Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI KOMUNIKASI Tradisi-tradisi Teori Komunikasi

Oleh: Harisah Yulianti Galuh Diantie Yara (09111003023) (09111003047)

SISTEM INFORMASI 5A FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itulah, ilmu komunikasi saat ini berkembang pesat. Berbicara tentang sejarah, komunikasi tentu mempunyai teori sebagai tolak ukur dari hal-hal yang telah terjadi dan sebagai prediksi untuk hal-hal mendatang. Suatu teori tentunya tidak begitu saja muncul secara tiba-tiba. Ada faktorfaktor tertentu yang mengakibatkan munculnya suatu teori. Sebuah teori biasanya tercipta akibat adanya stimulus berbentuk teori yan g sudah ada sebelumnya. Teori yang sudah ada ini, terutama teori sosial memiliki sifat terbuka untuk dikaji kembali. Banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, misalnya perkembangan teknologi, sosio-kultural, dan sebagainya. Begitu pula dengan teori komunikasi. Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan. Dalam proses komunikasi, teori akan membina bentuk dan kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Luasnya ruang lingkup yang dimiliki oleh ilmu komunikasi membuat teori-teori yang ada di dalamnya memiliki berbagai macam kelompok dan aliran. Keberagaman ini tentunya mempermudah dalam memandang berbagai fenomena yang terjadi dari berbagai macam pendekatan. Setidaknya, kita tentang ada tujuh tradisi besar yang

mempengaruhi

pengetahuan

komunikasi,

yaitu:

Semiotik,

Fenomenologi, Sibernetika, Sosiopsikologis, Sosiokultural, Kritis, dan Retoris.

1.2. Perumusan Masalah Dalam makalah ini secara garis besar rumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana Tradisi Komunikasi berdasarkan Semiotik. 2. Bagaimana Tradisi Komunikasi berdasarkan Fenomenologi.

3. Bagaimana Tradisi Komunikasi berdasarkan Sibernetika. 4. Bagaimana Tradisi Komunikasi berdasarkan Sosiopsikologis.

1.3. Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Kecakapan Antar Personal 2. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai tradisi komunikasi 3. Mengetahui tradisi-tradisi komunikasi

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Tradisi Komunikasi Semiotik Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu

bekerja.semiotik atau penyelidikan simbol-simbol membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda memrepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, persaan. Kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri. Sebuah tanda adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain. Contohnya asap menandai adanya api. Beberapa para ahli memberikan perbedaan yang kuat antara tanda dan symbol. Tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas tentang sesuatu, sedangkan symbol tidak. Para ahli lainnya melihatnya sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda dalam katagori yang sama.dengan perhatian dengan tanda dan symbol, semiotic menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana dan tindakan-tindakan nonverbal. Kebanyakan melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan diantara tiga hal : benda(atau yang dituju), manusia (penafsir), dan tanda. Charles saunders Pierce, ahli semiotic modern pertama, dapat dikatakan pula sebagai pelopor ide ini. Pierce mendefinisikan semiosis sebagai hubungan diantara tanda, benda dan arti. Tanda tersebut merepresentasikan benda atau yang ditunjuk di dalam pikiran si pemikran penafsir. Tradisi Semiotika itu sendiri terbagi atas tiga variasi, yaitu: 1. Semantic (bahasa), merujuk pada bagaimana hubungan antara tanda dengan objeknya atau tentang keberadaan dari tanda itu sendiri. 2. Sintaktik, yaitu studi mengenai hubungan di antara tanda. Tanda tidak pernah sendirian mewakili dirinya, tanda adalah selalu menjadi bagian dr sistem tanda yg lebih besar (kompleks). Sintaktik memungkinkan manusia menggunakan berbagai kombinasi tanda yg sangat banyak utk mengungkapkan arti atau makna. 3. Paradigmatic, yang melihat bagaimana sebuah tanda membedakan antara satu manusia dengan yang lain atau sebuah tanda bisa saja dimaknai berbeda oleh masing-masing orang sesuai dengan latar belakang budayanya.

Keunggulan semiotika terletak pada ide-ide tentang kebutuhan akan bahasa umum dan identifikasinya tentang subyektifitas sebagai penghalang untuk

memahami. Selain itu, juga kesepakatan yang multi makna dari simbol-simbol teori semiotika sering berseberangan dengan teori-teori yang menyarankan bahwa katakata tersebut memiliki makna benar, tanda-tanda yang menunjukkan obyek yang ada dan akhirnya dikatakan bahwa bahasa itu netral.

2.2. Tradisi Komunikasi Fenomonologi Tradisi fenomenologi ini berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian individu-individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi dipandang sebagai proses berbagi pengalaman antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. yang timbul yang mengakibatkan terkikisnya hubungan yang sudah kuat. Meskipun fenomenologis mengacu pada terminologi filosofis, akan tetapi pada dasarnya lebih merujuk pada analisis yang insentif terhadap kehidupan seharihari dari sudut pandang orang yang mengalami kehidupan tersebut. Oleh karena itu, tradisi fenomenologis sangat bergantung pada persepsi dan interpretasi orang-orang tentang pengalaman subyektifnya. Bagi para fenomenolog, sebuah cerita kehidupan individu lebih penting dan otoritatif daripada berbagai hipotesis riset atau aksioma komunikasi. Akan tetapi, tentu saja persoalannya tidak ada dua orang yang mempunyai cerita kehidupan yang persis sama Ada tiga prinsip dasar dari fenomenologi menurut Stanley Deetz , yaitu : 1. Pengetahuan adalah kesengajaan maksudnya pengetahuan bukanlah didapat dari pengalaman akan tetapi didapat dari bagaimana menjadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah pelajaran. 2. Makna benda terdiri atas kekuatan benda adalam kehidupan sesesorang. Bagaimana seseorang memandang sesuatu benda, tergantung dari bagaimana berhubungan dengan benda itu menetukan maknanya 3. Yang ketiga adalah bahasa adalah kendaraan dari makna.semua orang mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu. Kajian fenomenologi terbagi menajdi tiga variasi yaitu:

1. Fenomonelogi Klasik dipelopori oleh Edmund Husserl penemu Fenomenologi Modern. Husserl percaya kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan pengalaman, tapi seseorang harus bagaimana pengalaman seseorang bekerja. Dengan kata lain kesadaran akan pengalaman dari setiap individu adalah jalur yang tepat untuk memahami realitas. Hanya melaui kesadaran dan perhatian maka kebenaran dapat diketahui. Seseorang harus mengesampingkan segala pemikiran dan kebiasaan untuk melihat pengalaman lain untuk dapat mengetahui sebuah kenyataan. Pada alur ini dunia hadir dengan sendirinya dalam alam sadar seseorang. Dalam artian menurut Husserl seseorang dapat memaknai suatu pengalaman secara objektif dengan tanpa membawa pemahaman orang itu sebelumnya terhadap pengalaman itu dalam artian harus objektif. 2. Fenomenologi Persepsi berlawanan dengan Husserl yang membatasi

fenomenologi pada objektivitas Marleu Ponty menjelaskan manusia adalah kesatuan dari mental dan fisik yang mengartikan atau mempersepsikan dunia. Seseorang mengetahui berbagai hal hanya melalui hubungan seseorang ke berbagai hal tersebut. Sebagaimana pada umumnya manusia, seseorang dipengaruhi oleh dunia akan tetapi seseorang juga mempengaruhi dunia terhadap pengalaman tersebut. Berbagai hal tidak bertahan dan berdiri sendiri terlepas dari bagaimana mereka dikenal. melainkan orang-orang memberi arti kepada berbagai hal di dunia, dan pengalaman fenomenologi adalah suatun hal yang subjective. 3. Fenomenologi Hermeneutik aliran ini selalu dihubungkan dengan Martin Heidegger dengan landasan filosofis yang juga biasa disebut dengan Hermeneutic of dasein yang berarti suatu interpretasi untuk menjadi. Yang paling utama bagi Heidegger adalah pengalaman tak dapat terjadi dengan memperhatikan dunia. Menurut Heidegger pengalaman sesuatu tak dapat diketahui melalui analisa yang mendalam melainkan pengalaman seseorang yang mana diciptakan dengan penggunaan bahasa dalam keseharian. Apa yang nyata dan apa yang yang sekedar pengalaman melalui penggunaan bahasa. Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Bagi seorang fenomenologis, cerita kehidupan seseorang lebih penting daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang

psikologis, Carl Rogers percaya bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya menciptakan lingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia menggambarkan tiga kondisi yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni: 1. Kecocokan/kesesuaian, adalah kecocokan antara perasaan dalam hati individu dengan tampilan luar. Orang yang tidak memiliki kecocokan akan mencoba mempengaruhi, bermain peranan, sembunyi di balik suatu tedeng aling-aling. 2. Hal positif yang tidak bersyarat, adalah sebuah sikap penerimaan yang bukan merupakan kesatuan dalam penampilan. 3. Pemahaman empatik.

2.3. Tradisi Komunikasi Sibernetika Sibernetika merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang didalamnya banyak orang saling berinteraksi, mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam tradisi ini menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja. Dalam sibernetika komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variabel yang mempengaruhi satu sama lainnya, membentuk serta mengontrol karakter

keseluruhan sistem, dan layaknya organisme menerima keseimbangan dan perubahan. Istilah sibernetika dapat membingungkan karena istilah tersebut dapat diaplikasikan baik pada tradisi umum(seperti yang telah dilakukan oleh Craig) maupun pada sibernetika yang lebih spesifik, yang merupakan satu diantara variasinya. Sibernetika dalam kesan yang sempit dipopulerkan oleh Norbert Wiener pada tahun 1950-an. Sebagai kajian sibernetika merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri pada putaran timbal balik dan proses-proses kontrol. Dengan menekankan pada kekuatan-kekuatan yang tidak terbatas,

sibernetika menantang pendekatan linier yang menyatakan bahwa satu hal dapat menyebabkan hal lainnya. Sebagai gantinya konsep ini mengarahkan pada seseorang atas pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana sesuatu saling

mempengaruhi satu sama lainnya dalam cara yang tak berujung. Jadi dalam tradisi ini konsep-konsep penting yang dikaji antara lain pengirim, penerima, informasi, umpan balik, redudancy, dan sistem. Walaupun dalam tradisi ini seringkali mendapat kritik terutama berkenaan dengan pandangan asumtif yang

cenderung menyamakan antara manusia dengan mesin dan menganggap bahwa suatu realitas atau gejala timbul karena hubungan sebab akibat yang linier. Ada tiga macam Teori dalam Tradisi Cybernetic yaitu Basic System Theory, General System Theory dan second order Cybernetic. 1. Basic System Theory Teori ini adalah format dasar, pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar. Dengan kata lain seseorang dapat melihat bagian dari system dan bagaimana mereka saling berhubungan. Seseorang dapat mengamati secara obyektif mengukur antara bagian dari system dan seseorang dapat mendeteksi input maupun output dari system. Lebih lanjut mengoperasikan atau memanipulasi system dengan mengganti input dan tanpa keahlian karena semua diproses melalui mesin. sebagai alat bantu bagi bagi para professional seperti system analyst, konsultan manajemen, dan system designer telah membangun sebuah system analisa dan mengembangkannya. 2. General System Theory Teori ini diformulasikan oleh Ludwig Von Bertalanffy seorang biologis. Bertalanffy menggunakan General System Theory sebagai sarana pendekatan multidisiplin kepada ilmu pengetahuan. System ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaiaman sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain. Pembentukan sebuah kosa kata untuk

mengkomunikasikan lintas disiplin ilmu. 3. Second Order Cybernetic Dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic sebelumnya. Second order Cybernetic membuat pengamat tak dapat melihat bagaimana sebuah system bekerja di luar dengan sendirinya dikarenakan pengamat selalu ditautkann dengan system yang menjadi pengamatannya. Melalui perspektif ini kapanpun seseorang mengamati system ini maka seseorang akan saling mempengaruhi. Karena hal ini memperlihatkan bagaimana sebuah pengetahuan sebuah produk menjerat antara yang mengetahui dan yang diketahui.

2.4. Tradisi Komunikasi Sosiopsikologis Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi sosiopsikologis. Berasal dari kajian psikologi sosial, tradisi ini memiliki tradisi yang kuat dalam komunikasi. Teori-teori ini berfokus pada perilaku sosial individu,

kepribadian dan sifat, persepsi serta kognisi. Meskipun teori-teori ini memiliki banyak perbedaan, mereka sama-sama memperhatikan perilaku dan sifat-sifat pribadi serta proses kognitif yang menghasilkan perilaku. Pendekatan individualis yang memberi ciri tradisi sosiopsikologis merupakan hal yang umum dalam pembahasan komunikasi serta lebih luas dalam ilmu pengetahuan sosial dalam perilaku. Hal ini dapat dipahami dalam lingkungan budaya seseorang. Saat ini, kebanyakaan teori komunikasi sosiopsikologis lebih berorientasi pada sisi kognitif, yaitu memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses informasi. Dalam hal ini, tradisi sibernetika dan sosiopsikologis bersama-sama menjelaskan sistem pemprosesan informasi individu manusia. Informasi merupakan bagian dari perhatian khusus, sedangkan rencana dan perilaku merupakan bagian dari sistem kognitif. Banyak karya dari tradisi ini berasumsi bahwa mekanisme-mekanisme pemerosesan informasi manusia berada diluar kesadaran seseorang. Sebagai pelaku komunikasi, seseorang disadarkan akan aspek-aspek spesifik dari proses, seperti perhatian dan ingatan serta seseorang akaan sangat sadar dengan kemampuan tertentu, seperti rencana dan perilaku. Salah satu tokoh tradisi ini adalah Carl I Hovland, seorang ahli psikologi yang sekaligus peletak dasar-dasar penelitian eksperimen yang berkaitan dengan efekefek komunikasi. Penelitiannya berupaya: 1. Menjadi peletak dasar proposisi empirik yang berkaitan dengan hubungan antara stimulus komunikasi, kecenderungan audiens dan perubahan opini. 2. Memberikan kerangka awal untuk membangun teori berikutnya. Efek utama yang diukur adalah perubahan pendapat yang dinyatakan melalui skala sikap yang diberikan sebelum dan pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Jadi perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal pernyataan, pendapat (opini), sikap, persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh). Adapun Varian dari Tradisi ini adalah: 1. Perilaku, memberikan perhatian pada bagaimana seseorang berperilaku/ bertindak dalam berbagai situasi komunikasi yg dihadapinya. Teori ini melihat hubungan yg kuat antar stimulus yg diterima & respons yg diberikan 2. Koginitif, cabang ini cukup banyak digunakan saat ini berpusat pada pola pemikiran cabang ini berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh,

menyimpan dan memproses informasi dengan cara yang arah tingkah laku yang keluar. 3. Biologis, menjelaskan bagaimana peran dr struktur & fungsi otak serta faktor genetis yg dimiliki seseorang mempengaruhi perilakunya.

2.5. Tradisi Komunikasi Sosiokultural Tradisi Sosiokultural berangkat dari kajian antropologi. Asumsi dasar dalam tradisi ini adalah bahwa komunikasi berlangsung dalam konteks budaya tertentu dan oleh karenanya, komunikasi dipengaruhi oleh kebudayaan suatu masyarakat. Tradisi ini memfokuskan pada bentuk-bentuk interaksi antarmanusia daripada karakteristik individu (Littlejohn & Foss 65). Interpretasi di sini lebih merupakan sebuah proses dan tempat makna, peran, peraturan, serta nilai budaya yang dijalankan. Tradisi ini berupaya memahami cara-cara yang di dalamnya manusia secara bersama-sama menciptakan realitas kelompok, organisasi, dan budaya. Ada beberapa gagasan utama dari tradisi sosiokultural. Yang pertama adalah Interaksi simbolik yang menekankan pentingnya pengamatan dalam studi

komunikasi sebagai cara untuk dari menyelidiki hubungan sosial. Kemudian ada konstruksionisme yang berupaya menyelidiki bagaimana pengetahuan manusia dibangun melalui interaksi sosial. Varian selanjutnya adalah sosiolinguistik yang menekankan ketergantungan bahasa terhadap penggunaannya (berdasarkan kelompok sosial maupun budaya). Filsafat bahasa juga memiliki pengaruh kuat dalam tradisi ini, dimana Ludwig Wittgenstein mengatakan bahwa makna bahasa tergantung terhadap penggunaan nyatanya (Littlejohn & Foss 67). Gagasan selanjutnya yang berpengaruh adalah etnografi yang menekankan pentingnya observasi tentang bagaimana kelompok sosial membangun makna melalui perilaku linguistik dan non-linguistik mereka. Gagasan yang terakhir adalah etnometodologi yang mencermati perilaku individu dalam mengelola atau menghubungkan interaksi sosial pada waktu tertentu.

2.6. Tradisi Komunikasi Kritis Tradisi ini berangkat dari asumsi teori-teori kritis yang memperhatikan terdapatnya kesenjangan di dalam masyarakat. Proses komunikasi dilihat dari sudut

pandang kritis. Komunikasi dianggap memiliki dua sisi berlawanan, dimana disatu sisi ditandai dengan proses dominasi kelompok yang kuat atas kelompok masyarakat yang lemah. Pada sisi lain, aktivitas komunikasi mestinya menjadi proses artikulasi bagi kepentingan kelompok masyarakat yang lemah. Tradisi ini dapat menjelaskan baik lingkup komunikasi antar personal maupun komunikasi bermedia. Komunikasi dalam tradisi ini diharapkan dapat berperan sebagai alat transformasi masyarakat. Tradisi ini begitu kaya akan gagasan-gagasannya. Gagasan pertama dalam tradisi ini adalah marxisme yang merupakan peletak dasar dari tradisi kritis ini. Marx mengajarkan bahwa ekonomi merupakan dasar dari segala struktur sosial. Praktekpraktek komunikasi dilihat sebagai hasil dari tekanan antara kreativitas individu dan desakan sosial kreativitas itu (Littlejohn & Foss 70-71) Gagasan yang kedua terlontar dari mazhab Frankfurt School yang digawangi oleh Theodore Adorno, Max Horkheimer, dan Herbert Marcuse. Pengikut mazhab ini percaya bahwa dalam rangka mempromosikan suatu filosofi sosial, teori kritis mampu menawarkan suatu interkoneksi dan pengujian yang menyeluruh perubahan bentuk dari masyarakat, kultur ekonomi, dan kesadaran. Sementara itu, gagasan post-modernisme ditandai dengan relativitas, ketiadaan standari nilai, serta penolakan terhadap narasi besar. Kemudian, gagasan cultural studies memberi perhatian kepada kajian terhadap ideologi yang mendominasi suatu budaya yang berfokus kepada perubahan sosial serta hal-hal yang positif di dalam budaya itu sendiri. Gagasan post-strukturalis sebagai salah satu gagasan dalam teori kritis memandang realitas sebagai sesuatu yang kompleks dan selalu dalam proses sedang menjadi. Sementara itu, gagasan post-kolonialisme memperhatikan polapola komunikasi yang ada pada semua kultur yang dipengaruhi oleh masa imperialisme dari masa penjajahan hingga saat ini. Terakhir adalah paradigma atau kajian feminisme. Kajian ini memiliki beragam definisi mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan hak-hak perempuan hingga perjuangan untuk menegaskan perbedaannya. Penelitian feminis lebih dari sekedar kajian terhadap gender. Feminisme berupaya untuk memusatkan teori terhadap pengalaman perempuan dan untuk membicarakan kategori-kategori gender dan sosial lainnya, termasuk ras, etnis, kelas, dan seksualitas. Kesemua gagasan dalam teori kritis ini tentunya merefleksikan begitu banyak dan luas kajian budaya dalam ilmu komunikasi.

2.7. Tradisi Komunikasi Retorika Tradisi retorika memberikan perhatian utama terhadap proses pembuatan pesan atau simbol. Prinsip utama tradisi ini adalah bagaimana menggunakan simbol yang tepat dalam menyampaikan suatu maksud yang berkaitan dengan proses pembuatan pesan (message production), sehingga proses komunikasi dapat berlangsung secara efektif. Tradisi retorika ini dapat menjelaskan baik dalam konteks komunikasi antar personal maupun komunikasi massa. Tradisi retorika dapat dibagi menjadi beberapa era utama dalam sejarah manusia, yaitu era klasik di mana melalui kaum sofis beranggapan bagaimana kita dapat berargumen untuk memenangkan suatu perkara melalui retorika tidak peduli apakah itu benar atau tidak yang berlawanan dengan para filsuf zaman itu yang menganggap bahwa retorika merupakan salah satu cara berdialog untuk mendapatkan kebenaran. Pada era abad pertengahan studi mengenai retorika berfokus pada pengaturan gaya. Pada masa renaissance, retorika terlahir kembali sebagai sebuah seni. Sementara pada masa pencerahan, retorika menjadi sarana untuk mengetahui dan atau menyampaikan suatu kebenaran. Hal ini menjadikan retorika meraih kembali citra baiknya seperti saat ini. Pada era kontemporer, kehadiran retorika ditandai dengan pemanfaatannya oleh media massa untuk menyampaikan suatu pesan baik secara verbal maupun visual. Sementara, pada era post-modernisme aliran ini mengistimewakan pendirian akan ras, kelas, gender, dan seksualitas ketika memasuki pengalaman khusus seorang daripada mencari teori dan penjelasan-penjelasan mengenai retorika itu sendiri

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Robert T. Craig mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses primer menyangkut pengalaman kehidupan manusia, yaitu bahwa komunikasi membentuk kenyataan. Banyaknya bentuk pengalaman terbentuk dari banyaknya bentuk komunikasi. Dan Craig membagi komunikasi dalam 7 tradisi yaitu Semiotik,

Fenomenologi, Sibernetika, Sosiopsikologis, Sosiokultural, Kritis, Retoris. Tradisi semiotik memfokuskan pada tanda dan simbol, memperlakukan komunikasi sebagai jembatan antara dunia privasi para individual dan arti tertentu dari tanda yang mungkin atau tidak mungkin dibagi. Tradisi fenomenologi berbeda dengan tradisi lainnya, aliran ini berkonsentrasi pada pengalaman personal, termasuk bagaimana individual saling mengalami satu lain Tradisi sibernetika merupakan komunikasi menurut perspektif, tradisi ini dipandang terutama sebagai proses informasi, dan masalah-masalah yang dibahas adalah seputar noise, overload dan malfungsi. Tradisi sosiopsikologi adalah teori dalam sudut pandang psikologi sosial, terutama pada aspek-aspek komunikasi termasuk ekspresi, interaksi dan pengaruh.

Daftar Pustaka

Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi Edisi 9 (terj.). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai