmen
Gambar 5. Info grafis kualitas tanggung jawab rendah (TJR) ke tinggi (TJT) atau sebaliknya menurut Ryan dan
Decci (2000, h 72)

22

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB IV
ILMU PSIKOLOGI
DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ANTAR MANUSIA
Definisi Ilmu
Ilmu itu sendiri adalah kata turunan atau terjemahan dari bahasa Inggris, science
(berasal dari bahasa latin dari kata Scio, Scire yang berarti tahu), yang sering
disinonimkan dengan kata knowledge (pengetahuan). Menurut Kamus Besar bahasa
Indonesia, Ilmu

adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara

bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan


gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu. Sebagai perbandingan, ada berbagai
definisi tentang science. Science is knowledge arranged in a system, especially obtained
by observation and testing of fact (An English readers dictionary); Science is a
systematized knowledge obtained by study, observation, experiment (Websters super
New School and Office Dictionary). Jadi, ada beberapa indikator sesuatu hal disebut
ilmu: ia menambah pengetahuan manusia, ia mempunyai sistem dan metode, dan bisa
dipelajari (misalnya melalui observasi dan eksperimen).
Para ahli mendiskusikan ciri-ciri ilmu. The Liang Gie (Uhar, 2004) secara lebih
khusus menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut : empiris (berdasarkan pengamatan
dan percobaan), sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai hubungan saling
bergantung dan teratur), objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi),
analitis (menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian yang terinci), verifikatif (dapat
diperiksa kebenarannya). Sementara itu Beerling menyebutkan ciri ilmu (pengetahuan
ilmiah) adalah mempunyai dasar pembenaran, bersifat sistematik, bersifat intersubjektif.
Ilmu pengetahuan mempunyai suatu tujuan. Braithwaite mengatakan bahwa the
function of science is to establish general laws covering the behaviour of the empirical
events or objects with which the science in question is concerned, and thereby to enable
us to connect together our knowledge of the separately known events, and to make
reliable predictions of events as yet unknown.Artinya, ilmu mempunyai fungsi yang amat
penting bagi kehidupan manusia, Ilmu dapat membantu untuk memahami, menjelaskan,
mengatur dan memprediksi berbagai kejadian baik yang bersifat kealaman maupun sosial
yang terjadi dalam kehidupan manusia. Sebagai perbandingan, Sheldon G. Levy
23

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

menyatakan bahwa science has three primary goals. The first is to be able to understand
what is observed in the world. The second is to be able to predict the events and
relationships of the real world. The third is to control aspects of the real world.
Dengan pengetahuan, setiap masalah yang dihadapi manusia selalu diupayakan
untuk dipecahkan agar dapat dipahami, dan setelah itu manusia menjadi mampu untuk
mengaturnya

serta

dapat

memprediksi

(sampai

batas

tertentu)

kemungkinan-

kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.


Kesimpulannya, tujuan dari ilmu adalah untuk memahami, memprediksi, dan
mengatur berbagai aspek kejadian di dunia, berdasarkan teori pengetahuan yang
ditemukan. Teori itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu penjelasan yang didapat dari
metode ilmiah yang bisa diverifikasi kebenarannya sehingga dapat diperoleh kefahaman,
dan dengan kepahaman maka prediksi kejadian dapat dilakukan dan diusahakan untuk
dikendalikan atau diantisipasi.
Psikologi komunikasi bisa dikatakan ilmu karena memenuhi syarat ilmu
pengetahuan. Psikologi yang dijadikan dasar kondisi seseorang dalam berkomunikasi bisa
menambah pengetahuan manusia, mempunyai sistem dan metode, serta bisa diobservasi.
Ilmu komunikasi sendiri memenuhi syarat ilmu pengetahuan apabila terdapat kesamaan
makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan mampu diterima
oleh komunikan. Sebaliknya, komunikasi tidak dapat dijadikan ilmu pengetahuan jika
tidak ada kesamaan makna diantara komunikator dan komunikan (biasa dinamakan
kesalahpahaman). Hakikat komunikasi menjadi pengetahuan apabila proses pernyataan
materi komunikasi (pesan) komunikator kepada orang lain menggunakan medium bahasa
yang dimengerti di dalam suatu konteks ruang dan waktu.
Dari sisi tujuan, dengan ilmu psikologi komunikasi kita juga juga bisa lebih
memahami kepribadian manusia dalam menyampaikan pesan komunikasi, dan mampu
mengantisipasi perilaku-perilaku manusia dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

Definisi Psikologi
Psikologi adalah kata yang terbangun dari dua frasa dasar psyche yang berarti jiwa
dan logos yang berarti ilmu. Secara sederhana, kita bisa mendefinisikan psikologi sebagai
segala ilmu yang berbicara tentang jiwa manusia. Ilmu psikologi perlu memenuhi kriteria

24

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

ilmu pengetahuan yang mampu diverifikasi kebenarannya. Karena itulah subjek ilmu
psikologi bukanlah jiwa atau ruh dalam arti metafisika yang tidak bisa diteliti, melainkan
kepribadian manusia yang bisa diukur dari apa biasa yang dia lakukan (behaviour dari
seseorang).
Peran Psikologi Dalam Komunikasi
Pada dasarnya, semua permasalahan manusia dalam berkomunikasi akan bersumber
pada tiga penyebab: penyebab genetis (penyebab intrinsic), penyebab interaksi sosial
(penyebab extrinsic), dan gabungan antara keduanya. Para ahli, sesuai dengan aliran ilmu
mereka masing-masing pada tiga golongan itu mempunyai konsep-konsep tersendiri
mengenai teori yang bisa saling melengkapi atau saling bertentangan. Ada kemungkinan
muncul kebenaran paradoks pada masing-masing aliran (artinya bisa saling bertentangan
meski sama benar). Agar lebih jelas, penulis sertakan perbandingan pembahasan teori
komunikasi beberapa tokoh yang mewakili tiga golongan: intrinsic, ekstrinsic, dan
gabungan dari keduanya di bawah ini.
Penjelasan Psikologi Komunikasi Aliran Intrinstic
Psikologi aliran Intrinsic percaya dan senantiasa membuktikan dengan metodenya
bahwa perilaku komunikasi manusia didasari oleh motivasi intrinsic. Freud (H.L Kalia,
1998: 522) adalah tokoh pertama yang mewakili golongan yang percaya bahwa perilaku
manusia terutama ditentukan oleh faktor intrinsic. Ia yang terkenal dengan teori id, ego
dan superego, dengan analisa psikologis-genetisnya, akan mengatakan bahwa perilaku
komunikasi manusia sangat bergantung pada banyak-sedikitnya dorongan individu
(impulse) yang terpenuhi. Dalam bahasa sederhana, impulse ini disebut nafsu. Menurut
Freud, manusia perlu selalu menuruti dan memenuhi dorongan-dorongan tersebut agar ia
sehat dan menjadi manusia yang berkomunikasi dengan normal. Ironisnya, dorongandorongan psikis tersebut sering dibatasi oleh aturan masyarakat. Masyarakat
menyebabkan manusia menjadi manusia tidak mampu berkomunikasi secara alamiah
karena banyaknya larangan sosial yang disebut dengan aturan moral. Aturan moral
inilah yang menyebabkan dorongan kesenangan (pleasure principle) sulit dipenuhi
sehingga semakin bermoral seseorang maka dirinya akan semakin jauh dari manusia yang
mampu mengkomunikasiakan dirinya secara normal.

25

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Kritik terhadap teori ini cukup banyak dari golongan behaviourisme dan kognitif.
Misalnya Brickman dan Camp (1971) mengatakan adanya fenomena hedonic
treadmill. Mereka mengatakan bahwa pencarian kenikmatan indrawi tidak akan
membawa manusia pada kemanuisaan yang normal karena kenikmatan indrawi itu adalah
proses yang tak bisa dipuaskan. Tanpa adanya pengendalian diri, kemanusiaan manusia
justru akan dikomunikasikan dengan tidak normal, atau mirip dengan cara komunikasi
binatang antara satu dengan yang lainnya yang mendirikan kerangka komunikasi mereka
diatas dasar insting dan nafsu. Setiap kali manusia mencapai kenikmatan indrawi tertentu,
ia akan mencari lagi yang lebih nikmat. Jika level kenikmatan itu sudah tercapai lagi. Ia
akan mencari lagi hal yang membuat ia lebih nikmat dari sebelumnya. Proses pencarian
ini dikomunikasikan dengan komunitas manusia lain dan itu tak terhentikan. Eksplorasi
kenikmatan indrawi akan menjebak manusia pada kecanduan menikmati tanpa henti dan
ini tidak membedakan kemanusiaan dari kebinatangan.
Tambahan teori terhadap faktor intrinsic perilaku manusia kemudian dinyatakan
oleh tokoh-tokoh psikolog humanistik. Pencetus psikologi humanis adalah Abraham
Maslow. Teori ini muncul sekitar tahun 1950-an. Psikologi Humanis menyatakan bahwa
perilaku komunikasi manusia tidak hanya dibatasi oleh impulse, melainkan juga faktor
kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan untuk pulih kembali
setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan dalam merealisasikan potensi
manusia semaksimal mungkin (Tageson, 1982). Psikologi humanistik sendiri berpijak
dari filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Soren Kierkegard, Camus dan
Nietsche.

Penjelasan Psikologi Aliran Ekstrinsic


Psikologi aliran Ekstrinsic percaya dan senantiasa membuktikan dengan metodenya
bahwa perilaku komunikasi manusia didasari oleh motivasi ekstrinsic. Faktor ekstrinsic
bisa berupa : pengaruh stimulus sosio-politik dan budaya di sekitar subjek (Alan Carr,
2004), relasi terhadap orang orang terdekat (Alan Carr, 2004), proses persahabatan (Alan
Carr, 2004), pengaruh agama atau religiusitas yang diyakini, kesejahteraan yang cukup
(Alan Carr, 2004).

26

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Penulis mengajukan pendapat Skinner misalnya, yang termasuk dalam golongan


Behavior (Harry F. Harlow, 1997). Menurutnya perilaku komunikasi manusia akan
tergantung dari stimulus yang diberikan. Manusia akan meneruskan perilaku
komunikasinya apabila setiap setelah ia menyampaikan pesan ia mendapatkan hadiah
atau setidaknya mengarah pada hadiah tertentu. Konsep ini kemudian menjelaskan
adanya fenomena, bahwa ada orang yang berusaha berkomunikasi (stimulusnya adalah
pengakuan identitas) untuk merasakan suatu hadiah kebahagiaan dari luar dirinya.
Hadiah memang tidak hanya berbentuk barang atau materi, hadiah dapat berupa
pujian, penghargaan, penghormatan, dan lainnya. Ketika seseorang telah berkomunikasi
kemudian hasil yang didapat membuatnya memperoleh penghargaan maka menurut
golongan ini, kebahagiaan kiranya melekat pada penghargaan tersebut. Ini yang membuat
manusia meneruskan perilaku komunikasinya, stimulus yang membuat manusia merasa
nyaman dan bahagia, serta puas.
Kritik terhadap teori ini datang dari Aristoteles dan psikolog yang menggeluti
psikologi kognitif-humanis. Paham mereka mengatakan bahwa perilaku komunikasi
manusia yang selalu mencari kebahagiaan dan kenyamanan tidak semata-mata datang
dari

hadiah

maupun

relasi

sosial.

Manusia

mempunyai

kemampuan

untuk

membahagiakan dirinya sendiri. Ini akan dibahas pada subbab berikut ini.
Penjelasan Psikologi Aliran Gabungan Ekstrinsic dan Intrinsic
Psikologi aliran gabungan ini percaya dan senantiasa membuktikan dengan
metodenya bahwa perilaku komunikasi manusia didasari oleh dua motivasi tersebut
sekaligus. Teori Aristoteles menyatakan, perilaku komunikasi manusia, entah individual
maupun secara sosial, selalu bertujuan untuk memenuhi kebahagiaan bagi kemanusiaan.
Ia berpendapat, rupanya perilaku komunikasi tersebut tidak hanya dimotivasi oleh
pemenuhan dorongan-dorongan dalam diri yang bersifat pemenuhan kebutuhan fisik
semata, atau pemenuhan kebutuhan diri individual ataupun pemenuhan kebutuhan untuk
hidup berkelompok. Kebahagiaan manusia memerlukan unsur kesadaran manusia
(melibatkan aspek kognitif, afektif, aspek spiritual) dan ketekunan untuk membiasakan
diri terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang ditentukan dari kesepakatan sosial yang

27

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

universal. Jadi ada faktor intrinstic, yakni kesadaran manusia dan faktor ekstrinsic, yakni
nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
1. SEJAUH MANA KEBENARAN ILMIAH DAPAT DITERIMA SEBAGAI
KEBENARAN DALAM ILMU KOMUNIKASI?
Pertama, ilmu komunikasi perlu dasar empiris, atau mampu untuk dikaji dan
diamati, jika tidak maka ilmu itu tidak bisa dikatakan benar atau bukanlah suatu ilmu
maupun pengetahuan ilmiah, melainkan suatu perkiraan atau pengetahuan biasa yang
lebih didasarkan pada keyakinan tanpa peduli apakah faktanya demikian atau tidak.
Keberadaan fakta-fakta yang dikomunikasikan dan kesepakatan bahasa yang digunakan
menjadi ciri empiris dari ilmu komunikasi.
Masih dalam kerangka metode empiris, penting untuk memperhatikan bagaimana
fakta-fakta yang dikomunikasikan itu dibaca atau dipelajari jelas memerlukan cara yang
logis dan sistematis, dalam arti urutan cara berfikir dan mengkajinya tertata dengan logis
sehingga setiap orang dapat menggunakannya dalam melihat realitas faktual yang ada.
Metode dalam menganalisa pesan komunikasi menentukan kebenaran menafsirkan pesan
yang disampaikan.
Dari uraian di atas, nampak bahwa kebenaran ilmu komunikasi bisa dilihat dari dua
sudut peninjauan, yaitu kebenaran ilmu sebagai produk/hasil, dan kebenaran ilmu sebagai
suatu proses yang benar. Sebagai produk ilmu dikatakan benar jika merupakan kumpulan
pengetahuan yang tersistematisir dan terorganisasikan secara logis, seperti jika kita
membahasakan ilmu ekonomi, sosiologi, biologi. Sedangkan kebenaran ilmu sebagai
proses adalah ilmu dilihat dari upaya perolehannya melalui cara-cara tertentu yang benar
dan logis. ini menyangkut ilmu sebagai metodologi dalam arti bagaimana cara-cara yang
mesti dilakukan untuk memperoleh suatu kesimpulan atau teori tertentu untuk
mendapatkan, memperkuat/menolak suatu teori dalam ilmu tertentu. Maka diperlukan
upaya penelitian terhadap fakta yang dikomunikasikan sebagai verifikasi kebenaran.

2. BAGAIMANA

PREDIKSI

WAJAH

KOMUNIKASI

DI

MASA

MENDATANG?
Menurut saya, semua permasalahan komunikasi tidak akan berubah dan masih akan
bersumber pada tiga penyebab: penyebab genetis (penyebab intrinsic), penyebab interaksi
sosial (penyebab extrinsic), dan gabungan antara keduanya. Para ahli, juga akan tetap
28

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

mempunyai konsep-konsep tersendiri mengenai teori yang bisa saling melengkapi atau
saling bertentangan. Ada kemungkinan muncul kebenaran paradoks pada masing-masing
aliran.
Hanya saja, masing-masing aliran akan ber-evolusi atau ber-revolusi sesuai dengan
zaman ini. Akan ada tambahan peran teknologi terhadap masing-masing aliran.
Neuropsikologi misalnya, penemuan terbaru tentang bagaimana kerja elektron dan proton
dalam syaraf otak meyakinkan aliran psikologi intrinsic, bahwa segala perilaku
komunikasi manusia, baik manusia normal ataupun sakit jiwa, ditentukan oleh keadaan
otaknya. Terapi-terapi kejiwaan manusia agar manusia mampu mempunyai kesepakatan
komunikasi juga berkembang pesat dengan adanya teknologi.
Jadi, esensi dari aliran komunikasi tetap sama. Masih ada tiga aliran yakni intrinsik,
ekstrinsik dan gabungan dari keduanya. Namun demikian eksistensi dari ilmu komunikasi
jauh berkembang. Pengukuran kebenaran lebih akurat, kecepatan verifikasi data lebih
cepat, dan metode ilmiah lebih detail.

29

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB V : TEORI KOMUNIKASI KI HADJAR


DEWANTARA
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD:Suwardi Suryaningrat; atau biasa
dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, atau nama Jawa Ki Hajar Dewantoro) adalah
mantan aktivis yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di masa mudanya (Anda bisa
melihat video 4 ini untuk mengetahui profil beliau secara audio visual). Ia berjuang melalui
tulisan kritis yang cerdas yang dipublikasikan di media massa. Tulisannya yang paling
dikenal adalah "Als ik een Nederlander was", atau dalam bahasa Indonesia berarti, Andai
aku seorang Belanda. Hari kelahirannya dijadikan oleh Indonesia sebagai hari Pendidikan
Nasional. Salah satu bagian dari semboyan beliau, tut wuri handayani, dipakai sebagai
slogan Departemen Pendidikan Indonesia sampai sekarang. Keabadian sumbangsihnya juga
diwujudkan dengan memasang potret wajah Beliau di uang Rp. 20.000 di tahun 1998. Ki
Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soekarno
pada tanggal 28 November 1959.
Ki Hadjar Dewantara adalah seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik, ia
mempunyai keahlian berkomunikasi. Ki Hajar Dewantara memberikan tiga filosofi yang
diperlukan dalam berkomunikasi. Tiga filosofi ini mirip filosofi Ken Blanchard tentang cara
pemimpin berkomunikasi. Pemimpin, menurut Ken, perlu mempunyai the heart (hatikarakter), the head (kepala-metode), dan the hands (tangan-perilaku). Atau bisa dikatakan,
dalam berkomunikasi, pemimpin perlu menyampaikan kasih (heart), strategi manajemen
(head), dan perbuatan sesuai yang ia katakan (deed of hands).

Ing Ngarso Sung Tulodho


Prinsip pertama komunikasi menurut Ki Hajar Dewantara adalah Ing Ngarso Sung
Tulodo, atau, di depan memberi teladan. Seorang selayaknya selalu memberikan cara
30

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

komunikasi yang bisa dijadikan teladan bagi yang lain. Cara komunikasi fitnah, berbohong,
korupsi bukanlah komunikasi, melainkan manipulasi dari komunikasi. Apa yang yang
dikatakan dan dilakukan hendaknya memberikan hal positif yang bisa diteladani oleh orang
lain. Apabila komunikasi yang dilakukan tidak memberikan dampak positif, tidak usah
berkomunikasi, karena itu bukan cara komunikasi. Filosofi ini membutuhkan tiga prinsip
keutamaan:
1. Visi yang jelas
Seseorang yang berpendidikan, selayaknya menghindari cara berkomunikasi yang asalasalan. Visi yang jelas diperlukan dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sebelum
menyampaikan sesuatu, seseorang perlu mengerti materi komunikasi dan dampak yang
ditimbulkan oleh materi komunikasi tersebut setelah ia menyampaikannya. Apabila materi
komunikasi tersebut tidak berguna untuk disampaikan, tidak perlu materi tersebut
disampaikan.
Ada dua peranan atau tugas dalam komunikasi Ki Hajar Dewantara, yaitu visionary role
(plan

to

communicate

the

right

things) dan implementation

communicating the things right). Cara komunikasi seorang

role

(management-

haruslah memperhatikan

kombinasi dari kedua peranan tersebut (communicating the right things right). Seorang
komunikator bukanlah sekedar seorang manusia yang hanya sekadar menyampaikan segala
sesuatu yang ia dengar kepada orang lain seperti pengeras suara. Ia mempunyai penyaring
materi informasi, mampu menimbang mana yang baik dan harus disampaikan, mana
informasi tidak baik yang tidak perlu disampaikan. Komunikasi haruslah efektif dan efisien.
Komunikator mempunyai tugas. Tugas seorang komunikator adalah menggerakkan
pendengar menuju sebuah tujuan di masa depan. Selanjutnya, komunikator perlu
mengevaluasi apakah semua pihak yang merespon materi komunikasi yang ia sampaikan
sungguh mengetahui dan memahami secara jelas visi yang disampaikan. Semua kerangka
komunikasi ada tujuannya, semua cara menyampaikan pesan dalam komunikasi juga perlu
bervisi. Kita bisa membandingkan sebuah permainan sepak bola akan sangat kacau dan tak
bermakna tanpa ada gawangnya. Ini akan membuat seluruh pemain frustasi dan bergerak
tanpa tujuan. Demikian juga dengan ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi perlu mempertajam
visi pada materi komunikasi yang disampaikan.
Ada dua hal yang perlu dipahami apabila kita berbicara tentang prinsip filosofis
komunikasi Ing Ngarso sung Tulodho. Pertama, komunikator perlu mempunyai tujuan

31

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

berkaitan dengan materi komunikasi (visi yang jelas). Kedua, materi komunikasi
memuat nilai-nilai luhur (values) yang bisa diyakini dan diterapkan secara realistis.

2. Kejujuran
Agar dapat menjadi komunikator, kita memerlukan rasa hormat (respect) yang
mendalam dari setiap orang yang kita ajak berkomunikasi. Tanpa adanya rasa hormat
tersebut kita tidak bisa berharap mereka dapat mendengar dan merespon materi komunikasi
yang kita bawakan. Rasa hormat tidak timbul begitu saja. Ia timbul dari sebuah proses yang
dibangun melalui dasar kepercayaan (trust) yang mendalam dan kepercayaan berasal dari
integritas yang kita bangun secara terus-menerus. Kepercayaan didapat oleh komunikator
apabila ia selalu jujur mengatakan materi komunikasi. Ia mengatakan yang ia lakukan, dan
melakukan yang ia katakan.

3. Keteladanan
Satu hal yang jelas, apabila kita menyampaikan materi komunikasi, orang lain, entah
satu orang, dua orang atau banyak orang, akan memperhatikan kita. Kita pada saat itu ada di
depan mereka. Kita ada dalam posisi Ing Ngarso. Keteladanan merupakan hal utama dalam
komunikasi. Cara komunikator berpikir, berkata, bersikap, berperilaku diperhatikan oleh
pihak lain. Ada banyak komunikator yang memberikan contoh buruk bagi orang lain. Ini
bukan cara komunikasi Ki Hajar Dewantara. Komunikator perlu menyampaikan informasi
baik, yang jika ditiru orang lain akan memberikan dampak positif.

Ing Madyo Mangun Karso


Berada di tengah berarti membangun kehendak. Ini berarti, seorang komunikator
seharusnya memiliki kemampuan untuk mengenali potensi dirinya, kemampuan untuk
mendayagunakannya,

serta

kemampuan

untuk

menginspirasi,

memotivasi,

dan

menumbuhkan antusiasme kepada diri sendiri maupun orang lain yang ia ajak
berkomunikasi.
Seorang komunikator memerlukan kehendak baik terbangun dalam dirinya, dan cara
untuk menumbuhkan kehendak baik dalam diri orang lain yang ia ajak berkomunikasi.
Penyampaian materi komunikasi perlu diperhatikan agar ia mempunyai standar mutu bagi
orang lain yang merespon. Bukan berarti orang lain harus setuju dengan apa yang ia

32

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

katakan, namun orang lain mengerti bahwa komunikator menyampaikan materi komunikasi
dengan motivasi baik, kehendak baik. Komunikator tidak mempunyai pamrih negatif
terhadap orang lain ketika ia menyampaikan materi komunikasi. Ketulusan adalah motivasi
komunikator.
Adalah kewajiban seorang komunikator untuk berusaha dengan kehendak baik
bahwa setelah ia menyampaikan materi komunikasi, semua orang yang merespon mampu
tergerak untuk berkehendak baik. Komunikator dan orang yang ia ajak bicara mampu
senantiasa belajar, berubah, dan bertumbuh.
Komunikator perlu mempunyai energi positif dan menghadirkan suasana yang
mendukung sinergi. Keberhasilan komunikator ditentukan oleh cara dia membangun dan
mengoptimalkan setiap individu yang terlibat dalam komunikasi, sehingga dapat
menimbulkan hal-hal positif yang secara realistis mampu dilakukan orang.
Ing Madyo Mangun Karso menuntut komunikator mempunyai mekanisme
komunikasi yang efektif dan efisien untuk menyampaikan kehendak baik. Efektif berarti
cara komunikasi yang baik harus digunakan untuk mencapai sasaran atau target tertentu.
Komunikasi basa-basi tanpa tujuan bukanlah komunikasi yang baik. Efisien berarti
komunikasi dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang tidak berlebihan. Misalnya,
komunikasi guru dalam mengajar, apabila ia mempunyai rencana untuk mengajar satu bab
dalam dua jam, maka semestinya ia mengajar satu bab tidak lebih dari dua jam. Efisiensi dan
efektivitas dalam komunikasi adalah hal yang relatif, tetapi mutlak harus diukur oleh tiap
komunikator. Itulah mengapa komunikator memerlukan perencanaan matang dalam
menyampaikan materi komunikasi. tanpa perencanaan matang, komunikator bisa gagal
menyampaikan pesan. Contoh, komunikasi suami istri yang semestinya berlangsung seumur
hidup, bisa gagal dalam satu tahun atau bahkan satu minggu perkawinan jika tidak ada
perencanaan matang antara suami dan istri dalam menyampaikan kehendak baik satu sama
lain.
Empat saran untuk membangun Ing Madyo Mangun Karso dalam komunikasi adalah
dengan menerapkan hukum komunikasi yang terdiri atas: respect ( rasa saling menghargai),
audible (materi komunikasi mampu didengar), clarity (jelas dan dapat dimengerti pesannya),
Humble (rendah hati).

33

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Tut Wuri Handayani


Seorang komunikator dituntut untuk tidak pernah berhenti belajar

dari segala

ungkapan komunikasi yang ia lakukan maupun yang ia mengerti dilakukan orang lain.
Komunikator perlu senantiasa
senantiasa memperbaharui dirinya dengan meneladani mereka yang
lebih baik darinya.

Ada yang masih ingat makna di balik penulisan huruf Jawa? Berbeda dengan huruf alphabet A, B, C,
D dan seterusnya yang hanya mempunyai makna praktis pembentukan kata, susunan huruf hanacaraka
mempunyai arti bahwa pertempuran dua satria (yang dijalani oleh manusia sepanjang jaman) hanya akan
mengakibatkan kematian bagi keduanya (ha na ca ra ka Dikisahkan tentang dua abdi setia
da ta sa wa la Keduanya terlibat perselisihan dan akhirnya berkelahi
pa da ja ya nya Mereka sama-sama kuat dan tangguh ( sakti )
ma ga ba tha nga Akhirnya kedua abdi itu pun tewas bersama).

34

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB V : TEORI KOMUNIKASI JURGEN HABERMAS

Ketiadaan keadilan sosial menjadi salah satu alasan penting mengapa komunikasi hirarkis menjadi alat untuk
memperbudak/memperalat orang lain, dan orang yang diperalat merasa baik-baik saja

Jurgen Habermas adalah filsuf kontemporer dari Jerman. Ia dilahirkan pada 18 Juni 1929 di
Dusseldorf Jerman. Habermas merupakan anak Ketua Kamar Dagang propinsi Rheinland
Westfalen di Jerman Barat. Ia dibesarkan di Gummersbach, sebuah kota menengah di
Jerman dengan dinamika lingkungan Borjuis-Protestan.
Pada tahun 1953, Habermas menerbitkan artikel yang berjudul Berpikir Bersama
Heidegger Melawan Heidegger. Di lingkungan akademisi Jerman pasca Perang Dunia II,
Heidegger adalah tokoh yang dihormati. Heidegger adalah jembatan pemikiran Jerman masa
Nazi dan pasca Nazi. Habermas mengkritisi Heidegger dengan berujar Ingatlah, bagaimana
dulu Heidegger memuji Nazi.
Habermas berhasil menyelesaikan disertasinya pada 1954 di Universitas Bonn Jerman,
dengan menulis Das Absolute und die Geschichte. Von der Zwiespltigkeit in Schellings
Denken (The absolute and history: on the contradiction in Schellings thought).
Habermas mengembangkan gagasannya dengan memberikan analisis terhadap Teori Kritis
Masyarakat Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno. Ia hendak mengembangkan gagasan
teori masyarakat yang dicetuskan dengan maksud yang praksis. Habermas melihat apa yang
disampaikan oleh kedua punggawa mazhab Teori Kritis awal itu tidaklah mencukupi untuk
menganalisa keadaan masyarakat.

35

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

The Theory of Communicative Action merupakan upaya Habermas dalam mengembangkan


rumusan perubahan sosial. Buku ini merupakan rangkuman hasil penelitian Habermas
selama 20 tahun. Karya ini menyiratkan cara Habermas membuat perhitungan dengan dua
cara berpikir yang paling menantang dan mengembangkannya: Teori Modernisasi Max
Weber dan Analisa Modernitas Horkheimer Adorno.
TEORI TINDAKAN KOMUNIKATIF HABERMAS
Habermas mempunyai keyakinan bahwa melalui tindakan komunikatif, masyarakat modern
dengan segala kompleksitas gaya hidupnya yang majemuk dapat diintegrasikan. Tindakan
komunikatif adalah tindakan yang mengarahkan diri pada konsensus. Artinya, setiap
tindakan menjadi tindakan rasional yang berorientasi kepada kesepahaman, persetujuan dan
rasa saling mengerti. Dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai mufakat. Diskusi mufakat
semacam itu, hanya dapat dicapai melalui diskusi praktis yang tidak lain adalah prosedur
komunikasi. Diskusi praktis adalah suatu prosedur (cara) masyarakat untuk saling
berkomunikasi secara rasional dengan pemahaman intersubjektif. Dalam tipe diskursus ini
anggota masyarakat mempersoalkan klaim ketepatan dari norma-norma yang mengatur
tindakan mereka.
Untuk mencapai kesepakatan rasional yang diterima umum, Habermas mengajukan tiga
prasyarat komunikasi sebagai berikut: Pertama keikutsertaan di dalam sebuah diskusi hanya
mungkin, jika orang mempergunakan bahasa yang sama dan secara konsisten mematuhi
aturan-aturan logis dan semantis dari bahasa tersebut. Kedua, kesamaan dalam memperoleh
kesempatan dalam diskusi hanya dapat terwujud, jika setiap peserta memiliki maksud untuk
mencapai mufakat yang tidak memihak dan memandang para peserta lainnya sebagai
pribadi-pribadi otonom yang tulus, bertanggungjawab, sejajar dan tidak menganggap
mereka ini hanya sebagai sarana belaka. Ketiga, harus ada aturan-aturan yang dipatuhi
secara umum yang mengamankan proses diskusi dari tekanan dan bebas diskriminasi.
Aturan-aturan tersebut harus memastikan bahwa orang mencapai mufakat berkat paksaan
tidak memaksa dari argumen yang lebih baik. Melalui diskusi praktis dengan prosedur
komunikasi yang rasional, Habermas yakin bahwa risiko ketidaksepakatan yang menggiring
masyarakat pada disintegrasi dapat dibendung.

36

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Bagi Habermas, pluralitas yang banyak dipahami masyarakat sebagai sumber konflik justru
berfungsi sebagai kontribusi dalam proses pembentukan opini dan aspirasi publik.
Komunikasi politis pada diskusi praktis dengan argumen rasional dapat menghasilkan
hukum yang legitim. Masyarakat yang membudayakan proses legislasi hukum melalui
diskusi rasional secara demokratis akan dirangsang untuk menumbuhkan solidaritas sosial
mengakomodasi keanekaragaman latar belakang masyarakat. Tindakan komunikasi
seharusnya bersifat membebaskan. Apabila ada komunikasi yang tidak membebaskan
komunikator dan komunikan, itu adalah bias dari komunikasi.
Komunikasi Naif dan Tindakan Komunikatif
Bagi Habermas, ketika seseorang berhubungan dengan dunia kehidupan, maka dia
mengalami salah satu dari 3 relasi pragmatis. Pertama, dengan sesuatu di dunia objektif
(sebagai totalitas entitas yang memungkinkan adanya kebenaran). Kedua, dengan sesuatu di
dunia sosial (sebagai totalitas hubungan antar pribadi yang diatur oleh norma sosial). Ketiga,
dengan sesuatu di dunia subjektif (sebagai totalitas pengalaman yang akses ke dalamnya
hanya dimiliki si pembicara dan yang dapat dia ungkapkan di hadapan orang banyak).
Ucapan komunikatif selalu melekat pada berbagai hubungan antara subjek dengan subjek,
komunikan dan dunia. Tindakan komunikatif bersandar pada proses kesepakatan interpretasi
antara materi yang dikemukakan komunikator dan dunia. Pembicara dan pendengar
menggunakan sistem acuan ketiga dunia tersebut sebagai kerangka kerja interpretatif tempat
mereka memahami definisi situasi bersama. Mereka tidak secara langsung mengaitkan diri
dengan sesuatu di dunia namun merelatifkan ucapan mereka berdasarkan kesempatan aktor
lain untuk menguji validitas ucapan tersebut. Kesepahaman terjadi ketika ada pengakuan
intersubjektif atas klaim validitas yang dikemukan pembicara. Konsensus tidak akan tercipta
manakala pendengar menerima kebenaran pernyataan namun pada saat yang sama juga
meragukan kejujuran pembicara atau kesesuaian ucapannya dengan norma.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berjumpa dengan orang lain. Perjumpaan antar
manusia seringkali memunculkan proses komunikasi. Komunikasi yang terjadi dapat berupa
percakapan formal, atau percakapan informal. Percakapan formal merupakan percakapan
yang merujuk pada referensi baku dan dapat dipahami oleh para pelaku komunikasi sebagai
tindak bahasa yang ilmiah. Percakapan informal merupakan percakapan dalam kehidupan
sehari-hari yang seringkali lebih mengedepankan ekspresi daripada referensi.
37

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Didalam Tindakan Komunikasi komunikator dan komunikan harus membuat lawan


bicaranya

memahami

maksudnya

dengan

berusaha

mencapai

klaim-klaim

kesahihan (validity claims). Klaim inilah yang diterima tanpa paksaan sebagai hasil
konsensus. Habermas membagi klaim menuju konsensus menjadi empat macam sebagai
berikut:
1. Klaim kebenaran (truth): materi komunikasi mengandung kebenaran dan bukan
keyakinan yang salah.
2. Klaim ketepatan (rightness): materi komunikasi bisa dimengerti dalam perspektif
norma-norma dalam dunia sosial.
3. Klaim autentisitas atau kejujuran (sincerety): materi komunikasi dilandasi kejujuran
dan bukan kebohongan.
4. Klaim komperehensibilitas (comprehensibility): materi komunikasi dapat dimengerti
secara rasional bagi kalangan umum dan bukan hanya untuk golongan eksklusif
saja.
Penulis akan memberikan contoh dialog yang memanipulasi kebenaran, ketepatan, kejujuran
dalam dialog yang terlampir dalam video 5. Penulis juga memberikan contoh dialog yang
berusaha mewujudkan kebenaran, ketepatan, kejujurandalam video 6.
Setiap komunikasi yang efektif harus mencapai klaim keempat, dan orang-orang yang
mampu berkomunikasi, dalam arti menghasilkan klaim-klaim itu, disebut Habermas sebagai
orang yang memiliki kompetensi komunikatif.
Tindakan komunikatif memiliki 2 aspek, aspek teleologis yang terdapat pada perealisasian
tujuan seseorang (atau dalam proses penerapan rencana tindakannya) dan aspek komunikatif
yang terdapat dalam interpretasi atas situasi dan tercapainya kesepakatan. Dalam tindakan
komunikatif, partisipan menjalankan rencananya secara kooperatif berdasarkan definisi
situasi bersama. Jika definisi situasi bersama tersebut harus dinegosiasikan terlebih dahulu
atau jika upaya untuk sampai pada kesepakatan dalam kerangka kerja definisi situasi
bersama gagal, maka pencapaian konsensus dapat menjadi tujuan tersendiri., karena
konsensus adalah syarat bagi tercapainya tujuan. Namun keberhasilan yang dicapai oleh

38

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

tindakan teleologis dan konsensus yang lahir dari tercapainya pemahaman merupakan
kriteria bagi apakah situasi tersebut telah dijalani dan ditanggulangi dengan baik atau belum.
Oleh karena itu, syarat utama agar tindakan komunikatif bisa terbentuk adalah partisipan
menjalankan rencana mereka secara kooperatif dalam situasi tindakan yang didefinisikan
bersama. Sehingga mereka bisa menghindarkan diri dari dua resiko, resiko tidak tercapainya
pemahaman (ketidaksepakatan atau ketidaksetujuan) dan resiko pelaksanaan rencana
tindakan secara salah (resiko kegagalan).

Pesan apa yang Anda tangkap?

39

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB VI : TEORI KOMUNIKASI HEGEL


Hegel lahir di Stutgart pada 1770 mendapat pendidikan klasik, sastra dan teologi di
Tubingen. Hegel muda pernah bekerja sebagai tutor les bagi keluarga kaya Swiss di Berne
(1793-1796), sebelum ia pindah ke Frankfrut pada 1979. Saat Hegel masih menjadi
mahasiswa, penjara Bastille di Prancis diakuisisi kaum revolusioner (ini peristiwa yang
selalu di rayakan Hegel setiap tahun sampai ia mati). Karier akademisnya melejit cepat
hingga ke jalur Profesor di University of Jena pada 1805. Di situ, bersama temannya
Friedrich Schelling, Hegel meluncurkan Critical Journal of Philosophy. Karya Hegel yang
kala itu yang biasa di sebut Jena Writings, memberi pertanda banyak bagi argumen karya
besarnya Philosophy of Right (1821). Sebelumnya, karya besar pertamanya, Phenomenology
of Spirit (1807), baru masuk percetakan saat pasukan Napoleon menduduki Jena. Setelah
penutupan University of Jena, Hegel bekerja sebentar sebagai editor koran, lalu mendapat
posisi sebagai kepala Gymnasium (sekolah persiapan) di Nuremberg pada 1808. Di kota ini,
ia menetap hingga 1816. Tiga jilid Science of Logic di terbitkan selama periode
Nuremberg. Encyclopedia of the Philosophical Science in Outline (1817) muncul setelah ia
pindah ke University of Heidelberg sebagai Profesor Filsafat. Pada 1818, Hegel menjadi
guru besar Filsafat di University of Berlin, dimana ia tinggal sampai kematiannya pada 1831
beberapa bulan setelah ia di beri medali oleh Friedrich Wilhelm III dari Pursia.

DIALEKTIKA HEGEL
Dialektika Hegel adalah prinsip yang sangat dikenal kalangan para pemerhati ilmu-ilmu
sosial. Sebagai sebuah doktrin yang cukup mampu bertahan dan diikuti oleh banyak orang
dialektika Hegel ibarat sebuah teori Newton yang diamini oleh sosiolog maupun pemerhati
sosial yang lainnya. Ketika menjelaskan atau berusaha menerangkan tentang proses-proses
sosial, dialektika hegel sering dijadikan referensi bagi sebuah penjelasan. Proses sosial
memang sepertinya bekerja seperti dialektika Hegel ini, namun bagi beberapa pengamat
dialektika Hegel cukup menyederhanakan, melenakan dan menjauhkan atas kerumitan fakta
yang terjadi sebenarnya. Doktrin ini bisa jadi melemahkan, menyempitkan realita proses
sosial yang ada. Doktrin Hegel ini memang cukup menarik dan cukup memberikan suatu
penjelasan yang keliatannya rasional.
40

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Dikembangkan dari filosofi Critique of Pure Reason dari Immanuel Kant, Dialektika Hegel
kemudian mereduksi dan mengembangkan cirinya sendiri. Sebagai sebuah penjelasan atas
proses-proses tertentu, dialektika itu sendiri sudah jauh dari apa yang dimaksudkan oleh
Kant. Dialektik terdiri dari tiga unsur penting: Thesis, AntiThesis dan Sintesis. Thesis dan
Anti Thesis dikembangkan oleh Hegel dari antinomi-antinominya Kant yang notabene
membahas mengenai batas-batas dari rasionalitas kita atau merupakan kritik atas rasionalitas
kita (Critique of Pure Reason) yang mengatakan bahwa kita tidak akan mampu memahami
sesuatu yang sifatnya seperti ketakberhinggaan dan bersifat dua kutub, bipolar. Kita akan
selalu menemui jalan buntu (antinomi) yang berlawanan satu sama lain ketika berusaha
memahami semisal waktu atau ruang. Akan tetapi Hegel mengambil jalan lain. Sembari
mengatakan bahwa Kant memang benar tentang keberadaan antinomi-antinomi di dunia
yang saling bertentangan, Hegel mengungkapkan bahwa dari dua hal yang bertentangan
yang dikomunikasikan akan lahir satu kebenaran.

Dalam hal ini sebenarnya Hegel membuat antinomi Kant menjadi di luar konteks pesan
Kant. Teori Hegel menyentuh apa yang sebenarnya tidak ingin dikatakan oleh Kant. Hegel
kemudian mengadopsi antinomi Kant ini dalam sebuah doktrin dialektika sosialnya. Thesis,
merupakan sesuatu yang pada dasarnya berkebalikan dengan AntiThesis. Dalam sebuah ide
AntiThesis merupakan lawan atau kutub yang berkebalikan dengan Thesis. Pro dan Kontra
istilahnya. Namun ketika Thesis dan AntiThesis ini bergejolak dan bertemu di dunia nyata
maka suatu saat akan timbul hal baru yang merupakan akomodasi atau hasil-hasil dari
benturan keduanya (entah itu kompromi, win-win solution, perjanjian, atau ide2 baru, dan
semua proses sosial atau budaya baru) yang ia sebut sebagai Sintesis. Sintesis kemudian bisa
menjadi Thesis dan kemudian menemukan AntiThesisnya dan melahirkan Sintesis baru.
Demikian seterusnya.

Hegel mengkritisi pengertian Kantian tentang Unknownability (kemampuan untuk tidak


diketahui)

radikal

tentang

dunia

dan

konsepsi

atomistik

tentang

subjek

selfknowing (mengetahui diri) yang mendasarinya. Tujuan menyeluruh Hegel adalah


menunjukan sifat sosial mendalam dari individu modern yang bisa at-home-in-theworld (merasa nyaman hidup di dunia). Bagi Hegel, proses ini mensyaratkan dorongan
afirmatif sekaligus negatif; Afirmatif, melalui pengakuan atas saling ketergantungan
mendasar antar individu ke praktik-praktik sosial dan lembaga-lembaga budaya, ekonomi,
41

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

estetika, dan politik (dalam keluarga, masyarakat sipil, dan Negara). Negatif, melalui
kemampuan kreatif dan transformatif si individu untuk membentuk dunia (alam, benda, dan
sesuatu) baru, sehingga bisa menegasikan dunia status quo.

Menurut Hegel, setiap teori, yang mengambil sosial (sebagai ko-konstruksi) sebagai titik
awal, tidak dapat mempertahankan diri dari otoritarianisme liberal (pengertian tentang
negara atau subjek yang berdaulat, otonom, dan Self-subsistent), atau dan penjelasan etika
(sebagai kewajiban atau tanggung jawab terhadap suatu negara atau subjek) dalam
kehidupan sosial global yang komplementer (dan, karena itu selalu bahaya dan darurat)
terhadap sistem internasional dari negara-negara yang self-subsistent. Maka dari itu, fokus
terhadap reasionalitas Hegelian sebagai pembentuk bagi perbedaan dapat memperkuat
pemahaman kritis terhadap Human di berbagai wacana kritis dalam Hubungan
Internasional, termasuk diskusi tentang kemiskinan, dan kesejahteraan dalam ekonomi
politik, hak asasi, etika aglobal, perbedaan dan keadilan.

Sentralitas dari negara dalam sistem filsafat Hegel telah membuat karyanya di curigai
dalam kalangan Hubungan Internasional kritis-yang curiga terutama pada imajiner politik
negara-sentris dan pada sejarah panjang kekerasan yang di asosiasikan dengan praktikpraktik eksklusif kedaulatan negara. Dalam The Philosophy of Right, Hegel menguraikan
filsafat sosial dan politik yang melihat kehidupan sosial modern berlangsung dalam tiga
jagat (atau lembaga) utama; keluarga, masyarakat sipil dan Negara. Kehidupan keluarga, di
tandai dengan hubungan cinta dan kewajiban, sangat berlawanan dengan kehidupan di
masyarakat sipil jagat hubungan pertukaran ekonomi yang perburuan kepentingan diri
murninya memungkinkata perwujudan atas apa yang di sebut Hegel sebagai subjective
particulary (Individualitas, via prduksi dan konsumsi) yang jelas-jelas menghianati
karakter sosial mendalam (via pembagian tenaga kerja, spesialisasi dan sistem kebutuhan)
yang menjadi ciri kehidupan ekonomi modern (kapitalis). Hidup dalam keluarga dan hidup
dalam masyarakat sipil ini di mungkinkan dan di bawahi dalam konteks hukum dan
peraturan lebih luas melalui Negara Administratif (apa yang biasa kita sebut sebagai
pemerintahan). Namun demikian, konsep tentangstate power sebagai komunitas etis
mencakup ketiga jagat hidup itu (keluarga, masyarakat sipil, dan administrasi negara). Hal
itu sangat bisa di lihat sebagai struktur abstrak, yang menandakan suatu cara saling berkaitan
yang memungkinkan berbagai bentuk kehidupan yang terkandung di dalamnya (praktik42

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

praktik sosial dan industri dari keluarga, masyarakat sipil, dan pemerintah). Klaim
tentang Etiket Negara

sebagai

struktur

abstrak

dilandaskan,

sebagaimana

di

jelaskan The Philosophy of Right itulah yang di pandang sebagai ekspresi tertinggi. Klaim
bahwa dukungan kuat Hegel terhadap Negara (sebagai struktur abstrak atau cara
berkomunikasi rumit dalam suatu komunitas). Hal itu dipandang merupakan suatu titik
lemah, sehingga terbuka bagi pengkajian kritis terhadapnya.

Hegel juga mempunyai opini tentang masyarakat sipil dan pembangkitan sistemik atas
kekayaan dan kemiskinan. Tidak seperti bacaan liberal tentang kebaikan freemarket (pasar bebas) kapitalis, konseptualisasi Hegel tentang masyarakat sipil adalah
sebagai wilayah egoisme universal. Di sini, menurut Hegel, masing-masing orang mencari
kepentingan sendiri melalui sistem pertukaran komunikasi dalam pasar. Sistem ini
meberikan penyangkalan yang kuat bagi pemahaman ekonomistik atas pasar. Partisipasi
dalam pembagian sosial atas tenaga kerja, dan pemaknaan yang terbentuk secara sosial serta
kebutuhan yang di wadahi dalam produksi dan komunikasi. Bagi Hegel, adalah intrinsik
bagi realisasi diri dan nilai sosial. Namun demikian, karena hubungan pertukaran kapitalis
membuat hubungan tergantung pada pertukaran (misalnya jasa di tukar gaji), maka
kegagalan dalam pertukaran itu berarti pasar bisa menghasilkan kekayaan sekaligus
kemiskinan, sehingga perlu peran negara dalam menciptakan lingkuungan yang
memfasilitasi hubungan yang adil. Lebih tajam lagi, konsep nonekonomistik sangat
mendalam Hegel tentang kemiskinan bukan suatu kondisi kurangnya (pendapatan,
pekerjaan, teknologi, atau pendidikan yang menjadi jangkar bagi wacana modernisasi
neokolonial tenntang pembangunan di berbagai bagian dunia sebagai perwujudan dari
kekurangan). Kemiskinan terjadi karena ada ketidak adilan sistem komunikasi. Hal ini
mendesak sikap kritis lebih radikal untuk menekankan kembali tidak hanya apa yang di
sebut Adam Smith sebagaiBoundary Question atau pertanyaan batas (antara Negara dan
Pasar), tetapi juga pada problem lebih rumit berupa memikirkan kembali batas-batas
tentang masyarakat sipil.

Teori dialektika tuan/budak dari The Phenomenology of Spirit, tak di ragukan lagi,
menjadi kontribusi paling terkenal Hegel bagi wacana kritis yang terkait reasionalitas
mendalam dan ko-konstruksi bagi self, menawarkan sumber paling kuat bagi Hubungan
Internasional kontemporer yang kritis. Bagi Hegel, kebebasan mensyaratkan perpindahan
43

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

dari berbagai bentuk dari kesadaran menuju tahap lebih tinggi dari self-consciousness atau
kesadaran diri. Perpindahan ini hanya mungkin melalui dialektika saling pengakuan dari
berbagai pihak yang berbeda pendirian. Pengakuan atas self yang di berikan oleh other, yang
pada gilirannya di akui sebagai self (other) yang berbeda. Kekuatan dari formulasi ini
mendapat perimbangan atas aspek-aspek fenomenologis dalam konteks perbudakan.

44

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB VII: HERMENEUTIKA PAUL RICOUER

Hermeneutika adalah suatu bentuk elemen penting dari cara berkomunikasi. Setiap orang
menafsirkan sesuatu. Penafsiran atau hermeneutika seseorang atau suatu kelompok adalah
hasil dari sebuah pertumbuhan kebudayaan. Jika kebudayaan selalu dikaitkan dengan
manusia atau masyarakat yang senantiasa berkembang dan maju, pertanyaan yang dapat
diajukan di sini adalah apakah kebudayaan suatu masyarakat dapat mengalami kemajuan.
Apakah penafsiran juga mengalami perkembangan? Jika kita menggunakan fenomenologi
misalnya, maka jawaban atas pertanyaan tersebut akan sangat tergantung pada pandangan
masyarakat pemilik atau pencipta suatu kebudayaan: apa dan bagaimana mereka menghayati
perubahan kebudayaan mereka sendiri, apakah bagi mereka perubahan itu merupakan
kemajuan atau bukan.
Hermeneutika secara rasional biasanya mendasarkan validitasnya pada penelitian ilmiah.
Bagaimanapun, secara umum proses penelitian ilmiah pastilah mengikuti prosedur tertentu.
Walter Wallace (An Overview of Elements in the Scientific Process) menjelaskan proses
tersebut sebagai langkah-langkah lingkaran penelitian yang terdiri dari 5 komponen dasar,
yaitu observasi, generalisasi empiris, teori, hipotesis, dan penerimaan atau penolakan
terhadap hipotesis. Langkah atau transformasi dari satu tahap (komponen dasar) ke tahap
berikutnya, dikontrol atau diuji oleh metode dasar tertentu, sebelum penelitian melangkah ke
tahap berikutnya. Dalam transformasi dari satu tahap ke tahap berikutnya dalam lingkaran
penelitian itu, yang terus dikontrol oleh metode-metode dasar tertentu, sangat mungkin

45

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

peneliti menyadari atau menemukan kesalahan dari kesimpulan atau generalisasi sementara
yang diambilnya. Dengan kontrol atau pengujian yang terus dilakukan, peneliti akan sampai
pada kesimpulan apakah hipotesisnya diterima atau ditolak yang sahih dan
meyakinkan. Dalam proses semua itu, kata Wallace, semua potensialitas peneliti sangat
membantu kerja penelitiannya, termasuk ilham, imajinasi, dan intuisi keilmuannya.
Bagaimanapun, metode penafsiran dengan menggunakan metode ilmiah mempunyai
kekecualian. Untuk penelitian sejarah dan filsafat misalnya, hipotesis bisa ditiadakan.
Penelitian sejarah dan filsafat tidak bertolak dari hipotesis tertentu, karena hipotesis
mengandaikan sebuah penemuan bahkan sebelum penelitian dilakukan. Sementara,
penelitian sejarah dan filsafat justru berusaha menemukan sesuatu, bukan membuktikan
sesuatu. Bedanya, yang pertama antara lain lewat wawancara, artefak atau naskah tertulis;
yang kedua lewat refleksi kritis. Tapi bagaimanapun, jika dipahami secara longgar lingkaran
penelitian ilmiah sebagaimana dirumuskan Wallace memberikan gambaran umum tentang
bagaimana proses penelitian ilmiah mesti dijalankan.
Meskipun demikian, lingkaran penelitian ilmiah Wallace tetap menyisakan problem untuk
diterapkan pada ilmu budaya, misalnya sastra dan filsafat. Masalahnya adalah, penelitian
ilmu budaya lebih banyak kalau bukan selalu bekerja dengan menafsirkan objek.
Penelitian ilmu budaya tidak bekerja dengan mengobservasi sebuah objek lalu menarik
kesimpulan umum dari hasil observasi tersebut serta mengujinya dengan cara tertentu,
melainkan dengan mencari makna di balik sebuah objek melalui metode penafsiran tertentu,
atau melalui refleksi filosofis dalam filsafat. Mencari makna adalah menafsirkan, melalui
mana sebuah objek membuka diri pada seorang peneliti yang mengarahkan segenap
kesadarannya pada objek itu sendiri. Oleh karenanya, hermeneutika sebagai ilmu tafsir
kiranya lebih relevan untuk dijadikan dasar dalam melakukan penelitian ilmiah ilmu budaya.
Dalam konteks itulah hermeneutika amat perlu dipertimbangkan sebagai salah satu metode
penelitian ilmu budaya. Paul Ricoeur membangun struktur pemikirannya dari filsafat,
fenomenologi, linguistik, psikoanalisa, dan lain-lain, proyek hermeneutika filsuf Prancis ini
bermuara pada otonomi semantik teks atau wacana yang dibakukan dalam tulisan. Dalam
pandangan Ricoeur, wacana adalah bahasa ketika menjalankan fungsi komunikatifnya, yakni
ketika bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Setiap komunikasi yang berlangsung
mengandaikan adanya interlokutor (pendengar atau pembaca). Sementara itu, pesan
46

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

komunikasi, atau teks, adalah materi bahasa lisan (ujaran) dalam bentuk tulisan, yang
dengan caranya yang unik juga menjalankan fungsi komunikasi (dengan pembaca).
Di sini Ricoeur secara mendasar membedakan aspek epistemologis ujaran dengan aspek
epistemologis tulisan. Tindak-ujaran adalah peristiwa melalui mana sebuah makna atau
pesan disampaikan kepada pendengar, sehingga makna atau pesan tindak-ujaran bersifat
diakronik dan historis, terikat pada konteks aktual ketika dan di mana tindak-ujaran itu
dilakukan. Secara lebih khusus, makna tindak-ujaran sangat terikat pada pengujarnya.
Dengan demikian, subjek ujaran adalah pengujar itu sendiri. Seterusnya, kalau ujaran
sedemikian rupa menghubungkan dirinya dengan peristiwa, dan karenanya ia selalu bersifat
diakronik dan historis, tulisan atau teks justru memutus hubungan ini, dan pada saat yang
sama menghilangkan subjek sebagai seseorang yang bisa ditunjuk langsung sebagaimana
dalam ujaran. Subjek dalam teks merujuk pada dirinya sendiri (self-referential) melalui
hubungan kompleks internal dan struktural teks itu sendiri. Dalam konteks itulah maka teks
selalu bersifat sinkronik dan tidak terikat pada satu konteks historis tertentu. Sementara
ujaran dan historisitasnya menghilang, tulisan membakukan ujaran itu sendiri minus
historisitasnya.
Dengan asumsi epistemologis ini, maka teks mengalami pengasingan esensi dari penulis
yang memungkinkan kemandirian penafsiran dalam ilmu budaya. Pengasingan ini
memberikan kemandirian penafsiran bagi teks baik secara kultural maupun eksistensial.
Teks adalah sesuatu yang terasing, tiada yang memiliki, tiada otoritas yang berhak untuk
mengklaimnya, sehingga ia adalah sesuatu yang mengalami alienasi eksistensial. Namun di
sisi lain pengasingan ini membuat sebuah teks jadi produktif: ia membuka diri secara tak
terbatas bagi kemungkinan-kemungkinan produksi makna. Pada titik ini, teks menjadi
dirinya sendiri. Kemandirian ini tak terbatas. Kemadirian ini bahkan bisa berkembang
sesuai perkembangan budaya dan perkembangan penafsiran komunitas penafsir.
Apa yang penting di sini adalah bahwa sebuah peristiwa merupakan dimensi historis
wacana, sedangkan makna adalah dimensi non-historis wacana. Ricoeur lalu menekankan
bahwa wacana sebagai makna (yang non-historis) akan melampaui wacana sebagai peristiwa
(yang historis). Hal ini merupakan salah satu konsekuensi dari distansiasi wacana, dimana
perkataan (saying) dipisahkan dari apa yang dikatakan (said).

47

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Dalam usahanya menjelaskan bagaimana proses pemahaman terhadap teks mesti dijalankan,
Ricoeur mencoba memperbaharui konsep Dilthey tentang penjelasan (explanation) dan
pemahaman (understanding). Menurut Dilthey, penjelasan adalah cara atau metode kerja
ilmu alam untuk menyingkap hukum-hukum alam yang pasti, kausalistis, linear, dan tanpa
intensi, sedangkan pemahaman adalah cara kerja ilmu budaya atau humaniora untuk
menyingkap perilaku manusia dan kebudayaannya yang kompleks, tidak kausalistis, tidak
linear, dan mengandung intensi. Merevisi dikotomi tersebut, Ricoeur menegaskan bahwa
penjelasan dan pemahaman tidak bisa dilihat secara dikotomis. Penjelasan adalan konsep
yang bisa dipraktikkan pada bahasa lisan yang telah dibakukan dalam tulisan, sedangkan
pemahaman adalah konsep yang bisa dipraktikkan untuk mengungkap makna teks dimana
interpretasi merupakan salah satu unsur pentingnya. Dikemukakan secara sederhana,
berbicara tentang struktur, distansiasi dan apropriasi sebuah wacana, misalnya, adalah
penjelasan (explanation), sedangkan berbicara tentang makna atau pesan apa yang
terkandung dalam sebuah wacana atau teks dan untuk sebagian itu berarti interpretasi atau
tafsir adalah pemahaman (understanding). Yang pertama bekerja pada wilayah objektif;
yang kedua bekerja pada wilayah subjektif.
Dengan berbagai argumennya yang meyakinkan, proyek hermeneutika Paul Ricoeur jadi
anti-historis dan meninggalkan hermeneutika romantis. Paul Ricoeur sangat menekankan
otonomi semantik. Dalam kaitan itu, teks bersifat otonom pula untuk melakukan
dekontekstualisasi baik secara historis, sosiologis, maupun psikologis, yaitu membebaskan
diri dari cakrawala maksud terbatas penulisnya. Dengan demikian, teks membuka diri
seluas-luasnya bagi penafsir. Untuk memahami dan menafsirkan teks, kata Ricoeur, kita
tidak memproyeksikan diri ke dalam teks, melainkan membuka diri terhadapnya. Dalam
proses itu, teks akan mengalami rekontekstualisasi, yaitu bahwa penafsir memberikan
konteks baru pada teks tersebut sesuai dengan cakrawala sang penafsir sendiri. Dengan cara
itu, seorang penafsir akan memberikan relevansi baru terhadap teks yang mungkin sudah
usang, sekaligus menguak kemungkinan-kemungkinan maknanya yang tak terbatas.
Lalu, di manakah batas kesahihan sebuah pemahaman atau penafsiran? Menurut Ricoeur,
penafsiran memang mesti diselamatkan baik dari dogmatisme maupun skeptisisme. Untuk
itu, Ricoeur mengajukan konsep validasi yang akan menguji sebuah penafsiran melalui
logika probabilitas, sebuah disiplin argumentatif yang memberikan dasar yang kuat pagi
sains individual. Logika validasi, kata Rioeur, memungkinkan penafsiran atas teks bergerak
48

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

secara produktif antara dogmatisme dan skeptisisme, tanpa harus terjatuh ke dalam klaim
hermeneutika romantis. Dengan logika validasi pula, sebuah interpretasi bisa diinterupsi,
dibatalkan, atau dikukuhkan.
Melihat argumen dan asumsi-asumsi dasarnya, hermeneutika Ricoeur tak pelak lagi sangat
relevan dan bermanfaat untuk dijadikan metode penelitian ilmu komunikasi, bahkan ilmu
budaya. (sulit membayangkan manusia menafsirkan secara tepat sesuai maksud pemberi
pesan 100%. Hal ini juga termasuk dalam cara manusia menafsirkan pesan ilahi dari Kitab
Suci. Lihat video 7)

49

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB VIII : TEORI PROPAGANDA


Propaganda adalah suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi suatu
sikap dari komunitas secara masif untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pemberi pesan
(google translate, 2014). Hittler sangat terkenal dengan metode propaganda. Ia menjadi
penguasa Eropa selama bertahun-tahun karena metode propaganda. The Big Lie, adalah
judul besar metode propaganda yang dilakukan Hittler. Teori ini muncul dan menjadi teknik
propaganda ketika Adolf Hitler mendiktekan bukunya yaitu Mein Kampf tentang sebuah
kebohongan besar yang tidak akan dipercaya oleh orang lain. Kebohongan ini memuat
paham bahwa seseorang dapat dengan lancang mengubah kebenaran secara besar-besaran.
Hitler mengilustrasikan kebohongan besar ini dalam kasus yang dilakukan oleh bangsa
Yahudi. Pihak Yahudi yang pada waktu itu menyalahkan kekalahan Jerman dalam perang
dunia pertama secara tidak adil. Saat itu pasukan Jerman dipimpin oleh Erich Ludendorf.
Kebohongan tersebut kemudian mempengaruhi banyak pendapat masyarakat dunia sehingga
semua orang menyalahkan Erich Ludendorf untuk kekalahan Jerman. Perubahan pandangan
masyarakat tersebut disebut sebagai Art of Lying oleh Hitler.

Teori The Big Lie ini namun kemudian digunakan juga oleh Goebbels dan para Nazi, dalam
memanfaatkan Anti-Semitisme atau lebih jelasnya anti-Yahudi, yang kemudian berubah
menjadi pembunuhan masal rakyat yang tidak bersalah. Goebbels membuat kebohongan
bahwa Yahudi sudah memulai perang pembantaian terhadap Jerman dan memiliki bala
tentara kuat yang menguasai Inggris, Rusia, dan Amerika, kemudian masyarakat dunia,
terutama Jerman, merasa takut dan merasa memiliki kepentingan untuk bertahan, sehingga
pada masa itu banyak sekali rakyat Yahudi yang tidak bersalah dibunuh serta dibantai, lalu
lahirlah perang dunia kedua. Propaganda ini dapat berhasil karena kebohongan tersebut
dilakukan secara berulang-ulang. Joseph Gobbels merupakan tokoh penting juga disamping
keberadaan Adolf Hitler di dalam organisasi Nazi. Beliau adalah mentri propaganda yang
menyempurnakan pengertian teori The Big Lie, sehingga dapat disimpulkan propaganda
yang menggunakan teori The Big Lie ini akan dipercaya oleh masyarakat luas apabila
banyak pendengar yang diberitakan dan kebohongan tersebut dilakukan secara berulangulang.

50

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Teori The Big Lie juga dapat kita temui di jaman modern ini. Contohnya dalam kasus gelang
Power Balance yang terkenal penggunaannya beberapa tahun sebelum tahun 2010.
Gelang Power balance dipercaya berfungsi mampu meningkatkan kekuatan, keseimbangan,
dan fleksibilitas tubuh. Promosi Power Balance dilakukan secara besar-besaran dan banyak
sekali orang percaya dengan kegunaannya, bahkan atlit basket terkenal seperti Lamar Odom
memakai produk ini. Selain itu tokoh dunia seperti Bill Clinton pun tidak luput dari
gencarnya promosi gelang fungsional tersebut. Promosi tersebut semakin menguat dengan
dibantu oleh teknik WOMM (Word of Mouth Marketing), yaitu berjalannya informasi dari
mulut ke mulut.

Tentunya Indonesia juga tidak ketinggalan dengan fenomena ini, pada masa itu banyak
sekali toko-toko, khususnya toko olah raga, yang menjual gelang Power Balance.
Kemudian, seperti biasa, muncullah produk-produk replika gelang ini dengan level dan
harga yang berbeda-beda juga, karena harga gelang Power Balance asli cukup mahal, yaitu
berkisar antara 15 hingga 55 US Dollar tergantung dari material dan fungsi yang ditawarkan.
Di Indonesia masyarakat dapat dapat menemui gelang Power Balance dengan harga 75,000
rupiah. Fenomena tersebut berakhir pada Desember 2010 ketika distributor Power
Balance Australia menyatakan, kami mengakui bahwa tidak ada bukti ilmiah yang kredibel
yang mendukung klaim kami dalam iklan promosi dalam situsnya www.powerbalance.au
dan mengakui bahwa mereka telah melakukan perbuatan menyesatkan dan melanggar
undang-undang praktik perdagangan di Australia.

Sekelompok mahasiswa yang ragu dengan klaim Power Balance melakukan tes yang
hasilnya menunjukkan bahwa "tidak ada perbedaan signifikan antara gelang yang asli dan
yang palsu". Para peneliti yang ditugaskan oleh BBC juga menemukan bahwa gelang
tersebut adalah plasebo, dan pendapat ini diikuti oleh yang lainnya: Victor Thompson,
seorang psikolog olahraga di London, seperti dikutip oleh Daily Mail, mengatakan: "Saya
tidak mengetahui adanya penelitian yang mendukung teknologi di balik gelang ini". Greg
Whyte, profesor olahraga terapan dan ilmu pengetahuan olahraga di Liverpool John Moores
University juga mengatakan: "Selama beberapa generasi telah ada banyak alat yang diklaim
mampu memediasi aliran energi dalam tubuh, mulai dari akupunktur sampai gelang tembaga
dan, akhir-akhir ini, magnet ... Dalam banyak kasus, "bukti"nya didasarkan pada bukti
anekdot."
51

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Namun kedua pakar tersebut mengakui bahwa hanya dengan mempercayai bahwa gelang
tersebut bekerja dapat membuat pemakainya melihat adanya peningkatan pada kesehatan
dan performa tubuh mereka, fenomena ini dikenal sebagai efek plasebo. (Atau dalam
beberapa kasus,penyangkalan dan teori disonansi kognitif)
IIG menguji gelang Power Balance pada 28 Oktober 2010. Pada 28 Oktober
2010, pesenam pemenang

Olimpiade Dominique

Dawes bekerja

untuk Independent

Investigations Group (IIG) untuk menguji gelang tangan Power Balance mengenai klaim
mereka bahwa gelang tangan Power Balance mampu meningkatkan keseimbangan,
fleksibilitas, dan kekuatan. Dia mengatakan, "Faktanya adalah, semua atlet tahu bahwa tidak
ada yang dapat menggantikan kerja keras gaya-lama yang baik, yaitu berlatih, berlatih,
berlatih... Bisakah sebuah gelang tangan silikon dengan stiker hologram benar-benar
memberimu kebugaran tambahan?" Menurut Peneliti IIG Dave Richards, sistem tesnya
adalah sebagai berikut: Ada satu gelang Power Balance utuh dan tiga gelang yang
hologramnya telah dikeluarkan. Semua gelang tersebut ditutupi sehingga tidak diketahui
yang mana gelang yang masih utuh dan yang mana gelang palsu. Selain itu, ada salah satu
gelang berisi permen PEZ. Berdasarkan laporan Wendy Hughes, 16 partisipan memakai 4
gelang tersebut secara bergantian dan acak, dan hasilnya adalah hampir sama tanpa ada
perbedaan signifikan antara penggunaan gelang utuh, gelang tak utuh, maupun gelang berisi
permen PEZ. Dominique Dawes akhirnya menyimpulkan bahwa rasa percayalah yang
membuat gelang Power Balance terasa seolah-olah berpengaruh.
Pada November 2010, distributor Australia diminta oleh Therapeutic Goods Complaints
Resolution Panel untuk mengeluarkan pernyataan bahwa klaim bahwa pemakainya akan
mengalami "sampai 500% peningkatan dalam kekuatan, tenaga, dan fleksibilitas" adalah
"keliru dan menyesatkan", dan klaim tersebut harus dihapus dari situs web perusahaan
dalam waktu dua minggu.[15] Junta de Anadalucia mendenda anak perusahaan Power
Balance yang berbasis diMarbella sebesar 15,000 karena melakukan pengiklanan yang
keliru; organisasi konsumenFacua meminta Departemen Kesehatan untuk meningkatkan
denda tersebut karena mereka merasa itu masih belum cukup.
Contoh lain aplikasi teknik The Big Lie dapat dilihat dalam kasus MLM (Multi-Level
Marketing). Seperti yang telah kita ketahui, bisnis MLM menjanjikan keuntungan yang
sangat besar dan merupakan bisnis yang dapat dilakukan seumur hidup. Produk MLM yang
terkenal di Indonesia contohnya adalah Oriflame dan Amway, fenomena MLM ini muncul

52

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

sekitar tahun 2000an dan banyak sekali masyarakat Indonesia yang tertarik dan mengajukan
diri sebagai distributor. Iming-iming dahsyat yang digembar-gemborkan contohnya adalah
bahwa bisnis MLM adalah bisnis yang paling efektif di masa modern ini, atau bisa disebut
bisnis new wave. Selain itu juga dilemparkan pemikiran bahwa bisnis MLM akan menjadi
teknik penjualan yang paling banyak digunakan dibanding dengan toko-toko eceran, mallmall, katalog dan sebagian besar iklan di dunia bisnis. Distributor kemudian juga diberi
pengertian bahwa bisnis MLM akan terus sukses karena orang-orang yang membeli barang
kita adalah teman dan keluarga, yaitu bisa diasosiasikan dengan pelanggan seumur hidup.

Kenyataannya adalah banyak sekali distributor yang mengundurkan diri dari bisnis MLM
hanya dalam periode satu bulan karena mereka harus membatasi dan memilih-milih belanja
keseharian mereka karena adanya beban untuk membeli produk dari produsen dimana
mereka bekerja sebagai distributor. Bisnis MLM sendiri juga sebenarnya sudah muncul
sejak tahun enam puluhan sehingga tidak bisa disebut sebagai new wave business.
Masyarakat modern memiliki perilaku pembelian dengan keinginan cepat dan praktis,
sehingga muncul toko-toko besar, seperti CarreFour dan Giant, yang menjual berbagai
barang kebutuhan manusia sehingga masyarakat dapat membeli berbagai produk di satu
tempat. Perilaku ini tentunya tidak sesuai dengan cara penjualan MLM dengan
pendekatan one-to-one yang membutuhkan proses cukup lama dalam penyampaian info dan
produk yang dijual tentu terbatas. Riset yang dilakukan di Amerika juga menunjukkan hanya
satu persen teknik penjualan yang dilakukan secara eceran di kehidupan sehari-hari. Teman
ataupun keluarga juga sebenarnya merasa tidak nyaman dan dimanfaatkan ketika ditawarkan
produk-produk yang dijual oleh distributor, kadang beberapa dari mereka membeli hanya
karena merasa terpaksa dan agar membuat kita merasa senang. Hal ini dapat merusak
kehidupan sosial distributor MLM pada periode tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
distributor MLM hanya dimanfaatkan oleh produsen-produsen besar dalam melakukan
promosi dan penjualan produk mereka, hal ini merupakan salah satu teknik The Big Lie.

Dari contoh-contoh di atas teknik The Big Lie masih banyak digunakan di jaman modern
dalam bidang marketing dan penjualan. namun teknik ini juga tidak sebatas itu, teknik
tersebut dapat digunakan juga dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi selama kebohongan
tersebut muncul dari sumber yang cukup terpercaya, banyak tokoh-tokoh atau icon yang

53

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

dapat mendukung kebohongan tersebut, serta penyampaian kebohongan yang terus


dilakukan secara berulang-ulang.

54

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB IX : TEORI RETORIKA ARISTOTELES


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak yang lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerakgerik badan, menunjukkan sikap tertentu misalnya tersenyum, menggelengkan kepala atau
mengangkat bahu. Cara ini disebut komunikasi nonverbal.

Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental
bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa
komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa
masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Schramm;
1982). Apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia
lainnya. Teori dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Secara kodrati manusia merupakan mahluk monodualistis, artinya selain sebagai mahluk
individu manusia juga berperan sebagai mahluk sosial. Menurut Aristoteles, mahluk sosial
merupakan zoon politicon yang berarti manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan
berinteraksi satu sama lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan manusia lain
untuk bertahan hidup dan dituntut untuk saling bekerjasama. Dalam proses interaksi antar
manusia tersebut terciptalah komunikasi.
Definisi Teori
Teori Retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika, yang disebut Aristoteles sebagai
media persuasi bagi pendengar (West & Turner). Atau Retorika tidak lain daripada
kemampuan untuk menentukan pilihan, dalam kejadian tertentu dan situasi tertentu, dengan
metode persuasi (Rakhmat, Retorika Modern, hal.7)
Asumsi
55

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Teori Retorika dari Aristoteles ini dituntun oleh dua asumsi berikut ini :
1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka
2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam persentasi mereka
Komunikasi merupakan proses transaksional. Pihak pertama memberi pesan, pihak kedua
menerima pesan dan membalas dengan pesan lain. Dalam konteks public speaking,
Aristoteles

menyatakan

bahwa

hubungan

antara

pembicara-pendengar

harus

dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Para pembicara tidak boleh menyusun atau


menyampaikan pidato mereka tanpa mempertimbangkan pendengar mereka. Para pembicara
harus, dalam hal ini, berpusat pada pendengar. Mereka harus mempertimbangkan pendengar
sebagai sekelompok orang yang memiliki motivasi, keputusan, dan pilihan bukannya
sebagai sekelompok besar orang yang homogen dan serupa. Aristoteles merasa bahwa
khalayak sangat penting bagi efektivitas seorang pembicara. Ia menyatakan, Dari tiga
elemen dalam penyusunan pidato pembicara, subyek, dan orang yang dituju yang
terakhirlah, para pendengar, yang menentukan akhir dan tujuan dari suatu pidato (dikutip
dalam Roberts, 1984, hal.2159, dalam West&Turner hal. 7).
Asumsi yang kedua yang mendasari teori Aristoteles berkaitan dengan apa yang dilakukan
pembicara dalam persiapan pidato mereka. Asumsi yang dimaksudkan oleh Aristoteles ini
merujuk pada cara-cara persuasi, dan bagi Aristoteles, terdapat tiga unsur penting yang
harus dimiliki pembicara: Ethos, Pathos, dan Logos.
Ethos adalah komponen di dalam argumen yang menegakkan kepercayaan pendengar
terhadap kompetensi sang pembicara. Dalam prinsip persuasi bisa termasuk ke dalam
prinsip otoritas dan rasa suka. Wawasan, etika dan karakter orang yang menyampaikan
argumen haruslah meyakinkan.
Ada tiga kategori ethos, yaitu phronesis atau kemampuan dan kebijaksanaan yang berarti
kepakaran dan kecerdasan sang pembicara. Yang kedua adalah arete atau kebaikan dan
kehebatan sang pembicara yang dinilai sebagai kredibilitas serta reputasinya. Dan yang
terakhir adalah eunoia atau niat baik komunikator

56

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Logos adalah isi dari argumen yang menarik dari sisi logika. Data-data yang disajikan
haruslah akurat dan tidak membingungkan. Informasi yang mendalam namun mudah
dipahami akan semakin meningkatkan dimensi ethos dari sang pembicara.
Struktur bahasa yang rasional dan proporsional akan ditangkap dengan jelas oleh pikiran
para pendengar. Kejelasan dari alasan-alasan serta bukti-bukti yang kuat akan mendorong
pesan dan argumen menjadi semakin persuasif. Persiapan yang matang adalah kuncinya.
Phatos adalah sisi daya tarik emosional yang menyertai isi argumen dari sisi logosdan
kompetensi komunikator dari sisi ethos. Penyampaian argumentasi dengan pathos inilah
yang menguatkan unsur persuasinya. Pathos adalah penentu dari persetujuan pendengar
pada pemaparan sang pembicara.
Dalam bukunya yang berbicara mengenai Rhetorica, Aristoteles berusaha mengkaji
mengenai ilmu komunikasi itu sendiri dan merumuskannya kedalam model komunikasi
verbal. Model komunikasi verbal dari Aristoteles ini merupakan model komunikasi pertama
dalam ilmu komunikasi. Ia juga menuliskan bahwa suatu komunikasi akan berjalan apabila
ada 3 unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar
(listener). Aristoteles memfokuskan komunikasi pada komunikasi retoris atau yang lebih di
kenal saat ini dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato, sebab pada masa itu
seni berpidato terutama persuasi merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan pada
bidang hukum seperti pengadilan, dan teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai
retorika (mempersuasif). Fokus model ini adalah pada kemampuan bicara atau pidato yang
biasanya berpusat pada kemampuan persuasi seorang pembicara yang dapat dilihat dari isi
pidato, susunan pidato dan cara penyampaiannya, dengan tercapainya tiga hal tersebut maka
seseorang dapat diukur kemampuan persuasinya.

Konsep-Konsep Kunci
Aristoteles menyatakan ada lima hal yang dibutuhkan untuk pidato yang efektif yang
dikenal dengan Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric). Kelima hukum ini
akan lebih jelas dengan melihat tabel di bawah ini :

57

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

KANON

DEFINISI

DESKRIPSI

Penemuan

Integrasi cara berpikir dan

Menggunakan logika bukti di dalam pidato

Argumen di dalam pidato

membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat


dan persuasif

Pengaturan

Organisasi dari pidato

Mempertahankan struktur suatu pidatoPengantar, Batang Tubuh, Kesimpulanmendukung


menambah

kredibilitas
tingkat

pembicara,

persuasi

dan

mengurangi rasa frustasi pada pendengar


Gaya

Penggunaan bahasa di dalam Penggunaan gaya memastikan bahwa suatu


pidato

pidato dapat diingat dan bahwa ide-ide dari


pembicara diperjelas

Penyampaian Persentasi dari pidato

Penyampaian yang efektif mendukung


kata-kata

pembicara

dan

membantu

mengurangi ketegangan pembicara


Ingatan

Penyimpanan

informasi

di Mengetahui apa yang dikatakan dan kapan

dalam benak pembicara

mengatakannya

meredakan

ketegangan

pembicara dan memungkinkan pembicara


untuk

merespons

hal-hal

yang

tidak

terduga

Penemuan
Penemuan (invention) didefinisikan sebagai kontruksi atau penyusunan dari suatu argumen
yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato. Penemuan berhubungan erat dengan logos,
yang telah dibahas sebelumnya. Penemuan, karenanya, dapat mencakup penggunaan cara
berpikir entimen dalam suatu pidato. Selain itu, penemuan diinterpretasikan secara luas
sebagai sekelompok informasi dan pengetahuan yang dibawa oleh seorang pembicara ke
dalam situasi berbicara. Tumpukan informasi ini dapat membantu seorang pembicara dalam
pendekatan persuasifnya.
Pengaturan
58

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Pengaturan

(arrangement)

berhubungan

dengan

kemampuan

pembicara

untuk

mengorganisasikan pidatonya. Aristoteles merasa bahwa pembicara harus mencari pola


terorganisasi bagi pidatonya untuk meningkatkan efektivitas pidato. Aristoteles sangat jelas
dalam strategi organisasinya. Pidato secara umum harus mengikuti pendekatan yang terdiri
atas tiga hal: pengantar, batang tubuh, dan kesimpulan.
Gaya
Penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide dalam cara tertentu disebut gaya (style).
Dalam pembahasannya mengenai gaya, Aristoteles juga membahas mengenai pemilihan
kata, dengan perumpaan, dan kepantasan kata. Ia percaya bahwa tiap jenis retorika memiliki
gayanya masing-masing, tetapi gaya sering kali terlewatkan.
Penyampaian
Penyampaian (delivery) merujuk pada presentasi nonverbal dari ide-ide seorang pembicara.
Penyampaian biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vokal, ejaan,
kejelasan pengucapan, dialek, gerakan tubuh, dan penampilan fisik. Bagi Aristoteles,
penyampaian secara spesifik berkaitan dengan manipulasi dari suara. Ia secara khusus
menghimbau para pembicara untuk menggunakan tingkatan nada, ritme, volume, dan emosi
yang sesuai.
Ingatan
Menyimpan penemuan, pengaturan, dan gaya di dalam benak pembicara disebut dengan
ingatan (memory). Sekarang, banyak orang menginterpretasikan ingatan dalam pidato secara
berbeda dari yang dimaksudkan Aristoteles. Mengingat suatu pidato seringkali berarti
memiliki pemahaman dasar dari material dan teknik.
Jenis-Jenis Pidato
Aristoteles mengemukakan situasi berbicara yang berbeda untuk dipertimbangkan oleh para
warga ketika bercakap mengenai perdagangan, keuangan, pembelaan negara, dan perang. Ia
membahas mengenai tiga jenis pidato: forensik, epideiktik, dan deliberatif. Retorika forensik
(forensic rhetoric), berkaitan dengan keadaan ketika para pembicara mendorong munculnya
rasa bersalah atau tidak bersalah. Retorika epideiktik (epideictic rhetoric) adalah wacana
59

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan. Retorika delibertif (deliberative rhetoric)
merujuk pada saat ketika pembicara harus menentukan suatu tindakan yang harus diambil
sesuatu harus atau tidak boleh dilakukan.

60

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BAB X : BAGAIMANA AKU BERKOMUNIKASI?


HUBUNGAN ATENSI, PERSEPSI, DAN MEMORY!
A. Definisi
a. Atensi : adalah suatu usaha mengendalikan fungsi pikiran secara nyata dan jelas
terhadap beberapa kemungkinan objek secara simultan atau terhadap rangkaian
pemikiran. Ini memerlukan pengalihan dari suatu hal agar secara efektif dapat
berinteraksi dengan hal yang diberi perhatian (W. James, 1980). Seseorang bisa
memberikan dua macam atensi: pertama focused attension yang berarti kita memilih
satu macam untuk diberi perhatian sedangkan yang lainnya dialihkan; kedua divided
attention yang berarti kita membagi perhatian kita pada beberapa subjek sekaligus.

b. Persepsi : secara etimologis berasal dari bahasa Latin (perceptio, percipio) adalah
proses menerima kesadaran atau pengertian akan lingkungan dengan mengoordinir
dan menginterpretasikan apa yang didapat dari informasi sensorik. Ini adalah suatu
aktivitas kolektif yang melibatkan bermilyar-milyar neuron dalam otak untuk
mengenali dan memahami suatu objek atau pengetahuan (Walter J. Freeman, 1991).

c. Memory : adalah suatu proses yang ada dalam otak manusia untuk menerima,
mengolah, menyimpan, dan untuk kemudian digunakan kembali di kemudian hari.
Ada tiga macam proses utama dalam memory : encoding, storage and retrieval.

Hubungan antara ketiganya adalah:


Baik sistem atensi, persepsi, dan memory saling membutuhkan satu sama lain dan
saling bekerjasama satu sama lain. Apabila persepsi bekerja, ia membutuhkan
memory dan atensi. Memory juga membutuhkan pencerapan informasi yang berasal
dari atensi dan persepsi, persepsi juga membutuhkan informasi awal dari atensi
untuk kemudian disimpan dalam memory.

61

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

BASIC FLOW OF OLFACTORY INFORMATION IN THE BRAIN

ATENSI:

PERSEPSI:
1)Memberikan tafsiran
dan kesimpulan
mengenai apa,
mengapa, bagaimana,
dan definisi-definisi
terkait bahan yang
dipelajari

1)Belajar bahan
pelajaran untuk
ulangan dengan
membaca,
menghafalkan secara
oral, mendesign ulang,
menulis kembali
ringkasan
2)Berkarya dalam
hidup, berkomunikasi
dengan rekan,
berinteraksi dengan
sesama

2)Menjawab
pertanyaan tentang
siapakah aku?

62

MEMORI:
1)Menyimpan semua
bahan yang dipelajari
dalam Iconic Storage
dan Sensory Storage
2)Menyimpan semua
pengalaman hidup
dalam autobiographical
memory

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

MEMORI
Proses memorizing adalah menyimpan
informasi (yang berasal dari proses atensi
yang dilakukan oleh kelima indera) dalam
sensory storage, Short Term Memory atau
Long Term Memory

ATENSI
1.

Memberi attensi (perhatian/ melakukan


seleksi stimulus) berarti aktif memproses

Memorizing ini kemudian disimpan dalam:


Sensory Storage merupakan bagian dari
sistem memory, namun memiliki perbedaan
dengan sistem memory yang lain (STM dan
LTM)

sejumlah informasi yang diterima melalui


sensasi, memori, proses kognitif)
2.

Atensi dapat dilakukan dengan sadar atau


tidak sadar secara penuh (ambang sadar).

3.

Peranan atensi yang disadari


a.

Bagian-bagian divisi memori di otak:

Monitoring dan menjaga interaksi


Iconic memory (Menerima informasi visual
dari mata dan dipertahankan dalam waktu
singkat, durasi penyimpanan hanya sebesar
250 milidetik)

kesadaran diri dengan lingkungan


b.

Menghubungkan pengalaman di
masa lalu dengan situasi sekarang

c.

Merencanakan perilaku di masa


Autobiographical Memory (Memory tentang
kejadian sepanjang hidup seseorang, faktor
yang mempengaruhi keakuratan mengingat
kembali peristiwa yang lalu)

datang.
4.

Pemrosesan ambang sadar


Informasi bagi pemrosesan kognitif yang
letaknya di luar kesadaran alam-sadar
bertempat di wilayah ambang sadar.
Informasi ambang sadar mencangkup memori
yang 5tersimpan namun tidak digunakan
setiap saat kecuali dibutuhkan.

5.

Empat fungsi utama atensi:


a.

Membagi perhatian (devided


attention)

b.

Menjaga kewaspadaan

c.

Melakukan penelitian terhadap


stimulasi tertentu (audio-visual)

d.

Seleksi stimulasi (selective


atention)

Persepsi Otak mentransfer pesan-pesan dari indera sensor kepada kesadaran manusia sehingga menghasilkan
suatu pandangan berdasarkan memori-memori yang pernah diterima sebelumnya, dan ini membutuhkan suatu
aktivitas kolektif yang melibatkan miliaran neuron yang penting kaitannya dengan fungsi pengenalan pengetahuan.
Persepsi kemudian akan membuat manusia menyimpulkan apakah objek yang dipersepsikan itu berbahaya atau
tidak, baik tidak, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, siapa, dan definisi atau kesimpulan
mengenai objek.
Persepsi ternyata ditentukan oleh aktifitas dan kerjasama dari neuron-neuron secara simultan yang tersebar di
bagian cortex.

63

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Review Film Kings Speech Sebagai Contoh Kelainan


Komunikasi
Permasalahan dalam Film
Tokoh utama dalam film ini ternyata mempunyai masalah dengan konsep
komunikasi dalam dirinya. Konsep diri berarti pemahaman akan diri sendiri. Hal ini adalah
hal yang paling utama bagi setiap insan karena dengan pemahaman akan diri akan
menentukan proses kehidupan individu tersebut. Konsep diri diperlukan individu untuk
berkomunikasi dan menentukan seharusnya sikap seperti apa yang ia tampilkan ketika ia
menyampaikan pesan-pesan (encoding) terhadap lingkungan dan orang yang ada
disekitarnya. Semua yang individu lakukan akan sesuai dengan konsep yang ia bentuk
sendiri, jika seseorang menyatakan stigma ia adalah orang gagal, jadilah ia orang gagal.
Sebaliknya, jika ia berkata ia adalah seseorang yang berhasil dan akan berusaha mengubah
hidupnya, maka hal itulah yang akan terjadi.
Karakteristik, sifat, sosial emosional dan prestasi, semua itu akan dibentuk dan
dipengaruhi oleh konsep diri yang ia tanam pada dirinya. Sekali lagi, stigma karakteristik
tersebut mempengaruhi konsep komunikasi. Tokoh utama dalam film tersebut menganggap
dirinya gagal, karena ia tidak bisa berbicara lancar di depan umum. Gagap bicara ini menjadi
masalah besar karena ia adalah pemimpin, yang harus mampu berbicara dengan baik di
depan umum, baik ketika ia berperan sebagai wakil raja maupun ketika menjadi raja
sesungguhnya. Masalah menjadi lebih mencekam ketika ia dengan kegagapannya- harus
membuat pidato perang bagi bangsa Inggris untuk melawan Jerman.
Menurut Wilhelm Wundt, manusia itu adalah satu kesatuan dari jiwa dan raga yang
berkegiatan membentuk diri yang ideal dalam segala kegiatannya. Untuk bisa mencapai
ideal itu maka manusia berinteraksi dengan lingkungannya, merasakan dan memberikan
pengaruh sehingga lingkungan akan berubah sesuai dengan pengaruh yang diberikan oleh
individu itu sendiri. Dalam perubahan yang diberikan selama proses komunikasi yang
interaktif tersebut tentunya individu itu ikut berubah dan menyesuaikan diri dengan alur
yang ada. Tokoh utama dalam film tersebut rupanya memberi stigma dirinya sendiri
sebagai orang yang gagal. Ini disebabkan, menurutnya, lingkungan istana, tempat ia tinggal,
tidak pernah mendengarkan dia selama hidupnya. Dia adalah seorang kidal misalnya, tetapi
64

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

istana melatih dia supaya tidak kidal. Aturan-aturan istana yang ketat rupanya mengekang
kepribadiannya. Dia yang harus patuh pada aturan istana dan bukan istana yang perlu
mendengarkan dia. Ketidakmampuan tokoh tersebut untuk berbicara lancar tersebut rupanya
karena dia membangun konsep diri negatif dalam dirinya, setelah ia tidak didengarkan oleh
lingkungannya.
Proses Konsep Diri Intrinsik (Persepsi Psikologi Kognitif-Humanistik)
Proses Konsep diri terkait erat dengan tiga istilah ini: atensi, persepsi, memori.
Interaksi antara ketiga hal inilah yang membuat individu memahami siapa dirinya setelah
menyerap informasi-informasi dari pengaruh sosial. Kita lihat sekali lagi teori-teori ini:
Atensi adalah suatu usaha mengendalikan fungsi pikiran secara nyata dan jelas
terhadap beberapa kemungkinan objek secara simultan atau terhadap rangkaian pemikiran.
Ini memerlukan pengalihan dari suatu hal agar secara efektif dapat berinteraksi dengan hal
yang diberi perhatian (W. James, 1980). Seseorang bisa memberikan dua macam atensi:
pertama focused attension yang berarti kita memilih satu macam untuk diberi perhatian
sedangkan yang lainnya dialihkan; kedua divided attention yang berarti kita membagi
perhatian kita pada beberapa subjek sekaligus. Apabila seseorang memberi stigma bodoh,
atau tidak bisa berkomunikasi pada dirinya sendiri, maka kemampuan atensinya, baik
focused attention maupun divided attention akan menurun.
Persepsi secara etimologis berasal dari bahasa Latin (perceptio, percipio) adalah
proses menerima kesadaran atau pengertian akan lingkungan dengan mengoordinir dan
menginterpretasikan apa yang didapat dari informasi sensorik. Ini adalah suatu aktivitas
kolektif yang melibatkan bermilyar-milyar neuron dalam otak untuk mengenali dan
memahami suatu objek atau pengetahuan (Walter J. Freeman, 1991). Persepsi sangat
ditentukan oleh daya fokus seseorang dalam memberi atensi memperhatikan atau
menyimak sesuatu. Detail-detail data informasi yang diserap menentukan bagaimana
seseorang membentuk perepsi terhadap segala sesuatu.
Memory adalah suatu proses yang ada dalam otak manusia untuk menerima,
mengolah, menyimpan, dan untuk kemudian digunakan kembali di kemudian hari. Ada tiga
macam proses utama dalam memory : encoding, storage and retrieval.

65

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Sistem atensi, persepsi, dan memory saling membutuhkan satu sama lain dan saling
bekerjasama satu sama lain. Persepsi bekerja dengan baik apabila ia mempunyai memory
yang sangat lengkap dan atensi yang menyerap banyak detail informasi. Memory juga
membutuhkan pencerapan informasi yang berasal dari atensi dan persepsi, persepsi juga
membutuhkan informasi awal dari atensi untuk kemudian disimpan dalam memory. Dalam
kasus film Kings Speech, proses aspek kognitif dalam tokoh utama film membentuk
dirinya menjadi pribadi yang gagal. Ia meyakini bahwa dia calon Raja yang gagal karena
ketidakmampuannya berkomunikasi dengan baik. Ia yakin bahwa ia gagap permanen.
Abraham Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori
tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki
tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang
paling tinggi (aktualisasi diri). Komunikasi bagi orang-orang yang berkualitas rendah adalah
demi kebutuhan fisiologis, sedangkan bagi orang-orang berkualitas diri adalah kebutuhan
aktualisasi diri.
Selain proses aspek kognitif konsep diri negatif yang dialami oleh Bertie, masalah
yang dialami oleh tokoh utama film ini adalah, kebutuhan akan aktualisasi dirinya
terhambat. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan
mengembangkan potensi diri. Kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika aktualisasi
diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna. Tokoh utama
terhambat kepribadiannya karena dia tidak mampu mengaktualisasikan dirinya dalam
lingkungan istana.
Kepribadian
Konsep diri yang dihayati terus menerus selama bertahun-tahun akan mengendap di
dalam individu menjadi kepribadian atau biasa dinamai personality. Secara gramatical,
personality (Inggris) berasal dari bahasa Yunani prosopon atau persona, yang artinya
'topeng' yang biasa dipakai artis dalam theater. Para artis itu mengkomunikasikan diri sesuai
dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian
tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah cara

66

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

komunikasi yang ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang diinginkan
agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Salah satu tokoh humanis yang berbicara tentang kepribadian adalah Adler. Adler
memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas,
kebetulan serta sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler tiap orang adalah suatu
konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas; tiap tindak yang dilakukan
oleh seseorang membawakan komunikasi sesuai corak yang khas gaya kehidupannya yang
bersifat individual.
Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh atau dorongan utama-dorongan untuk
mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya
oleh pandangan mengenai masa depan, tujuan, dan harapan kita. Didorong oleh perasaan
inferior, dan ditarik keinginan menjadi superior, maka orang mencoba untuk hidup
sesempurna mungkin.
Inferiorta, seperti yang dialami oleh tokoh utama dalam film,

bagi Adler berarti

perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Tugas
tersebut bagi tokoh utama berarti speech, atau berbicara di depan umum. Inferiorita tidak
hanya berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, walaupun ada
unsur membandingkan kemampuan khusus diri dengan kemampuan orang lain yang lebih
matang dan berpengalaman. Superiorita, pengertiannya mirip dengan trandensi sebagai awal
realisasi diri dari Jung, atau aktualisasi dari Horney dan Maslow. Superiorita bukan lebih
baik dibanding orang lain atau mengalahkan orang lain, tetapi berjuang menuju superiorita
berarti terus menerus berusaha menjadi lebih baik-menjadi semakin dekat dengan tujuan
final.
Perasaan inferioritas ada pada semua orang, karena manusia mulai hidup sebagai
mahluk kecil dan lemah. Sepanjang hidup, perasaan iri terus muncul ketika orang
menghadapi tugas baru dan belum dikenal yang harus diselesaikan.
Di lain pihak, bagi Adler, tidak ada kesadaran sosial dalam berkomunikasi adalah sakit
jiwa yang sesungguhnya. Segala bentuk sakit jiwa-neurotik, psikotik, tindak kriminal,
narkoba, kenakalan remaja, bunuh diri, kemiskinan, prostitusi, dan lain-lain sebagainyaadalah penyakit-penyakit yang lahir akibat tidak adanya kesadaran sosial dalam
berkomunikasi. Tujuan orang-orang yang mengidap penyakit ini adalah superioritas
personal, keberhasilan dan kemenangan hanya berarti untuk mereka sendiri.

67

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

Hubungan Problem Solving, Kreativitas dan pengambilan keputusan


Analisa ini bersumber dari: Huitt, W. (1992). Problem solving and decision making: Consideration of individual
differences using the Myers-Briggs Type Indicator. Journal of Psychological Type, 24, 33-44.

Problem Solving adalah suatu suatu proses yang menjadi jembatan pemikiran antara situasi
sekarang dan tujuan yang diharapkan tercapai, dimana jalan untuk mencapai tujuan tersebut
tidak lancar karena ada berbagai macam rintangan. Dalam hal ini, solusi masalah masih
belum terlalu jelas.
Decision Making adalah suatu proses seleksi dimana sudah ada satu atau dua atau beberapa
pilihan solusi terhadap masalah yang bisa dipilih untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Langkah-langkah dalam kedua hal ini bwisa dikatakan sangat mirip. Bahkan bisa saling
melengkapi.
Ada setidaknya 4 tahap ketika berproses dalam problem solving dan decision making: 1)
suatu tahap input (penerimaan masalah dan usaha pribadi untuk memahami masalah dari
berbagai dimensi), 2) tahap proses pemecahan masalah (suatu proses dimana sudah ada
pendataan solusi terhadap permasalahan tersebut, dan mulai dievaluasi serta diseleksi mana
yang terbaik untuk dilakukan agar tujuan dapat tercapai). 3) tahap Output (dalam tahap ini
sudah ada perencanaan untuk menerapkn solusi dari permasalahan tersebut 4) dan terakhir,
tahap review, di tahap ini keputusan untuk menerapkan solusi sudah dibuat, dievaluasi dan
jika perlu sudah dimodifikasi untuk dapat dilakukan sebaik-baiknya.
Kebanyakan pelaku problem solver mulai mendeskripsikan problem - problem solving atau
decision making dengan membangun persepsi akan jarak antara permasalahan dengan
solusi, kemudian rencana untuk membangun jembatan solusi di antara keduanya, kemudian
penerapan rencana tersebut, dan akhirnya evaluasi terhadap rencana tersebut.
Setiap tahap dari proses tersebut memerlukan rincian detail pertahap, dan diselesaikan
pertahap secara baik, baru kemudian bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.

68

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

69

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

DAFTAR PUSTAKA:
Argyle, M., 2000. Psychology and Religion : an Introduction. London : Routledge
Bertil Osterberg., 2012. The Information Procesing Mechanism of The Brain.Esay.
Semarang: Universitas Soegijapranata.
Bronfenbenner, Urie, 1979, The Ecology of Human Development, Cambridge : Harvard
College.
Bugental, J.F.T., 2000, The Search for Existensial Identity, San Fransisco:Jossey Bass.
Carr, Alan, 2004. Positive Psychology. New York: Brunner-Routledge.
Carole Wade dan Carol Travis. 2011. Psychology. www.pearson customlibrary.com
Csikszentmihalyi, M, dan Nakamura, J., 1990, Flow: The Psychology of Optimal
Experience. New York: Harper Row.
Downes, Steven, 2004, Heritability, Californisa: Stanford Encyclopedia of Philosophy.
Schultz , Duane., 1991, Psikologi Pertumbuhan-Model-Model Kepribadian Sehat.
Yogyakarta: Kanisius.
Schultz, Duane dan Schultz, S.E., 2012, Theories of Personality. California, Belmont :
Wadsworth.
Diener, E., 2000, Subjective Well Being: The Science of Happiness. American Psychologist
55:34-43.
Oktawijaya, F.C., 2012. Motivasi Belajar pada Anak-Anak yang Berprofesi sebagai Loper
Koran yang Bersekolah. Jurnal. Depok : Universitas Gunadharma.
Hasbulah., 2005, Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Rajasindo Persada.
Harlow, Harry. F., 1997, Harry F. Harlow and Animal Research : Reflection on The Ethical
Paradox, Ethics and Behaviour 7(2) 149-161
H.L. Kalia, N.K Singh, dan Singh Rita; 2002, Encycloedia of The World Psychologist,
Volume 2
Hurlock, E.B., 2001, Developmental Psychology A life span approach, North America:
McGrawHill.
Lewthwaite, Brian, and Wiebe , Rick, 2011, Research study 1: chemistry teacher
development towards a tetrahedral orientation in the teaching of chemistry. In:
Lewthwaite, Brian, (ed.) University of Manitoba Centre for Research in Youth,
Science Teaching and Learning: applications and utility of Urie Bronfenbrenners Bioecological Theory, Manitoba Education Research Network (MERN) Monograph
Series (4). University of Manitoba, Winnipeg, Manitoba, Canada.
Lewthwaite, Brian, McMillan, Barbara, and Renaud, Robert, 2011, Research study 2:
learners and learning in middle-years classrooms in Nunavut. In: Lewthwaite, Brian,
(ed.) University of Manitoba Centre for Research in Youth, Science Teaching and
Learning: applications and utility of Urie Bronfenbrenner's Bio-ecological Theory,
Manitoba Education Research Network (MERN) Monograph Series (4). University of
Manitoba, Winnipeg, Manitoba, Canada.
Lewthwaite, Brian, and Wiebe, Rick, 2011, Research study 5: fostering chemistry teacher
candidate development. In: Lewthwaite, Brian, (ed.) University of Manitoba Centre
for Research in Youth, Science Teaching and Learning: applications and utility of Urie
Bronfenbrenners Bio-ecological Theory. Manitoba Education Research Network
(MERN) Monograph Series (4). University of Manitoba, Winnipeg, Manitoba,
Canada,
Mathew B Miles, A. Michael Huberman, Johny Saldana, 2014, Qualitative Data Analysis,
Arizona: Sage Publications, Inc.

70

Buku Ajar Ilmu Komunikasi

McClelland, D.C., 1973, Testing for Competence rather than for Intelligence, American
Journalist: Harvard University.
Monk, Adrian., 2009, The Psychological Disorder of Adrian Monk, Filipina: University of
the Philippines in the Visayas College of Arts and Sciences Division of Social
Sciences.
Manusov, V., & Harvey, J.H. (Eds.), 2000, Attribution, Communication Behavior, and Close
Relationships, New York: Cambridge University Press.
Myers, D., 2000, The Funds, Friends, and Faith of Happy People. American Psychologist
55:56-67.
Ormrod, J.E., 2011, Human Learning, London: Pearson Press.
Paquette, D. & Ryan, J, 2001, Bronfenbrenners Ecological Systems Theory,
http://pt3.nl.edu/paquetteryanwebquest.pdf (9.9.2007.)
Panuju, H. Panut., Umami, Ida., 1999, Psikologi Remaja, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Priyanto, P.H., MSI, 2012, Catatan kuliah dosen Metode Kualitatif , Semarang: Universitas
Soegijapranata.
Reynolds, William dan Miller, Gloria, 2003, Handbook of Psychology, Volume 7.
Robinson, Daniel, 1999, Aristotles Psychology. ISBN 0-9672066-0-x ISBN 9780967206608
Ryan dan Decci, 2000. Self determination theory and the facilitation of the intrinsic
motivation, social development and well being. American Psychologist 55:68-78
Reynolds, W. M. (2004). Reynolds Adolescent Depression Scale Second Edition (RADS2). In M. Hersen (Series Ed.) & D. L. Segal & M. Hilsenroth (Vol. Eds.).
Comprehensive handbook of psychological assessment: Volume 2. Personality
assessment (pp. 224-236). New York: John Wiley & Sons.
Renzulli, J.S., 1984, Key Features of Succesful Program for The Gifted and Talented,
Conecticut: Educational Leadership.
Rice P.L. , 1999,Stress and Health, 3rd Edition, Brookes/Cole.
Rosenbloom, Stephanie , 7 Agustus 2010, But Will It Make You Happy?, New York :
New York Times.
Samho, Bartolomeus, 2013. Visi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Tantangan dan
Relevansi. Yogyakarta : Kanisius.
Seligman, Martin. E.P.,2002, Autenthic Happiness, New York: Simon and Schuster Inc.
Skeen, James, 2003, Discovering Human Happiness: Choice Theory Psychology,
Aristotelian Contemplation, and Trahernes Felicity, Quodlibet Journal: Volume 5
Number 2-3, July 2003, ISSN : 1526-6575
Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2006. Wilhelm Maximilian Wundt. Standford
University. United States.
Tageson, C. W., 1982. Humanistic Psychology: a Synthesis. Chicago: The Dorsey Press.
Uhar Suharsaputra, Drs.,M.Pd., 2004. Filsafat Ilmu Jilid 1. Universitas Kuningan
William J Schoer, 2013, //ccampeador.wordpress.com//generations-xy-z-and-the-otherswilliam-j-schroer/
Woolfolk Hoy, Anita. E., 2006, Educational Psychology, Boston : Allyn and Bacon
.

71

Anda mungkin juga menyukai