Anda di halaman 1dari 53

Oleh :

Drs. Sugandi, M.Si


1

HAKEKAT FILSAFAT KOMUNIKASI


Proses komunikasi dapat dilihat dalam dua perspektif besar,

yaitu psikologis dan mekanis. Perspektif psikologis


memperlihatkan bahwa komunikasi adalah aktivitas psikologi
sosial yang melibatkan unsur-2 komunikasi.
Perspektif mekanisis memperlihatkan komunikasi adalah aktifitas
mekanik yang bersifat situasional dan kontektual. Refleksi
komunikasi untuk mendapatkan prespektif yang lebih luas dan
komprehenship ini merupakan kajian filsafat komunikasi.
Filsafat komunikasi adalah disiplin yang menelaah pemahaman
secara mendalam, fundamental, metodologis, sistematis, kritis
dan komprehenship teori dan proses komunikasi yang meliputi
segala dimensi menurut bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi,
teknik, dan metode-metodenya (effendy, 2003)
2

Lanjutan
Dengan kata lain filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji

setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan


dan metode. Pemikiran filsafat komunikasi merupakan pemikiran
yang menyatu dengan pemikiran teori komunikasi.
Pemikiran Richard L. Lanigan.
Filsafat dalam disiplin ilmu komunikasi meletakkan titik
refleksinya pada pertanyaan-pertanyaan :
Apakah yang aku ketahui (masalah ontologi/metafisika)
Bagaimana aku mengetahuinya (masalah epistemologi)
Apakah aku yakin (masalah aksiologi)
Apakah aku benar (masalah logika)
3

Lanjutan
Metafisika.
Metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi teori tentang

realitas. Ada beberapa hal yang direfleksikan yaitu sifat manusia


dan hubungannya dengan alam.
Metafisika adalah suatu kajian tentang hakekat keberadaan zat,
pikiran, dan kaitan zat dengan pikiran. Obyek metafisika ada dua,
yakni ada sebagai yang ada dan ada sebagai yang Illahi.
Ada sebagai yang ada.
Ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurnimurninya, suatu benda itu sungguh-2 ada tidak terkena
perubahan. Cirinya adalah dapat diserapnya oleh pancaindera.
Ada sebagai yang Ilahi.

Lanjutan
Ini adalah keberadaan yang mutlak, yang sama sekali tidak

bergantung pada yang lain.


Ini berarti bahwa suatu yang ada adalah yang seumumumumnya dan yang mutlak, yaitu tuhan. Apabila kita
berbicara tentang yang illahi berarti kita bertolak dari sesuatu
yang pada dasarnya tidak dapat ditangkap oleh pancaindera.
Epistemologi.
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang merefleksikan
asal usul, hakekat, dan batasan pengetahuan manusia.
Epistemologi berkaitan dengan kriteria penilaian atas
kebenaran.
Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana
pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh melalui
metode ilmiah.
5

Lanjutan
Metode ilmiah adalah tata cara dari suatu kegiatan

berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan,


sistematik dan logis.
Dalam epistemologi terdapat beberapa teori kebenaran
berdasarkan koherensi, korespondensi, pragmatis, dan
legalisme. Epistemologi berkaitan dengan kriteria penilaian
atas kebenaran.
Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi :
Kerangka pemikiran yang logis
Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka
pemikiran.
Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya
secara faktual.
6

Lanjutan
Lanigan mengatakan bahwa prosesnya yang progresif dari

kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi,


epistemologi berpijak pada salah satu atau lebih teori
kebearan.
Aksiologi.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang ingin merefleksikan
cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan diperoleh.
Lanigan berpendapat bahwa aksiologi adalah studi etika
dan estetika.
Ini berarti aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu
nilai-niai manusia dan bagaimana cara melembagakannya,
kajian tentang nilai manusiawi dan bagaimana cara
mengekspresikannya.
7

Lanjutan
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, pentingnya

bagi seorang komunikator ketika ia mengemas pemikirannya


sebagai isi pesan dengan bahasa sebagai lambang, untuk
terlebih dahulu melakukan pertimbangan nilai, apakah pesan
yang ia komunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak.
Logika.
Logika adalah cabang filsafat yang menelaah asas dan dasar
metode penalaran secara benar dalam hal ini cara
berkomunikasi secara lebih baik dan benar.
Logika penting dalam komunikasi karena pemikiran harus
dikomunikasikan dan yang dikomunikasikan merupakan
putusan sebagai hasil dari proses berpikir. Dalam hal ini
berpikir logis.
8

Lanjutan
Dalam membangun perspektif ilmu ada tiga dasar elemen,

antara lain epistemologi, ontologi, dan aksiologi.. Dengan


berdasarkan elemen tersebut, maka ilmuwan dapat mengenali
dan membedakan berbagai perspektif ilmu yang ada dalam
kehidupan manusia.
Hal lain, ilmuwan dapat meletakkan setiap ilmu pada tempatnya
masing-masing yang saling memperkaya kehidupan manusia.
Pemikiran Stephen W. Littlejohn.
Perspektif yang ada dalam komunikasi dapat berbeda dengan
perspektif lainnya, tdak hanya berbeda dalam hal
pengelompokan akan tetapi dapat juga berbeda dalam konsepsi
maupun asumsi dasar.
9

Lanjutan
Untuk menjelaskan perbedaan konsep, landasan berpikir, fokus,

dan bias masing-masing perspektif, merujuk pada bidang


metatheori.
Metatheory merupakan suatu bidang yang berusaha untuk
menggambarkan dan menjelaskan persamaan dan perbedaan
teori-teori.
Apa yang seharusnya diteliti, bagaimana observasi seharusnya
dilakukan, dan bentuk teori apa yang seharusnya digunakan.
Perdebatan metatheory merupakan konsekuensi ketidaktentuan
pada status pengetahuan pada suatu bidang ilmu tertentu.

10

MANUSIA SEBAGAI PELAKU


KOKUNIKASI
Hakekat komunikasi adalah proses ekspresi antar

manusia.
Setiap manusia mempunyai kepentingan untuk menyampaikan
pikiran atau perasaan yang dipunyai.
Proses komunikasi adalah aktifitas yang diperlukan untuk
mengadakan dan melakukan tindakan komunikatif, baik yang
dilakukan oleh komunikator, komunikan, aktifitas penyampaian
pesan, noise yang bisa terjadi dalam setiap tindakan komunikasi.
Posisi manusia dalam komunikasi dapat dilihat pada rumusan
Lasswell: Who say what to whom in what channel with what effect
dan rumusan Aristoteles: pembicara, argumen, pidato, dan
pendegar. Rumusannya : pembicara - pendengar .
Sehingga posisi manusia berada pada : who dan whom dan
pembicara pendengar.
11

Lanjutan
Menurut Aristoteles manusia mempunyai tiga anima (jiwa) :
Anima vegatativa/roh vegetatif tumbuh-tumbuhan, fungsinya

makan, tumbuh, dan berkembang biak.


Anima sensitiva, binatang punya perasaan, naluri, dan nafsu
mampu mengamati, bergerak, dan bertidak.
Anima intelektiva roh intelek yang dimiliki manusia berpikir dan
bertindak, punya kesadaran.
Dengan demikian ciri manusia memiliki totalitas, yakni persatuan
roh dan jasad. Anima adalah penyebab hidup, bukan penyebab
kesadaran, yang menyebabkan kesadaran adalah aku/rohani.
Aku adalah juga yang merasa, sedangkan pusat panca indera
adalah di otak.
Pemikiran Aristoteles tampaknya termasuk dalam konvergensi,
yakni penggabungan tiga aliran besar.
12

Lanjutan
Materialisme.
Yaitu aliran yang melihat manusia ada pada fisiknya. Keberadaan

fisik merupakan unsur pokok dari kemanusiaan.


Idealisme.
Aliran ini mengatakan bahwa keberadaan manusia adalah pada
ide. Ide terletak di pemikiran, semakin jernih pemikiran, maka
seseorang akan mampu menangkap hakekat walaupun belum
memiliki interaksi dengan panca indera yang dimaksud.
Eksistensialisme.
Aliran ini melihat manusia pada eksistensinya, yaitu sejauhmana
keberadaannya diakui oleh masyarakat sekitarnya. Semakin diakui,
maka semakin eksis ia.
13

KAJIAN FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI


1. Ontologi Ilmu Komunikasi
Ontologi pada dasarnya menanyakan hakekat apa dari suatu

Ilmu. Ontologi dalam hal ini mencoba melihat


realitas/permasalahan yang terjadi dan mengaitkannya dengan
kebenaran ilmu.
Dalam peranannya terhadap kajian Ilmu Komunikasi, Ontologi
berupaya melihat realitas Ilmu Komunikasi sebagai sarana atau
proses penyampaian pesan antar manusia.
Hal ini disesuaikan oleh dua hal yaitu : 1) sesuai dengan obyek
materianya yang berada dalam rumpun ilmu sosial maka ilmu
komunikasi harus terjadi antar manusia.

14

Lanjutan
2) Ilmu komunikasi menggunakan paradigma dimana pesan

disampaikan dengan sengaja, dilatarbelakangi oleh motif


komunikasi dan usaha untuk mewujudkannya.
Obyek material ilmu komunikasi adalah manusia dan
tindakannya dalam konteks sosial, sementara obyek
formanya adalah komunikasi itu sendiri sebagai usaha
penyampaian pesan antar manusia.
Manusia berkomunikasi didasarkan pada emosi jiwa yang
kemudian diungkapkan dalam bentuk bahasa untuk
berkomunikasi.
S. Langer berpendapat bahwa bahasa bermula sebagai
tindakan emosional ungkapan yang meluap-luap, yang
menggugah hati para pendengarnya.
15

Lanjutan
Sehingga komunikasi dapat dikatakan sebagai jalinan yang

menghubungkan manusia.

2. Epistemologi Ilmu Komunikasi


Epistemologi pada dasarnya menanyakan tentang hakekat
bagaimana kebenaran ilmu bisa dibuktikan. Dalam hal ini
epistemologi mengaitkan ilmu dengan syarat-syarat uji
kebenaran Ilmu yaitu apakah ilmu itu objektif, empiris dan
sistematis?.
Ilmu Komunikasi sebagai ilmu sosial yang berada dalam
rumpun empiris (paham yang menekankan pengalaman
sebagai sumber utama pengetahuan) dapat dikembangkan
berdasarkan paradigma positivist dan anti-postitivist.
16

Lanjutan
Paradigma positivist menyatakan bahwa ilmu dibangun

berdasarkan fakta empirik sensual: teramati, terukur, teruji,


terulang, dan teramalkan karenanya sangat kuantitatif.
Sedangkan paradigma anti-positivist menyatakan ilmu
menggunakan pendekatan kualitatif dan mencoba
menyatukan obyek-subyek ilmu.
Dalam hal ini, Ilmu komunikasi apabila dilihat dari
paradigma positivist cenderung objektif, kebenaran ada
pada objeknya. Sedangkan ilmu komunikasi berlatar
antipositivist bersifat intersubjektif.
Postivisme dan antipositivisme menurunkan jenis penelitian
yang berbeda penelitian komunikasi kuantitatif berlatar
positivist yang obyektif.
17

Lanjutan
Sedangkan penelitian komunikasi kualitatif lebih berlatar

antipositivist yang intersubyektif dimana kebenaran


merupakan kesepakatan antar subyek menyangkut
interpretasi atas obyek.
3. Aksiologi Ilmu Komunikasi.
Aksiologis mempertanyakan kegunaan/nilai: bagaimana dan
untuk tujuan apa ilmu komunikasi itu digunakan. Penilaian ini
menjadi terkait oleh nilai etis atau moral.
Dalam hal ini, hanya tindakan manusia yang sengaja yang
dapat dikenakan penilaian etis. Akar tindakan manusia
adalah falsafah hidup: kesatuan nilai-nilai yang menurut
manusia memiliki derajat teragung yang jika terwujud ia yakin
akan bahagia.
18

Lanjutan
Aksiologi ilmu komunikasi kemudian mempertanyakan untuk

tujuan apa praktisi komunikasi menggunakan ilmunya


tergantung pada pokok jawaban atas pertanyaan pokok
falsafah hidup individu manusianya: apakah ilmunya akan
digunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat, atau
sebaliknya ?
Demikian pula halnya dengan ilmuwan komunikasi, falsafah
hidupnya akan menentukan dalam memilih obyek penelitian,
cara melakukan penelitian, dan menggunakan produk hasil
penelitiannya.
Dalam menentukan apakah Komunikasi layak menjadi ilmu
maka terlebih dahulu harus dikaitkan dengan pemenuhan
syarat-syarat ilmu.
19

Lanjutan
Syarat ilmu antara lain menyatakan bahwa ia harus memiliki

objek kajian, dimana objek kajian tersebut harus terdiri satu


golongan masalah yang sama sifat hakikatnya.
Secara ontologis obyek material ilmu komunikasi hanya
mengkaji penyampaian pesan antar manusia. Penyampaian
pesan kepada yang bukan manusia berada di luar obyek
kajiannya.
Pesan adalah segala hasil penggunaan akal budi manusia
yang disampaikan untuk mewujudkan motif komunikasi,
tanpa motif maka sesuatu tidak dinilai sebagai pesan,
karenanya tidak berada dalam kajian ilmu komunikasi.
Syarat ilmu yang kedua menyatakan bahwa ilmu harus
sistematis, dimana obyeknya itu tersusun dalam satu
rangkaian sebab akibat yang tersusun secara sistematis.
20

Lanjutan
Dalam komunikasi sistem ini telah terjawab dan digambarkan
1.
2.

3.
4.

5.

sebagai; karena terdorong oleh motif :


Mengapa manusia menyampaikan pesan, karena adanya
komunikasi.
Dari mana datangnya motif komunikasi,
konsepsi
kebahagiaan yang lahir dari naluri manusia sebagai paduan
arah diturunkan dari falsafah bertindak.
Dari mana konsepsi kebahagiaan hidupnya.
Dari mana datangnya falsafah hidup? Diturunkan dari
peralatan rohaniahnya yang bekerja secara simultan yaitu:
hati nurani, akal, budi, dan seperangkat naluri.
Dari mana datangnya peralatan, dari manusia, rohaniah yang
bekerja secara simultan.
21

Lanjutan
Syarat ketiga ilmu adalah metodologis, dimana harus

tersedia cara tertentu untuk membangun suatu ilmu, dan


metode ini berdasarkan metode ilmiah.
Sesuai dengan latar filsafat ilmunya, ilmu komunikasi
mengenal dua macam metode penelitian, yaitu kuantitatifpositivist dan kualitatif anti-positivist.
Kedua metode penelitian dengan dasar filsafat masingmasing menurunkan cara membangun ilmu yang berbeda
dengan tujuan yang berbeda pula.
Ilmu komunikasi dengan latar postivisme mencari
generalisasi dan obyektifitas universal, dimana hasilnya
bebas nilai.
22

Lanjutan
Sebaliknya ilmu komunikasi berlatar antipositivisme

mencari intersubyektifitas guna membangun ilmu


secara ideografik, dan hasil penelitiannya justru
terkait nilai.
Syarat ilmu yang keempat adalah universalitas, hal ini berlaku

untuk ilmu komunikasi bagi kuantitatif-positivis untuk


membangun generalisasi universal.
Kuantitatif positivis yang berlatar ilmu alam, system sebabakibat cenderung mekanistis: setiap sebab menimbulkan
akibat yang pasti, terduga, dan teramalkan.
Menggunakan pemaparan persyaratan ilmu, maka
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan ilmu karena
memenuhi syarat-syarat ilmu pada umumnya.
23

Lanjutan
Pengandaian ini membuat komunikasi meredefinisikan

empat persyaratan ilmu dengan mencabangkan syarat yang


keempat, dimana universalitas tidak diharuskan.
Namun hal ini diperlukan agar ilmu komunikasi bisa
berkembang dan menjadi otonom, karena persyaratan
mekanistis tidak bisa diterapkan pada manusia seutuhnya.
Hal ini dikarenakan otak manusia yang terus berkembang.
Perkembangan ini mengakibatkan perubahan perilaku
manusia dalam upayanya beradaptasi dengan lingkungan
sekitar.

24

KAJIAN ETIKA KOMUNIKASI


Pendahuan.
Etika sebagai salah satu cabang pokok ilmu filsafat menelaah dan

menyelidiki gejala-gejala dalam diri manusia baik sebagai individu


maupun sebagai anggota masyarakat.
Etika mencoba untuk meneliti tingkah laku manusia yang dianggap
cerminan dari apa yang terkandung dalam jiwa atau hati nurani.
Cerminan ini penting tetapi sukar ditelaah dan diselidiki.
Obyek etika adalah perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran
penuh (implisit dan ucapan). Hal ini disebabkan oleh karena kita tidak
dapat mempertanggungjawabkan suatu perbuatan yang dilakukan
diluar kesadaran.

25

Lanjutan
Pengertian.
Etika adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik,

buruk, harus, benar, salah dan sebagainya atau tentang prinsipprinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya di dalam
segala hal (William Benton, 1972).
Etika adalah cabang aksiologi yang pada pokoknya mempersoalkan
tentang predikat baik dan buruk dalam arti susila atau tidak susila
(Louis. O. Kattsoff).
Etika dan moral sering diidentikkan, padahal keduanya dapat
dibedakan. Etika lebih ditujukan pada suatu sistim pengkajian, suatu
sudut pandang (dalam islam disebut akhlak).

26

Lanjutan
Sedangkan moral lebih ditujukan kepada suatu yang dikaji atau

tingkah laku perbuatan itu sendiri. Karena itu etika disebut juga filsafat
kesusilaan atau filsafat moral yang berarti filsafat nilai (aksiologi).
Menurut Kattsoff, ragam etika ditinjau dari pengertiannya dibagi
menjadi 3, yaitu :
Etika Deskriptif.
Dalam pengertian ini etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu
pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya
tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Etika
bersangkutan dengan pencatatan terhadap corak-corak predikat serta
tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dalam masyarakat.

27

Lanjutan
Etika Normatif.
Etika ini sering dipandang sebagai suatu ilmu yang

mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma yang dapat


dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah
laku seseorang dalam bermasyarakat.
Etika kefilsafatan.
Analisa tentang apa yang orang maksudkan bilamana
mempergunakan predikat-predikat kesusilaan. Apa yang
disebut perbuatan etis, tidak etis. Jadi etika kefilsafatan
mempersoalkan tentang arti-arti yang dikandung oleh istilahistilah kesusilaan yang dipergunakan oleh orang dalam
membuat tanggapan-2 kesusilaan.
28

Lanjutan
Untuk memahami etika dan mengerti perbuatan yang boleh dan

tidak dilakukan menurut etika, perlu memahami norma yang


mengandung peraturan tentang perilaku manusia. Norma adalah
peraturan atau pedoman hidup tentang bagaimana seyogyanya
manusia harus bertingkah laku dan berbuat dalam masyarakat.
Norma teknis dan perbuatan.
Hanya berlaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu atau untuk
kegiatan-kegiatan sementara dan terbatas. Contoh peraturan dalam
olah raga, dalam perusahaan.
Norma yang berlaku dalam masyarakat.
Norma kepercayaan/keagamaan.
Norma moral
Norma sopan santun
Norma hukum
29

Lanjutan
Norma kepercayaan/keagamaan
Dasar dari norma ini adalah kitab suci, tujuanya adalah agar

manusia beriman. Adapun sanksinya tidak didunia, tapi di akhirat


nanti. Contoh : jangan membunuh, berbuat baik dan sebagainya.
Rasa malu bisa menghadang dari berbuat zalim, malu sebagian dari
iman. Manusia yang tidak ada rasa malu kehilangan kondratnya
sebagai manusia.
Norma moral.
Norma moral berhubungan dengan manusia sebagai pribadi,
pendukungnya adalah hati nurani. Pelanggaran terhadap norma ini
adalah penyesalan, karena tidak ada kekuasaan dari luar diri
manusia yang mengancam. Contoh : kasus Urip-Artalyta.
Seorang ahli hukum diarahkan oleh seorang yang tidak tahu hukum.
30

Lanjutan
Norma sopan santun.
Norma ini didasarkan atas kebiasaan, kesopanan, kepantasan atau

kepatutan yang berlaku dalam masyarakat, tujuanya adalah untuk


penyempurnaan manusia sebagai masyarakat, yaitu untuk kedamaian,
ketertiban, keamanan dalam hidup bersama. Ancamannya adalah
cemoohan, hinaan dari masyarakat.Contoh : tidak merokok di
kendaraan umum, tidak membunyikan klakson saat antrian panjang.
Norma Hukum.
Norma hukum pelaksanaannya dapat dituntut dan dipaksakan
kepatutan dan kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Dasarnya
adalah peraturan perundang-undangan yang dapat dipastikan mulai
kapan berlaku. Contoh : kasus korupsi yang terjadi pada
pemimpin/pejabat kita.
31

Mazhab-mazhab Etika
Mazhab adalah haluan atau aliran mengenai hukum fikih yang

menjadi ikutan umat Islam. Atau golongan pemikir yang sepaham


dalam teori, ajaran, atau aliran tertentu dibidang ilmu, cabang
kesenian, dan berusaha untuk memajukan hal itu.
Dalam hal mazhab dalam etika dapat diartikan pada pengertian
yang kedua. Etika selalu berhubungan dengan hal-hal yang baik dan
buruk, susila dan tidak susila.
Dalam hal mempersoalkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kejujuran dan lainnya, maka akan muncul pertanyaan baru:
benarkah ada nilai-nilai etika yang sifatnya universal, obyektif dan
berlaku umum tanpa menuntut suatu syarat apapun ?.
Permasalahan ini mengakibatkan timbulnya berbagai macam
mazhab dalam etika.
32

Lanjutan
Semua mazhab berusahan untuk memberikan jawaban dari alternatif-

2 yang ada dan biasanya jawaban itu berhubungan erat dengan


pandangan mazhab tentang filsafat manusia.
Mazhab-2 dalam Etika :
1. Egoisme.
Kaidah atau peraturan yang berlaku dalam egoisme adalah bahwa
tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah yang memberi hasil
atau manfaat bagi diri sendiri untuk jangka waktu selama diperlukan
atau dalam waktu yang lama. Egoisme secara praktis nampak dalam :
Hedonisme.
Tema sentral dan tujuan dari Hedonisme adalah memperoleh
kesenangan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani hedone yang berarti
kesenangan.
33

Lanjutan
Tokohnya hedonisme adalah Eudoxus dan Epicurus.
Menurut Epicurus : hal yang baik adalah hal yang memuaskan

keinginan manusia, teristimewa keinginan akan kesenangan. Hal


yang sering dianjurkan adalah agar manusia mempergunakan
waktunya sebanyak mungkin untuk bersenang-senang.
Eudaemonisme.
Eudaemonisme berasal dari bahasa Yunani eudaemonia yang
berarti bahagia atau kebahagiaan. Tujuannya adalah
memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan badaniah maupun
kebahagiaan rohaniah.
Perbedaan pokok dengan hedonisme adalah pada kebahagiaan
rohaniah. Pangkal dari kebahagiaan adalah pengalaman.
Manusia selalu mengejar suatu kebahagiaan, yang merupakan
nilai tertinggi dalam hidupnya..
34

Lanjutan
Kebahagiaan tidak akan tercapai apabila manusia hanya

mengejar kesenangan saja.


Setiap manusia harus hidup dengan mengembangkan bakat
dan kemampuan yang ada pada dirinya sehingga dengan
demikian kebahagiaan yang menjadi tujuan utama akan
tercapai.
2. Deontologisme.
Deontologisme berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti
yang diharuskan atau diwajibkan.
Deontolotgisme berpendapat bahwa baik buruknya atau benar
salahnya suatu tindakan tidak diukur berdasarkan akibat yang
ditimbulkannya, melainkan berdasarkan sifat-2 tertentu dari
tindakan dan perbuatan yang dilakukan.
35

Lanjutan
Suatu tindakan tidak dinilai dari hasil yang dicapainya, tetapi

dinilai dari kewajiban moral dan keharusan.


Bentuk deontologisme ada 2, yaitu :
Deontologisme tindakan. Tema sentralnya adalah baik dan
buruknya suatu tindakan dapat dirumuskan atau diputuskan
dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada
peraturan umum (etika situasi). Contoh : Jujur, bagi si A adalah
baik, tetapi belum tentu bagi si B.
Deontologisme peraturan. Kaidah moral yang berlaku adalah
baik buruknya suatu tindakan diukur pada satu atau beberapa
peraturan yang berlaku umum, dan bersifat mutlak, tidak dilihat
dari baik buruknya akibat perbuatan itu. Contoh : peraturan
jangan membunuh, maka perbuatan itu harus dihindari.
36

Lanjutan
3. Utilitarianisme.
Mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan seseorang

diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Yang menjadi tujuan


adalah hasil atau konsekuensi yang timbul akibat perbuatan yang
dikerjakan.
Akibat baik berarti menguntungkan dan bermanfaat terutama bagi
kepentingan banyak manusia dan menghindarkan akibat-2 buruk.
Istilah lain untuk menyebut mazhab ini Teleologis.
Ada dua bentuk utilitarianisme , yaitu :
Utilitarianisme tindakan. Bentuk ini menganjurkan agar segala
tindakan manusia akan mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan
akibat baik yang sebesar mungkin. Contoh : berbohong terkadang
diperbolehkan demi untuk menyenangkan pasangan hidup kita.
37

Lanjutan
Utilitarianisme peraturan.
Semboyannya adalah bertindaklah sesuai dengan kaidah yang

penetapannya menghasilkan kelebihan akibat baik yang sebesar


mungkin dibandingkan akibat buruk.
Suatu tindakan dianggap baik apabila pada akhirnya
menghasilkan kelebihan akibat baik bagi berlakunya suatu
peraturan.
4. Theonom.
Mazhab ini mengatakan bahwa kehendak Allah adalah
merupakan ukuran baik buruknya suatu tindakan. Perbuatan
susila harus mendasarkan diri pada kehendak dan sifat-sifat
Allah, sehingga teori ini sering disebut Theological Theory.
Ada dua macam teori ini, yaitu :
38

Lanjutan
Teori Theonom murni.
Kaidah umum yang berlaku dalam teori ini adalah :
Suatu perbuatan dianggap benar atau susila apabila sesuai

dengan kehendak Allah atau sesuai apabila dengan


kewajiban-2 yang diperintahkan Allah kepada manusia.
Contoh : membunuh tidak diperbolehkan bukan karena
mengakibatkan hal-hal yang buruk, tetapi membunuh itu
dilarang karena sesungguhnya Allah tidak menyukai perbuatan
membunuh.
Teori Theonom kodrat.
Sesuai dengan hukum kodrat bahwa Allah menciptakan
manusia, dan memang keberadaan manusia sudah dikehendaki
oleh Allah.
39

Lanjutan
Manusia di dunia diberi kebebasan untuk menjalankan apa yang

baik bagi dirinya, karena itu kebaikan suatu perbuatan


tergantung dari manusia itu sendiri, tergantung apakah
perbuatan itu dapat mewujudkan nilai-nilai manusia atau tidak.
Suatu perbuatan dinilai sejauh adanya manfaat yang diberikan
akibat perbuatan itu (Etika perwujudan diri).
Etika Komunikasi.
Komunikasi adalah penyampaian pesan atau pengertian dari
seseorang kepada orang lain, baik secara langsung ataupun
melalui media yang bertujuan untuk mendapatkan kesamaan
pengertian antara komunikator dengan komunikan.
Bagaimana mengadakan penilaian etis terhadap perilaku
komunikator dan perilaku komunikan dalam berkomunikasi,
apakah media yang digunakan itu efektif dan juga etis ?
40

Lanjutan
Secara umum penilaian terhadap perilaku seseorang apakah etis atau

tidak dapat didasarkan pada 3 macam prinsip dalam pengambilan


keputusan. Prinsip-prinsip itu menyingkapkan masalah pokok dalam
etika, yaitu :
1. Prinsip-prinsip apakah yang dapat dipakai sebagai dasar membuat
tanggapan kesusilaan ?
2. Perbuatan-perbuatan apakah yang dikatakan betul, artinya yang
dibenarkan dari segi kesusilaan ?
3. Makna apakah yang dikandung oleh kata seharusnya, dan apakah
yang merupakan sumber wajib ?
Etika komunikasi akan mencoba mencari standar etika apa yang
digunakan oleh komunikator dan komunikan dalam menilai diantara
teknik, isi dan tujuan komunikasi.
41

Lanjutan
Richard L. Johannesen membuat pertanyaan dasar yang dipakai

sebagai alat untuk membuat penilaian etika komunikasi lebih


sistematis dan memiliki dasar yang kuat, yaitu :
Mampukah saya menjelaskan dengan tepat apa kriteria, standar,
perspektif etika yang diterapkan pada saya atau orang lain ?
Apakah dasar yang konkrit bagi penilaian etika ?
Mampukah saya membenarkan kelogisan dan relevansi standar ini
untuk kasus tertentu ? Mengapa kriteria etika yang sangat sepadan
ini termasuk standar yang sangat potensial ? Mengapa standar ini
mendapat prioritas diatas standar yang relevan lainnya ?
Mampukah saya menunjukkan dengan jelas dalam hal apa
komunikasi dinilai berhasil atau gagal dalam memenuhi standarstandar itu ?
42

Perbedaan Etika, Etiket, Moral dan


agama
Dalam kehidupan sehari-hari, batas antara etika dan etiket sangat
tipis. Padahal dua terminologi tersebut sangat berbeda, meskipun
disana sini tetap masih ada persamaannya.
Persamaan adalah bahwa etika dan etiket menyangkut tindakan
dan perilaku manusia, etika dan etiket mengatur perilaku manusia
secara normatif.
Perbedaan antara etika dan etiket :
Etika menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh
seorang atau kelompok tertentu. Etiket memberikan dan
menunjukkan cara yang tepat dalam bertindak.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan sosial. Jadi etiket selalu
berlaku ketika ada orang lain. Sementara itu etika tidak
memperhatikan orang lain atau tidak.
43

Lanjutan
Etiket bersifat relatif, dalam arti bahwa terjadi keragaman dalam

menafsirkan perilaku yang sesuai dengan etiket tertentu. Etika


jauh bersifat mutlak. Prinsip etika bisa sangat universal dan tidak
bisa ada proses tawar menawar.
Etiket hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sementara etika
lebih menyangkut aspek internal manusia. Dalam hal etiket,
orang bisa munafik, tetapi dalam hal dan perilaku etiks, manusia
tidak bisa bersifat kontradiktif.
Perbedaan Etika dan Estetika.
Etika lebih menitik beratkan pada baik-buruknya atau benartidaknya tingkah laku dan tindakan manusia.
Etika berkaitan dengan apa yang menjadi dasar bahwa tindakan
manusia adalah baik atau buruk, benar atau salah.
44

Lanjutan
Estetika mempermasalahkan seni atau keindahan yang diproduksi

oleh manusia. Soal apresiasi yang harus dilakukan dalam proses


kreatif manusiawi.
Estetika berkaitan dengan imitasi atau reproduksi realitas. Seni
sebagai ekspresi sosial atau ekspresi personal atas suatu realitas.
Perbedaan Moral dan Hukum.
Keduanya berhubungan yang erat, satu sama lain ,l,ain saling
mempengaruhi dan membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh
moralnya.
Hukum harus dinilai atau diukur dengan norma moral. Undangundang tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat
kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang.
45

Lanjutan
Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku

lahiriah manusia, sedangkan moral menyangkut perilaku batin


seseorang.
Sanksi hukum biasanya dapat dipaksakan, sedangkan sanksi
moral adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa
tidak tenang.
Sanksi hukum didasarkan atas kehendak masyarakat, sedangkan
moralitas tidak akan dapat diubah oleh masyarakat.
Perbedaan Etika dan Agama.
Etika mendukung keberadaan agama, etika sanggup membantu
manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk pemecahan
masalah.
Etika mendasarkan pada argumentasi rasional, sedangkan agama
menuntut seseorang untuk mendasarkan pada wahyu.
46

47

Etika dan Filsafat Komunikasi


Kajian Filsafat terhadap llmu Komunikasi.
1. Ontologi Ilmu Komunikasi
Ontologi pada dasarnya menanyakan hakekat apa dari suatu Ilmu.

Ontologi dalam hal ini mencoba melihat realitas/permasalahan


yang terjadi dan mengaitkannya dengan kebenaran ilmu.
Dalam peranannya terhadap kajian Ilmu Komunikasi, Ontologi
berupaya melihat realitas Ilmu Komunikasi sebagai sarana atau
proses penyampaian pesan antar manusia.
Hal ini disesuaikan oleh dua hal yaitu : 1) sesuai dengan obyek
materianya yang berada dalam rumpun ilmu sosial maka ilmu
komunikasi harus terjadi antar manusia.

48

Lanjutan
2) Ilmu komunikasi menggunakan paradigma dimana pesan

disampaikan dengan sengaja, dilatarbelakangi oleh motif


komunikasi dan usaha untuk mewujudkannya.
Obyek material ilmu komunikasi adalah manusia dan
tindakannya dalam konteks sosial, sementara obyek
formanya adalah komunikasi itu sendiri sebagai usaha
penyampaian pesan antar manusia.
Manusia berkomunikasi didasarkan pada emosi jiwa yang
kemudian diungkapkan dalam bentuk bahasa untuk
berkomunikasi.
S. Langer berpendapat bahwa bahasa bermula sebagai
tindakan emosional ungkapan yang meluap-luap, yang
menggugah hati para pendengarnya.
49

Lanjutan
Sehingga komunikasi dapat dikatakan sebagai jalinan yang

menghubungkan manusia.

2. Epistemologi Ilmu Komunikasi


Epistemologi pada dasarnya menanyakan tentang hakekat
bagaimana kebenaran ilmu bisa dibuktikan. Dalam hal ini
epistemologi mengaitkan ilmu dengan syarat-syarat uji
kebenaran Ilmu yaitu apakah ilmu itu objektif, empiris dan
sistematis?.
Ilmu Komunikasi sebagai ilmu sosial yang berada dalam
rumpun empiris (paham yang menekankan pengalaman
sebagai sumber utama pengetahuan) dapat dikembangkan
berdasarkan paradigma positivist dan anti-postitivist.
50

Lanjutan
Paradigma positivist menyatakan bahwa ilmu dibangun

berdasarkan fakta empirik sensual: teramati, terukur, teruji,


terulang, dan teramalkan karenanya sangat kuantitatif.
Sedangkan paradigma anti-positivist menyatakan ilmu
menggunakan pendekatan kualitatif dan mencoba
menyatukan obyek-subyek ilmu.
Dalam hal ini, Ilmu komunikasi apabila dilihat dari
paradigma positivist cenderung objektif, kebenaran ada
pada objeknya. Sedangkan ilmu komunikasi berlatar
antipositivist bersifat intersubjektif.
Postivisme dan antipositivisme menurunkan jenis penelitian
yang berbeda penelitian komunikasi kuantitatif berlatar
positivist yang obyektif.
51

Lanjutan
Sedangkan penelitian komunikasi kualitatif lebih berlatar

antipositivist yang intersubyektif dimana kebenaran


merupakan kesepakatan antar subyek menyangkut
interpretasi atas obyek.
3. Aksiologi Ilmu Komunikasi.
Aksiologis mempertanyakan kegunaan/nilai: bagaimana dan
untuk tujuan apa ilmu komunikasi itu digunakan. Penilaian ini
menjadi terkait oleh nilai etis atau moral.
Dalam hal ini, hanya tindakan manusia yang sengaja yang
dapat dikenakan penilaian etis. Akar tindakan manusia
adalah falsafah hidup: kesatuan nilai-nilai yang menurut
manusia memiliki derajat teragung yang jika terwujud ia yakin
akan bahagia.
52

Lanjutan
Aksiologi ilmu komunikasi kemudian mempertanyakan untuk

tujuan apa praktisi komunikasi menggunakan ilmunya


tergantung pada pokok jawaban atas pertanyaan pokok
falsafah hidup individu manusianya: apakah ilmunya akan
digunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat, atau
sebaliknya ?
Demikian pula halnya dengan ilmuwan komunikasi, falsafah
hidupnya akan menentukan dalam memilih obyek penelitian,
cara melakukan penelitian, dan menggunakan produk hasil
penelitiannya.
Dalam menentukan apakah Komunikasi layak menjadi ilmu
maka terlebih dahulu harus dikaitkan dengan pemenuhan
syarat-syarat ilmu.
53

Anda mungkin juga menyukai