Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi merupakan salah satu gejala timbulnya suatu penyakit.
Infeksi disebabkan karena adanya bakteri atau mikroorganisme patogen
yang masuk kedalam tubuh. Infeksi dapat terjadi didalam saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih.
Pada penelitian ini merumuskan masalah mengenai infeksi saluran
kemih. Salah satu penyebab infeksi saluran kemih yaitu bakteri
Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif
berbentuk batang dalam sel tunggal atau berpasangan, merupakan anggota
famili Enterobacteriacea dan flora normal intestinal yang mempunyai
kontribusi pada fungsi normal intestin dan nutrisi tetapi bakteri ini akan
menjadi patogen bila mencapai jaringan di luar jaringan intestinal.
Escherichia coli dapat menjadi penyebab utama infeksi saluran kemih
apabila bermigrasi kedalam saluran uretra ketika kebersihan organ vital
tidak terjaga, terutama pada wanita karena jarak uretra dengan anus relatif
lebih dekat dibandingkan pria. Infeksi bakteri patogen yang menyerang
manusia seringkali memerlukan terapi dengan menggunakan antibakteri
(Wijayakusuma, 2006).
Antibakteri merupakan suatu sediaan kimiawi hasil sintesis bakteri
atau dapat dibuat secara sintetik yang bersifat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Penggunaan antibakteri yang tidak
teratur dapat menimbulkan efek antibakteri yang kurang maksimal bahkan

dapat terjadi resistensi terhadap antibakteri tersebut. Resistensi terjadi bila


antibakteri telah kehilangan kemampuannya untuk mematikan bakteri.
Selain obat antibakteri yang beredar dipasaran, dapat pula
digunakan tanaman obat yang memiliki daya antibakteri. Kelebihan
tanaman obat adalah lebih mudah dijangkau dan ketersediaanya tidak
terbatas. Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai bahan antibakteri
adalah daun dari tanaman Ketapang (Terminalia catappa) (Hardhiko et al.,
2004). Ketapang diketahui mengandung senyawa flavonoid (Tropical
Aquaworld, 2006), alkaloid (Mandasari, 2006), tanin (Chee Mun, 2003),
steroid (Babayi, et al., 2004) dan triterpenoid (Gao, et al., 2004).
Senyawa tanin yang terkandung dalam daun ketapang diduga dapat
dimanfaatkan sebagai antibakteri. Senyawa tanin mempunyai gugus fenol,
sehingga tanin mempunyai sifat-sifat seperti alkohol yaitu bersifat
antiseptik yang dapat digunakan sebagai komponen antimikroba. Tanin
merupakan senyawa yang dapat mengikat dan mengendapkan protein
berlebih dalam tubuh, himpunan polihidroksi fenol yang dapat dibedakan
dari fenol-fenol lain karena kemampuannya untuk mengendapkan protein.
Senyawa tanin yang memiliki gugus fenol dengan sifat-sifat seperti
alkohol tersebut yang menyebabkan daun ketapang bersifat antibakteri
(Harbone, 1987).
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ekstrak daun ketapang memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Eschericia coli?
1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun Ketapang


terhadap bakteri Eschericia coli yang ditandai dengan diameter zona
hambat.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan nilai ekonomis daun Ketapang (Terminalia cattapa)
yang dapat digunakan sebagai alternatif pada pengobatan infeksi
saluran kemih.
2. Memberikan informasi pada tenaga medis.
3. Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang khasiat tanaman
obat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ketapang adalah pohon yang umumnya tumbuh di daerah tropis
dan subtropis. Menurut Heyne (1987) dalam Saadah (2010) tanaman
ketapang dalam sistematik tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisio

: Magnoliophyta

Subdivisio

: Magnoliophytina

Kelas

: Rosopsida

Subkelas

: Myrtales

Bangsa

: Combretaceae

Marga

: Terminalia

Jenis

: Terminalia catappa L

Gambar daun Ketapang (Terminalia catappa)

Ketapang mengandung senyawa flavonoid (Tropical Aquaworld,


2006), alkaloid (Mandasari, 2006), tanin (Chee Mun, 2003), steroid
(Babayi, et al., 2004) dan triterpenoid (Gao, et al., 2004). Senyawa dalam
ekstrak daun ketapang yang diduga bersifat antibakteri adalah tanin, (Chee
Mun, 2003) sehingga diharapkan mampu menjadi bahan alami alternatif
dalam pencegahan dan pengobatan infeksi.
Menurut Gan et al (1980) antibakteri adalah antimikroba yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pengertian antimikroba secara
umum yaitu zat yang dapat menghambat pertumbuan mikroba dan
digunakan untuk kepentingan pengobatan infeksi pada manusia dan
hewan. Berdasarkan evektivitas kerjanya terhadap mikroorganisme,
senyawa antibakteri dikelompokkan menjadi dua, yaitu antibakteri
berspektrum luas dan antibakteri berspektrum sempit (Schnack et al,
1990). Penelitian Maji dan Shaibu (2012) menunjukkan bahwa senyawasenyawa

yang

memiliki

aktivitas

antibakteri

dapat

menghambat

pertumbuhan koloni bakteri yang berperan sebagai biokontrol.


Menurut Jawetz et al (1996) mekanisme kerja antibakteri
dibedakan menjadi lima secara umum : Antibakteri yang menghambat

sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel


bakteri, menghambat sintesis protein sel bakteri, dan menghambat sintesis
asam nukleat. Kemampuan suatu zat antibakteri dalam menghambat
pertumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : 1).
Konsentrasi zat antibakteri, 2). waktu kontak dengan zat antibakteri, 3).
Suhu lingkungan, 4). Sifat-sifat bakteri (jenis, umur, konsentrasi, dan
keadaan bakteri), 5). Sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar
air, pH, dan jenis senyawa di dalamnya (Davidson dan Branen,
1993 dalam Haryadi, 2012).
Senyawa tanin, (Chee Mun, 2003) dan flavonoid (Tropical
Aquaworld, 2006)

yang terkandung dalam daun ketapang dapat

dimanfaatkan sebagai antibakteri karena mempunyai gugus fenol,


sehingga tanin mempunyai sifat-sifat seperti alkohol yaitu bersifat
antiseptik yang dapat digunakan sebagai komponen antimikroba. Tanin
merupakan senyawa yang dapat mengikat dan mengendapkan protein
berlebih dalam tubuh, himpunan polihidroksi fenol yang dapat dibedakan
dari fenol-fenol lain karena kemampuannya untuk mengendapkan protein.
Senyawa tanin yang memiliki gugus fenol dengan sifat-sifat seperti
alkohol tersebut yang menyebabkan daun ketapang bersifat antibakteri
(Harbone, 1987).
Menurut Hunt (1988), ekstraksi merupakan metode pemisahan satu
atau lebih senyawa yang diinginkan dari larutan atau padatan yang
mengandung campuran senyawa-senyawa tersebut secara fisik maupun
kimiawi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat

dari bahan yang akan diekstrak, daya penyesuaian dengan tiap macam
metode ekstraksi, dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang
sempurna. Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain
adalah maserasi, perkolasi, soxhletasi, partisi, dan ekstraksi ultrasonik
(Ansel 1989).
Metode

yang

digunakan

untuk

ekstraksi

daun

ketapang

(Terminalia catappa) adalah cara dingin, yaitu maserasi. Maserasi


merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi
adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang
terbentuk pada saat penghalusan, dan difusi bahan kandungan dari sel
yang masih utuh (Istiqomah, 2013). Pelarut yang digunakan adalah etanol
(96%) karena menurut Harborne (1996) pelarut yang dipakai dalam proses
ekstraksi harus sesuai dengan sifat kepolaran senyawa aktif yang
terkandung dalam tanaman.
Prinsip maserasi yaitu Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari
akan masuk kedalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dengan di luar
sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan
dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh

dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Hasil penyarian yang disebut


maserat perlu dibiarkan beberapa waktu untuk mengendapkan zat-zat yang
tidak diperlukan tetepi ikut terlarut dalam penyari misalnya pengotor
(BPOM, 2012).
Proses maserasi akan berakhir ketika bahan yang diekstraksi dari
bagian dalam sel telah berdifusi ke larutan dan terjadi keseimbangan yang
menandakan berakhirnya proses difusi (Istiqomah, 2013). Menurut List
(1989), metode maserasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
metode ini relatif sederhana yaitu tidak memerlukan alat-alat yang rumit,
relatif mudah, murah, dan dapat menghindari rusaknya komponen
senyawa akibat panas. Kelemahan metode ini diantaranya waktu yang
diperlukan relatif lama dan penggunaan pelarut yang tidak efektif dan
efisien (Meloan 1999).
Hipotesis : Ekstrak daun Ketapang mempunyai daya antibakteri.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang bertujuan
membuktikan aktivitas antibakteri pada daun Ketapang (Terminalia catappa)
yang ditunjukkan dengan diameter zona hambat. Uji daya antibakteri ekstrak
daun Ketapang menggunakan metode Kirby & Bauer (disc diffusion).
Penelitian dilakukan di

laboratorium farmakognosi dan laboratorium

mikrobiologi di Akademi Farmasi Theresiana.


Rancangan penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
searah dengan satu faktor yaitu konsentrasi 5%, 10%, dan 15%.
3.2 Variabel Penelitian
3.1.1 Variabel bebas
: Ekstrak daun Ketapang
Diameter zona hambat
No.

Perlakuan
Replikasi I Replikasi II Replikasi III

1.

Kontrol Negatif (Aquadest)

2.

Kontrol Positif (Ciprofloxacin)

3.

Ekstrak daun ketapang 5%

4.

Ekstrak daun ketapang 10%

5.

Ekstrak daun ketapang 15%

3.1.2 Variabel tergantung : Aktivitas antibakteri yang ditunjukan


dengan diameter zona hambat
3.1.3 Variabel terkendali : Asal tanaman, bahan penyari, media, suhu,
waktu pengamatan, alat ukur yang digunakan.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
1. Autoklav
2. Baskom
3. Gelas ukur (Pyrex)
4. Cawan petri (Pyrex)
5. Pinset
6. Swab steril
7. Tabung reaksi (Pyrex)
8. Jangka sorong
9. Erlenmeyer
10. Beaker Glass 100 mL (Pyrex)
11. Api Bunsen
12. Inkubator
13. Blender (Sharp)
14. freeze-dryer
15. Kapas
3.2.2

Bahan
1. Daun Ketapang yang diperoleh dari Gunung Kidul
Yogyakarta
2. Alkohol 96%
3. Ciprofloxacin
4. Biakan murni Escherichia Coli dalam medium Nutrien

Broth berumur 24 jam


5. Media Mueller Hinton Agar
6. Aquadest steril
7. Cakram kertas steril berdiameter 1cm
8. Alkohol 70%
9. Mueller Hinton Agar (MHA)
10.
3.3 Definisi Operasional
a. Ekstrak daun ketapang diperoleh dengan cara mengekstraksi daun
Ketapang dengan metode maserasi untuk memperoleh kandungan

aktif tanin dari daun Ketapang dengan menggunakan pelarut


alkohol 96%.
b. Pour Plate Method adalah metode yang digunakan untuk
menginokulasikan bakteri dengan cara mencampur suspensi biakan
murni bakteri dan medium didalam cawan petri.
c. Zona hambat merupakan daerah yang ditunjukkan pada cawan petri
yang berwarna bening pada area pertumbuhan setelah diberikan
ekstrak daun ketapang dalam media.
d. Kontrol negatif merupakan daerah yang tidak menunjukkan daerah
zona hambat berwarna bening pada cawan petri.
3.4 Tata Cara Penelitian
3.4.1 Determinasi Tanaman
Determinasi daun Ketapang di lakukan di Universitas Negeri
Semarang.
3.4.2 Sterilisasi Alat
Dicuci semua alat yang akan digunakan dengan sabun dan air
mengalir hingga bersih,bilas dengan menggunakan aquadest lalu
dikeringkan.

Dibungkus semua alat yang akan digunakan dengan menggunakan


koran.

Di buka Autoklave di isi air sampai tanda batas

Di masukkan alat alat ke dalam autoklave, lalu tutup autoklave,


kencangkan baut pengaman

Di nyalakan autoklav

Di setting waktu 15 30 menit, dengan tekanan 2 atm dan


temperatur 121C

10

Di tunggu sampai air mendidih yang ditandai dengan uap keluar


dari klep pengaman

Di tutup klep pengaman, tunggu sampai waktu yang ditentukan

Di buka klep pengaman, biarkan temperatur turun

Setelah dingin, buka lalu keluarkan alat alat.


3.4.3 Pembuatan Ekstrak Daun Ketapang
Dicuci daun Ketapang menggunakan air kran dan dibilas dengan
aquades steril

Dikeringanginkan dengan suhu ruang sampai aquades yang ada


dipermukaan daun kering

Daun yang sudah kering dipotong kecil-kecil dan dihancurkan hingga


halus dengan menggunakan blender

Serbuk daun diekstrak menggunakan metode maserasi dengan etanol


96% pada elyenmeyer hingga serbuk benar-benar terendam
seluruhnya (perendaman dilakukan pada suhu kamar hingga 24 jam)

Setelah 24 jam, hasil maserasi disaring dengan corong Buchner yang


dialasi kertas saring. Hasil ekstraksi diuapkan dengan menggunakan

11

freeze-dryer sampai dihasilkan ekstrak murni ketapang (Terminalia


catappa).
3.4.4 Pembuatan Media MHA (Mueller Hinton Agar)
Pembuatan media MHA dilakukan dengan cara menimbang sebanyak
5 gram agar Mueller Hinton Agar dan dimasukan ke dalam Erlenmeyer
250 mL kemudian dilarutkan dalam 125 mL aquadest steril, dipanaskan
diatas kompor listrik dan diaduk sampai larut dan disterilkan di autoklav
selama 15 menit pada suhu 121o C.
3.4.5 Uji Daya Antibakteri (Poor Plate Method)
Meyiapkan cawan petri yang dibagi menjadi lima bagian dengan
memberi nama ekstrak yang digunakan (I : Kontol Negative, II :
Ciprofloxacin, III : Ekstrak Daun Pecut Kuda Konsentrasi 5%, IV :
Ekstrak Daun Pecut Kuda Konsentrasi 10%, V: Ekstrak Daun Pecut
Kuda Konsentrasi 15%). Dipipet 1 ml suspensi bakteri menggunakan
pipet steril dan dimasukkan dalam cawan petri steril secara aseptik,
kemudian dicairkan medium Mueller Hinton Agar (MHA) dalam
penangas air dan dituangkan kedalam cawan petri berisi suspensi
bakteri Escherichia coli secara aseptik, dihomogenkan dengan cara
menggoyangkan cawan pada meja dengan membentuk angka delapan
dan didiamkan hingga membeku, kemudian diambil cakram uji steril,
celupkan dalam ekstrak dengan menggunakan pinset (Cakram I :
kontrol negative, Cakram II : Ciprofloxacin, Cakram III : ekstrak daun
ketapang konsentasi 5%, Cakram IV : ekstrak daun ketapang
konsentrasi 10%, Cakram V : daun ketapang konsentrasi 15%),

12

diletakkan celupan cakram uji di permukaan medium yang telah


membeku dan diinkubasikan dalam suhu 370 C selama 18 jam.

3.5 Analisis Hasil


Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode One
Way ANOVA untuk mengetahui aktivitas antibakteri yang diperoleh dari
ekstrak daun ketapang sebagai antibakteri terhadap E. coli.

3.6 Jadwal Penelitian

No

Tahun 2016

Kegiatan
1

13

Persiapan
a) Studi pustaka
b) Pembuatan proposal
c) Perijinan

Pelaksanaan

Pengelolaan Data

Pembuatan Laporan

Pengujian

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi ke-4. UIPress, Jakarta.
Babayi, H., Kolo, I., Okogun, J.I., Ijah, and U.J.J., 2004, The antimicrobial
Activities of Methanolic Extract of Eucalyptus camaldulensis and
Terminalia catappa Againt some Pathogenic Microorganisms, An Int.
J. Niger. Soc. Exp. Bio., 16(2): 106-111.

14

Chee Mun, F. (2003) Ketapang (Cattapa) Leaves-Black Water :


Understanding
Balck
Water.
INBS
Forum
Index.
Http://www.joyabetta.com/. Diakses pada tanggal 05 September 2009.
Gan S et al. 1980. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-2. Jakarta: Farmakologi
FKUI, Universitas Indonesia
Gao, J., Tang, X., Dou, H., Fan, Y., Zhao, X., and Xu, Q., 2004,
Hepatoprotective Activity of Terminalia catappa L. Leaves and Its
Two Triterpenoids, J. Pharm and Pharmacol., 56(1): 1-7.
Hardhiko, R.S., A.G. Suganda dan E.Y. Sukandar. 2004. Aktivitas
antimikroba ekstrak etanol, ekstrak daun yang dipetik dan daun gugur
pohon ketapang (Terminalia cattapa L.). Acta Pharmaceutica
Indonesia. XXIX, 129-133
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia (diterjemahkan dari :
Phytochemical Methods, penerjemah: K. Padmawinata dan I Soediro).
Penerbit ITB. Bandung.
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
Menganalisa Tumbuhan. Bandung. Institut Teknologi Bandung.
Heyne, K., (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 3, Departemen
Kehutanan, Jakarta
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi
terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis rectrofracti
fructus). [SKRIPSI] Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
hidayatullah Jakarta.
Jawetz, E., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Mandasari, Kartika. 2006 Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Minat Beli Konsumen dalam Memilih Jasa Perhotelan, Studi Kasus
Hotel Grasia Semarang. Skripsi Sarjana Ekonomi, Universitas
Diponegoro, Semarang Maret, 2011.

15

Schunack W, Mayer K, Haake M. 1990. Senyawa Obat. Ed ke-2.


Wattimena JR, Subiono, penerjemah. Yogyakarta
Tropical Aquaworld. 2006. Terminalia Cattapa L. Http://tropicalaquaworld.com/terminaliae.htm. Diakses pada tanggal 06 September
2009.
Wijayakusuma, H. 2006. Atasi asam urat dan Rematik ala Hembing.
Jakarta : Puspa swara Hal. 46

16

Anda mungkin juga menyukai