terjadi karena :
• Kurangnya transmisi inhibitori
– Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori
meningkatnya aksi glutamat atau
aspartat
Fisiologi Normal
Diagnosis
• Pasien didiagnosis epilepsi
jika mengalami serangan
kejang secara berulang
• Untuk menentukan jenis
epilepsinya, selain dari gejala,
diperlukan berbagai alat
diagnostik :
– EEG
– CT-scan
– MRI
– Lain-lain
Klasifikasi epilepsi
• Berdasarkan tanda klinik
dan data EEG, kejang
dibagi menjadi :
– kejang umum (generalized
seizure) jika aktivasi
terjadi pd kedua hemisfere
otak secara bersama-
sama
– kejang parsial/focal jika
dimulai dari daerah
tertentu dari otak
Kejang umum terbagi atas:
• Tonic-clonic convulsion = grand mal
– merupakan bentuk paling banyak
terjadi
– pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur
– bisa terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah
– terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur
• Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan
kepala terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera
recovered
Kejang parsial terbagi menjadi :
• Simple partial seizures
– pasien tidak kehilangan kesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada bagian
tertentu dari tubuh
• Complex partial seizures
– pasien melakukan gerakan-gerakan tak
terkendali: gerakan mengunyah,
meringis, dll tanpa kesadaran
Sasaran Terapi
• Mengontrol (mencegah dan mengurangi frekuensi)
supaya tidak terjadi kejang - beraktivitas normal lagi
• Meminimalisasi adverse effect of drug
Strategi Terapi
• Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada
kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
Prinsip pengobatan pada epilepsi
• Monoterapi
– Menurunkan potensi AE
– Meningkatkan kepatuhan pasien
• Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
• Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau
politerapi
• Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
• Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan sesuai
dengan kondisi pasien)
Prinsip pengobatan epilepsi
2
GABA-transaminase Re-uptake
Metabolit
GABA
GABA 3
- 1
Post sinaptik
Reseptor GABA
vigabatrin
EFEK DEPRESI CNS
Partial Generalized Atypical
DRUG Seizure
Tonic- Clonic/ Absence Absence
Grand Mal
Lamotrigine Lamotrigine
Gabapentine Topiramate Clonazepam
Topiramate Clonazepam Lamotrigine
Alternative Tiagabine
Primidone
Lamotrigine Topiramate
Phenobarbital
Primidone Felbamate
Phenobarbital
Farmakokinetika Obat
Epilepsi pada Kehamilan
– the possibility of increased maternal seizures,
– pregnancy complications,
– adverse fetal outcome.
Alternative Benzodiazepines
DIAZEPAM
• Diazepam
Indication: Status epilepticus
Dosage: IV: 0.1 mg/kg every 2 minutes. Maximum dose, 0.3 mg/kg
(maximum 10 mg/dose).
Dosage: Rectal: 0.5 mg/kg up to 20 mg
Note: Do not give as IM injection.
Phenytoin sodium IV 18mg/kg (see Table 1 below). Ensure ECG, blood pressure and respiratory function are monitored
throughout the duration of the infusion.
Table 1 - IV phenytoin loading dose
• Phenytoin typical doses are 3–5mg/kg/day. The first dose should be given 12–24
hours after the loading dose.
• Oral or nasogastric administration should be used, whenever possible. Only use
intravenous administration when these options are not feasible and where cardiac
monitoring is available.
• Notes
• Phenytoin sodium 100mg capsules / tablets / injection = 15ml (90mg) suspension
(6mg/ml).
• There are many drug interactions with phenytoin (consult the BNF Appendix 1 or your
clinical
• pharmacist).
• Phenytoin concentrations increase disproportionately with dose; toxicity may occur if
the maintenance dose is increased by more than 25–50mg per day. Table 3 below
may help with dosage adjustment. Based on the patient's current dose and the
measured concentration (columns 1 and 2), column 3 gives a rough guide to
interpretation of the result and possible dosage adjustment.
Table 3 - Phenytoin maintenance dose adjustment
<4.5mg/kg/day 100mg
< 5mg/L
4.5–6mg/kg/day Check compliance
10–20mg/L - 25mg
TDM Phenytoin