Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

FENOMENOLOGI

Disusun Oleh :
William Gunastra
22060484109

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
PRODI S1 ILMU KEOLAHRAGAAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau
realitas komunikasi telah berkembang sejak lama. Seorang Profesor
komunikasi Universitas Colorado, Robert T. Craig berusaha
menggambarkan secara teoristis sebuah komunikasi kedalam bentuk
langkap. Craig beranggapan bahwa teori komunikasi, adalah suatu disiplin
yang praktis yang didasari oleh kehidupan yang nyata dengan masalah
sehari – hari melalui praktek komunikasi. Craig menjelaskan bahwa
semua teori-teori komunikasi yang relevan dengan kehidupan dunia
praktis yang umum di mana komunikasi sudah menjadi istilah yang
memiliki banyak makna.
craig membagi komunikasi dalam tujuh tradisi yaitu : semiotik,
fenomenologi, sibernetika, sosiopsikologis, sosiokultural, Kritis, Retoris. Dari
sekian banyak tradisi komunikasi yang ada, yang dibahas dalam makalah ini
hanyalah mengenai tradisi fenomenologi. Lahirnya tradisi Fenomeologi ini
sangat dipengaruhi oleh filsafat Fenomenologi. Tokoh filsafat fenomenologi
yang terkenal adalah Edmund Husserl (1859-1938). Bagi seorang
fenomenolog, kisah seorang individu adalah lebih penting dan

bermakna dari pada hipotesis ataupun aksioma. Seorang penganut


fenomenologi cenderung menentang segala sesuatu yang tidak dapat
diamati. Fenomenologi juga cenderung menentang naturalisme (biasa juga
disebut objektivisme atau positivisme). Hal demikian dikarenakan
Fenomenolog cenderung yakin bahwa suatu bukti atau fakta dapat diperoleh
tidak hanya dari dunia kultur dan natural, tetapi juga ideal, semisal angka,
atau bahkan kesadaran hidup.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Fenomenologi
DR. AMIR HAMZAH, M.A (2020) Fenomenologi (Inggris:
Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos.
Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan
logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian,
fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap
fenomena atau apa-apa yang nampak. Lorens Bagus memberikan dua
pengertian terhadap fenomenologi. Dalam arti luas, fenomenologi berarti ilmu
tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu
tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita.
Kata fenomenologi berasal dari kata phenomenon yang berarti kemunculan
suatu objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seorang individu.
Fenomenologi menggunakan pengalaman secara langsung untuk
memahami dunia. Orang mengetahui pengalaman atau peristiwa dengan
cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi yang dimiliki
orang yang bersangkutan.
2.2. Konsep Dasar
Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa
dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi
tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh
pandangan Edmund Husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh lainnya berasal
dari Weber yang memberi tekanan pada verstehn, yaitu pengertian
interpretatif terhadap pemahaman manusia. Fenomoenologi tidak berasumsi
bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti
oleh mereka. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan
tindakan untuk mengungkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang
ditekankan oleh kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku
orang. Mereka berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subyek
yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan
bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar
peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Para fenomenolog percaya bahwa
pada makhluk hidup tersedia pelbagai cara untuk menginterpretasikan
pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian
pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.

2.3. Prinsip Dasar Fenomenologi


Stanley deetz (dalam littlejohn, 1999:200) menyimpulkan tiga prinsip dasar
dalam fenomenologi yaitu pengetahuan, makna dan bahasa.
Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak disimpulkan dari
pengalaman tetapi ditemukan secara langsung dari pengalaman yang
disadari “conscious experience”. Contoh, untuk mendapatkan nilai yang
bagus dari dosen saya harus rajin baik masuk kuliah, mengerjakan tugas
dan tentu saja mempunyai hubungan yang baik dengan dosen pengasuh
mata kuliah. Hal ini bukan saya simpulkan secara tidak sadar dari
pengalaman-pengalaman tetapi saya temukan langsung dari pengalaman
yang saya sadari.
Makna dari sesuatu tergantung dari apa kegunaan sesuatu tersebut dalam
kehidupan individu. Dengan kata lain, bagaimana hubungan kita dengan
sesuatu ditentukan oleh apa makna sesuatu tersebut dalam kehidupan kita.
Contoh, komputer jinjing (laptop) bagi seorang anak-anak berfungsi
sebagai alat permainan games, bagi seorang mahasiswa berguna untuk
mengetik tugas dan browsing internet, tetapi bagi seorang pialang saham
laptop adalah
sarana untuk bermain valas dalam memperoleh penghasilan.
Bahasa adalah sarana makna. Kita mengalami dan memaknai dunia
sosial kita melalui bahasa yang kita gunakan untuk mendefinisikan dan
mengekspresikan dunia sosial tersebut. Contoh, kita bisa dengan mudah
mengatakan bahwa sesuatu benda mempunyai makna tertentu dari label-
label yang melekat padanya seperti ikan itu adalah binatang yang hidup di
air walaupun tidak semua yang hidup di air itu adalah ikan. Contoh
lainnya adalah televisi misalnya adalah suatu kotak (walaupun tidak
semua televisi berbentuk kotak) yang mempunyai layar berfungsi
menyiarkan gambar-gambar hidup berupa hiburan, berita atau yang
lainnya bahkan dari tempat yang jauh dan seterusnya.

2.4. Jenis – Jenis Tradisi Fenomenologi


Michael Jibrael (2020) Istilah fenomenologi memberikan berbagai macam jenis
dalam melihat setiap perkembangan di mana fenomenologi mampu menempatkan
kajian dalam berbagai jenis, Encyclopedia of Phenomenology (Kluwer Academic
Publishers, 1997), menempatkan jenis-jenis fenomenologi sebagai berikut, sesuai
dengan petkembangan fenomenologi itu sendiri:
1. Fenomenologi konstitutif transendental
Fenomenologi tipe ini dalam perkembangannya melihat suatu objek dibentuk dalam
kesadaran transendental, dan mengesampingkan pertanyaan-pertanyaan dari setiap
hubungan dengan dunia secara alami.
2. Fenomenologi konstituitif naturalistik
Fenomenologi ini mempelajari bagaimana kesadaran dalam membentuk objek-objek
dalam dunia dalam pandangan alamiah, yang memiliki asumsi bahwa sikap dan
perilaku yang di lakukan adalah bagian dari alam,
3. Fenomenologi eksistensial
Fenomenologi eksistensial ini, melihat realitas atau fenomena cksistensi manusia
secara konkret, termasuk di dalamnya pilihan kehendak bebas dan / tindakan dalam
suatu situasi yang konkret.
4. Fenomenologi historis generatif.
Fenomenologi ini mempelajari bagaimana makna-makna sebagaimana makna
tersebut hadir dalam pengalaman, yang dihasilkan dalam proses historis pengalaman
secara kolektif dari waktu ke waktu
5. Fenomenologi genetika.
Fenomenologi ini berbicara tentang kemunculan/asal usul makna yang telah tercipta.
dalam suatu pengalaman, fenomenologi ini identik dengan pengalaman yang telah
terlewati dan memiliki makna menurut seseorang.
6. Fenomenologi hermencutis
Fenomenologi ini mempelajari struktur penafsiran pengalaman, yang ada di dalam
suatu fenomena sebagai bagian dari pengalaman hidup. Inti dari fenomenologi ini
adalah melihat bagaimana pengalaman tersebut terbentuk
7. Fenomenologi realists.
Fenomenologi ini mempelajari struktur kesadaran dan juga intensionalitas sebagai
bagian dari kchidupan dunia, yang sebagian besar fenomena tersebut terjadi di luar
kesadaran
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tradisi fenomenologi
memfokuskan perhatianya terhadap pengalaman sadar seorang individu. Teori
komunikasi yang masuk dalam tradisi fenomenologi berpandangan bahwa
manusia secara aktif menginterpretasikan pengalaman mereka, sehingga mereka
dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung
dengan lingkungan. Tradisi fenomenologi memberikan penekanan sangat kuat
pada persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia, dan kami
ingin mengkaitkan fenomena selfie sebagai tradisi fenomenologi.
Daftar Pustaka
Hamzah Amir. Metode Penelitian Fenomenologi Kajian Filsafat & Ilmu
Pengetahuan. 2020. Malang: CV Literasi Nusantara Abadi.
Jibrael Michael, Fenomenologi.2020.Yogyakarta: CV Budi Utama.
Moustakas, Clark. Phenomenological Research Methods. (California: SAGE
Publications, 1994)

Littlejohn, S. W. Theories of Human Communication 6th Edition.


(Belmont, CA: Wadsworth. N/A, 1999)
Kuswara Engkus. Tradisi Fenomenologi pada Penelitian Komunikasi Kualitatif:
Sebuah pengalaman akademis. Jurnal Mediator Vol.7 No.1 Juni 2006
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.56/DIKTI/Kep/2005.
http://desiesyworlds.blogspot.co.id/2011/12/teori-komunikasi-bab-iii- tradisi.html
http://wahyu-dewanto.blogspot.co.id/2015/03/fenomenologi.html
http://rosaliapw.blogspot.co.id/2013/10/studi-kasus-teori-komunikasi-tradisi.html
http://gysugianto.blogspot.co.id/2015/02/tradisi-fenomenologi-serta-
fenomena.html

Anda mungkin juga menyukai