DOSEN PEMBIMBING :
apt. Yulianis, M. Farm
DISUSUN OLEH :
MIYA ADE FEBRIANI (2248201119)
IFFAH ARFIANI (2248201122)
JIHAN GENETA HARDENSI (2248201125)
ALDONA OKTAFIA SURBAKTI (2248201128)
INDRA PINOZA (2248201131)
SHERLI BRILIAN PUTERI JUWANDA (2248201137)
AURA NOVIA ANDINI (2248201140)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….1
1.1 Latar Belakang………………………..…………………1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….1
1.3 Tujuan…………………………………………..……….1
BAB II PEMBAHASAN………………………………….………….3
2.1 Anatomi………….……………………………….……..3
2.1.1 Mulut ……………………………………….….…5
2.2 Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa Oral dan
Desain Sediaannya…………………………………..…..8
2.2.1 Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa
Oral………………………………………………...8
2.2.2 Desain Sediaan Transmukosa Oral………………17
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penghantaran Obat Secara
Transmukosa Oral……………………………………...23
2.3.1 Faktor Fisiologi yang Mempengaruhi
Bioavailabilitas Obat Transmukosa Oral…………23
2.3.2 Faktor Formulasi yang Mempengaruhi
Bioavailabilitas Obat Transmukosa Oral…………27
2.4 Keuntungan dan Kerugian dari Penghantaran Obat
Transmukosa Oral………………………………..……29
2.4.1 Keuntungan……………………………………..29
2.4.2 Kerugian……………………...……....................32
BAB III PENUTUP…………………………………………………34
3.1 Kesimpulan……………………………………………...34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui anatomi mukosa pada mulut
2. Memahami sistem penghantaran obat secara transmukosa oral
3. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi penghantaran obat secara
1
transmukosa oral
4. Mengetahui dan memahami formulasi dan pengembangan obat dengan
sistem penghantaran transmukosa oral
5. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari sistem
penghantaran transmukosa oral
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
Jalur Gastrointestinal terdiri dari empat bagian antomi utama, yaitu
rongga mulut, lambung, usus halus dan usus besar.
3
1. Tunika mukosa, terdiri dari lapisan epitel yang membatasi lumen
saluran cerna, lamina propria, dan tunika muskularis mukosa yang
memisahkan mukosa dengan submukosa. Berbagai segmen
saluran cerna memiliki bentuk epitel yang berlainan, tergantung
pada fungsinya masing-masing. Pada umumnya, sel epitel
memiliki banyak fungsi, yaitu ab sorbsi (pertukaran air, elektrolit,
serta nutrien), sekresi enzim, serta sebagai barier yang banyak
mengandung sel imun. Lamina propria merupakan lapisan
dibawah lapisan epitel yang banyak mengandung saluran limfa,
pembuluh darah, dan ujung-ujung saraf aferen maupun eferen.
2. Lapisan submukosa yang terdiri dari jaringan ikat elastis
serta pembuluh darah dan limfa. Pada lapisan ini, juga terdapat
pleksus saraf Meissner yang berfungsi untuk mempersarafi
lapisan epitel dan mukularis mukosa.
2.1.1 Mulut
4
Mukosa mulut memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah
proteksi, sensasi dan aktivitas sensitivitas kelenjar.
1. Fungsi proteksi dilakukan oleh :
Epitel mukosa mulut, den memproteksi dari
trauma pengunyahan, tekanan, abrasi mikroorganisme +
produk toksik
Kelen'ar liur (saliva) :
Melembabkan
Memfasilitasi proses pengunyahan : amilase (oleh kelenjar
liur serosa) hidrolisis zat tepung (maltose)
Memfasilitasi rasa, penelanan
Antibodi
2. Fungsi sensasi dilakukan oleh :
Saraf sensoris yang menerima rangsang dari luar melalui
bibir dan Lidah
Sel epitel mukosa mulut mengandung reseptor yang
merespon rangsang suhu, sentuhan, sakit, rasa (di lidah)
Reseptor piala pengecap pada papil lidah (reseptor rasa
manis, asam, pahit, asin), rasa terhadap air (haus)
Refleks seperti menelan, muntah, mual, salivasi diawa1ali
oleh reseptor pada mukosa mulut.
3. Fungsi sekresi dilakukan oleh kelenjar liur :
Kelenjar liur mayor terletak jauh dari permukaan mukosa
5
1. Lapisan Epitel
Rongga mulut dilapisi oleh epitel gepeng berlapis (stratified
squamous epithelium). Epitel ini ada yang berkeratin dan ada yang
tidak berkeratin.
Epitel yang berkeratin memiliki karakteristik yang kuat secara
mekanik dan tahan secara kimia. Epitel ini ditemukan di daerah
rongga mulut yang mengalami tekanan mekanis seperti mukosa
gingiva (gusi) dan langit-langit mulut. Sedangkan, epitel yang tidak
berkeratin relatif fleksibel dan ditemukan di daerah-daerah seperti
langit-langit mulut yang lunak, lantai mulut, bibir dan pipi. Dengan
demikian daerah mulut yang mendukung sebagai tempat
pemberian obat yaitu epitel yang tidak berkeratin.
Lapisan epitel pada mulut secara umum mirip dengan epitel
gepeng berlapis yang ditemukan di tempat lain pada tubuh,
misalnya kulit. Di mana sel diproduksi oleh mitosis di lapisan
basal dan sel-sel yang berpoliferasi ini mendorong sel-sel yang
ada ke permukaan. Lapisan epitel terdiri dari beberapa lapisan,
antara lain :
a. Stratum basal
b. Stratum Spinosum
c. StratumGranulum
d. Stratum Korneum
Epitel keratin menunjukkan pola lipid yang sebagian besar
6
netral lipid seperti ceramides, sedangkan epitel non-keratin
sebagian besar mengandung lipid polar, khususnya kolesterol
sulfat dan glucosylceramides.
2. Lapisan Lamina Propria
Lamina propria merupakan lapisan terusan dari jaringan ikat
yang mengandung kolagen, serat elastis dan komponen seluler dalam
substansi yang terhidrasi. Lapisan ini juga yang membawa kapiler
darah dan serabut saraf ke mukosa. Melalui pembuluh darah di
lamina propria inilah obat-obatan dapat masuk sirkulasi sistemik.
3. Lapisan Kelenjar Saliva
Air liur diproduksi oleh tiga pasang kelenjar ludah utama:
• parotid
• sublingual
• submandibular
Dan banyak kelenjar aksesori kecil yang tersebar di seluruh
mukosa mulut. Air liur bersifat hipotonik, sekresi cair yang
mengandung sejumlah lendir, enzim (terutama amilase dan enzim
antibakteri lisozim), antibodi dan ion anorganik. Dua jenis sel
sekretori yang ditemukan di kelenjar ludah adalah sel serosa dan
sel mukosa. Kelenjar parotid terdiri hampir secara eksklusif dari
sel serosa dan menghasilkan sekresi cair yang kaya akan enzim
dan antibodi. Kelenjar sublingual sebagian besar memiliki lendir
sel sekretori dan menghasilkan sekresi lendir kental. Kelenjar
submandibular mengandung serous dan sel sekretori lendir dan
menghasilkan sekresi konsistensi yang menengah. Komposisi
keseluruhan air liur bervariasi sesuai dengan tingkat aktivitas
masing- masing jenis kelenjar utama. Komponen air liur yang
encer dapat melembabkan dan melumasi proses pengunyahan.
Lendir saliva membantu mengikat bolus makanan yang siap
untuk ditelan. (Anya M. Hillery, Andrew W.
7
Lloyd, 2001)
8
2.2 Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa Oral Dan
Desain Sediaannya
2.2.1 Sistem Penghantaran Obat Secara Transmukosa Oral
9
menghindari kehilangan obat dari bagian atas sediaan menuju
rongga mulut.
3. Tipe III merupakan sistem yang memberikan pelepasan obat
secaratidak langsung. Seluruh permukaan pada sediaan dilapisi
dengan impermeable backing layer kecuali sisi yang kontak
dengan bukal mukosa (Hameed, 2021)
a) Mekanisme Mukoadhesi
10
perluasan dan pengembangan dari basis patch sehingga
dapat kontak dengan lapisan mukus.
2. Tahapan Penggabungan : basis dari mukoadhesif diaktifkan
oleh adanya kelembapan .Kelembapan memungkinkan
molekul mukoadhesif untuk pecah keluar dan
menghubungkan antara ikatan Van Der Waals dengan
ikatan hidrogen
11
Tipe Patch
1. Pelepasan multi-arah
Jenis patch ini memungkinkan pelepasan obat ke mukosa
dan juga ke saliva. Obat yang dilepaskan ke saliva juga bisa
diserap secara sistemik melalui selaput lendir rongga
mulut dan/ atau tetap lokal. Namun, terdapat kerugian
yaitu:
obat menjadi encer secara substansial dalam saliva
kehilangan obat yang substansial dapat terjadi ketika
air liur tertelan
pelepasan obat ke dalam mulut berarti obat tersebut
tidak dilindungi dari lingkungan fisiologis
2. Pelepasan searah
12
pasien.
Area Patch
Untuk obat yang diserap melalui mekanisme difusi
pasif (paraseluler atau transelular), meningkatkan
13
luas patch harus meningkatkan jumlah obat yang
diserap. Namun, ukuran patch harus selalu
dipertimbangkan karena berhubungan dengan
kenyamanan dan penerimaan pasien dan tidak boleh
terlalu besar. Dengan demikian ukuran patch perekat
umumnya berkisar 2-5 cm2, dengan 10-15 cm2 sebagai
batas atas.
14
Patch hydmtion
Patch hidrasi mempengaruhi pengiriman obat bukal dalam
beberapa cara:
15
karenanya sebagian besar tidak terionisasi pada pH saliva. Karena
metabolisme first-pass sangat dihindari maka ketersediaan hayati
melalui rute bukal jauh lebih tinggi daripada melalui rute oral.
2. Nitrogliserin bukal
Bentuk dosis cepat larut Zydis adalah bentuk dosis oral baru
yang terdiri dari wafer berpori beku-kering yang mengandung
zat obat dan eksipien yang larut cepat lainnya. Porositas yang
tinggi dari sistem berarti ia larut secara instan di lidah dan tidak
membutuhkan air untuk membantu menelan. Sejumlah produk saat
ini tersedia yang menggunakan teknologi Zydis termasuk Dimetapp
Quick Dissolving Tablets, Feldene Melt dan Pepdine. Obat ini
kemudian basah dengan saliva untuk penyerapan selanjutnya di
saluran pencernaan. Kenyamanan dan penerimaan formulasi Zydis
16
membuatnya sangat cocok untuk pasien yang merasa sulit atau
tidak nyaman untuk menelan bentuk sediaan padat.
b) Rute Sublingual
17
bentangan otot polos atau mukosa tidak bergerak dan terus-
menerus dibasuh dengan jumlah air liur yang cukup membuat
penempatan alatnya menjadi sulit. Karena permeabilitas yang
tinggi dan suplai darah yang kaya, rute sublingual mampu
menghasilkan onset yang cepat yang membuatnya sesuai
untuk obat dengan pengiriman singkat sesuai persyaratan
periode dengan rejimen dosis jarang.
Metabolisme first-pass hati berlanjut menghasilkan
nitrogliserin yang sebagian besar tidak aktif oleh rute oral.
Dalam bentuk tablet sublingual nitrogliserin sangat efektif,
biasanya menghilangkan rasa sakit dalam waktu 2 menit.
Tablet sublingual terdiri dari eksipien terlarut (laktosa,
manitol, sukrosa) untuk mencapai disolusi cepat dan
membantu timbulnya aksi obat dengan cepat. Namun, waktu
yang diperlukan untuk larut bisa bervariasi dan lama,
khususnya pada mulut kering. Selain itu, tablet memiliki
masalah stabilitas dan harus sangat berhati-hati terhadap
paparan panas, cahaya, kelembaban, dan bahan kemasan yang
tidak sesuai, yang menyebabkan persyaratan agar tablet
dibuang 8 minggu setelah dibuka. Formulasi aerosol lipid dari
nitrogliserin juga tersedia, yang jauh lebih stabil daripada
tablet, dengan umur simpan yang lama (3tahun). Disemprotkan
langsung ke lidah, membantu meringankan nyeri angina dalam
waktu 2 menit dengan durasi efek hingga 30 menit. Namun, telah
ditunjukkan bahwa penggunaan berbagai aerosol dapat
mempengaruhi ketersediaan hayati obat dan memiliki implikasi
terapeutik yang penting.
18
2.2.2 Desain Sediaan Transmukosa Oral
Sistem pengiriman obat transmucosal harus memenuhi
beberapa prasyarat yaitu pertama, harus dengan cepat
menempel pada mukosa permukaan dan pertahankan interaksi
yang kuat untuk mencegah pemindahan. Kedua adalah kinerja
bioadhesi jangan sampai terkena dampak lingkungan sekitar pH.
Karakteristik lain yang diinginkan dari sistem pengiriman obat
transmucosal termasuk pemuatan obat yang tinggi, pelepasan obat
lengkap dan administrasi yang mudah. Pelepasan obat dari bahan
polimer terjadi baik dengan difusi atau dengan degradasi polimer
atau kombinasinya. Degradasi polimer biasanya terjadi oleh
enzim atau hidrolisis dan dapat terjadi dalam bentuk erosi
massal atau permukaan erosi. Kemajuan dalam pengiriman
obat transmukosa oral berfokus pada pengembangan sistem
pengiriman obat yang tidak hanya mencapai tujuan terapi
pengiriman tetapi juga mengatasi kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan yang terdapat dalam rongga mulut.
1. Larutan encer
Larutan encer adalah pengiriman tertua dan paling banyak
digunakan Dalam sistem pengiriman lokal yang mencakup
solusi sederhana (obat kumur) suspensi dan cairan pembentuk
gel. Cairan pembentuk gel telah diselidiki terutama untuk
melapisi mukosa untuk bertindak sebagai pelindung atau
kendaraan untuk pengiriman obat untuk pengobatan
gangguan lokal, termasuk disfungsi motilitas, infeksi
19
jamur. Suspense Natrium alginate i sebagai cairan bioadhesif
baru menunjukkan bahwa permukaan esofagus dapat dilapisi
untuk melindungi terhadap refluks dan dapat memberikan
terapi agen ke mukosa yang rusak
20
dengan melapisi permukaan tablet dengan polimer kedap air
untuk mencapai pelepasan searah atau dua arah. Meskipun
populer, ada batasan tertentu pada bentuk sediaan padat, seperti
waktu tinggal pendek, menelan yang tidak disengaja, dan
penerimaan pasien. Banyak obat telah dimasukkan ke dalam
bentuk sediaan padat mukosa oral dan tersedia secara komersil,
seperti Nicorette (tablet hisap nicotin), Fentora (tablet buccal
fentanyl), Actiq (tablet hisap fentanyl), dan Striant (tablet
extended release buccal testosterone).
Tablet hisap adalah persiapan padat, mengandung satu
atau lebih obat - obatan, biasanya dalam permen keras rasa
atau basis terkompresi. Mereka dimaksudkan untuk larut
secara bertahap di permukaan belakang lidah dan untuk
memberikan pengiriman obat secara lokal ke mulut, lidah,
tenggorokan, dll untuk meminimalkan sistemik dan
memaksimalkan aktivitas obat local.
3. PATCH
Patch mukoadhesif intraoral dapat dirancang untuk
memberikanobat secara lokal di rongga mulut dan / atau secara
sistemik. Patch mukoadhesif intraoral mengandung agen
bioadhesif seperti polimer poliakrilat, povidone, atau turunan
selulosa (Natrium karboksimetil selulosa) yang mempertahankan
formulasi ke mukosa mulut (buccal, langit-langit, atau mukosa
gingival) dan dimaksudkan untuk pelepasan obat yang
berkelanjutan atau berkepanjangan. Pacth dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Matriks Monolitik Tipe I
Patch dengan matriks ini larut dengan lambat dan
21
sepenuhnya larut dalam rongga mulut dan melepaskan obat ke
banyak arah terutama ditujukan untuk aksi local.
22
merupakan alat untuk mengirimkan obat secara akurat, andal,
dan aman. Kelebihan formulasi aerosol adalah bahwa dosis
unit yang seragam dapat diberikan melalui semprotan pompa,
sehingga meningkatkan profil keamanan obat-obatan tertentu
dengan menurunkan dosis, dan kemampuan untuk memberikan
obat tanpa air.
23
poloxamer 407 yang mengandung atenolol yang dinilai berpotensi
dalam pengiriman obat melintasi mukosa bukal. Hasilnya
menunjukkan bahwa mikrosfer menghasilkan bioavailabilitas
yang lebih tinggi dengan dosis lebih rendah dibandingkan dengan
produk yang dipasarkan secara oral.
Fungsi utama dari epitelium oral adalah untuk memberikan barrier yang
aman dan melindungi rongga mulut terhadap luka. Peran pelindung
disini mengartikan bahwa pada epitelium oral juga terdapat sebuah
barrier yang cukup besar untuk penghantaran obat sistemik. Faktor
fisiologi yang mempengaruhi bioavailabilitas transmukosa oral, meliputi:
(Anya et al., 2001)
24
yang lebih permeabel. Umumya, epitelium keratin muncul menjadi
lebih permeabel daripada epitelium non-keratin.
2. Ketebalan epitelium
Ketebalan epitel mulut sangat bervariasi antara situs di rongga
mulut:
a. Ketebalan mukosa bukal berkisar 500-800 μm.
b. Ketebalan mukosa sublingual jauh lebih tipis, sekitar
100 –200 μm. Epitelium tipis pada mukosa sublingual
menandakan bahwa penyerapan yang sangat cepat
dimungkinkan melalui rute ini.
3. Suplai darah
Suplai darah yang kaya dan pembuluh limfatik di laminpropria
membantu rongga mulut, sehingga sebagian obat yang melintasi
epitel oral siap diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran
darah di mukosa bukal adalah 2,4 mL min cm − 2 sedangkan
− 1
25
Walaupun obat bukal kurang permeabel dibandingkan dengan
sublingual, daerah mukosa bukal sangat baik dalam hal
vaskularisasi, yang mengakibatkan obat cepat diabsorpsi dan
masuk ke sirkulasi sistemik (Bhati et al., 2012).
4. Aktivitas metabolisme
Bagian obat yang diserap melalui epitelium oral dikirim
26
meningkatkan ketersediaan hayati. Namun, ada juga aspek
negatif untuk pemberian obat yang terkait dengan aliran saliva,
yaitu:
a. bagian obat dapat diencerkan oleh saliva;
b. aliran saliva yang berlebihan dapat menyebabkan disolusi
27
nyaman dan agak mengganggu pasien.
7. Perbedaan spesies
Tikus mengandung epitelium keratin yang sangat tinggi,
dengan demikian sangat tidak cocok sebagai model hewan
ketika melakukan uji penghantaran obat bukal. Model hewan
yang cocok untuk mempelajari penghantaran obat mukosa oral
termasuk babi dan anjing, karena mukosa oral mereka sangat
mirip dengan manusia, baik dalam morfologi dan karakteristik
permeabilitas .
28
basa (Narang et al., 2011).
- relatif permeabel;
- mampu memberikan absorbsi obat yang cepat dan cukup
besar untukobat lipofilik dengan berat molekul rendah.
- tidak cocok untuk sistem retentif, karena aliran saliva
yang tinggi, gerakan berlebihan dan ketidaknyamanan
pasien.
Sebagai hasil dari aliran saliva, konsentrasi obat di
wilayah ini hanya bertahan untuk jangka waktu yang relatif
singkat , mungkin dalam hitungan menit. Oleh karena itu, rute
sublingual sangat cocok untuk penghantaran obat lipofilik
dengan berat molekul rendah di mana diperlukan tindakan
yang cepat (misalnya nitrogliserin). Bentuk sediaan yang
telah dikembangkan yang sesuai untuk jenis aplikasi ini,
meliputi: semprotan sublingual dan tablet sublingual fast-
disolving. Sebaliknya, faktor yang terkait dengan bentuk
sediaan dari rute rute bukal adalah:
29
sangat cocok untuk sistem retensi.
2.4.1 Keuntungan
Keuntungan dari penghantaran obat transmukosa oral sebagai
berikut:
a. Luas permukaan relatif besar
b. Aksesibilitas
Rongga mulut memberikan permukaan yang sangat mudah
untuk penghantaran obat, baik untuk aplikasi dan
penghapusan sistem penghantaran obat. Aksesibilitas ini
meniadakan perlunya alat penghantaran kompleks untuk
memungkinkan obat mencapai lokasi penyerapannya. Dengan
demikian alat untuk penghantaran oral lebih sederhana dalam
desain daripada yang dimaksudkan untuk memberikan obat,
misalnya, ke daerah alveolar paru-paru.
30
c. Kemudahan penggunaan
31
g. Kuat
Mukosa mulut secara rutin terpapar banyak senyawa asing
yang berbeda dan relatif kuat dan kurang rentan terhadap iritasi
daripada, misalnya, mukosa hidung.
h. Retensi berkepanjangan
Retensi obat yang berkepanjangan dimungkinkan di
dalam rongga bukal, jika sistem penghantaran yang tepat
digunakan. Hal ini memungkinkan penurunan frekuensi
pemberian dosis
32
• menghindari puncak (risiko toksisitas) dan
palung (risiko ketidakefektifan) terapi konvensional;
• mengurangi frekuensi dosis;
• meningkatkan kepatuhan pasien.
2.4.2 Kerugian
33
waktu retensi obat dalam rongga mulut dan dengan
demikian kesempatan untuk absorpsi. Hal ini dapat diatasi
dengan menggunakan sistem mukoadhesif.
e. Penghalang Mucus
Difusi obat dapat dibatasi oleh penghalang fisik lapisan
mucus/lendir dan juga pengikatan obat spesifik atau tidak
spesifik ke lapisan lendir.
f. Penerimaan pasien
Patch bukal meliputi bentuk sediaan yang relatif baru,
yang ditempatkan di tempat penghantaran obat yang tidak
konvensional. Karena itu, mungkin ada kesulitan yang
dihadapi dalam mencoba membuat pasien menerima rute
ini. Dapat dibayangkan bahwa pasien mungkin lebih
enggan untuk menggunakan patch bukal dibandingkan
dengan, misalnya, patch transdermal, yang telah menjadi
bentuk sediaan yang terkenal dan berkedudukan kuat.
g. Komersial
Pendekatan baru, seperti penggunaan patch adhesif
bukal untuk penghantaran sistemik obat-obatan dengan
berat molekul besar, membutuhkan input waktu yang sangat
besar, tenaga/upaya dan uang, dan juga terkait dengan
sejumlah besar risiko. Masalah-masalah inidapat
berkontribusi pada keterlambatan yang signifikan
dalam pengembangan dan pemasaran sistem penghantaran
baru dan juga dapat membuat sistem ini relatif mahal.
34
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
36
DAFTAR PUSTAKA
37
38