Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI


DAN
KOMUNIKASI POLITIK

Nama : MAR’ATUS SHOLIHAH


Npm : 1208200024
Prodi : Ilmu Komunikasi / 2020

1. TRADISI SEMIOTIKA

Semiotik atau penyelidik simbol-simbol,membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam


teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-
tanda mempresentasikan benda,ide,keadaan,situasi dan perasaaan dan kondisi diluar tanda-
tanda tersebut. Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar yaitu triad of meaning
yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan diantara tiga hal : Benda (yang
dituju),Manusia (penafsir),Tanda.

Charles Saunders Pierce,ahli semiotik model pertama mendefinisikan semiotik sebagai


hubungan diantara tanda,benda,dan arti. Tanda tersebut mempresentasikan benda atau yang
ditunjuk didalam pikiran si penafsir/pemberi makna.

 Dari penjelasan Tradisi Semiotika diatas kita akan melihat pada dua jenis teori dari
tradisi ini yaitu Teori bahasa dan Teori sistem non-verbal :
I. Teori Bahasa / Pondasi Klasik Bahasa
Penemu linguistik modern adalah Ferdinand de saussure yang memberikan
banyak kontribusi pada tradisi struktural dalam komunikasi. Ia mengajarkan bahwa
tanda,termasuk bahasa,dapat berubah-ubah.
Saussure meyakini bahwa peneliti linguistik harus memperhatikan hal yang
membentuk bahasa,seperti bunyi pengucapan,kata-kata,dan tata bahasa karena
walaupun struktur bahasa berubah-ubah,tetapi tidak untuk penggunaan bahasa.Kunci
untuk memahami struktur dari sistem saussure adalah perbedaan. Elemen dan
hubungan yang ditambahkan pada bahasa dibedakan oleh perbedaan mereka.
Contoh : kata “perawat” kebanyakan orang beranggapan bahwa perawat adalah
seorang perempuan,padahal tidak semua perawat itu perempuan.
II. Teori sistem non-verbal
Teori-teori tanda non-verbal adalah elemen penting dalam tradisi semiotik.Seperti
Randall Harrison menjelaskan,Istilah”Komunikasi non-verbal”telah diterapkan untuk
menyusun berbagai peristiwa yang membingungkan,dari masalah wilayah binatang
sampai masalah peraturan diplomat. Dari mimik muka sampai hentakan otot dll.
Kode Non-verbal adalah kumpulan perilaku yang digunakan untuk menyampaikan
arti.Ray Birdwhistell seorang antropolog yang tertarik dengan bahasa. Dalam
bukunga Kinesics and Context ia mengurutkan tujuh asumsinya yang menjadi dasar
teorinya dalam bahasa tubuh.
 Semua gerakan tubuh mempunyai makna penting dalam konteks komunikasi
 Perilaku dapat dianalisa karena telah diatur
 Walaupun aktivitas tubuh memiliki keterbatasan secara biologis,kegunaan
pergerakan tubuh dalam interaksi dianggap menjadi bagian dalam sebuah
sistem sosial
 Orang dipengaruhi oleh aktivitas tubuh orang lain yang terlihat
 Cara aktivitas tubuh yangberfungsi dalam komunikasi dapat diselidiki
 Makna yang terungkap dalam hasil penelitian kinesis ini berasal dari perilaku
yang telah dikaji
 Seseorang yang menggunakan aktivitas tubuh akan memiliki ciri-ciri
idiosyncratic.

Contoh :Memberi tepuk tangan kepada teman kita yang mendapatkan juara,adalah
bentuk tanda apresiasi atas prestasinya.

2. TRADISI FENOMENOLOGIS

Istilah Phenomenon mangacu pada kemunculan sebuah benda,kejadian,atau kondisi yang


dilihat.Oleh karena itu,fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk
memahami dunia melalui pengalam langsung.

Maurice Merleau-Ponty,pakar dalam tradisi ini menuliskan bahwa “ semua pengetahuan


akan dunia,bahkan pengetahuan ilmiah saya,diperoleh dari beberapa pengalam akan dunia”
Dengan demikian fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah
realitas. “Fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu jelas sebagaimana adanya”.
Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip fenomenologi yaitu ;

a) Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalam sadar,kita akan mengetahui


dunia ketika kita berhubungan dengannya.
b) Makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan sesorang. Dengan kata
lain,bagaimana anda berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi anda.
c) Bahwa bahasa merupakan kendaraan makna.Kita mengalami kehidupan di dunia
melalui bahsa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.

 Dari penjelasan Tradisi Fenomenologis diatas kita akan melihat pada dua jenis teori
dari tradisi ini yaitu Teori yang dikembangkan oleh Paul Ricouer dan Hans-Georg
Gadamer :
I. Teori Paul Ricouer
Paul Ricouer merupakan ahli teori tentang penafsiran yang sangat bergantung
pada tradisi fenomenologis.Walaupun ia menyadari pentingnya kemampuan
berbicara yang sebenarnya,yang paling penting bagi Ricouer adalah naskah.
Ketika kemampuan berbicara telah direkan,hal tersebut dipisahkan dari
pembicaranya. Naskah tidak dapat ditafsirkan dengan cara yang sama secara
langsung karena mereka ada dalam bentuk yang tetap. Kemampuan berbicara
hanya bersifat sementara sedangkan naskah selalu hidup,Penafsiran naskah sangat
penting ketika pembicara dan penulis tidak ada.
Ricouer menyebut pemisahan naskah dari situasi sebagai pembedaan.Dengan
kata lain, Anda dapat membaca sebuah pesan dan memahaminya walaupun
sebenarnya anda bukanlah bagian dari situasi tersebut. Jadi,maksud penulis tidak
menentukan apa yang akan menjadi makna naskah tersebut,pemahaman khusus
pembaca juga tidak membatasi apa yang naskah tersebut katakan sebenarnya
II. Teori Hans-Georg Gadamer
Hans Georg-Gadamer,seorang anak asuh dari Martin Heidegger,menyatakan
bahwa individu tidak berdiri terpisah dari segala sesuatu untuk menganalisis dan
menafsirkannya. Malahan,kita menafsirkan secara alami sebagai bagian dari
keberadaan kita sehari-hari.
Prinsip utaman dari teori gadamer adalah bahwa seseorang selalu memahami
pengalaman dari sudut pandang perkiraan atau asumsi. Pengalaman,sejarah,dan
tradisi memberi kita cara-cara memahami segala sesuatu serta kita tidak dapat
memisahkan diri dari kerangka interpretatif tersebut. Oleh karena itu,seiring
waktu,kita telah terpisah dari kejadian-kejadian di masa lalu. Carakita melihat
sesuatu di masa kini menciptakan sebuah jarak yang bersifat sementara dari
sebuah objek di masa lalu seperti contoh penemuan artefak-artefak,patung dan
benda-benda bersejarah.

3. TRADISI SIBENERTIKA

Sibenertika merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang didalamnya banyak orang


saling berinteraksi,memengaruhi satu sama lainnya,membentuk,serta mengontrol karakter
keseluruhan sistem dan layaknya organisme yang menerima keseimbangan dan perubahan.
Teori-teori dalam tradisi sibnertika menjelaskan bagaimana proses fisik,biologis,sosial,dan
perilaku bekerja.

 Dari penjelasan Tradisi Sibenertika diatas kita akan melihat pada dua jenis teori dari
tradisi ini yaitu Teori Tindakan yang Beralasan dan Teori Konsistensi
I. Teori Tindakan yang Beralasan
Icek Ajzen dan Martin Fishbein,mereka menunujuk hal ini sebagai sebuah
teori tindakan yang beralasan. Secara spesifik,intesnsi dari perilaku tertentu
ditentukan oleh sikap anda terhadap perilaku dan kumpulan keyakinan tentang
bagaimana orang lain ingin anda berperilaku.
Contoh : Para perokok ingin berhenti merokok karenatau bahaya merokok pada
kesehatan paru-parunya,tetapi mereka tidak bisa melakukannya karena sudah
ketergantungan.
II. Teori Konsistensi
Salah satu karya terbesar yang berhubungan dengan sikap,perubahan sikap,dan
kepercayaan berada dibawah cakupan teori konsistensi.
Konsistensi adalah prinsip aturan utama dalam proses kognitif dan perubahan
sikap yang dapat dihasilkan dari informasi yang mengacaukan kesimbangan ini.
Walaupun kosakata dan konsep teori ini berbeda,asumsi dasar dari konsistensi
adalah menghadirkan mereka semua. Dalam bahasa sibenertika,manusia mencari
keseimbangan dan sistem kognitif adalah sebuah alat utama yang dapat digunakan
untuk mencapai keseimbangan.
4. TRADISI SOSIOPSIKOLOGIS

Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan daritradisi sosiopsikologis.


Teori-teori tradisi ini berfokus pada perilaku sosial individu,variabel psikologi,efek
individu,kepribadian dan sifat,persepsi serta kognisi. Meskipun teori-teori ini memiliki
banyak perbedaan,mereka sama-sama memperhatikan perilaku dan sifat-sifat pribadi serta
proses kognitif yang menghasilkan perilaku.

Dalam tradisi sosiopsikologis terdapat tiga cabang besar :

 Perilaku
Dalam perspektif perilaku, teori-teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia berperilaku
dalam situasi-situasi komunikasi. Teori tersebut melihat hubungan antara perilaku
komunikasi, apa yang anda katakan dan lakukan, dalam kaitannya dengan beberapa variabel
seperti sifat pribadi, perbedaan situasi dan pembelajaran.
 Kognitif
Teori kognitif cukup banyak digandrungi saat ini. Berpusat pada bentuk pemikiran, cabang
ini berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh, menyimpan dan memproses
informasi dalam cara yang mengarahkan output perilaku. Dengan kata lain, apa yang Anda
lakukan dalam situasi komunikasi bergantung tidak hanya pada bentuk stimulus-respons,
melainkan pada operasi mental yang digunakan untuk mengelola informasi.
 Biologi
Kajian genetik diasumsikan menjadi semakin penting, para ahli psikologi dan ahli teori
perilaku pun tertarik dalam efek-efek fungsi dan struktur otak, faktor genetik dalam
menjelaskan perilaku manusia. Para ahli percaya bahwa banyak dari sifat, cara berpikir, dan
perilaku individu diikat secara biologis dan didapat bukan hanya dari pembelajaran atau
faktor-faktor situasi, melainkan dari pengaruh biologis sejak lahir.

 Dari penjelasan Tradisi Sosiopsikologis diatas kita akan melihat pada dua jenis teori
dari tradisi ini yaitu Teori Penilaian Sosial dan Teori Adaptasi :
I. Teori Penilaian Sosial
Teori penilaian sosial,berdasarkan karya Muzafer Sherif dan kolegannya
mencoba untuk memperkirakan bagaimana anda akan menilai pesan dari teman
anda dan bagaimana penilaian ini akan berpengaruh pada sistem keyakinan anada
sendiri.
Teori penilaian sosial,sebuah karya dalam ilmu psikologi sosial,berfokus pada
bagaimana kita membuat penilaian mengenai pernyataan yang kita dengar.
Prosedur penelitian ini adalah cara sistematis dalam memperagakan apa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dalam beberapa persoalan biasanya ada
beberapa tingkatan pernyataan yang Anda terima dan persoalan lainnya yang ingin
anda tahan, serta tingkatkan dimana anda ingin menolaknya. Rentang penerimaan
dan penolakan seseorang dipengaruhi oleh sebuah variabel kunci-keterlibatan ego.
Keterlibatan ego adalah pemahaman tentang hubungan pribadi Anda dengan
sebuah masalah. Jelasnya, keterlibatan ego adalah sebuah konsep inti dalam teori
penilaian social. Teori perluasan kemungkinan memperluas cakupan teori
penilaian social dengan melihat pada perbedaan-perbedaan mengenai bagaimana
kita membuat penilaian.
II. Teori Adaptasi
Teori ini dihasilkan oleh Judee Burgoon, dimana sebuah teori yang menyatakan
bahwa cara seseorang bereaksi terhadap orang lain tergantung sejauh mana aksi yang
diperoleh. Menurut Burgoon, ketika seseorang akan memulai berkomunikasi dengan
orang lain, seseorang tersebut sudah mempunyai gambaran yang akan terjadi. Ketika
terjadi telah terjadi proses komunikasi, seseorang bisa saja mendapatkan sesuau
sesuang dengan yang dipikirkan sebelumnya, tetapi bisa juga memperoleh bertolak
belakang dengan apa yang diharapkan, sehingga aksi yang dilakukankan juga akan
berbeda. Teori ini memiliki beberapa prinsip diantaranya,
Pada dasarnya seseorang cenderung untuk beradaptasi dan menyesuaikan pola
interaksi antara satu dengan yang lainnya, secara biologi, manusia memiliki hasrat
untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Kebutuhan manusia sebagai makhluk
sosial, dimana individu membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya,
manusia cenderung untuk membalas perlakuan orang lain, perilaku kompensasi,
dimana seseorang akan tersenyum ketika orang yang dikenalnya menyapa dengan
senyum, setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda untuk melakukan adaptasi,
adanya batasan dalam pola interaksi yang berlaku, faktor diadik yang akan
mengarahkan pada pembentukan pola adaptasi dalam suatu interaksi dan fungsi
komunakatif dari pelaku komunikasi.

Contoh : ketika seseorang memdapatkan pelukan dari teman dekatnya, walaupun


seseorang tersebut tidak berharap akan sebuah pelukan, namun ketika tangan
temannya sudah merangkul dipundaknya, maka secara orang tersebut akan
membalas dengan cara memeluk pinggang teman tesebut.

5. TRADISI SOSIOKULTURAL

Tradisi ini memfokuskan diri pada bentuk-bentuk interkasi antar manusia dari pada
karakteristik individu atau model mental.Interaksi merupakan proses dan tempat
makna,peran,peraturan,serta nilai budaya yang dijalankan.

Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukan cara pemahaman kita


terhadap makna,norma,peran,dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam
komunikasi.

 Dari penjelasan Tradisi Sosiokultural diatas kita akan melihat pada dua jenis teori dari
tradisi ini yaitu Teori Pengelolaan Identitas dan Teori Pemikiran Kelompok :
I. Teori Pengelolaan Identitas
Teori pengelolaan identitas dikembangkan oleh Tadasu Todd Imahori dan
William R. Cupach mereka menunjukkan bagaimana identitas terbentuk, terjaga,
dan berubah dalam hubungan. Dalam membentuk sebuah identitas, tidak terlepas
dari budaya dan komunikasi interkultural hal tersebut digunakan dalam
mempertimbangkan sebuah aspek budaya dari sebuah hubungan komunikasi.
Teori pengelolaan identitas banyak menjelaskan tentang hubungan dimana
perbedaan budaya sangat penting dan jelas.
II. Teori Pemikiran Kelompok
Teori Pemikiran Kelompok (groupthink) dirumuskan oleh Irvin L. Janis
lewat karyanya yang berjudul Victims of Groupthink: A Psychological Study of
Foreign Decisions and Fiascoes (1972). Istilah groupthink atau pemikiran
kelompok berarti suatu mode berpikir sekelompok orang yang bersifat kohesif
(terpadu), ketika usaha-usaha keras yang dilakukan angota-anggota kelompok
untuk mencapai kata mufakat. Untuk mencapai kebulatan suara kelompok ini
mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatif-alternatif tindakan secara
realistis.Teori pemikiran kelompok berhubungan erat dengan cara berkomunikasi
suatu kelompok.

Teori ini lahir didorong oleh kajian secara mendalam tentang komunikasi
kelompok yang dikembangkan oleh Raimond Cattel (Santoso & Setiansah,
2010:66). Dalam penelitiannya, ia memfokuskan pada kepribadian kelompok
sebagai tahap awal. Hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa pola-pola tetap
dari perilaku kelompok yang dapat diprediksi, yaitu:
a. Sifat-sifat dari kepribadian kelompok.
b. Struktural internal hubungan antaranggota.
c. Sifat keanggotaan kelompok.
Temuan teoritis tersebut masih belum mampu memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh hubungan antarpribadi dalam
kelompok. Hal inilah yang memunculkan suatu hipotesis dari Janis untuk menguji
beberapa kasus terperinci yang ikut memfasilitasi keputusan-keputusan yang
dibuat kelompok.Berdasarkan penelitian yang berkembang pada periode
selanjutnya, ada beberapa hipotesis mengenai faktor-faktor determinan yang
terdapat pada pikiran kelompok.

6. TRADISI KRITIS

Teori Tradisi Kritis menganggap Komunikasi sebagai hasil dari perefleksian sebuah
wacana. Tradisi ini berangkat dari asumsi teori-teori kritis yang memperhatikan terdapatnya
kesenjangan di dalam masyarakat. Proses komunikasi dilihat dari sudut kritis.

 Dari penjelasan Tradisi Kritis diatas kita akan melihat pada dua jenis teori dari tradisi
ini yaitu Teori Budaya Pendamping dan Teori Wacana Kecurigaan :
I. Tradisi Budaya Pendamping ( Co-cultural Theory )
Teori budaya pendamping adalah teori mengenai percakapan antara anggota
kelompok dominan dan yang terwakilkan,termasuk orang-orang yang berwarna;
wanita,gay,lesbian,biseksual,dan individu-individu yang transgender,orang yang
tidak berkemampuan dan sebagainya.
Dikembangkan oleh Mark Orbe,teori ini bersifat khusus bahwa komunikasi
budaya pendamping diartikan dari perspektif kelompok anggota yang terwakilkan
ketika mereka merasa bahwa perbedaan budaya seperti mencolok mata. Teori ini
dirancang untuk memfasilitasi pemahaman pada bagaimana anggota kelompok
budaya pendamping mengatasi perbedaan budaya mereka dengan yang lainnya.
II. Teori Wacana Kecurigaan dari Dennis Mumby
Karya Dennis Mumby dalam komunikasi organisasi menanamkan sebuah
pergeseran dari pendekatan yang hanya mencoba untuk menjelaskan dunia
organisasi kependekatan yang menyoroti cara-cara di mana dunia oraganisasi
menciptakan pola-pola dominasi. Mumby menyebutkan “wacana kecurigaan” ,
atau sikap mempertanyakan,dan pengujian tentang,susunan dalam
ideologi,kekuasaan dan kendali dalam organisasi.
Mumby sendiri melakukan pengujian kritis tersebut dengan menggunakan
konsep hegemoni dari karya teori kritis. Hegemoni dalam komunikasi organisasi
adalah “hubungan dominasi dimana kelompok-kelompok bawahan secara aktif
menyetujui dan mendukung sistem kepercayaan dan susunan hubungan kekuasaan
yang tidak memberikan sebenarnya dapat bertentangan dengan ketertarikan
tersebut.
III. TRADISI RETORIKA

Tradisi retorika menjelaskan konteks komunikasi antar personal dan komunikasi


massa.Tradisi ini memberikan perhatian terhadap bagaimana proses-proses merancang suatu
pesan yang baik sehingga komunikasi dapat berlangsung secara efektif.

Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia. Pada
awalnya, ilmu ini berhubungan dengan persuasi,sehingga retorika adalah seni penyusunan
argumen dan pembuatan naskah pidato. Kemudian,berkembang sampai meliputi proses “
adjusting ideas to people and people to ideas” dalam segala jenis pesan.

 Dari penjelasan Tradisi Retorika diatas kita akan melihat pada dua jenis teori dari
tradisi ini yaitu Teori Aristoteles dan Teori Cicero :
I. Teori Aristoteles
Pendapat Aristoteles bahwa: ”Anda, para penulis Retorika, terutama
menggelorakan emosi. Ini memang baik, tetapi ucapan-ucapan anda lalu tidak
dapat dipertanggung jawabkan.
Tujuan retorika yang sebenarnya adalah membuktikan maksud pembicaraan
atau menampakkan pembuktiannya. Ini terdapat pada logika. Retorika hanya
menimbulkan perasaan pada suatu ketika kendatipun lebih efektif daripada
silogisme. Pernyataan yang menjadi pokok bagi logika dan juga bagi retorika akan
benar bila telah diuji oleh dasar-dasar retorika”
II. Teori Cicero
Menurut Cicero, untuk meningkatkan kecakapan Retorika menjadi suatu ilmu,
ia berpendapat bahwa retorika mempunyai dua tujuan pokok yang bersifat:
a) suasio (anjuran)
b) dissuasio (penolakan).
Tugas para retor atau orator adalah: a) Mengajar, b) Menggembirakan dan c)
Menggerakkan. Retorika pada jaman Romawi (300 S.M - 130 Masehi) dibawa
dan diajarkan oleh seorang budak Yunani Livius Andronicus (284-204 SM).
Ahli-ahli Retorika yang terkenal pada jaman Romawi adalah: Appius Claudius
Caecus (300 SM), Cato de Censoris, Ser. Sulpicius Galba, Caius Grechus,
Marcus Antonius, dan Lucius Licinius Crassus. Dua orang guru Retorika Romawi
yang terkenal adalah Cicero dan Quintilianus. Marcus Tullius Cicero
menghasilkan tiga karya, antara lain De oratore prinsip-prinsip oratori terbagi tiga:
a) studi yang diperlukan orator
b) penggarapan topik pidato
c) bentuk penyajian sebuah pidato).

Dari sekian banyak tokoh atau ahli Retorika yang telah diuraikan di atas, nama
Aristoteles dan Cicero merupakan nama yang paling sering diperbincangkan. Pada uraian
selanjutnya lebih banyak konsep, pemikiran ataupun teori-teori merekalah yang dibahas.
Konsep lain selain persuasi yang dipelajari adalah persepsi, yakni proses yang terintegrasi
dalam individu yang terjadi sebagai reaksi atas stimulus yang diterimanya. Sebuah konsensus
yang tercapai melalui diskusi sosial akan menimbulkan opini publik, sedangkan pada diri
individu sendiri, opini bisa bersifat laten atau manifes. Opini yang bersifat laten disebut
sikap. Sikap adalah suatu predisposisi terhadap sesuatu objek, yang di dalamnya termasuk
sistem kepercayaan, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap obyek tersebut.

Anda mungkin juga menyukai