Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH MATA KULIAH

SISTEM PENGHANTAR OBAT


“  Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa Oral” 

DOSEN PEMBIMBING :
apt. Yulianis, M. Farm

DISUSUN OLEH :
MIYA ADE FEBRIANI (2248201119)
IFFAH ARFIANI (2248201122)
JIHAN GENETA HARDENSI (2248201125)
ALDONA OKTAFIA SURBAKTI (2248201128)
INDRA PINOZA (2248201131)
SHERLI BRILIAN PUTERI JUWANDA (2248201137)
AURA NOVIA ANDINI (2248201140)

STIKES HARAPAN IBU


JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmat dan karunia-NYApenulis dapat menyelesaikan Makalah
mengenai “Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa Oral”.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Penghantaran Obat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Sistem
Penghantaran Obat yang telah memberikan panduan dan arahan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini, serta tak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak atas
bantuan yang telah diberikan serta kontribusi dalam menyumbangkan
waktu dan pikirannya. Harapan penulis sebagai penyusun makalah,
semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman
bagipara pembaca.
Oleh karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
penulis, sehingga dalam penyusunannya masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Jakarta, 24 Desember 2022

Penulis 

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….1
1.1 Latar Belakang………………………..…………………1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….1
1.3 Tujuan…………………………………………..……….1
BAB II PEMBAHASAN………………………………….………….3
2.1 Anatomi………….……………………………….……..3
2.1.1 Mulut ……………………………………….….…5
2.2 Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa Oral dan
Desain Sediaannya…………………………………..…..8
2.2.1 Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa
Oral………………………………………………...8
2.2.2 Desain Sediaan Transmukosa Oral………………17
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penghantaran Obat Secara
Transmukosa Oral……………………………………...23
2.3.1 Faktor Fisiologi yang Mempengaruhi
Bioavailabilitas Obat Transmukosa Oral…………23
2.3.2 Faktor Formulasi yang Mempengaruhi
Bioavailabilitas Obat Transmukosa Oral…………27
2.4 Keuntungan dan Kerugian dari Penghantaran Obat
Transmukosa Oral………………………………..……29
2.4.1 Keuntungan……………………………………..29
2.4.2 Kerugian……………………...……....................32
BAB III PENUTUP…………………………………………………34
3.1 Kesimpulan……………………………………………...34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Obat dapat diberikan kepada pasien melalui sejumlah rute pemberian yang
berbeda. Rute pemberian obat dapat dilakukan secara peroral, parenteral,topikal,
rektal, intranasal, intraokular, konjungtival, intrarespiratori, vaginal, uretral
(Ansel, 1985).
Akan tetapi rute pemberian obat secara oral memiliki kelemahan, yaitu
obat yang diberikan secara per oral akan mengalami metabolisme lintas pertama
di hati dan degaradasi enzimatik dalam saluran cerna. Sehingga pemberian obat
secara transmukosa dipilih untuk mengatasi kelemahan dari sediaan oral tersebut.
Rute pemberian obat secara transmukosa (diantaranya pada lapisan mukosa
hidung, rektal, vagina, mata, dan rongga mulut) memiliki keuntungan yang
berbeda terhadap pemberian secara oral dalam hal efek sistemik yang
dihasilkannya (Shojaei, 2012)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana anataomi mukosa pada mulut?
2. Bagaimana sistem penghantaran obat secara transmukosa oral?
3. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi penghantaran obat secara
transmukosa oral?
4. Bagaimana formulasi dan pengembangan obat dengan sistem
penghantaran transmukosa oral?
5. Apa keuntungan dan kerugian dari sistem penghantaran transmukosa
oral?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui anatomi mukosa pada mulut
2. Memahami sistem penghantaran obat secara transmukosa oral
3. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi penghantaran obat secara

1
transmukosa oral
4. Mengetahui dan memahami formulasi dan pengembangan obat dengan
sistem penghantaran transmukosa oral
5. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari sistem
penghantaran transmukosa oral

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
Jalur Gastrointestinal terdiri dari empat bagian antomi utama, yaitu
rongga mulut, lambung, usus halus dan usus besar.

Fungsi dari sistem pencernaan yaitu untuk menghancurkan


molekul yang diperoleh dari makanan menjadi ukuran yang lebih
kecil untuk diabsorbsi di darah atau limfa. Proses ini dibagi
menjadi lima fase utama, dibagi dalam beberapa wilayah sistem
pencernaan, antara lain :

  Proses Menelan (Mulut);


  Pemecahan (Mulut Dan Lambung);
  Mencerna ( Lambung Dan Usus Halus);
  Absorpsi (Usus Halus Dan Besar);

  Eliminasi Produk Sisa (Usus Besar).


Secara mikroskopis atau histologis, dinding saluran cerna terdiri
dari empat lapisan, yaitu:

3
1. Tunika mukosa, terdiri dari lapisan epitel yang membatasi lumen
saluran cerna, lamina propria, dan tunika muskularis mukosa yang
memisahkan mukosa dengan submukosa. Berbagai segmen
saluran cerna memiliki bentuk epitel yang berlainan, tergantung
pada fungsinya masing-masing. Pada umumnya, sel epitel
memiliki banyak fungsi, yaitu ab sorbsi (pertukaran air, elektrolit,
serta nutrien), sekresi enzim, serta sebagai barier yang banyak
mengandung sel imun. Lamina propria merupakan lapisan
dibawah lapisan epitel yang banyak mengandung saluran limfa,
pembuluh darah, dan ujung-ujung saraf aferen maupun eferen.
2. Lapisan submukosa  yang terdiri dari jaringan ikat elastis
serta pembuluh darah dan limfa. Pada lapisan ini, juga terdapat
pleksus saraf Meissner yang berfungsi untuk mempersarafi
lapisan epitel dan mukularis mukosa.

3. Tunika muskularis yang tersusun dari jaringan otot polos sirkuler


dan longitudinal. Di antara lapisan otot sirkuler dan longitudinal
usus halus, terdapat kumpulan sel ganglion yang disebut dengan plexus
Auerbach’s
4.  Tunika serosa, yaitu jaringan ikat terluar yang menghasilkan
cairanserous.Meskipun memiliki struktur umum yang serupa,
masing-masing segmensaluran cerna memiliki karakteristik
histologis tersendiri sesuai dengan fungsinya pada proses
digestif, yaitu fungsi motilitas (pergerakan makananmelalui
traktus digestifus), sekresi (pelepasan zat tertentu untuk
membantu proses pencernaan makanan), digesti (pemecahan
makanan secara fisik maupun kimia), atau absorpsi (pemindahan
berbagai zat ke lingkungan dalam tubuh). Pada bagian selanjutnya,
akan dijelaskan mengenai fisiologi digesti secara umum dan
struktur serta proses spesifik yang berlangsung pada masing-
masing segmen saluran cerna (Juffrie, 2018)

2.1.1 Mulut

4
Mukosa mulut memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah
proteksi, sensasi dan aktivitas sensitivitas kelenjar.
1. Fungsi proteksi dilakukan oleh :
 Epitel mukosa mulut, den memproteksi dari
trauma pengunyahan, tekanan, abrasi mikroorganisme +
produk toksik
 Kelen'ar liur (saliva) :

 Melembabkan
 Memfasilitasi proses pengunyahan : amilase (oleh kelenjar
liur serosa) hidrolisis zat tepung (maltose)
 Memfasilitasi rasa, penelanan
 Antibodi
2. Fungsi sensasi dilakukan oleh :
 Saraf sensoris yang menerima rangsang dari luar melalui
bibir dan Lidah
  Sel epitel mukosa mulut mengandung reseptor yang
merespon rangsang suhu, sentuhan, sakit, rasa (di lidah)
  Reseptor piala pengecap pada papil lidah (reseptor rasa
manis, asam, pahit, asin), rasa terhadap air (haus)
 Refleks seperti menelan, muntah, mual, salivasi diawa1ali
oleh reseptor pada mukosa mulut.
3. Fungsi sekresi dilakukan oleh kelenjar liur :
  Kelenjar liur mayor terletak jauh dari permukaan mukosa

dengan duktus yang panjang


   Kelenjar liur minor berhubungan dengan mukosa
mulut
4. Fungsi regulasi termal Lapisan mukosa mulut

5
1. Lapisan Epitel
Rongga mulut dilapisi oleh epitel gepeng berlapis (stratified
squamous epithelium). Epitel ini ada yang berkeratin dan ada yang
tidak berkeratin.
Epitel yang berkeratin memiliki karakteristik yang kuat secara
mekanik dan tahan secara kimia. Epitel ini ditemukan di daerah
rongga mulut yang mengalami tekanan mekanis seperti mukosa
gingiva (gusi) dan langit-langit mulut. Sedangkan, epitel yang tidak
berkeratin relatif fleksibel dan ditemukan di daerah-daerah seperti
langit-langit mulut yang lunak, lantai mulut, bibir dan pipi. Dengan
demikian daerah mulut yang mendukung sebagai tempat
pemberian obat yaitu epitel yang tidak berkeratin.
Lapisan epitel pada mulut secara umum mirip dengan epitel
gepeng  berlapis yang ditemukan di tempat lain pada tubuh,
misalnya kulit. Di mana sel diproduksi oleh mitosis di lapisan
basal dan sel-sel yang berpoliferasi ini mendorong sel-sel yang
ada ke permukaan. Lapisan epitel terdiri dari beberapa lapisan,
antara lain :
a. Stratum basal
b. Stratum Spinosum
c.  StratumGranulum
d. Stratum Korneum
Epitel keratin menunjukkan pola lipid yang sebagian besar

6
netral lipid seperti ceramides, sedangkan epitel non-keratin
sebagian besar mengandung lipid polar, khususnya kolesterol
sulfat dan glucosylceramides.
2.  Lapisan Lamina Propria
Lamina propria merupakan lapisan terusan dari jaringan ikat
yang mengandung kolagen, serat elastis dan komponen seluler dalam
substansi yang terhidrasi. Lapisan ini juga yang membawa kapiler
darah dan serabut saraf ke mukosa. Melalui pembuluh darah di
lamina propria inilah obat-obatan dapat masuk sirkulasi sistemik.
3.   Lapisan Kelenjar Saliva
Air liur diproduksi oleh tiga pasang kelenjar ludah utama:
• parotid 
• sublingual 
• submandibular 
Dan banyak kelenjar aksesori kecil yang tersebar di seluruh
mukosa mulut. Air liur bersifat hipotonik, sekresi cair yang
mengandung sejumlah lendir, enzim (terutama amilase dan enzim
antibakteri lisozim), antibodi dan ion anorganik. Dua jenis sel
sekretori yang ditemukan di kelenjar ludah adalah sel serosa dan
sel mukosa. Kelenjar parotid terdiri hampir secara eksklusif dari
sel serosa dan menghasilkan sekresi cair yang kaya akan enzim
dan antibodi. Kelenjar sublingual sebagian besar memiliki lendir
sel sekretori dan menghasilkan sekresi lendir kental. Kelenjar
submandibular mengandung serous dan sel sekretori lendir dan
menghasilkan sekresi konsistensi yang menengah. Komposisi
keseluruhan air liur bervariasi sesuai dengan tingkat aktivitas
masing- masing jenis kelenjar utama. Komponen air liur yang
encer dapat melembabkan dan melumasi proses pengunyahan.
Lendir saliva membantu mengikat bolus makanan yang siap
untuk ditelan. (Anya M. Hillery, Andrew W.

7
Lloyd, 2001)

8
2.2 Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa Oral Dan
Desain Sediaannya
2.2.1 Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa Oral

A. Sistem Penghantaran Bukal

Sistem penghantaran bukal merupakan suatu sistem


penghantaran obat dimana obat diletakan diantara gusi dan
membran pipi bagian dalam. Mukoadhesif adalah polimer yang
memiliki kekuatan mukoadhesi. Bukal mukoadhesif adalah suatu
sistem penghantaran obat dimana obat terebut diletakan diantara
gusi dan membran pipi bagian dalam dan menggunakan polimer
untuk mengontrol pelepasan obat. Sediaan yang menggunakan
polimer adalah patch.
Keuntungan sediaan bukal  patch adalah menghindari
terjadinya first-pass metabolisme, tingkat puncak plasma obat
diturunkan sehingga efek samping berkurang,  mengurangi
terjadinya fluktuasi, dapat digunakan untuk obat dengan waktu
paruh dan rentang terapi pendek,mudah dihentikan apabila
terjadi keracunan, mengurangi frekuensi  pemberian obat
sehingga meningkatkan kepatuhan pasien (Kumar et al., 2007).
 Dalam sediaan bukal mukoadhesif, matriks berperan
sangat penting karena kontak antara patch dan mukosa bukal adalah
salah satu faktor kunci dalam penghantaran bukal yang sukses, yang
lebih ditekankan adalah penggunaan mukoadhesif polimer dalam
formulasi sistem penghantaran bukal (Aungst, 1998). Matriks yang
biasa digunakan pada sediaan bukal patch mukoadhesif antara lain
CMC-Na,Methocel dan Chitosan. CMC-Na digunakan sebagai
matriks karena memiliki kekuatan mukoadhesif yang tinggi (Roy &
Prabhakar, 2010). Selain itu CMC-Na biasa digunakan utntuk
melindungi perlekatan produk dengan jaringan tubuh dari
kerusakan (Rowe, 2006). Ada 3 tipe
 peghantaran bukal mukoadhesif yaitu sebagai berikut :
1.   Tipe I merupakan sistem single layer dimana pelepasan obat
ke semua arah. Pelepasan obat akibat sediaan yang
mengembang.
2. Tipe II merupakan sistem double layer dengan ditambahkan
backing membrane dibagian atas dari  patch tersebut untuk

9
menghindari kehilangan obat dari bagian atas sediaan menuju
rongga mulut.
3.  Tipe III merupakan sistem yang memberikan pelepasan obat
secaratidak langsung. Seluruh permukaan pada sediaan dilapisi
dengan impermeable  backing layer kecuali sisi yang kontak
dengan bukal mukosa (Hameed, 2021)

a) Mekanisme Mukoadhesi

Mekanisme adhesi suatu makromolekul terhadap


permukaan jaringan mukosa belum sepenuhnya dimengerti.
Mukoadhesif harus tersebar diantara substrat untuk membuat
kontak dan meningkatkan kontak dengan permukaan,
meningkatkan difusi dengan mukosa. Terjadi daya tarikan dan
tolakan, dan untuk membuat daya mukoadhesif berhasil daya
tarikan harus lebih dominan. Setiap tahapan tergantung dari
sifat dan bentuk dari sediaan dan juga rute pemberian sediaan
tersebut (Carvalho et al., 2010)
Mekanisme dari mukoadhesi secara umum dibagi menjadi 2
langkah :
1.  Tahapan Kontak : terjadi kontak antara polimer
mukoadhesif danmembran mukus. Terjadi proses

10
perluasan dan pengembangan dari basis patch sehingga
dapat kontak dengan lapisan mukus.
2.  Tahapan Penggabungan : basis dari mukoadhesif diaktifkan
oleh adanya kelembapan .Kelembapan memungkinkan
molekul mukoadhesif untuk pecah keluar dan
menghubungkan antara ikatan Van Der Waals dengan
ikatan hidrogen

b)    Patch Bukal


Patch  bukal adalah bentuk sediaan obat yang berdasar
pada mukoadhesif sistem. Ukuran ketipisan patch bukal antara
0,5-1,0 mm, apabila lebih kecil akan menyulitkan dalam
pemakaiannya. Pelepasan zat aktif pada suatu  patch  dikenal
dengan metode tidak langsung. Menurut Lenaerts et al. (1990),
patch terdiri dari 3 lapisan yaitu (1) Permukaan dasar
mukoadhesif terdiri dari polimer biodhesif polikarbopil,
(2) permukaan membran yang merupakan tempat terlepasnya
obat, (3) permukaan impermeable, yang langsung

bersentuhan dengan mukosa.

11
  Tipe Patch
1. Pelepasan multi-arah
Jenis patch ini memungkinkan pelepasan obat ke mukosa
dan juga ke saliva. Obat yang dilepaskan ke saliva juga bisa
diserap secara sistemik melalui selaput lendir rongga
mulut dan/ atau tetap lokal. Namun, terdapat kerugian
yaitu:
  obat menjadi encer secara substansial dalam saliva
  kehilangan obat yang substansial dapat terjadi ketika
air liur tertelan
   pelepasan obat ke dalam mulut berarti obat tersebut
tidak dilindungi dari lingkungan fisiologis

2.   Pelepasan searah

Dalam sistem ini, kehilangan obat pada saliva dapat


dikurangi dengan menggunakan lapisan pendukung yang
tidaktembus cahaya. Keuntungan dari sistem ini adalah
efek aditif dapat dibatasi pada tempat penggunaannya.
Namun, hal ini juga berarti bahwa bagian obat terbatas
pada lokasi penggunaannya, sehingga area penyerapan yang
tersedia cukup kecil. Selanjutnya, keberadaan lapisan
pendukung juga dapat mengurangi fleksibilitas bentuk
sediaan yang menyebabkan peningkatan ketidaknyamanan

12
pasien.

  Tingkat pelepasan obat dapat dikendalikan dengan


menggunakan :

3. Matriks atau sistem obat-dalam-perekat

Obat ini didistribusikan keseluruh matriks polimer.


Sistem seperti ini relatif mudah dibuat. Obat
didispersikansecara langsung dalam campuran yang terdiri
dari, misalnya campuran dari poli (asam akrilat) dan
senyawa elastomerik seperti poli (isobutilena) dan poli
(isoprena).
4.  Sistem Reservoir
Patch reservoir memiliki komponen bioadhesif yang

serupa tetapi mengandung formulasi eksipien tertentu,


seperti peningkat penetrasi dan penghambat enzim, dapat
ditempatkandi tengah desain. Membran polimer yang
mengendalikan laju dapat dirancang untuk mengontrol
pelepasan obat.

  Area Patch
Untuk obat yang diserap melalui mekanisme difusi
pasif (paraseluler atau transelular), meningkatkan

13
luas patch harus meningkatkan jumlah obat yang
diserap. Namun, ukuran patch harus selalu
dipertimbangkan karena berhubungan dengan
kenyamanan dan penerimaan pasien dan tidak boleh
terlalu besar. Dengan demikian ukuran patch perekat
umumnya berkisar 2-5 cm2, dengan 10-15 cm2  sebagai
batas atas.

  Pacth Adesi Diperlukan bioadesi:


• Untuk memaksimalkan kontak langsung pacth dengan mukosa 

• Untuk mempertahankan sistem pengiriman di rongga mulut. 


Polimer adhesi yang digunakan dalam patch oral meliputi
poli (hidroksi etils elulosa), poli (hidroksi propil selulosa),
poli (natrium karboksi metil selulosa), poli (asam akrilat),
poli (asam metakrilat), poli (vinylpyrrolidone) dan poli
(vinil alkohol).

Pengaruh viskositas terhadap waktu adhesi tergantung


pada jenis polimer, misalnya poli (vinil prolididon)
memberikan waktu adhesi yang meningkat secara
eksponensial dengan tingkat viskositas. Poli
(hidroksietilselulosa) dan poli (vinil alkohol) juga
menunjukkan peningkatan waktu adhesi dengan peningkatan
viskositas; Namun, sebaliknya untuk hidroksipropilselulosa.
Meningkatkan jumlah polimer dalam patch juga dapat
meningkatkan waktu adhesi. Patch dengan lapisan
pendukung yang  permeabel terhadap air umumnya
menunjukkan waktu rekat yang lebih pendek dibandingkan
dengan lapisan pendukung yang tidak tembus cahaya. Hal ini
disebabkan oleh erosi hidrokoloid yang lebih lambat ketika
salah satu sisi patch dilindungi terhadap penyerapan air.

14
  Patch hydmtion
Patch hidrasi mempengaruhi pengiriman obat bukal dalam
beberapa cara:

 Penyerapan air oleh patch merupakan parameter


utama yang menentukan kelarutan obat.
 Penyerapan air oleh patch mempengaruhi lamanya
bioadhesi
 Tingkat ketebalan patch
mempengaruhi kenyamanan
dan penerimaan pasien
c)  Mekanisme transportasi obat melalui bukal Mekanisme transportasi
obat melalui mukosa bukal melibatkan dua rute utama:
1. Jalur transelular (intraseluler) : sebagai rute polar melalui
membrane yang didominasi keratin yang terhidrasi tinggi untuk
difusi zat aktif yang bersifat hidrofilik. 
2. Jalur paraseluler (antar sel) : jalur difusi zat aktif yang
melalui ruang antarsel (korneosit). 
d) Rute Bukal
1. Bukal Proklorperazin 
Proklorperazin banyak digunakan untuk aktivitas anti-emetik dan
efektivitasnya dalam menekan rasa pusing untuk gangguan
labrintine. Ketersediaan hayati oral sangat rendah, karena
metabolisme firstpass usus dan hati yang luas. Selain itu, rute oral
tidak praktis pada pasien dengan mual dan gangguan vestibular,
yang telah terbukti memiliki gangguan pengosongan lambung.
Tablet Buccastem adalah bentuk proklorperazin untuk pemberian
bukal, yang mengandung 3 mg proklorperazin dalam basis
polisakarida. Ketika ditempatkan pada posisi tablet melunak
selama beberapa menit untuk membentuk gel yang melekat
pada gusi dan secara bertahap melepaskan obat. Proklorperazin
memenuhi kriteria untuk transmukosa yang efisien dikarenakan
basa yang sangat larut dalam lemak dengan pKa 8,1 dan

15
karenanya sebagian besar tidak terionisasi pada pH saliva. Karena
metabolisme first-pass sangat dihindari maka ketersediaan hayati
melalui rute bukal jauh lebih tinggi daripada melalui rute oral. 
2. Nitrogliserin bukal

Onset akut efek anti-anginal dengan nitrogliserin sublingual


terjadi dalam waktu 2 menit, tetapi efeknya berumur
pendek,menurun ke level yang dapat diabaikan setelah 1 jam.
Sebaliknya, nitrat long-acting oral memiliki onset aksi yang lama
tetapi lambat, membatasi penggunaannya untuk profilaksis angina.
Nitrogliserin bukal yang berkelanjutan (Suscard Buccal)
dikembangkan untuk memberikan onset yang cepat dan efek yang
berkepanjangan, dalam satu formulasi tunggal. Tablet Suscard
Buccal diformulasikan sedemikian rupa sehingga partikel obat
terperangkap di dalam serat selulosa. Jika kontak dengan mukosa
yang lembab, lapisan luar tablet terhidrasi dan mengembang,
konsistensinya seperti gel.

B. Sistem Penghantaran Sublingual

Bentuk cepat larut kering-beku

Bentuk dosis cepat larut Zydis adalah bentuk dosis oral baru
yang terdiri dari wafer berpori beku-kering yang mengandung
zat obat dan eksipien yang larut cepat lainnya. Porositas yang
tinggi dari sistem berarti ia larut secara instan di lidah dan tidak
membutuhkan air untuk membantu menelan. Sejumlah produk saat
ini tersedia yang menggunakan teknologi Zydis termasuk Dimetapp
Quick Dissolving Tablets, Feldene Melt dan Pepdine. Obat ini
kemudian basah dengan saliva untuk penyerapan selanjutnya di
saluran pencernaan. Kenyamanan dan penerimaan formulasi Zydis

16
membuatnya sangat cocok untuk pasien yang merasa sulit atau
tidak nyaman untuk menelan bentuk sediaan padat.

a)   Mekanisme Absorpsi obat sublingual 


Molekul obat diserap oleh difusi pasif ketika obat dalam
bentuk tak terion dalam saliva. Proses absorpsi obat dari saliva
melalui lapisan ganda lipid dari selaput mukus langsung ke
sirkulasi sistemik. Lipid yang ada di mukus membran
sublingual bertindak sebagai penghalang utama untuk
permeabilitas obat hidrofilik.

Namun, jaringan ikat terhidrasi dengan baik memberikan


resistensi terhadap molekul obat hidrofobik. Karenanya, jalur
transportasi potensial melintasi membran mukosa sublingual
mungkin baik polar atau non-polar. Molekul polar bersilangan
melalui saluran ionik di ruang antar sel epitel, atau pori-pori
berair yang ada di sel epitel sedangkan molekul non-polar
lewat melalui daerah lipid epitel.

b) Rute Sublingual

Mukosa sublingual relatif permeabel, absorpsinya cepat


d a n  bioavailabilitas yang dapat diterima dari banyak obat,
dan nyaman, mudah diakses, dan secara umum diterima
dengan baik. Bentuk dosis sublingual terdiri dari dua desain
yang berbeda yaitu terdiri dari tablet yang hancur dengan
cepat dan yang terdiri dari kapsul gelatin lunak yang diisi
dengan obat cair.
Sistem seperti itu membuat konsentrasi obat yang sangat
tinggi di daerah sublingual sebelum obat diserap secara
sistemik melintasi mukosa. Daerah sublingual tidak memiliki

17
bentangan otot polos atau mukosa tidak bergerak dan terus-
menerus dibasuh dengan jumlah air liur yang cukup membuat
penempatan alatnya menjadi sulit. Karena  permeabilitas yang
tinggi dan suplai darah yang kaya, rute sublingual mampu
menghasilkan onset yang cepat yang membuatnya sesuai
untuk obat dengan pengiriman singkat sesuai persyaratan
periode dengan rejimen dosis jarang.
Metabolisme first-pass hati berlanjut menghasilkan
nitrogliserin yang sebagian besar tidak aktif oleh rute oral.
Dalam bentuk tablet sublingual nitrogliserin sangat efektif,
biasanya menghilangkan rasa sakit dalam waktu 2 menit.
Tablet sublingual terdiri dari eksipien terlarut (laktosa,
manitol, sukrosa) untuk mencapai disolusi cepat dan
membantu timbulnya aksi obat dengan cepat. Namun, waktu
yang diperlukan untuk larut bisa bervariasi dan lama,
khususnya pada mulut kering. Selain itu, tablet memiliki
masalah stabilitas dan harus sangat berhati-hati terhadap
paparan panas, cahaya, kelembaban, dan bahan kemasan yang
tidak sesuai, yang menyebabkan persyaratan agar tablet
dibuang 8 minggu setelah dibuka. Formulasi aerosol lipid dari
nitrogliserin juga tersedia, yang jauh lebih stabil daripada
tablet, dengan umur simpan yang lama (3tahun). Disemprotkan
langsung ke lidah, membantu meringankan nyeri angina dalam
waktu 2 menit dengan durasi efek hingga 30 menit. Namun, telah
ditunjukkan bahwa penggunaan berbagai aerosol dapat
mempengaruhi ketersediaan hayati obat dan memiliki implikasi
terapeutik yang penting.

18
2.2.2  Desain Sediaan Transmukosa Oral
Sistem pengiriman obat transmucosal harus memenuhi
beberapa prasyarat yaitu pertama, harus dengan cepat
menempel pada mukosa permukaan dan pertahankan interaksi
yang kuat untuk mencegah pemindahan. Kedua adalah kinerja
bioadhesi jangan sampai terkena dampak lingkungan sekitar pH.
Karakteristik lain yang diinginkan dari sistem pengiriman obat
transmucosal termasuk pemuatan obat yang tinggi, pelepasan obat
lengkap dan administrasi yang mudah. Pelepasan obat dari bahan
polimer terjadi baik dengan difusi atau dengan degradasi polimer
atau kombinasinya. Degradasi polimer biasanya terjadi oleh
enzim atau hidrolisis dan dapat terjadi dalam bentuk erosi
massal atau permukaan erosi. Kemajuan dalam pengiriman
obat transmukosa oral berfokus pada pengembangan sistem
pengiriman obat yang tidak hanya mencapai tujuan terapi
pengiriman tetapi juga mengatasi kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan yang terdapat dalam rongga mulut.

Formulasi modern telah menggunakan pendekatan kreatif yang


menggabungkan kombinasi dari strategi-strategi ini untuk
menciptakan keseimbangan antara kenyamanan pasien dan
manfaat klinis.

1.   Larutan encer
Larutan encer adalah pengiriman tertua dan paling banyak
digunakan Dalam sistem pengiriman lokal yang mencakup
solusi sederhana (obat kumur) suspensi dan cairan pembentuk
gel. Cairan pembentuk gel telah diselidiki terutama untuk
melapisi mukosa untuk bertindak sebagai pelindung atau
kendaraan untuk pengiriman obat untuk pengobatan
gangguan lokal, termasuk disfungsi motilitas, infeksi

19
jamur. Suspense Natrium alginate i sebagai cairan bioadhesif
baru menunjukkan bahwa permukaan esofagus dapat dilapisi
untuk melindungi terhadap refluks dan dapat memberikan
terapi agen ke mukosa yang rusak

2. Bentuk sediaan padat


Berbagai bentuk sediaan padat mulai dari tablet, tablet
hisap, pil dimaksudkan untuk kontak dengan mukosa mulut.
Berdasarkan eksipien yang digunakan, bentuk sediaan melekat
atau hancur saat bersentuhan dengan mukosa oral dan sekresi
saliva. Bentuk sediaan padat larut dalam saliva, dan obat
seluruhnya akan diabsopsi dari mukosa rongga mulut dan
sepertiga dari mukosa esophagus. Bentuk sediaan padat dapat
diklasifikasikan menjadi cepat larut dan lambat larut
berdasarkan laju disolusi atau disintegrasi.

  Bentuk sediaan padat yang cepat larut


Bentuk sediaan ini hancur atau mengalami disolusi
dalam beberapa detik hingga menit setelah kontak dengan saliva
di rongga mulut. Kemampuan untuk memberikan bentuk
sediaan tanpa air, kemudahan menelan, dan tindakan cepat
adalah beberapa keuntungan dari bentuk sediaan cepat larut.

  Bentuk sediaan padat yang lambat larut


Produk ini larut lebih lambat di rongga mulut dibandingkan
dengan bentuk sediaan cepat larut. Contohnya yaitu tablet
kunyah, tablet sublingual, dan tablet mukoadhesif.Tablet dapat
juga diformulasikan menjadi sistem monolitik, mengandung
campuran obat dengan bioadhesif dan matriks berlapis-lapis,
terdiri dari dua atau lebih lapisan polimer dengan atau tanpa
bahan farmasi aktif. Pelepasan dari tablet dapat dikontrol

20
dengan melapisi permukaan tablet dengan polimer kedap air
untuk mencapai pelepasan searah atau dua arah. Meskipun
populer, ada batasan tertentu pada bentuk sediaan padat, seperti
waktu tinggal pendek, menelan yang tidak disengaja, dan
penerimaan pasien. Banyak obat telah dimasukkan ke dalam
bentuk sediaan padat mukosa oral dan tersedia secara komersil,
seperti Nicorette (tablet hisap nicotin), Fentora (tablet buccal
fentanyl), Actiq (tablet hisap fentanyl), dan Striant (tablet
extended release buccal testosterone).
Tablet hisap adalah persiapan padat, mengandung satu
atau lebih obat - obatan, biasanya dalam permen keras rasa
atau basis terkompresi. Mereka dimaksudkan untuk larut
secara bertahap di permukaan belakang lidah dan untuk
memberikan pengiriman obat secara lokal ke mulut, lidah,
tenggorokan, dll untuk meminimalkan sistemik dan
memaksimalkan aktivitas obat local.

3. PATCH
Patch mukoadhesif intraoral dapat dirancang untuk
memberikanobat secara lokal di rongga mulut dan / atau secara
sistemik. Patch mukoadhesif intraoral mengandung agen
bioadhesif seperti polimer poliakrilat, povidone, atau turunan
selulosa (Natrium karboksimetil selulosa) yang mempertahankan
formulasi ke mukosa mulut (buccal, langit-langit, atau mukosa
gingival) dan dimaksudkan untuk pelepasan obat yang
berkelanjutan atau berkepanjangan. Pacth dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a.  Matriks Monolitik Tipe I
Patch dengan matriks ini larut dengan lambat dan

21
sepenuhnya larut dalam rongga mulut dan melepaskan obat ke
banyak arah terutama ditujukan untuk aksi local.

b. Matriks Multilayer Tipe II

Patch dengan matriks ini tidak dapat larut, melepaskan obat


searah ke dalam sirkulasi sistemik di mukosa mulut,
melindunginya dari saliva.

c.  Matriks Multilayer Tipe III


Patch yang dapat larut dirancang untuk pengiriman obat
sistemik yang perlahan larut sepenuhnya, melepaskan obat searah
ke dalam mukosa mulut.
Patch memiliki keunggulan dibandingkan bentuk sediaan
padat karena lebih fleksibel dan terlokalisasi di tempat tertentu
sehingga menghasilkan lebih sedikit variabilitas. Kekurangan
pacth adalah  bahwa obat hanya dapat dikirim ke daerah
kecil mukosa sehingga membatasi dosis yang diberikan dan
pacth yang tidak larut harus dikeluarkan dari rongga mulut
setelah obat dilepaskan.

4.  Aerosol dan Spray


Sistem penghantaran obat aerosol intraoral berdasarkan
pada teknologi yang sama seperti aerosol yang digunakan untuk
pemberian obat paru dan dimaksudkan untuk menghantarkan obat
secara efektif melintasi mukosa oral ke dalam sirkulasi sistemik.
Semprotan yang dihasilkan berupa tetesan halus dengan ukuran
optimal untuk diabsopsi di mukosa bukal tetapi terlalu besar untuk
diabsopsi di paru-paru. Generex Bioteknologi telah membagi
teknologi penghantaran obat aerosol-bukal disebut dengan
RapidMist. Teknologi ini terdiri dari formulasi eksklusif yang
terdiri dari campuran obat, peningkat absorpsi, dan eksipien dan

22
merupakan alat untuk mengirimkan obat secara akurat, andal,
dan aman. Kelebihan formulasi aerosol adalah bahwa dosis
unit yang seragam dapat diberikan melalui semprotan pompa,
sehingga meningkatkan profil keamanan obat-obatan tertentu
dengan menurunkan dosis, dan kemampuan untuk memberikan
obat tanpa air.

5.  Bentuk Sediaan Semisolid


Bentuk sediaan semipadat meliputi gel dan pasta
untuk pemberian obat secara sistemik dan topikal. Gel dibuat
dari polimer bioadhesif yang memberikan pelepasan terkontrol
obat yang melekat pada mukosa untuk jangka waktu yang lama.
Satu kelemahan utama gel adalah kesulitan dalam mengukur
dosis obat yang tepat untuk diberikan di tempat tertentu. Gel
oral mikronazol ditandai sebagai daktarin untuk pengobatan
kandidiasis orofaringeal.Pasta adalah cara pemberian obat yang
relatif baru di dalam rongga mulut untuk tindakan lokal atau
sistemik. Amlexanox merupakan pasta oral yang dipasarkan
sebagai Aphtahsol yang digunakan untuk penyembuhan ulkus
aphthous atau luka kanker. Pastaoral yang mengandung
prednisolon asetat, rifamycin, denganparachlorophenol dan
iodoform diuji untuk penyembuhan yang lebih baik setelah
pencabutan gigi pada pasien yang positif HIV.

6.  Mikropartikel dan Nanopartikel


Sistem pengiriman oral berdasarkan multipartikulat,
mikropartikel dan nanopartikel sering menunjukkan peningkatan
kinerja dibandingkan dengan tablet matriks monolitik. Dengan
berdifusi ke dalam lapisan lendir berdasarkan ukuran mereka yang
relatif kecil, pembawa kecil yang tidak bergerak ini menunjukkan
waktu tinggal gastrointestinal yang lama.Mikrosfer terbuat dari

23
poloxamer 407 yang mengandung atenolol yang dinilai berpotensi
dalam pengiriman obat melintasi mukosa bukal. Hasilnya
menunjukkan bahwa mikrosfer menghasilkan bioavailabilitas
yang lebih tinggi dengan dosis lebih rendah dibandingkan dengan
produk yang dipasarkan secara oral.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penghantaran Obat Secara


Transmukosa Oral

2.3.1 Faktor Fisiologi Yang Mempengaruhi Bioavaikabilitas


Obat Transmukosa-Oral

Fungsi utama dari epitelium oral adalah untuk memberikan barrier yang
aman dan melindungi rongga mulut terhadap luka. Peran pelindung
disini mengartikan bahwa pada epitelium oral juga terdapat sebuah
barrier yang cukup besar untuk penghantaran obat sistemik. Faktor
fisiologi yang mempengaruhi bioavailabilitas transmukosa oral, meliputi:
(Anya et al., 2001) 

1.  Permeabilitas yang melekat dari epitelium


Studi mengenai permeasi menggunakan sejumlah perunut,
termasuk horseradish peroksidase dan lanthanum nitrat, telah
disetujui bahwa bagian ketiga terluar dari epitelium adalah barier
rate-limiting untuk penetrasi mukosa. Saat pengaplikasian ke
permukaan terluar dari epitelium, perunut ini terlihat berpenetrasi
hanya melewati lapisan terluar sel.

Jadi, sel-sel yang dikompak dan diratakan dari lapisan


superfisial terbawah dan lapisan menengah menghadirkan barier
fisik utama untuk transport. Lipid interselular juga memainkan
peran penting, karena ekstraksi lipid ini menghasilkan jaringan

24
yang lebih permeabel. Umumya, epitelium keratin muncul menjadi
lebih permeabel daripada epitelium non-keratin.

Permeabilitas dari epitelium mucosa oral adalah pertengahan dari


kulit epitelium, yang mana sangat tinggi untuk fungsi barier dan di
usus sangat berfungsi untuk penyerapan. Dalam rongga mulut,
mukosa bukal kurang permeabel dibandingkan mukosa sublingual.
Perbedaan permeabilitas dilihat dari ketebalan mukosa, suplai darah
dan tingkat kreatinasi membran. Ketebalan epitelium sublingual yaitu
100-200 mikro meter, sangat lebih tipis dibandingkan bukal yang
ketebalan nya cukup besar yaitu 580 mikro meter (Bhati et al.,
2012). Sehingga permeabilitas obat sublingual lebih tinggi yang
mengakibatkan onset kerja cepat dan cocok digunakan untuk obat
immediate release (Narang et al., 2011).

2.  Ketebalan epitelium
Ketebalan epitel mulut sangat bervariasi antara situs di rongga
mulut:
a.  Ketebalan mukosa bukal berkisar 500-800 μm. 
b. Ketebalan mukosa sublingual jauh lebih tipis, sekitar
100 –200 μm. Epitelium tipis pada mukosa sublingual
menandakan bahwa  penyerapan yang sangat cepat
dimungkinkan melalui rute ini.

3.  Suplai darah
Suplai darah yang kaya dan pembuluh limfatik di laminpropria
membantu rongga mulut, sehingga sebagian obat yang melintasi
epitel oral siap diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran
darah di mukosa bukal adalah 2,4 mL min  cm − 2 sedangkan
− 1

untuk mukosa sublingual adalah 0,97 mL min − 1


 cm – 2 .h

25
Walaupun obat bukal kurang permeabel dibandingkan dengan
sublingual, daerah mukosa bukal sangat baik dalam hal
vaskularisasi, yang mengakibatkan obat cepat diabsorpsi dan
masuk ke sirkulasi sistemik (Bhati et al., 2012).

4.  Aktivitas metabolisme
Bagian obat yang diserap melalui epitelium oral dikirim

langsung ke dalam darah, menghindari metabolisme first-

pass effect  dari hati dan dinding usus. Jadi, penghantaran

transmukosa oral sangat menarik untuk penghantaran obat-

obatan yang tidak stabil secara enzimatik seperti peptida

terapeutik dan protein.Mukosa oral, yang sama dengan mukosa

lain menunjukkan aktivitas enzimatik, khususnya esterase dan

aktivitas peptidase. Bergantung pada spesies hewan dan

substrat yang digunakan, homogenat bukal telah menunjukkan

aktivitas enzim dan beberapa ratus persen aktivitas homogenat

usus. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kadar enzim pada

umumnya lebih rendah di mulut, misalnya, kadar yang ada

dalam saluran pencernaan. Aktivitas metabolisme yang lebih

rendah ini menjadikan mukosa oral merupakan

rute penghantaran yang menarik untuk biofarmasetikal yang

tidak stabil secara enzimatis.

5.  Saliva dan mucus


Aktivitas kelenjar saliva berarti bahwa permukaan mukosa
mulut secara konstan dicuci oleh aliran saliva, sekitar 0,5-2 L
per hari. Khususnya daerah sublingual, terkena banyak saliva
yang dapat meningkatkan disolusi obat dan karenanya

26
meningkatkan ketersediaan hayati. Namun, ada juga aspek
negatif untuk pemberian obat yang terkait dengan aliran saliva,
yaitu:
a.   bagian obat dapat diencerkan oleh saliva;
b. aliran saliva yang berlebihan dapat menyebabkan disolusi

dan absobsi yang terlalu cepat;


c.  sistem penghantaran obat (mis. Adhesive patch ) dapat
hanyut dalam saliva dan secara tidak sengaja dapat tertelan;
d.  variasi dalam jumlah saliva yang dihasilkan antara individu
menimbulkan variabilitas antar pasien;
e.  enzim yang ada dalam saliva dapat menurunkan obat
yang tidak stabil.

Sekresi mukus juga dapat membatasi penghantaran obat


melalui rongga mulut, melalui sejumlah mekanisme:

a.  pembersihan obat(klirens) sebelum absorbsi obat;


b. membentuk barier fisik di mana obat harus berdifusi,
sebelum mencapai permukaan yang menyerap;
c.  ikatan obat khusus, atau non-spesifik (melalui interaksi
ikatan

elektrostatik, hidrofobik, dan ikatan-hidrogen ).


6.  Kemampuan untuk mempertahankan sistem penghantaran Mukosa
bukal terdiri dari permukaan yang halus dan relatif tidak  bergerak
dan oleh karena itu sangat cocok untuk penggunaan
sistem penghantaran retentif. Sebaliknya, mukosa sublingual
tidak cocok untuk bentuk sediaan adhesif karena beberapa alasan,
termasuk:
a. mukosa terpapar banyak saliva;

b. mukosa sangat fleksibel dan bergerak terus-menerus;


c.  bentuk sediaan adhesif di wilayah ini akan terasa tidak

27
nyaman dan agak mengganggu pasien.

7.  Perbedaan spesies
Tikus mengandung epitelium keratin yang sangat tinggi,
dengan demikian sangat tidak cocok sebagai model hewan
ketika melakukan uji penghantaran obat bukal. Model hewan
yang cocok untuk mempelajari penghantaran obat mukosa oral
termasuk babi dan anjing, karena mukosa oral mereka sangat
mirip dengan manusia, baik dalam morfologi dan karakteristik
permeabilitas .

2.3.2  Faktor Formulasi yang Mempengaruhi


Bioavailabilitas Obat Transmukosa Oral
1.   Faktor fisikokimia yang terkait dengan bagian obat

Studi menggunakan dekstran berlogo FITC


menunjukkan

 bahwa permeabilitas di seluruh mukosa bukal tergantung


pada berat molekul permeant, yang mengarah pada
permeabilitas yang lebih rendah untuk permeant dengan
berat molekul yang lebih tinggi , diikuti oleh pembatasan
permeabilitas untuk senyawa dengan berat molekul di atas 20
kDa. Tingkat ionisasi suatu spesies obat dalam rongga mulut
tergantung pada pKa obat dan pH pada permukaan mukosa; pH
saliva berada di range 6.2-7.0 (Anya et al, 2001). absorpsi obat
melalui mukosa oral terjadi jika pKa lebih besar dari 2 untuk
kondisi asam dan kurang dari 10 untuk kondisi basa (Bhati et
al., 2012). Absorpsi beberapa obat melalui transmukosa oral
akan meingkat ketika pH lebih asam dan absopsi menrun
ketika pH lebih

28
 basa (Narang et al., 2011).

2.  Faktor yang terkait dengan bentuk sediaan

Jenis bentuk sediaan yang sesuai untuk pemberian obat


transmucosal oral tergantung pada apakah daerah
sublingual atau  bukal akan digunakan sebagai tempat
absorbsi. Perbedaan fisiologis antara kedua daerah ini
menandakan bahwa sublingual dan bukal cocok untuk
aplikasi yang berbeda dan berbeda pula dalam bentuk
sediaan.Faktor yang terkait dengan bentuk sediaan dari rute
sublingual adalah:

-  relatif permeabel;
-  mampu memberikan absorbsi obat yang cepat dan cukup
besar untukobat lipofilik dengan berat molekul rendah.
-  tidak cocok untuk sistem retentif, karena aliran saliva
yang tinggi, gerakan berlebihan dan ketidaknyamanan
pasien.
Sebagai hasil dari aliran saliva, konsentrasi obat di
wilayah ini hanya bertahan untuk jangka waktu yang relatif
singkat , mungkin dalam hitungan menit. Oleh karena itu, rute
sublingual sangat cocok untuk penghantaran obat lipofilik
dengan berat molekul rendah di mana diperlukan tindakan
yang cepat (misalnya nitrogliserin). Bentuk sediaan yang
telah dikembangkan yang sesuai untuk jenis aplikasi ini,
meliputi: semprotan sublingual dan tablet sublingual fast-
disolving. Sebaliknya, faktor yang terkait dengan bentuk
sediaan dari rute rute bukal adalah:

  relatif kurang permeabel daripada rute sublingual;


  umumnya tidak memberikan onset penyerapan yang
cepat jika dibandingkan dengan penghantaran sublingual;

29
  sangat cocok untuk sistem retensi.

Hal-hal tersebut menyebabkan mukosa bukal lebih ideal


digunakan untuk aplikasi sustained-delivery, penghantaran
molekulyang permeasinya buruk, dan obat peptida dan protein.
Formulasi tersebut meliputi: tablet adhesive dan patch adhesive
(Anya et al, 2001).

2.4 Keuntungan dan Kerugian dari Penghantaran Obat


Transmukosa Oral 
Penghantaran obat transmukosa oral memiliki beberapa keuntungan,
namun juga kerugian, sebagai sistem penghantaran obat, tergantung pada
sifat obat yang dihantarkan. Berikut merupakan keuntungan dan
kerugian dari penghantaran obat transmukosa oral (Anya et al, 2001):

2.4.1 Keuntungan
Keuntungan dari penghantaran obat transmukosa oral sebagai
 berikut:
a.  Luas permukaan relatif besar

Rongga mulut menawarkan area permukaan yang relatif besar


(total area rongga bukal sekitar 100 cm2) untuk penyerapan obat.

 b. Aksesibilitas
Rongga mulut memberikan permukaan yang sangat mudah
untuk penghantaran obat, baik untuk aplikasi dan
penghapusan sistem penghantaran obat. Aksesibilitas ini
meniadakan perlunya alat penghantaran kompleks untuk
memungkinkan obat mencapai lokasi penyerapannya. Dengan
demikian alat untuk penghantaran oral lebih sederhana dalam
desain daripada yang dimaksudkan untuk memberikan obat,
misalnya, ke daerah alveolar paru-paru.

30
c. Kemudahan penggunaan

Alat trasmukosa oral, seperti semprotan, tablet atau patch,


juga sederhana/mudah untuk digunakan oleh pasien dan
mungkin diharapkan lebih dapat diterima oleh pasien daripada
penggunaan pessary atau supositoria masing-masing untuk rute
penghantaran intravaginal dan rektal.

d.  Suplai darah yang kaya


Permukaan mukosa mulut yang sangat vaskular
memastikan penyerapan dan onset aksi yang cepat, serta
pemeliharaan sink conditions. Secara khusus, rute sublingual
ditandai oleh onset aksi yang cepat. Rongga bukal menawarkan
keuntungan gabungan dari onset aksi yang relatif cepat, dengan
potensi penghantaran berkelanjutan selama beberapa jam.
e. Aktivitas metabolisme rendah
Aktivitas metabolisme rongga mulut dianggap lebih
rendah dari usus atau hati pada saluran GI, membuat rute ini
menjadi alternatif yang menarik untuk penghantaran oral obat
labil secara enzimatik seperti peptida terapeutik dan protein.
Selanjutnya, rute ini menghindari efek first pass dari degradasi
di dinding usus atau hati, sebelum obat mencapai sirkulasi
sistemik.
f.   Variabilitas rendah
Rute ini memiliki variabilitas yang lebih sedikit
daripada, misalnya, rute oral, di mana faktor-faktor seperti
motilitas usus, keberadaan makanan dan pH ekstrem
bergabung untuk membuat penghantaran obat oral sangat
bervariasi. Namun, faktor-faktor seperti aliran saliva dan
keadaan penyakit tertentu dapat berkontribusi pada tingkat
variabilitas yang terkait dengan rute ini.

31
g.  Kuat
Mukosa mulut secara rutin terpapar banyak senyawa asing
yang berbeda dan relatif kuat dan kurang rentan terhadap iritasi
daripada, misalnya, mukosa hidung.
 
h. Retensi berkepanjangan
Retensi obat yang berkepanjangan dimungkinkan di
dalam rongga bukal, jika sistem penghantaran yang tepat
digunakan. Hal ini memungkinkan penurunan frekuensi
pemberian dosis

. i.  Alternatif usus

Rongga bukal adalah alternatif yang berguna untuk


rute usus untuk penyerapan obat dalam situasi di mana
rute gastrointestinal tidak memungkinkan. Contohnya
meliputi:

• pasien dengan mual dan muntah; 

• pasien dengan kesulitan menelan;

• obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung;

• obat-obatan yang tidak stabil dalam cairan


gastrointestinal;

• obat-obatan yang mengalami efek first-pass yang luas di


dinding

J. Pelepasan terkontrol orde nol

Penghantaran obat bukal memberikan potensi untuk


mencapai pelepasan terkontrol orde nol. Dalam materi
pelepasan terkontrol orde nol menawarkan keuntungan lebih
lanjut dari:

32
•   menghindari puncak (risiko toksisitas) dan
palung (risiko ketidakefektifan) terapi konvensional;
•   mengurangi frekuensi dosis;
•   meningkatkan kepatuhan pasien.

2.4.2 Kerugian

Kerugian dari penghantaran obat transmukosa oral meliputi:

a.  Terbatas pada molekul potent/kuat

Untuk obat-obatan dengan berat molekul tinggi


(yang dengan demikian absorpsinya kurang baik), rute
hanya terbatas pada molekul obat yang kuat; biasanya
dengan konsentrasi plasma efektif dalam atau di bawah
kisaran ng mL – 1.
 b. Reaksi yang merugikan

Obat yang mengiritasi atau sensitizing secara


local/setempatharus digunakan dengan hati-hati dalam
rute ini. Namun, seperti dijelaskan di atas, epitel mulut
relatif kuat dan faktor ini tidakmembatasi seperti pada
situs mukosa yang sangat sensitif lainnya, seperti rongga
hidung.
c.   Aktivitas metabolisme
Sementara aktivitas metabolisme rongga mulut terhadap
peptida dan protein kurang dari pada saluran GI, harus
diakui bahwa mukosa dan sekresi mulut memang memiliki
kemampuan untuk mendegradasi obat dan langkah-
langkah mungkin diperlukan untuk mengatasi hal ini.
 
d. Clearance mucus dan saliva
Pembersihan mucus/lendir dan saliva mengurangi

33
waktu retensi obat dalam rongga mulut dan dengan
demikian kesempatan untuk absorpsi. Hal ini dapat diatasi
dengan menggunakan sistem mukoadhesif.

e.   Penghalang Mucus
Difusi obat dapat dibatasi oleh penghalang fisik lapisan
mucus/lendir dan juga pengikatan obat spesifik atau tidak
spesifik ke lapisan lendir.
 
f. Penerimaan pasien
Patch bukal meliputi bentuk sediaan yang relatif baru,
yang ditempatkan di tempat penghantaran obat yang tidak
konvensional. Karena itu, mungkin ada kesulitan yang
dihadapi dalam mencoba membuat pasien menerima rute
ini. Dapat dibayangkan bahwa pasien mungkin lebih
enggan untuk menggunakan patch bukal dibandingkan
dengan, misalnya, patch transdermal, yang telah menjadi
bentuk sediaan yang terkenal dan berkedudukan kuat.
g.  Komersial
Pendekatan baru, seperti penggunaan patch adhesif
bukal untuk penghantaran sistemik obat-obatan dengan
berat molekul besar, membutuhkan input waktu yang sangat
besar, tenaga/upaya dan uang, dan juga terkait dengan
sejumlah besar risiko. Masalah-masalah inidapat
berkontribusi pada keterlambatan yang signifikan
dalam pengembangan dan pemasaran sistem penghantaran
baru dan juga dapat membuat sistem ini relatif mahal.

34
35
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode penghantaran obat transmukosa oral telah ditemukan


paling cocok dibandingkan dengan sistem penghantaran obat sistematis
lainnya. Selama beberapa tahun terakhir, rongga mulut telah dikenal
sebagai tempat aplikasi terapi untuk mengobati penyakit di mulut. Saat
ini, perkembangan yang signifikan telah dilakukan dalam sistem
penghantaran jangka panjang untuk terapi sistemik. Sistem transmisi
oral memungkinkan penyerapan yang lebih cepat ke dalam aliran darah
dibandingkan dengan pemberian oral ke GIT dan akibatnya menawarkan
cara alternatif pemberian obat, yang lebih nyaman dan nyaman bagi
pasien daripada pemberian obat intravena. Obat-obatan untuk
 penghantaran mukosa oro-trans harus memiliki sifat fisikokimia yang
diperlukan bersama dengan keunggulan klinis yang signifikan. Atas
dasar aplikasi dan keuntungan dari metode penghantaran obat
transmukosa oral, dapat disimpulkan bahwa rute mukosa oro-trans
adalah alternatif yang signifikan untuk bentuk penghantaran obat lain.

36
DAFTAR PUSTAKA

Anya M. Hillery, Andrew W. Lloyd, J. S. (2001). Drug Delivery and


Targeting for Pharmacists and Pharmaceutical Scientists. In
Suparyanto dan Rosad (2015 (Vol. 5, Issue 3).
Carvalho, F. C., Bruschi, M. L., Evangelista, R. C., & Gremião, M. P.
D. (2010). Mucoadhesive drug delivery systems. Brazilian
Journal of Pharmaceutical Sciences, 46(1), 1–17.
https://doi.org/10.1590/S1984-82502010000100002
Hameed, M. Z. and. (2021). SunText Review of Pharmaceutical
Sciences An Overview on Buccal Drug Delivery System. 2.
Juffrie, M. (2018). Saluran Cerna yang Sehat : Anatomi dan Fisiologi.
Kesehatan Pencernaan Awal Tumbuh Kembang Yang Sehat,
June, 1–12.
Rowe, R. C. (2006). Handbook of Pharmaceutical Excipient. In P. J.
S. and S. C. O. Raymond C Rowe (Ed.), Pharmaceutical Press
and American Pharmasist Association, Washington USA (KE-5,
Issue 1).
Roy, S. K., & Prabhakar, B. (2010). Bioadhesive polymeric platforms
for transmucosal drug delivery systems - A review. Tropical
Journal of Pharmaceutical Research, 9(1), 91–104.
https://doi.org/10.4314/tjpr.v9i1.52043
Shojaei, A. H. (2012). Buccal mucosa as a route for systemic drug
delivery: A review. International Journal of Drug Development
and Research, 4(2), 99–116.

37
38

Anda mungkin juga menyukai