Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu
entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas
kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses
bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut
memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu
pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek
yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan
keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia
dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia. Ontologi membahas tentang
yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dalam rumusan Lorens
Bagus; ontology menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.
Filsafat Ilmu Pengetahuan mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan
tertentu secara rasional. Filsafat Ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari teori
pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis
keterangan yang berkaitan dengan kebenaran ilmu tertentu. Filsafat ilmu Pengetahuan
disebut juga Kritik Ilmu, karena historis kelahirannya disebabkan oleh rasionalisasi dan
otonomisasi dalam mengeritik dogma-dogma dan tahayul. Ilmu tidak dapat tumbuh
dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan
pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih
khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.
Dengan semakin meluasnya filsafat dan tepecah menjadi ilmu-ilmu yang baru
maka dirasa perlu untuk mengetahui pembagian filsafat dalam cabang-cabang filsafat

1
serta aliran-alian yang ada dalam filsafat sehingga kita bisa mengetahui arah pikir
dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan serta penggolongannya dalam filsafat.
Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi
adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki
atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui
observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-
hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal
tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan
unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ontologi ?
2. Apa pengertian dari matematika ?
3. Bagaimana ontology matematika ?
4. Apa itu pendidikan matematika ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari intologi
2. Untuk mengetahui pengertian dari matematika
3. Untuk mengetahui ontology matematika
4. Untuk mengetahui apa itu pendidikan matematika

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi

Filsafat sebagi suatu disiplin ilmu telah melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga
cabang kajian itu ialah teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan
teori nilai (aksiologi). (Cecep Sumarna, 2006:47)

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic.
Jadi, ontologi adalah The Theory of Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). (Amsal Bakhtiar, 2007:132). Sedangkan Jujun S. Suriasamantri
mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita
ingin tahu, atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai yang “ada”. (Jujun
S. Suriasumantri, 1985:5)

Jadi dapat disimpulkan bahwa:

 Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan
Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu tentang hakikat yang ada.

 Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan Kenyataan yang asas, baik yang berbentuk jasmani / konkret,
maupun rohani / abstrak.

1. Tahapan Ontologi

Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkrit memiliki


beberapa tahapan. Seperti yang dikutip dari Jujun S. Suriasumantri tahapan ontologi
(Hakikat Ilmu) adalah sebagai berikut.

 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?

 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?

3
 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?

 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang


berupa ilmu?

 Bagaimana prosedurnya?

2. Metode dalam Ontologi

Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :


abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan
keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat
umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik
mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang
dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.Sedangkan metode pembuktian
dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori
dan pembuktian a posteriori.

B. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang belajar
atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu
pasti, yang kesemuanya berkaiatan dengan penalaran. Ciri utama matematika adlah
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai
akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan
dalam matematika bersifat konsisten.

Berdasarkan etimologi, perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang


diperoleh dengan bernalar. Bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran,
akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktifitas dalam dunia rasio, sedangkan
ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.

Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunia
secara empiris, kemudian diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis

4
dengan penalaran didalam struktur kognitif, sehingga pada konsep-konsep matematika.
Agar konsep yang terbentuk dipahami orang lain dan dengan mudah dimanipulasi
secara tepat, maka digunakan notasi dan istilah yang cermat yang disepakati secara
universal dan dikenal dengan Bahasa Matematika.

Dibawah ini disajikan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika


menurut Soedjadi dalam Imran ( 2003 : 15 ) yaitu :

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir


secara sistematis.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan


masalah- masalah tentang ruang dan bentuk.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan


dengan bilangan.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

Deskripsi matematika dalam buku panduan Lawrence Unuversity seperti dikutip oleh
Susilo, F (dalam Sumaji, dkk, 1998: 228) menyuguhkan harmoni yang sungguh indah
dan menurut penulis telah meliputi seluruh karakteristik matematika. Redaksi dari
pernyataan tersebut sebagai berikut:

“Lahir dari dorongan primitif manusia untuk menyelidiki keteraturan dalam


alam semesta, matematika merupakan suatu bahasa yang terus menerus berkembang
untuk mempelajari struktur dan pola. Berakar dalam dan diperbaharui oleh realitas
dunia, serta didorong oleh keingintahuan intelektual manusiawi, matematika menjulang
tinggi menggapai alam abstraksi dan generalitas, tempat terungkapnya hubungan-
hubungan dan pola-pola yang tak terduga, menakjubkan, sekaligus amat bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Matematika adalah rumah alami baik bagi pemikiran-
pemikiran yang abstrak maupun bagi hukum-hukum alam semesta yang konkret.

Matematika sekaligus merupakan logika yang murni dan seni yang kreatif”.
Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan dan pembuaktian yang logik mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya untuk

5
membantu manusia dalam mengatasi permasalahannya baik dalam bidang sosial,
ekonomi, maupun alam.

 Karakteristik Matematika

Karakteristik matematika menurut Sumardyono, S.Pd. dalam bukunya yang


berjudul karakteristik matematika dan implikasinya terhadap pembelajran matematika,
bahwa matematika terdapat bebarapa ciri yang secara umum disepakati bersama.
Beberapa diantaranya sebagai berikut:

 Memiliki objek kajian yang abstrak, berupa fakta, operasi (atau relasi),
konsep, dan prinsip.

 Bertumpu pada kesepakatan atau konvensi, baik berupa simbol-simbol dan


istilah maupun aturan-aturan dasar (aksioma).

 Berpola pikir deduktif.

 Konsisten dalam sistemnya.

 Memiliki simbol yang kosong dari arti.

 Memperhatikan semesta pembicaraan.

C. Ontologi Matematika

Menurut Marsigit (2015: 95), Ontologi matematika berusaha memahami


keseluruhan dan kenyataan matematika, yaitu segala matematika yang mengada. Dalam
kaitanya dengan matematika pendekatan ontologis matematika adalah dengan mencari
pengertian menurut akar dan dasar terdalam dari kenyataan matematika. Pendekatan
ontologis digunakan untuk menerima kenyataan dalam matematika. Pendekatan ini
berusaha untuk mengkaji bagaimana mencari inti dari setiap kenyataan yang ditemukan
terkait matematika, membahas apa yang ingin kita ketahui tentang matematika,
seberapa jauh kita ingin tahu, serta menyelediki sifat dasar apa yang ada secara
fundamental.

6
a. Aspek Ontologi Matematika
Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
1) Metodis : matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
2) Sistematis : ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya
kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain
3) Koheren : konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling
bertautan dan tidak bertentangan
4) Rasional : ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
5) Komprehensif : objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional
(dari barbagai sudaut pandang)
6) Radikal : dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma
7) Universal : ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana
saja. (Ani, 2011)

b. Aliran Ontologi Matematika

Menurut Sumardyono dalam Abdul Halim Fathani (2008:53) Beberapa aliran


pandangan mengenai objek matematika sebagai berikut:

1) Formalisme
Aliran formalisme dipelopori oleh ahli matematik besar dari jerman
David Hilbert. Menurut aliran ini sifat alami dari matematik ialah
sebagai sistem lambang yang formal. Matematik bersangkut paut
dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol dan proses pengolahan
terhadap lambang-lambang itu. Smbol-simbol dianggap sebagai sasaran
yang menjadi objek matematik. Bilangan- bilangan misalnya dipandang
sebagai sifat-sifat struktural yang paling sederhana dari benda-benda.
Dengan simbolisme abstrak yag dilepaskan dari sesuatu arti tertentu dan
hanya menunjukan bentuknya saja. Aliran formalism berusaha
menyelidiki struktur dari berbagai system. Berdasarkan landasan
pemikiran itu seorang pendukung aliran tersebut merumuskan
matematik ilmu tentang sistem-sistem formal.

7
2) Intuisionisme

Menurut Ernest (1995), aliran intusionisme mengakui aktivitas


matematika manusia sebagai dasar dalam penyusunan bukti atau objek-
objek matematika, teori baru, dan juga mengakui bahwa aksioma intuisi
dari teori matematika secara mendasar tidaklah lengkap, dan perlu
ditambahkan sebagai kebenaran matematika yang lain baik secara intuisi
maupun secara informal.

3) Logisme

Aliran logisisme dipelopori oleh Bertrand Arthur William


Russell dari Inggris. Dalam 1903 terbitlah buku beliau yang berjudul
“The Principles of Mathematics” yang berpegang pada pendapat bahwa
matematik muri semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prisip-
prinsip logika dari prisip-prinsip logika. Menurutnya logika telah mejadi
lebih bersifat matematis dan matematik sehingga lebih logis. Akibatnya
ialah bahwa kini menjadi sepenuhnya tak mungkin untuk menarik suatu
garis diantara keduanya. Sesungguhnya kedua hal itu adalah satu.
Mereka berbeda seperti anak dan orang dewasa. Logika merupakan
masa muda dari matematika dan matematika merupakan masa dewasa
dari logika.

c. Contoh Ontologi Matematika

Segala sesuatu yang ada dalam matematika baik itu formal maupun material,
seperti misalnya teorema teorema. Maka Teorema di dalam matematika akan
dibuktikan secara logis, terstruktur, dan sistematis. Pembuktian teorema inilah yang
merupakan salah satu contoh ontologi matematika.

D. Pendidikan Matematika

Dengan memahami ontologi (hakikat) matematika sebagaimana dijelaskan di


atas, pendidikan matematika di sekolah seyogyanya diarahkan kepada peningkatan
kemampuan bernalar (berfikir) dan pemecahan masalah. Hal ini seperti tertuang dalam
tujuan pembelajaran matematika (Depdiknas, 2006) yaitu (1) memahami konsep

8
matematika, (2) mengembangkan penalaran, (3) mengmbangkan kemampuan
pemecahan masalah, (4) mengembangkan kemampuan komunikasi matematis, dan (5)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Di samping itu,
pendidikan matematika di sekolah juga harus mempertimbangkan tahapan
perkembangan peserta didik. Sehubungan dengan ini perlu difahami ontologi
matematika sekolah, di antaranya karakteristik matematika sekolah. Menurut
Sumardyono(2004:43) ada 4 (empat) karakteristik matematika sekolah yang sekaligus
membedakannya dengan matematika sebagai “ilmu pengetahuan”, yaitu (1) penyajian,
(2) pola fikir, (3) keterbatasan semesta, dan (4) tingkat keabstrakan. Penyajian
matematika sekolah tidak harus diawali dengan teorema dan definisi tetapi harus
disesuaikan dengan tingkat intelektual siswa. Hal ini diperlukan agar pembelajaran
matematika bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Untuk ini pembelajaran matematika
dimulai hal-hal yang bersifat kongkrit kemudian secara bertahap menuju ke arah yang
lebih formal dan abstrak. Berikutnya pola fikir dikembangkan mulai dari pola fikir
induktif untuk anak Sekolah Dasar kemudian secara bertahap mengarah
kepada penekanan pola fikir deduktif pada siswa Sekolah Lanjutan dan Menengah.
Perluasan semesta pembicaraan matematika juga dilakukan secara bertahap, semakin
meningkat intelektualitas siswa maka semakin luas semesta pembicaraannya.
Demikian juga tingkat keabstrakan matematika, dimulai dengan memperkenalkan
benda-benda kongkrit pada siswa SD kemudian bertahap kepada situasi formal dan
abstrak kepada siswa SMP dan SMA. Dengan demikian, pendidikan matematika
dimulai dengan memahami ontologi matematika sekolah, satu di antaranya adalah
memahami karakteristik matematika sekolah yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan intelektual peserta didik.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ontologi mempelajari
tentang objek apa yang ditelaah ilmu, perwujudannya dan hubungannya dengan daya
tangkap manusia, sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan. Pembahasan
ontology tidak mencakup pada proses, prosedur dan manfaat dari suatu objek yang
ditelaah ilmu, tetapi lebih kepada perwujudannya. Telaah matematika secara ontologi
menunjukkan bahwa matematika bersifat metodis, sistematis, koheren, rasional,
komprehensif, radikal dan universal. Hal berarti bahwa matematika telah memenuhi
aspek ontologi dalam filsafat ilmu, selanjutnya matematika perlu ditelaah secara
epistemologi dan aksiologi.

10

Anda mungkin juga menyukai