Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

METODOLOGI PENELITIAN
UJI AKTIFITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUNGA KRISAN
(Chrysanthemum indicum L)
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus Aureus

Disusun Oleh :
Febriana Kartika
Gisella Vibriossy H

14.0414
14.0407

AKADEMI FARMASI THERESIANA


SEMARANG
2016

DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................2
BAB I
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Perumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Manfaaat Penelitian.....................................................................................5
BAB II
A. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis...................................................................6
BAB III
A. Metodologi Penelitian..................................................................................9
B. Jenis dan Rancangan Penelitian...................................................................9
C. Alat Penelitian..............................................................................................10
D. Bahan Penelitian..........................................................................................10
E. Tata Cara Penelitian......................................................................................11
F. Analisis Hasil................................................................................................14
G. Jadwal Penelitian.........................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyebab kematian yang tertinggi di
Indonesia (Hatta, 2005). Beberapa infeksi disebabkan oleh bakteri yang secara
umum dianggap patogen tidak menampakkan gejala atau simptomatik.
Penyakit terjadi jika bakteri atau reaksi imunologi yang ditimbulkannya
menyebabkan suatu bahaya bagi seseorang. Bakteri yang sering menyebabkan
infeksi adalah Staphylococcus aureus (Jawetz et al, 2005). Bakteri
Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bakteri Gram positif.
Staphylococcus aureus bersifat koagulasi positif, yang membedakannya dari
spesies lain. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan timbulnya penyakit
dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan
abses (Jawetz et al., 2005).
Biasanya untuk mengobati infeksi ini dokter langsung meresepkan
antibiotik. Walaupun antibiotik ini banyak menunjukkan keberhasilan, tapi di
beberapa kasus pada beberapa orang justru menimbulkan efek samping tidak
baik berupa gangguan dermatologis (reaksi alergi bagi orang yang
hipersensitif) ataupun gangguan saluran pencernaan. Pemberian antibiotik dari
golongan yang sama secara terus menerus juga akan membuat bakteri menjadi
resisten sehingga antibiotik tersebut tidak menyembuhkan tapi membuat
infeksi bertambah parah (Tjay dan Rahardja, 2007)

Sekarang ini masyarakat mempunyai kecenderungan untuk back to nature


dalam mengobati penyakit termasuk penyakit infeksi. Salah satunya dengan
penggunaan obat tradisional sebagai alternatif untuk mendapatkan pengobatan
yang efektif dengan resiko efek samping yang relatif kecil (Pramono, 2010).
Hal ini mendorong para peneliti untuk mendapatkan obat-obat baru yang lebih
aman dan lebih efektif, terutama yang berasal dari bahan alam. Usaha ini juga
didukung oleh keanekaragaman tumbuhan yang ada di Indonesia. Sebuah data
menyebutkan bahwa di beberapa negara di Asia dan Afrika sebanyak 80% dari
jumlah populasi menggunakan obat-obatan tradisional sebagai primary health
care dan sebanyak 70-80% dari populasi di negara maju menggunakan obat
tradisional sebagai alternatif pengobatan maupun pelengkap pengobatan
(WHO, 2008).
Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat salah satunya adalah
bunga Chrysanthemum indicum L atau yang biasa dikenal masyarakat dengan
nama bunga krisan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan bunga
krisan sebagai salah satu obat aternatif yaitu bunga krisan mudah didapatkan,
dengan harga yang relative terjangkau. Menggunakan bunga krisan sebagai
bahan obat dapat meningkatkan nilai ekonomis dari bunga krisan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka timbul suatu
permasalahan yaitu :

1. Apakah ekstrak bunga krisan mempunyai efek menghambat pertumbuhan


bakteri Staphylococcus aureus?
2. Apakah konsentrasi ekstrak bunga krisan mempengaruhi daya hambat
bakteri Staphylococcus aureus?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak

bunga krisan dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.


2. Untuk mengetahui perbandingan efek antibakterial ekstrak bunga
krisan pada berbagai konsentrasi terhadap bakteri Staphylococcus
aureus
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan ekstrak bunga krisan dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus di masa mendatang.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kegunaan
lain dari bunga krisan selain sebagai tanaman hias .
3. Meningkatkan nilai ekonomis dari bunga krisan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Chrysanthemum indicum L

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan
kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum
(kuning), C. morifolium (ungu dan merah jambu) dan C. daisy (bulat, ponpon).
Pada abad ke-4 tanaman krisan mulai dibudidayakan di Jepang dan tahun 797
bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan
Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke
kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsea
mengembangkan delapan varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan
modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia
pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial
(Rukmana dan Mulyana, 1997). Tanaman krisan merupakan tanaman semusim
(anual) yang pembungaannya berkisar 9-12 hari tergantung varietas dan
lingkungan tempat menanamnya. Tanaman krisan dapat dipertahankan hingga
beberapa tahun bila dikehendaki, tetapi bunga yang dihasilkan biasanya jauh
menurun kualitasnya (Hasyim dan Reza, 1995)
Beberapa kandungan senyawa alami yang potensial yang terdapat dalam
bunga krisan seperti flavonoid, triterpenoid, dan caffeoylquinic acid
derivatives telah diisolasi pada beberapa penelitian sebelumnya. Senyawa
senyawa menunjukan efek farmakologi yang sangat luas, diantaranya sebagai
penghambat dari aktifitas enzim HIV -1 integrase dan aldose reductase dan
sebagai anti oksidan, anti radang, anti mutagenic dan anti aktivitas alergi
(Xie dkk, 2009)

Flavonoid mempunyai banyak manfaat seperti anti bakteri, anti virus, anti
alergi. Semakin banyak substitusi gugus hidroksi pada flavonoid, maka
aktivitas anti radikalnya semakin besar. Flavonoid dapat berperan langsung
sebagai anti bakteri karena senyawa ini dapat mendenaturasi protein sel
bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar dan
Chan, 1998)
2. 2 Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi.
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga
maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa
yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Maserasi
merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Akhyar,2010). Prinsip
maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya
dalam suatu pelarut (like dissolved like). Proses maserasi akan berakhir ketika
bahan yang diekstraksi dari bagian dalam sel telah berdifusi ke larutan dan
terjadi keseimbangan yang menandakan berakhirnya proses difusi (Istiqomah,
2013). Menurut List (1989), metode maserasi memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan metode ini relatif sederhana yaitu tidak memerlukan
alat-alat yang rumit, relatif mudah, murah, dan dapat menghindari rusaknya
komponen senyawa akibat panas. Kelemahan metode ini diantaranya waktu

yang diperlukan relatif lama dan penggunaan pelarut yang tidak efektif dan
efisien (Meloan 1999).
2. 3 Aktivitas antibakteri
Aktivitas antibakteri dari bunga krisan ini, terutama melalui kandungan
flavonoidnya yaitu dengan cara mendenaturasi protein dari sel bakteri dan
merusak membrane sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Irreversibel). Bakteri yang
mampu didenaturasi protein selnya yaitu Staphylococcus aureus.. Pengujian
aktivitas anti bakteri dari bunga krisan ini mampu dilakukan dengan
penggunaan cawan petri yang berisi bakteri Staphylococcus aureus., kemudian
dimasukan ekstrak bunga krisan dengan konsentrasi tertentu, aktivitas positif
dari ekstrak ditunjukan dengan terbentuknya zona hambat pada cawan petri.
Hal ini menunjukan bahwa ekstrak bunga krisan pada konsentrasi tertentu
dapat menghambat perkembangan bakteri Staphylococcus aureus.
2. 4 HIPOTESIS
Ekstrak bunga krisan yang mempunyai daya antibakteri yang ditunjukan
dengan timbulnya diameter zona hambat.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan di
laboratorium farmakognosi dan laboratorium kimia di Akademi Farmasi
Theresiana.
Rancangan penelitian adalah mendapatkan bunga krisan yang dibeli dari
toko bunga Aster Kalisari, Semarang.
3.2 Variabel penelitian
3.2.1 Variabel bebas
: Konsentrasi ekstrak bunga krisan
3.2.2 Variabel Tergantung : Daya antibakteri ekstrak bunga krisan yang
ditandai dengan timbulnya diameter zona hambat.
3.2.3 Variabel Terkendali : Asal dari bunga krisan, media pertumbuhan
bakteri, tehnik aseptic, waktu pengamatan, suhu yang berpengaruh,
alat yang digunakan.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam proses penelitian yaitu Bunga krisan
(Chrysanthemum indicum), Bakteri Staphylococcus aureus , Agar, daging,
pepton, NaCl, Aquadest
3.3.2 Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam proses penelitian yaitu pada tahap
pembuatan ekstrak yaitu Pisau, Talenan, Tampah, Seperangkat alat
infundasi, Vial, pada tahap proses pembuatan media Autoklav, Beakerglass
(Pyrex), Matgass (Pyrex), Timbangan. Pada tahap pengujian daya

antibakteri yaitu Cawan petri, Pipet 1 mL, Spiritus, Ose bulat, Ose tajam,
Inkubator
3.4 Definisi Operasional
a. Ekstrak daun krisan diperoleh dengan cara mengekstraksi daun krisan
dengan metode Infundasi untuk memperoleh kandungan aktif
Flavonoid dari bunga Krisan dengan menggunakan pelarut alkohol
96%.
b. Pour Plate

Method

adalah

metode

yang

digunakan

untuk

menginokulasikan bakteri dengan cara mencampur suspensi biakan


murni bakteri dan medium didalam cawan petri.
c. Diameter zona hambat daya anti bakteri dari ekstrak bunga krisan
berupa daerah zona hambat yang berbentuk lingkaran yang berwarna
bening disekitar bakteri Salmonella aureus.
d. Kontrol negatif merupakan daerah yang tidak menunjukkan daerah
zona hambat berwarna bening pada cawan petri.

3.5 Tata cara Penelitian


3.5.1 Sterilisasi Alat
Dicuci semua alat yang akan digunakan dengan sabun dan air
mengalir hingga bersih, bilas dengan menggunakan aquadest,
keringkan.

Dibungkus semua alat yang akan digunakan dengan menggunakan


koran.

10

Di buka Autoklave di isi air sampai tanda batas

Di masukkan alat alat ke dalam autoklave, tutup autoklave,


kencangkan baut pengaman, di nyalakan autoklave

Di setting waktu 15 30 menit, tekanan 2 atm dan suhu 121C

Di tunggu sampai air mendidih dan uap keluar dari klep pengaman

Di tutup klep pengaman, tunggu sampai waktu yang ditentukan

Di buka klep pengaman, biarkan temperatur turun

Setelah dingin, buka lalu keluarkan alat alat.


3.5.2

Pembuatan Ekstrak
Bunga Krisan dipotong menjadi ukuran kecil - kecil kemudian
dijemur dibawah matahari secara tidak langsung
dimasukan ke dalam bekerglass yang sudah berisi pelarut, kemudian
direndam dengan kondisi terlindung dari cahaya langsung selama 4
hari,
kocok secara berulang sebanyak 3 x sehari
setelah direndam selama 4 hari, dipisahkan antara simplisia dengan
ekstraknya dengan cara disaring dengan penyaring

3.5.3

Setelah itu didapatkan ekstrak bunga krisan


Pembuatan Media MHA (Mueller Hinton Agar)
Ditimbang sebanyak 5 gram agar Mueller Hinton Agar

Dimasukan kedalam Erlenmeyer 250 mL

Dilarutkan dalam 125 mL aquadest steril

Dipanaskan diatas kompor listrik dan diaduk sampai larut

11


Disterilkan di autoklav selama 15 menit pada suhu 121o C
3.5.4

Uji Daya Antibakteri (Poor Plate Method)


Disiapkan lima cawan petri dibagi menjadi lima bagian dengan
memberi nama ekstrak yang digunakan (I : Kontol Negative, II :
Ciprofloxacin, III : Ekstrak Bunga Krisan Konsentrasi 10%, IV :
Ekstrak Bunga Krisan Konsentrasi 30%, V: Ekstrak Bunga Krisan

Konsentrasi 50%)

Dicairkan medium Mueller Hinton Agar (MHA) dalam penangas air,


lalu tuangkan kedalam cawan petri steril secara aseptik

Diinokulasikan bakteri dalam 10 ml aquadest steril

Dipipet dengan pipet steril 1 ml suspensi bakteri, dimasukkan dalam


cawan petri steril

Dihomogenkan dengan cara menggoyangkan cawan pada meja dengan


membentuk angka delapan hingga membeku

Diambil cakram uji steril, celupkan dalam ekstrak dengan


menggunakan pinset (Cakram I : kontrol negative, Cakram II :
Ciprofloxacin, Cakram III : ekstrak bunga krisan konsentasi 10%,
Cakram IV : ekstrak bunga krisan konsentrasi 30%,
Cakram V : bunga krisan konsentrasi 50%)

Diletakkan celupan cakram uji di permukaan medium yang tela membeku

12

Diinkubasikan dalam suhu 370 C selama 18 jam

Diamati ada atau tidaknya zona bening yang dihasilkan setelah 18 jam
3.6 Analisis Hasil.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode One Way
ANOVA untuk mengetahui aktivitas antibakteri yang diperoleh dari ekstrak bunga
krisan sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
Perlakuan

Diameter Daerah Hambat


Rata-rata (mm) terhadap S.Aureus

EBK 10
EBK 30
EBK 50
Kontrol Ciprofloxaxin
Kontrol Aquadest
Keterangan : EBK = Ekstrak Bunga Krisan
3.7 Jadwal Penelitian
Kegiatan

2016
1

Studi Pustaka
Pembuatan Proposal
Perijinan

Pelaksanaan

Pembuatan laporan

Pengujian

13

DAFTAR PUSTAKA
Agus, Pramono. 2010. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengambilan
Keputusan Petani Dalam Budidaya Wijen (sesamum indicum l.) Di Kecamatan
Baki KabupatenSukoharjo. http//serambinews.com. 9 april 2011 | 11:07:09.
Akhyar.2010. Uji Daya Hambat dan Analisis Klt Bioautografi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau ( rhizophora stylosa griff.) terhadap vibrio harveyi. Makassar:
Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Bai, Y., Dehua He, Shaohui Ge, dkk., (2009), Influences of Preparation
Methods of ZrO2 Support and Treatment Conditions of Cu/ZrO2 Catalysts on
Synthesis of Methanol via CO Hydrogenation, Catalysis Today, 100, hal. 1-6
Hamdani.2014. Maserasi. (Online). http://catatankimia.com. Diakses tanggal 18
April 2014 Pukul 16.09 WITA
Hasim, I. Dan M, Reza. 1995.Krisan. Penerbit penebar swadaya. Jakarta

Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi


terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis rectrofracti fructus).
[SKRIPSI] Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta.

14

Jawetz, E., Melnick, L.J., dan Adelberg, A.E., 1986, Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan, diterjemahkan oleh Tonang, Edisi 16, Jilid 2, 288, EGC, Jakarta.

Meloan CE. 1999. Chemical Separation. Principle,


Expremints.Canada. John Wiley and Sons publication.Canada

Techniques

and

Rukmana, R. Dan A. E. Mulyana. 1997. Krisan Seri bunga potong. Penerbit


kanisius, yogyakarta

Pelczar, M. J. dan Chan. E. C. S. (1998), Dasar-Dasar Mikrobiologi 2,


Penerjemah: R. S. Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomo, Angka Penerbit UIPress. Jakarta, 78
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh
Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta.
World Health Organization. The global burden of disease:2004 update.
Geneva:WHO Library Cataloguing-in-Publication Data; 2008.p. 40-51

15

Anda mungkin juga menyukai