Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

“KONSTRUKSI DAN IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU: Matematika dan Pendidikan


Matematika”

Disusun oleh:

Yoyada Nufninu (23031140046)

Pendidikan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha ESA yang telah melimpahkan rahmat dan hikmat,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Ilmu dengan judul “KONSTRUKSI DAN
IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU: Matematika dan Pendidikan Matematika”.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan sumber belajar sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Makalah Filsafat Ilmu dengan judul “KONSTRUKSI
DAN IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU: Matematika dan Pendidikan Matematika” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, November 2023

Penulis
BAB 1

FILSAFAT UMUM

Filsafat (dalam bahasa Arab adalah falsafah, dan dalam bahasa Inggris adalah philosophy)
berasal dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta (love) dan ‘sophia’
kebijaksanaan (wisdom). Secara etimologis, filsafat berarti berarti cinta kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam artinya sedalam-dalamnya. Seorang filosof (philosopher) adalah pencinta,
pendamba dan pencari kebijaksanaan.

Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta merumuskan bahwa filsafat adalah
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan
sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti
‘adanya’ sesuatu.

Sistematika Filsaat terdiri dari 3 model: yaitu ontology (wujud/hakikat), epistemology (teori
pengetahuan), dan aksiologi (nilai/guna)

A. Ontologi
Filsafat adalah ilmu berfikir secara kritis, universal, dan radikal (mendalam). Jadi filsafat
ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sebenarnya secara kritis, universal,
dan mendalam. Ontologi biasanya mengkaji pertanyaan burupa apa. Permasalahn yang
sering dikaji dalam ontologi seperti apa hakikat kebenaran itu? apa hakikat ilmu itu?.
Ontologi menjadi ruang lingkup untuk mengkaji dan menafsirkan tentang hakikat realitas.
1. Objek kajian antologi, objek kajian antologi dibagi menjadi dua
a. Objek Material
Objek Material adalah sesuatu yang mungkin ada maksutnya adalah ada objek yang
akan dikaji atau diteliti. Contoh objek yang sering dikaji seperti Tuhan, manusia,
dan alam. Objek material dibagi menjadi 3 macam:
• Teologi
Teologi bersasal dari kata "theo" berarti Tuhan dan "logos" berarti ilmu. Jadi
teologi adalah ilmu yang mengkaji tentang Tuhan. Dalam aliran ini
keberadann Tuhan ingin dikaji dan dipamai secara lebih rasional lagi
(menurut pikiran dan pertimbangan yang logis). Dalam teologi terdapat
beverapa ajaran filsafat seperti filsafat stoa panteistis yang mengatakan
bahwa segala sesuatu yang dijadikan kekuatanilahi, yaitu keuatan alam.
Filsafat panteistis bendictus (baruch) spinoza mengatakan bahwa segala
sesuatu yang ada karena kehendak Tuhan tidak ada yang tidak tercangkup
dari kehendak Tuhan.
• Antropolog
Antropologi berasal dari kata "antropos" berarti manusia dan "logos" berarti
ilmu. Jadi antropologi adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia. Sejak
zaman purba manusia sudah diperdebatkan. Dalam sain ada juga
antropologi. Nah untuk memebedakannya adalah jika dalam sain ditulis
antropologi saja sedangkan dalam filsafat ditulis antropolgi filsafat
• Kosmologi
Kosmologi berasal dari kata "kosmos" berarti alam dan "logos" berarti
ilmu. Jadi kosmos adalah ilmu yang mempelajari tentang alam. Hal yang
sering dikaji adalh mengenai waktu, perubahan, keutuhan, kemungkinan-
kemungkinan dan keabadian. Ada beberapa yang membahas tentang alam
seperti, teori kabut, teori pasang surut, teori ledakan dahsyat (big bang) dan
lin-lain. Banyak yang mengira bahwa kosmologi adalah teori astronomi
tetapi sebenarnya bukan. Astronomi adalah sains sedangkan kosmologi
adalah filsafat
b. Objek formal
Objek formal adalah mengakaji bagian dari objek material lebih mendalam lagi.
Bisa juga diartikan sebagai sudut pandang (poit of view) darimana hal tersebut
dipandang atau sudut pandang yang menyeluruh secara universal.
2. Aliran aliran dalam ontology
a. Monoisme : aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesuatu yang ada itu hanya satu,
dan tidak mungkin ada dua.
b. Materialisme : aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesuatau yang ada berasal dari
materi bukan Rohani. Aliran ini menolak hal hal yang tidak kelihatan.
c. Idealisme : aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesuatu yang ada bersumber dari
ide yaitu pikiran bukan dari materi. Semua yang ada di ala mini merupakan
bayangan dari dunia ide
d. Dualisme: aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesutau yang ada itu ada dua yaitu
materi dan roh.
e. Pluralisme : aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesutau yang ada itu banyak, jadi
bukan hanya materi dan ruh saja.
f. Agnositisme: aliran ini berpendapat bahwa hakikat segala sesutau yang ada itu tidak
nampak.
B. Epistemologi
1. Epistemologi (filsafat ilmu) adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam
pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan
secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok kajian
epistemologi akan sangat menonjol bila dikaitan dengan pembahasan mengenai
hakekat epistemologi itu sendiri. Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari
bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan
kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai
teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of
knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan
yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara
terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu
filsafat tentang pengetahuan.
2. Epistemologi filsafat
Epistemelogi filsafat membicarakan tiga hal, yakni objek filsafat (yaitu yang di
pikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran pengetahan
filsafat).
3. Objek dan tujuan epistemologi
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau teori pengetahuan yang untuk pertama
kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini menurut
Jujun S. Suriasuamantri berupa “ segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang mejadi
sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan,
sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam
mewujudkan tujan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya
tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut? Jacques Martain
mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab
pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
memungkinkan saya dapat tahu.”hal ini menunjukkan, bahwa tujuan epistemologi
bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan
tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah hal lebih penting
dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.
4. Landasan epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yag dilakukan ilmu
dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
5. Pengaruh epistemologi
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis
secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus
berkembang terus, sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau
disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban
sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologilah yang menentukan
kemajuan sains dan teknologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat strategis
dalam merekayasa pegembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi meskipun
teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh ternyata teknologi
sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
C. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat
yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun
S. suriasumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, bahwa aksiologi diartikan sebagai
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Dari aksiologi, secara garis besar muncul dua cabang filsafat yang membahas aspek
kualitas hidup manusia, yaitu etika dan estetika.
1. Etika (Moral)
Etika adalah suatu cabang filsafat dalam aksiologi yang membahas tentang masalah-
masalah moral. Kajian etika ini lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat yang
berlaku pada komunitas tertentu. Dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku yang
penuh dengan tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun
terhadap tuhan sebagai sang pencipta. Etika berasal dari dua kata ethos yang berarti
sifat, watak, kebiasaan, ethikos berarti susila, adab atau akhlak dan perbuatan yang
baik.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Jadi Estetika adalah sustu cabang filsafat yang memberikan perhatian pada
sifat keindahan, seni, rasa, atau selera, kreasi, dan apresiasi tentang keindahan. Secara
ilmiahnya, ia didefinisikan sebagai studi tentang nilai-nilai yang dihasilkan dari emosi-
sensorik yang kadang dinamakan nilai sentimentalitas atau cita rasa atau selera. Secara
luasnya, estetika didefinisikan sebagai refleksi kritis tentang seni, budaya, dan alam.
Estetika dikaitkan dengan aksiologi sebagai cabang filsafat dan juga diasosiasikan
dengan filsafat seni.
BAB II

FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam hal yang berkenaan
dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, filsafat ilmu berusaha membahas ilmu pengetahuan
sebagai obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar. Filsafat
Ilmu berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap,
serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki yang kiranya
menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya, sehinga kita dapat menentukan identitas
ilmu pengetahuan dengan benar, dapat menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan
mana yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan (Ernita, 2019)

A. Ontologi Ilmu
Suriasumatri (2007), menulis ontologi membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, sebarapa jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai
teori tentang “ada”.
Johnson dan Rising (1988) mengatakan bahwa matematika merupakan pola
berpikir, pola mengorganisasikan pengetahuan pembuktian logic, pengetahuan struktur
yang terorganisasikan memuat sifat sifat, teori teori dibuat secara deduktif berdasarkan
unsur yang tidak didefenisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya.
Sehingga dapat disimpulkan Ontologi Matematika merupakan segala aspek yang
ada dalam ilmu matematika yang bersifat kongkrit. Contoh dari ontologi matematika
adalah segala sesuatu yang ada dalam matematika, seperti misalnya teorema-teorema.
Teorema di dalam matematika akan dibuktikan secara logis, terstruktur, dan sistematis.
Pembuktian teorema inilah yang merupakan salah satu contoh ontologi matematika.
Menurut Wein (1973), mengatakan bahwa Pendidikan matematika adalah suatu
studi aspek asek tentang sifat sifat dasar dan Sejarah matematika beserta psikologi belajar
dan mengajarnya yang akan berkontribusi untuk pemahaman guru dalam tugasnya
Bersama siswa.
Ontologi Pendidikan Matematika merupakan hal-hal atau aspek dalam proses
pembelajaran matematika yang bersifat ada atau kongkrit. Dalam pendidikan matematika
proses pembelajaran matematika memiliki beberapa hal yang bisa dijadikan contoh
ontologi pendidikan matematika. Contoh ontologi pendidikan matematika yaitu media
pembelajaran matematika yang digunakan untuk mengajarkan konsep matematika kepada
peserta didik
B. Epistemlogi Ilmu
Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika
dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari
struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme.
Epistemologi sebagai salah satu bagian dari filsafat merupakan pemikiran reflektif
terhadap segi dari pengetahuan seperti kemungkinan, asal-mula, sifat alami, batas-batas,
asumsi dan landasan, validitas dan reliabilitas sampai kebenaran pengetahuan.
Epistemologi matematika yaitu ilmu filsafat untuk mempelajari keaslian atau
validitas dari sifat-sifat matematika. Misalnya seperti kebenaran sebuah teorema. Untuk
mengetahui benar atau tidaknya sebuah teorema, maka diperlukan adanya pembuktian.
Sehingga pembuktian teorema dalam matematika ini merupakan contoh dari epistemologi
matematika.
Epistemologi pendidikan matematika yaitu ilmu filsafat untuk mempelajari keaslian atau
validitas dari sifat-sifat pendidikan matematika, keaslian atau kebenaran hal-hal yang
termuat dalam proses belajar mengajar matematika. Contohnya seperti pengetahuan dasar
matematika yang telah dipahami siswa sebelumnya. Apakah pengetahuan itu bersifat benar
atau tidak, seperti itulah contoh dari epistemologi matematika.
C. Aksiologi Ilmu
Aksiologi adalah istilah yang berasalh dari Bahasa Yunani yaitu: axios yang berarti
nilai dan logos yang berarti ilmu. menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Aksiologi matematika yaitu ilmu dalam filsafat yang mempelajari tentang
kebermanfaatan matematika dalam kehidupan. Mengkaji tentang manfaat dari aspek-aspek
yang terkandung dalam matematika, apa sajakah manfaat itu dan bagaimana efeknya dalam
kehidupan. Contohnya adalah teorema pitaghoras, yang memiliki banyak manfaat dalam
segala penerapannya. Manfaat-manfaat dari ilmu matematika inilah yang menjadi contoh
dari aksiologi matematika.
Aksiologi pendidikan matematika yaitu ilmu dalam filsafat yang mempelajari
tentang kebermanfaatan pendidikan matematika dalam sebuah proses belajar mengajar
matematika. Contohnya adalah manfaat mempelajari tentang bangun ruang, dan
mempelajari hal-hal lain terkait pendidikan matematika. Sehingga para peserta didik
mampu menerapkan atau menggunakan hasil dari proses belajar matematika untuk
membantu kelangsungan hidupnya
BAB III

MEMBANGUN FILSAFAT ILMU

Dalam buku filsafat ilmu karya Nurdin & Hasriadi mengatakan Sejarah perkembangan filsafat
ilmu dimulai dari zaman Yunani kuno, dimana filsafat ilmu lahir karena munculnya sebuah
pengetahuan dari Barat. Akan tetapi pada perkembangannya ternyata ilmu pengetahuan di abad
ke-17 mengalami perpecahan, dimana ilmu dan filsafat berdiri sendiri. Dengan demikian, dapat
dikemukakan bahwa sebelum abad ke-17 ilmu identik dengan filsafat. Dimana ini sejalan dengan
pandangan Van Peursen yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat,
sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.

Beberapa poin yang dibahas tentang membangun ilmu filsafat diantaranya meriview video
penjelasan tentang rangkuman perkembangan pemikiran filsafat dibarat, The Critique Of Pure
Reason karya imanuel kant, dan bagaimana pandangan filsafat dalam memperebutkan kehidupan
dan dunia.

A. Filsafat Bagian 1 (review video)


Pada dasarnya kehidupan manusia tidak akan ada habisnya, banyak hal yang ada
diluar kendali manusia dimasa depan ataupun masa lalu, karena manusia tidak ada yang
sempurna. Namun ketidaksempurnaan manusia ini menjadi hal yang wajar agar manusia
bisa hidup berdampingan dan memiliki makna kehidupan yang sesungguhnya.
“Manusia sempurna didalam ketidaksempurnaan”
Dasar kehidupan manusia terbagi menjadi 2 bagian yaitu fatal dan vital. Dimana Fatal
sendiri merupakan hal yang menjadi takdir dalam kehidupan manusia dan merupakan
bagian kehidupan yang tidak bisa dikendalikan. sedangkan vital merupakan hal yang
menjadi ikhtiar manusia dan merupakan bagian kehidupan manusia yang berada dibawah
kendali manusia itu sendiri. Dua hal ini saling berkesinambungan dan berdampingan, tidak
bisa dipisahkan atau dipilih salah satunya, keduanya perlu berjalan bersamaan agar
manusia tidak menjadi sombong karena ternyata ada hal yang ada diluar kendalinya, dan
manusia juga tidak menjadi santai/pasrah karena ada hal yang harus ia usahakan dalam
kehidupannya.
• Takdir kehidupan manusia menjadi sesuatu yang bersifat benar, manusia percaya
kehidupannya telah digariskan dan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya
merupakan hal yang benar dan sesuai dengan jalurnya atau percaya bahwa segala hal
yang terjadi merupakan kehendak dan kuasa Tuhan. hal ini mengganggap bahwa
sesuatu yang terjadi terhubung secara logis dalam satu kesatuan dan konsisten. dimana
segala sesuatu itu tidak pasti, dan bisa terjadi kapan saja. Hal ini dikemukakan oleh
filsuf R. Descrates,.
• Vital merupakan hal hal yang bersifat fana seperti benda, hal ini bersifat korespondensi
yang berarti hal yang terjadi dalam kehidupan ini tidak selamanya bersifat benar,
bersifat benar atau selah tergantung dari makna yang terkandung dalamnya. Vital
merupakan sesuatu yang bersifat tidak tetap. Segala hal yang terjadi berdasarkan
pengalaman, Hal ini dikemukakan oleh D. Hume.

Kedua hal yang dikemukakan ini kemudian saling bertentangan pada era Modern,
hingga pada seorang filsuf Imanuel Kand (1671) mengemukakan posisi netral terhadap
keduanya, Ia mengganggap kedua pendapat keduanya tersebut saling melengkapi dan
benar adanya.

B. The Critique Of Pure Reason


Beberapa factor yang turut mempengaruhi sesorang mengambil sebuah Tindakan,
termasuk saat seseorang mengalami sebuah kesulitan. Beberapa diantaranya adalah prinsip
yang timbul dari suatu pengalaman dan kebenaran itu sendiri. Sehingga lewat ini seseorang
dapat mengambil sebuah Tindakan yang lebih terperinci dan terarah untuk menjawab atau
menemukan sebuah solusi. Namun kenyataannya hal tersebut tidak akan pernah selesai
karena akan selalu ada pertanyaan pertanyaan baru tentang atau masalah baru yang muncul.
Sehingga tidak cukup untuk mengandalkan prinsip dari pengalaman namun perlu
melampaui prinsip dari pengalaman namun tetap merupakan suatu kebenaran menurut akal
sehat dan logika.
Pemerintahan pada masa pemerintahan barbar kuno Kerajaan mengalami
perpecahan yang menyebabkan munculnya pemerintahan anarki. Dimana dilakukan
penyerangan terhadap kaum kaum sipil pada masa itu. Beberapa orang pada masa itu
meninginkan kedamaian dari pertikaian dan perselisihan yang terjadi saat itu. Hal seperti
ini perlu adanya perhatian dari kita sesama manusia. Selain itu, orang-orang yang berpura-
pura acuh tak acuh ini, betapa pun mereka berusaha menyamarkan diri mereka dengan
asumsi gaya populer dan dengan perubahan bahasa sekolah, mau tidak mau akan
terjerumus ke dalam deklarasi dan proposisi metafisik, yang mereka anggap sangat
meremehkan. Ketidakpedulian terhadap sesame manusia, lingkungan dan isu isu yang
terjadi dalam kehidupan kita menjadi sebuah masalah yang harus kita refleksikan, sebagai
sesama manusia kita harus saling membantu menunjukan empati terhadap lingkungan dan
sekitar. Ini merupakan sesuatu yang perlu dipikirkan dan memang merupakan hal yang sulit
dan melelahkan tentang bagaimana kita dapat menyelidiki diri sendiri dan mengambil
sebuah keputusan dan penyelidikan yang kritis terhadap nalar dan keinginan kita.
Imanuel kant menfokuskan untuk negkritisi terhadap kemampuan nalar, dengan
mengacu pada kognisi-kognisi yang ingin dicapainya tanpa bantuan pengalaman.
Menurutnya kemampuan nalar dan keputusan yang diambil merupakan hasil kognisi dari
hal hal yang telah dilewati manusia atau yang disebut pengalaman, dengan kata lain
pemecahan persoalan mengenai kemungkinan atau ketidakmungkinan metafisika, dan
penentuan asal usul, serta luas dan batasan ilmu tersebut. Semua ini harus dilakukan
berdasarkan prinsip.
Kita sering mendengar bahwa kemajuan zaman mmpengaruhi juga kemerosotan
ilmu pengetahuan, namun menurut imanuel kant beberapa ilmu pengetahuan seperti
matematika, ilmu fisika dan lain lain tidak demikian karena menurutnya ilmu ilmu ini tetap
mempertahannkan landasan kuno atau dasar ilmu mereka setiap zaman, hal ini dikarenakan
ilmu ilmu tersebut memiliki prinsip yang kuat. Sehinga menurut imanuel kant ilmu atau
kognisi lainnyapun akan seperti ini jika memiliki prinsip yang kuat. Dengan tidak adanya
rasa aman ini, ketidakpedulian, keraguan, dan akhirnya, kritik keras justru merupakan
tanda-tanda kebiasaan berpikir yang mendalam. Zaman kita adalah zaman kritik, yang
mana segala sesuatunya harus ditaklukkan. namun agama, kewibawaan, peraturan
perundang undangan bagi Sebagian orang tidak termasuk dalam hal ini (mudah untuk
dikritik) karena merupakan hal yang sensitive dan mempengaruhi kedamaian.
Imanuel kant berpendapat bahwa ia tidak memberikan jawaban yang mengelak
terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang nalar, dengan menyatakan ketidakmampuan dan
keterbatasan kemampuan pikiran; Sebaliknya, ia telah memeriksanya sepenuhnya
berdasarkan prinsip-prinsip, dan, setelah menemukan penyebab keraguan dan kontradiksi
yang menimpa akal budi tersebut, ia telah memecahkannya hingga mencapai kepuasan
yang sempurna. Memang benar, pertanyaan-pertanyaan ini belum terselesaikan seperti
yang diharapkan oleh dogmatisme, dalam khayalan dan keinginannya yang sia-sia; karena
hal itu hanya dapat dipuaskan dengan menggunakan ilmu gaib, dan mengenai hal ini ia
tidak mempunyai pengetahuan. Namun hal ini juga tidak berada dalam jangkauan kekuatan
mental kita; dan merupakan tugas filsafat untuk menghancurkan ilusi-ilusi yang bermula
dari kesalahpahaman, apa pun harapan dan harapan berharga yang dapat dirusak oleh
penjelasan-penjelasannya. Tujuan utamanya dalam pekerjaan ini adalah ketelitian; dan ia
berani mengatakan bahwa tidak ada satu pun masalah metafisik yang tidak menemukan
solusinya, atau setidaknya kunci solusinya, di sini. Akal murni adalah kesatuan yang
sempurna; dan oleh karena itu, jika prinsip yang dikemukakannya terbukti tidak cukup
untuk memecahkan satu pun dari pertanyaan-pertanyaan yang menjadi dasar nalar, kita
harus menolaknya, karena kita tidak dapat sepenuhnya yakin akan kecukupannya dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Tujuan utama imanuel kant menyelesaikan buku edisi pertamanya adalah ketelitian,
menurutnya tidak ada masalah metafisika atau masalah dari pengalaman yang tidak
menemukan solusinya, atau pasti menjadi kunci solusi dari masalah tersebut
C. Memperebutkan Dunia dan Kehidupan
Setiap orang memiliki prinsip dan yang memengang teguh prinsip itu adalah pribadi
itu sendiri. Itu menjadi tanggung jawab setiap manusia, mempertanggungjawabkan
perkataan dan pikirannya. Demikiannya juga dalam hal mencintai diri sendiri, setiap orang
memiliki tanggung jawab untuk mencitai dan menyanyangi dirinya sendiri. Inilah filsafat
hidup yang dipegang teguh setiap manusia.
Setiap orang menjalani hidup berdasarkan filsafat hidupnya, atau dengan kata lain
setia orang berpikir, berkata dan bertindak berdasarkan apa yang menjadi pegangan dan
pandangan hidupnya yang dianggap benar. Sehingga jelas bahwa filsafat menunjukan
kualitas dan tujuan hidup seseorang karena dengan prinsip kita melangkah kearah yang
lebih berarti.
Melalui filsafat, kita diajak untuk mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari
pandangan kita tentang realitas. Kita mempertanyakan makna keberadaan, hakikat waktu
dan ruang, serta sifat kebenaran dan pengetahuan. Dalam proses ini, kita dapat menggali
pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar kita.
Filsafat juga mengajarkan kita untuk mengakui keterbatasan pengetahuan dan
persepsi kita. Meskipun kita berusaha memahami realitas, kita menyadari bahwa ada
banyak hal yang mungkin tidak dapat kita ketahui sepenuhnya.
Dalam menjalani kehidupan di Dunia manusia pada hakikatnya saling bersaing
untuk mempertahankan kehidupannya maupun dalam mencari arti kehidupan itu sendiri,
semuanya berjalan beriringan dan tak ada satupun manusia yang dapat memilih salah satu
dari antaranya. Dalam menjalani kehidupan manusia saling bersaing dan mereka yang
unggul adalah mereka yang paling bertahan dalam memaknai dan menjalani segala
rintangan yang ada.
Dalam kehidupan bernegara pun hal ini tidak luput, Indonesia saat ini dihadapkan
dengan segala persiapan dalam mencari sosok pemimpin baru. Dan dalam proses ini
pergulatan dalam memperebutkan hidup dan dunia juga dikumandangkan oleh para calon
pemimpin baru, Segala bentuk persaingan mulai dinampakan dipermukaan seakan akan
berlomba untuk menunjukan siapa yang paling unggul dan layak. Pengalaman dan sepak
terjang mereka dalam menjalani kehidupan sebelumnya pun dipertimbangkan dan dinilai
bagaimana mereka menjalani, bertahan, dan mengambil keputusan dalam pengalaman
kehidupan maupun organisasi meraka. Kehidupan dan keluarga mereka juga turut
mengambil peran dalam usaha persaingan ini, bagaimana mereka memimpin keluarga dan
bagaimana sosok mereka dipandang di keluarga.
Segala bentuk persaingan ini tentu dilakukan untuk menunjukan siapa yang paling
unggul dan layak menjadi pemimpin, ini merupakan dasar naluriah yang juga terjadi dalam
kehidupan siapapun meskipun dalam konteks yang berbeda. Penulis mamandang ini
sebagai sebuah pergulatan untuk memperebutkan dunia, dimana segala sesuatu yang
dikejar adalah hal yang fana seperti materi, jabatan, pengakuan orang lain, dll.
Namun dibalik segala bentuk persaingan yang dilakukan ada hal lain yang dikejar
oleh setiap individu yaitu makna kehidupan itu sendiri, dimana segala bentuk usaha untuk
bertahan hidup dan menjadi unggul menjadikan kita menjadi manusia yang mampu
melahirkan prinsip yang akan menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan itu sendiri,
dari prinsip ini yang akhirnya menunjukan bagimana kita sebagai manusia yang dapat
bertutur kata, berpikir dan bertindak sesuai yang yang diyakini dan dipengang teguh.
Hal ini pun terjadi dalam proses pemilihan pemimpin baru di Indonesia ini, para
calon pemimpin dan wakilnya bersaing untuk mendapatkan sebuah arti kehidupan,
memaknainya dan merenungkannya, hal ini penulis pandang sebagai sebuah pergulatan
manusia dalam memperebutkan kehidupan, dimana hal ini merupakan sesuatu yang akan
tetap ada dan bersifat kekal meskipun hingga manusia itu sudah tidak ada di Dunia ini,
segala bentuk prinsip, cara pandang terhadap kehidupan dan Dunia dapat menjadi
peganggan bagi pribadi itu sendiri maupun menjadi inspirasi dan diteruskan pada anak,
maupun keturunan selanjutnya, sehingga hal ini menunnjukan bagaimana jika kita
memiliki prinsip yang dipengang teguh maka kita juga dapat menunjukan bagimana kita
memandang kehidupan dan mengartikan kehidupan itu sendiri.
BAB IV

MENERAPKAN FILSAFAT ILMU

Aliran filsafat idialisme cukup banyak meberikan perhatian tentang masalah masalah
Pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik Pendidikan. Filsafat
mengambil peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan tak terkecuali perkembangan
ilmu matematika. Dalam bab ini akan dibahas Sejarah perkembangan matematika dan ideologi
Pendidikan.

A. Sejarah atau Perkembangan Matematika


Matematika pertama kali muncul dan berkembang di Mesopotamia, Mesir kuno, dan
Yunani Kuno. Menurut Berggren, JL, 2004, penemuan matematika pada jaman
Mesopotamia dan Mesir Kuno, didasarkan pada banyak dokumen asli yang masih ada
ditulis oleh juru tulis. Meskipun dokumen-dokumen yang berupa artefak tidak terlalu
banyak, tetapi mereka dianggap mampu mengungkapkan matematika pada jaman tersebut.
Matematika pada jaman Mesir Kuno dapat dipelajari dari artefak yang ditemukan yang
kemudian disebut sebagai Papyrus Rhind (diedit pertama kalinya pada 1877), telah
memberikan gambaran bagaimana matematika di Mesir kuno telah berkembang pesat.
Selain itu penggunaan terkuno matematika adalah dalam perdangangan, pengukuran,
tanah, pelukisan, dan pola pola penenunan berkembang kuas sejak tahun 3000 SM dimana
saat itu orang orang mesir kuno sudah mulai menggunakan aritmatika, aljabar, dan
geometri untuk perhitungan pajak dan urusan keuangan lainnya.
Pada jaman Yunani kuno paling tidak tercatat matematikawan penting yaitu Thales dan
Pythagoras. Thales dan Pythagoras mempelopori pemikiran dalam bidang Geometri, tetapi
Pythagoraslah yang memulai melakukan atau membuat bukti-bukti matematika. Sampai
masa pemerintahan Alexander Agung dari Yunani dan sesudahnya, telah tercatat Karya
monumental dari Euclides berupa karya buku yang berjudul Element (unsur-unsur) yang
merupakan buku Geometri pertama yang disusun secara deduksi
Penemuan alat cetak mencetak pada jaman modern, yaitu sekitar abad ke 16, telah
memungkinkan para matematikawan satu dengan yang lainnya melakukan komunikasi
secara lebih intensif, sehingga mampu menerbitkan karya-karya hebat. Hingga sampailah
pada jamannya Hilbert yang berusaha untuk menciptakan matematika sebagai suatu sistem
yang tunggal, lengkap dan konsisten. Namun usaha Hilbert kemudian dapat dipatahkan
atau ditemukan kesalahannya oleh muridnya sendiri yang bernama Godel yang
menyatakan bahwa tidaklah mungkin diciptakan matematika yang tunggal, lengkap dan
konsisten. Persoalan Geometri dan Aljabar kuno, dapat ditemukan di dokumen yang
tersimpan di Berlin. Salah satu persoalan tersebut misalnya memperkirakan panjang
diagonal suatu persegi panjang. Mereka menggunakanhubungan antara panjang sisi-sisi
persegi panjang yang kemudian mereka menemukan bentuk segitiga siku-siku. Hubungan
antara sisi-sisi siku-siku ini kemudian dikenal dengan nama Teorema Pythagoras. Teorema
Pythagoras ini sebetulnya telah digunakan lebih dari 1000 tahun sebelum ditemukan oleh
Pythagoras.
Orang-orang Babilonia telah menemukan sistem bilangan sexagesimal yang kemudian
berguna untuk melakukan perhitungan berkaitan dengan ilmu-ilmu perbintangan. Dalam
waktu relatif singkat (mungkin hanya satu abad atau kurang), metode yang dikembangkan
oleh orang Babilonia dan Masir Kuno telah sampai ke tangan orang-orang Yunani. Misal,
Hipparchus (2 abad SM) lebih menyukai pendekatan geometris pendahulu Yunani, tetapi
kemudian ia menggunakan metode dari Mesopotamia dan mengadopsi gaya seksagesimal.
Melalui orang-orang Yunani itu diteruskan ke para ilmuwan Arab pada abad pertengahan
dan dari situ ke Eropa, di mana itu tetap menonjol dalam matematika astronomi selama
Renaissance dan periode modern awal. Sampai hari ini tetap ada dalam penggunaan menit
dan detik untuk mengukur waktu dan sudut.
Pada jaman Yunani Kuno, selama periode dari sekitar 600 SM sampai 300 SM , yang
dikenal sebagai periode klasik matematika, matematika berubah dari fungsi praktis
menjadi struktur yang koheren pengetahuan deduktif. Perubahan fokus dari pemecahan
masalah praktis ke pengetahuan tentang kebenaran matematis umum dan perkembangan
obyek teori mengubah matematika ke dalam suatu disiplin ilmu.
Warisan Matematika Yunani, terutama dalam geometri , sangat besar. Dari periode awal
orang-orang Yunani merumuskan tujuan matematika tidak dalam hal prosedur praktis
tetapi sebagai disiplin teoritis berkomitmen untuk mengembangkan proposisi umum dan
demonstrasi formal. Kisaran dan keragaman temuan mereka, terutama yang dari abad SM-
3, geometri telah menjadi materi pelajaran selama berabad-abad himpunanelah itu,
meskipun tradisi yang ditransmisikan ke Abad Pertengahan dan Renaissance tidak lengkap
dan cacat.
Peningkatan pesat dari matematika di abad ke-17 didasarkan sebagian pada pembaharuan
terhadap matematika kuno dan matematika pada jaman Yunani. Mekanika dari Galileo dan
perhitungan-perhitungan yang dibuat Kepler dan Cavalieri, merupakan inspirasi langsung
bagi Archimedes. Studi tentang geometri yang dilakukan oleh Apollonius dan Pappus
dirangsang oleh pendekatan baru dalam geometri-misalnya, analitik yang dikembangkan
oleh Descartes dan teori proyektif dari Desargues Girard.
B. Idiologi Pendidikan
1. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'.
Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan
mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab
semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab
tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang
memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu
2. Filsafat Matematika
Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang berujuan untuk merenungkan dan
menjelaskan sifat dari matematika. Peran filsafat matematika adalah untuk memberikan
landasan yang sistematis dan absolut untuk pengetahuan matematika, yaitu dalam nilai
kebenaran matematika. Asumsi ini adalah dasar dari foundationism, doktrin bahwa
fungsi filsafat matematika adalah untuk memberikan dasar-dasar tertentu untuk
pengetahuan matematika. Pandangan Foundationism terhadap pengetahuan
matematika terikat dengan pandangan absolutist, yaitu menganggap bahwa kebenaran
matematika adalah mutlak.
Kant mengemukakan bahwa ilmu matematika merupakan contoh yang paling
cemerlang tentang bagaimana akal murni berhasil bisa memperoleh kesuksesannya
dengan bantuan pengalaman. Von Neumann percaya bahwa sebagian besar inspirasi
matematika terbaik berasal dari pengalaman. Riemann menyatakan bahwa jika dia
hanya memiliki teorema, maka ia bisa menemukan bukti cukup mudah. Kaplansky
menyatakan bahwa saat yang paling menarik adalah bukan di mana sesuatu terbukti
tapi di mana konsep baru ditemukan. Weyl menyatakan bahwa Tuhan ada karena
matematika adalah konsisten dan iblis ada karena kita tidak dapat membuktikan
matematika konsistensi ini. Hilbert menyimpulkan bahwa ilmu matematika adalah
kesatuan yang konsisten, yaitu sebuah struktur yang tergantung pada vitalitas hubungan
antara bagian-bagiannya, dan penemuan dalam matematika dibuat dengan
penyederhanaan metode, menghilangnya prosedur lama yang telah kehilangan
kegunaannya dan penyatuan kembali unsur-unsurnya untuk menemukan konsep baru.
3. Idiologi Pendidikan Matematika
Dalam buku imanuel kant dijelakan 5 ideologi Pendidikan matematika
a. Aliran industry trainer
Industrial Trainer secara konseptual yaitu berupa aliran atau faham pendidikan yang
menekankan kepada pelatihan atau training industri. Arah dari pelatihan ini lebih
menekankan link and math antara pendidikan dengan dunia usaha dan dunia
industri. Dalam konteks pembelajaran matematika atau di dalam pendidikan dasar,
aliran industrial trainer yang dimaksudkan yaitu suatu kegiatan pelatihan yang
dilakukan kepada siswa. Pelatihan tersebut misalnya metode latihan, hafalan, dan
praktek.
Ketika dikaitkan dengan kurikulum merdeka pembelajaran menurut aliran
industrial trainer tidak relevan. Alasannya, pada industrial trainer guru menerapkan
metode ceramah dan siswa hanya pasif selama pembelajaran atau dengan kata lain
siswa merupakan wadah kosong yang harus diisi oleh guru dengan berbagai ilmu
matematika. Guru sangat berperan di tahap ini, karena guru bertugas untuk
mentransfer ilmu matematika yang dimilikinya kepada siswa. Pembelajaran seperti
inilah yang menyebabkan siswa tidak memahami konsep dari matematika itu
karena, mereka lebih cenderung menghafal. Maka ketika aliran diterapkan kurang
begitu sesuai.
b. Aliran technological pragmatist
Aliran Technological Pragmatist merupakan kelompok modern yang turun dari
industrial trainer yang bertugas untuk mempromosikan ideologi versi modern
dengan tujuan utilitarian yaitu asas kebergunaan atau kemanfaatan. Dalam
konsepnya, Technological Pragmatist ini dapat disebut sebagai faham, aliran, atau
sikap dan perilaku politik yang tidak menginginkan adanya perubahan yang berarti
mendasar dalam sebuah sistem. Sikap ini biasanya dianut oleh mereka yang tengah
menikmati posisi istimewa atau kekuasaan dalam sebuah struktur atau paling tidak
merasa sangat diuntungkan oleh sistem yang ada.
Ketika dikaitkan dengan matematika, aliran ini menganggap bahwa matematika
merupakan science of truth atau ilmu yang dianggap benar. Dengan kata lain,
matematika dipandang sebagai sesuatu yang tetap dan mutlak. Pernyataan ini
sejalan dengan pernyataan Immanuel Kant yang menyatakan bahwa pembelajaran
matematika itu lebih mementingkan logika, bukan sebuah pengalaman.
Ketika dikaitkan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013, pembelajaran menurut
aliran Technological Pragmatist tidak sesuai. Alasannya, pembelajaran menurut
Kurikulum 2013 itu lebih mementingkan pengalaman siswa selama belajar
matematika. Dalam konteks ini siswa memperoleh pengetahuan tentang
matematika melalui kegiatan atau pengalaman selama belajar matematika.
Sedangkan, pembelajaran pada aliran ini tidak mementingkan pengalaman
melainkan lebih mementingkan logika.
c. Aliran old humanist
Aliran ini sering disebut “humanis lama” atau “humanis tua”. Kelompok ahli lama
menganggap ilmu pengetahuan murni menjadi berguna hanya pada kebenarannya
sendiri. Akan tetapi realitasnya, ahli matematika lama menganggap matematika
sebagai barang berharga dan juga sebuah unsur pusat kebudayaan. Dalam
matematika pembuktian logika, struktur, abstraksi, penyederhanaan memiliki nilai.
Berdasarkan nilai ini, tujuan pendidikan matematika adalah komunikasi dari
metematika itu sendiri. Ideologi kelompok ini dipisahkan kemutlakan nisbian.
Dalam konteks ini, kaum old humanist, memiliki pandangan yang berpusat pada
diri manusia, bukan pada Tuhan. Matematika dipandang sebagai Structure of truth
(struktur kebenaran). Nilai moral diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Hal ini
memandang orang tua memiliki peran dalam menentukan moral anaknya.
Kelompok humanis tua merupakan kelompok yang mementingkan penyempurnaan
diri sendiri dengan cara membangun karakter kemanusiaan. Jika dikaitkan dengan
pembelajaran matematika, menurut aliran ini pembelajaran yang dilakukan
hendaknya dapat membangun karakter siswa sehingga, siswa juga
memiliki karakter yang baik di masa depan selain mereka ahli di bidang
matematika. Pembelajaran menurut aliran ini sudah mementingkan pemahaman
konsep matematika, tetapi pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan
metode ceramah. Menurut aliran ini, matematika dianggap sebagai nilai kebenaran
sendiri. Hal ini sejalan dengan bahasa analog dari matematika yaitu matematika
merupakan “ratu ilmu pengetahuan”. Dalam matematika ketelitian, bukti logis,
struktur, abstraksi, kesederhanaan, keanggunan yang dihargai.
d. Aliran progressive educator
Dari beberapa literatur, aliran progressive educator sering disebut juga sebagai
aliran pendidikan progresif. Dalam hal ini pendidikan progresif berlandaskan pada
progresivisme yang beranggapan bahwa pendidikan harus didasarkan pada hakikat
manusia sebagai makhluk sosial yang paling baik belajar apabila berada dalam
situasi kehidupan nyata dengan orang lain. Teori progresivisme sebetulnya
merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme pendidikan. Teori ini
memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif. Pada teori ini, belajar yang
paling baik itu apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan nyata siswa.
Pembelajarannya juga harus terpusat pada siswa.
Dalam konteks pembelajaran matematika, maka tujuan pendidikan matematika
menuntut kreativitas siswa dan dalam pembelajaran melibatkan keatifan siswa.
Teori pembelajarannya adalah eksplorasi. Teori pengajarannya adalah konstruktivis
atau membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Berdasarkan pada
kebutuhan siswa, pola pendidikan ini menggunakan alat atau fasilitas yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi dirinya dan
membangun pengetahuannya sendiri.
Dari kajian di atas, maka terlihat bahwa pembelajaran pada aliran ini jauh berbeda
dengan pembelajaran menurut aliran industrial trainer, technological pragmatist,
dan old humanist. Berarti jika dikaitkan dengan pelaksanaan pembelajaran menurut
Kurikulum 2013, pembelajaran ini sudah sesuai karena, pada aliran ini
pembelajarannya berorientasi pada siswa (students centered). Pada aliran ini, siswa
merupakan subjek yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya
menerima semua pengetahuan dari guru, tetapi mereka mencoba
mengeksplorasikan atau mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri.
Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa siswa diizinkan untuk mengikuti semua
keinginannya, karena mereka belum cukup matang untuk menentukan tujuan yang
memadai. Siswa memang banyak berbuat dalam menentukan proses belajar, namun
mereka bukan penentu akhir. Siswa juga membutuhkan bimbingan dan arahan dari
guru dalam melaksanakan aktivitasnya. Jadi, dengan kata lain kerjasama antara
guru dan siswa serta siswa dan siswa juga dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan guru
dengan cara menerapkan model pembelajaran yang dapat menjalin kerjasama
tersebut misalnya, model pembelajaran problem based learning dan cooperative
learning.

Dalam konteks aliran ini, sumber pembelajarannya dapat menggunakan apa saja,
seperti buku, diktat, buku daras, modul, LKS ataupun dari lingkungan. Ini nantinya
akan menuntut siswa untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam
melaksanakan pembelajaran matematika. Oleh karena itu, penilaian yang dapat
dilakukan pada pembelajaran ini yaitu portofolio. Berdasarkan Kurikulum 2013,
penilaian ini dianggap lebih reliable dan valid daripada penilaian pada umumnya.
Pasalnya, portofolio dipandang sebagai proses penilaian yang tidak mengutamakan
hasil saja, melainkan prosesnya juga dilihat secara empiris
e. Aliran public educator
Secara konseptual, public educator merupakan kelompok atau kaum yang
berideologi demokrasi. Pada aliran ini, pendidikan dapat dimiliki oleh siapapun.
Dengan kata lain, pendidikan itu tidak melihat gender, ras, jenis kelamin, status
sosial, dan lainnya. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan ini laiknya
pendidikan inklusif yang mengarusutamakan Gender Equality, Disability and
Social Inclusion (GEDSI). Sebagai praktisi pendidikan inklusif, penulis sependapat
dengan paradigma aliran ini.
Menurut public educator pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan
pengalaman untuk menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan
pribadi dan kehidupan sosialnya. Pada hakikatnya masyarakat adalah terbaik,
namun masyarakat yang demokratis merupakan masyarakat terbaik dimana
terdapat kesempatan untuk setiap pekerjaan dan dalam demokrasi tidak mengenal
adanya stratifikasi sosial.
Menurut aliran ini, matematika merupakan suatu kegiatan sosial yang didasarkan
pada konsep-konsep matematika. Ini bertujuan agar siswa dapat memiliki
pengalaman dalam menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan
pribadi maupun sosial yang berkaitan dengan matematika.
Pendidikan didapat saat anak terlibat aktif dan menyatu dengan semua kegiatan
sosial kemasyarakatan di lingkungannya. Orang tua tidak mengisolasi anak-
anaknya di dalam sekolah. Maksud lain dari public educator ini adalah masyarakat
turut berperan sebagai mentor dan guru bagi si anak. Teori pembelajarannya adalah
diskusi sehingga siswa diberi kebebasan sesuai dengan kemampuannya. Teori
pengajarannya adalah diskusi dan investigasi.
Ketika ditinjau dengan pelaksanaan pembelajaran menurut Kurikulum 2013,
pembelajaran menurut aliran public educator ini sudah sesuai berdasarkan
Kurikulum 2013 karena, sifat pembelajaran yang dilakukan telah mengacu pada
enam pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, mengkomunikasikan, dan mencipta. Peserta didik dalam hal ini
dituntut aktif mencari dan membangun pengetahuan, bukan menerima
pengetahuan. Sementara model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dan
dirumuskan dalam kurikulum baru meliputi discovery/inquiry learning, project
based learning di mana siswa menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah,
serta collaborative learning.
C. Paradigma/Teori/Model/Pendekatan/Metode/Strategi/Praksis

No Paradigma/Te Sintak Penilaian


ori/Metode
/Pendekatan/
Model/Strateg
i
1 Behaviorism 1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. Authentic
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini
termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal
(entry behavior) siswa.
3. Menentukan materi pelajaran.
4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian
kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok
bahasan, topik, dsb.
5. Menyajikan materi pelajaran.
6. Memberikan stimulus, dapat berupa :
pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/kuis,
latihan, atau tugas-tugas.
7. Mengamati dan mengkaji respons yang
diberikan siswa.
8. Memberikan penguatan/reinforcement
(mungkin penguatan positif ataupun penguatan
negatif), ataupun hukuman.
9. Memberikan stimulus baru.
10. Mengamati dan mengkaji respons yang
diberikan siswa.
11. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
12. Evaluasi hasil belajar.

2 Meaningful 1. Menentukan sebuah tujuan pembelajaran. Penilaian tidak


Learning ada yang spesifik
2. Melakukan identifikasi terkait karakteristik namun
siswa, mulai dari kemampuan awal, gaya belajar, mengandung
motivasi, dan lain sebagainya. beberapa aspek
3. Memilih materi pelajaran yang sesuai dengan berikut :
karakteristik siswa dan mengaturnya ke dalam 1. Active
bentuk konsep inti. 2. Constructvie
4. Menentukan topik-topik dan menampilkannya 3. Authentic
dalam bentuk advance organizer yang nantinya 4. Intentional
akan dipelajari oleh para siswa. Collaborative
5. Mempelajari konsep=konsep inti tersebut dan
menerapkannya ke dalam bentuk nyata atau
konkret.
3 Problem 1. memahami secara cermat masalah yang ada - Authentic
Solving 2. mengumpulkan informasi yang diperlukan. (guru
3. Analisislah Informasi yang Telah Dikumpulkan mengoreksi
4. Cari Solusi Terbaik dan menilai
5. Implementasikan Solusi dan Evaluasi Hasilnya siswa selama
proses
pembelajaran,
baik dari
kerjasama

4 PJBL 1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Beberapa hal yang


Tahap ini sebagai langkah awal agar siswa perlu
mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan dipertimbangkan
yang muncul dari fenomena yang ada. dalam penilaian
2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai PJBL
langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada, 1. Pengelola
maka disusunlah suatu perencanaan proyek bisa an
melalui percobaan. 2. Relevansi
3. Keaslian
3. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari
sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar
proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu
yang tersedia dan sesuai dengan target.
4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
Guru melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan perkembangan proyek. Siswa
mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau
penelitian dihubungkan dengan berbagai data
lain dari berbagai sumber.
6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini
dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai
acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata
pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.

5 Realistik 1. Kontekstualisasi, menghadirkan situasi atau Rancangan


masalah nyata yang dapat memperkenalkan pembelajaran
konsep matematika yang akan dipelajari berbasis
pendekatan RME
2. Konstruksi Matematika, membangun
pada bagian
pemahaman matematika yang relevan
Instrument
3. Mengkonstruksi Jembatan,
menghubungkan Penilaian Hasil
pemahaman mereka dengan konsep matematika Belajar harus
yang lebih abstrak berdasarkan
4. Merepresentasikan, merepresentasikan solusi indikator
matematika mereka secara visual atau dalam kemampuan
bentuk tulisan representasi.

5. Mengkonsolidasi Pemahaman, mengkonsolidasi


pemahaman siswa

6 Saintific 1. mengamati (observing) Assessment


2. menanya (questioning), Authentic (guru
3. mencoba (experimenting) mengoreksi dan
4. mengolah data atau informasi menilai siswa
5. menganalisis selama proses
6. menalar (associating) pembelajaran,
7. menyimpulkan, baik dari
8. menyajikan data atau informasi kerjasama,
(mengomunikasikan) keaktifan siswa,
9. menciptakan serta membentuk jaringan serta hasil kerja
(networking) sama siswa
7 Activity Teory 1. Orientasi Awal 1. Evaluasi
2. Pembentukan dan Penugasan Tim Proses :
3. Eksplorasi Keaktifan
4. Belajar Menjadi Tim Ahli siswa di kelas
5. Re-Orientasi 2. Evaluasi Hasil
6. Presentasi Tim dalam Kelas : Test Formatif
7. Pengecekan Pemahaman & Sumatif
8. Refleksi dan Penyimpulan
9. Evaluasi Formatif
8 Inquiry 1. Peserta didik atau siswa yang mengajukan atau
learning merumuskan sendiri pertanyaan
2. Menyelidiki suatu hal dalam berbagai situasi
3. Siswa melakukan analisis dan memberikan
deskripsi dalam menemukan hal-hal yang sudah
diselediki
4. Mempresentasikan hasil temuan baik secara
lisan atau tertulis
5. Proses evaluasi. Siswa merefleksikan tentang
informasi dan pengetahuan yang diperoleh

Sintaks Inquiry Learning


1. Tahap orientasi, Tahap ini merupakan tahap
dimana siswa pertama kali untuk diperkenalkan
terhadap Masyarakat
2. Merumuskan Masalah, Perumusan
permasalahan ini melingkupi tantangan apa yang
harus dicari jawabannya terkait permasalahan
yang diangkat
3. Merumuskan Hipotesis, Guru meminta
jawaban sementara atau dugaan sementara
(hipotesis) dari siswa terkait permasalahan yang
dibahas bersama
4. Tahap pengumpulan Data, Setelah Siswa
memiliki dugaan sementara terhadap penyebab
permasalahan maka langkah selanjutnya siswa
diminta untuk mencari data pendukung sebagai
proses pembuktian hipotesis tersebut
5. Menguji Hipotesis, Dari data yang terkumpul,
selanjutnya digunakan untuk melakukan
pengujian terhadap hipotesis tadi sehingga akan
dapat dibuktikan apakah hipotesis tersebut benar
atau salah.
6. Menarik Kesimpulan, Kesimpulan diperoleh
setelah seluruh langkah pembuktian telah
dilaksanakan. Kesimpulan yang telah didapat
bisa selanjutnya dikomunikasikan kepada siswa
yang lainnya melalui presentasi
9 Ekspositori Prosedur metode ekspositori menurut Wina Sanjaya Panduan ini
(2008) mencakup konsep
1. Persiapan (Preparation), Tahap persiapan penilaian,
berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk penilaian oleh
menerima Pelajaran pendidik, dan
2. Penyajian (Presentation), Tahap penyajian penilaian oleh
adalah langkah penyampaian materi pelajaran satuan
sesuai dengan persiapan yang telah pendidikan.
dilakukan.Hal yang harus diperhatikan oleh guru Konsep penilaian
adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan meliputi
mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. pengertian,
3. Korelasi (Correlation), Tahap korelasi adalah pendekatan,
langkah yang dilakukan untuk memberikan prinsip, dan
makna terhadap materi Pelajaran penilaian dalam
4. Menyimpulkan (Generalization), Menyimpulkan Kurikulum 2013.
adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari
materi pelajaran yang telah disajikan. Sebab
melalui langkah menyimpulkan, siswa dapat
mengambil inti sari dari proses penyajian
5. Mengaplikasikan (Aplication), Tahap aplikasi
adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah
mereka menyimak penjelasan guru.
10 Problem Based Menurut Trianto (2010: 98): Penilaian
Learning 1. Orientasi siswa kepada masalah: guru dilakukan untuk
(PBL) menjelaskan tujuan mengajukan fenomena atau mengetahui
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan proses pemcahan
masalah masalah. Tidak
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar ada pedoman
3. Membimbing penyelidikan individual maupun penilaian khusus
kelompok yang digunakan
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dalam model ini
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
11 Contextual menurut Nurhadi (2003: 31) Prinsip yang
Teaching and 1. Konstruktivisme (Constructivism) dipakai dalam
2. Inkuiri (Menemukan) penilaian serta
Learning 3. Bertanya (Questioning) ciri-ciri penilaian
(CTL) 4. Masyarakat Belajar ( Learning Community) autentik adalah
5. Pemodelan (Modeling) (Nurhadi, 2003:
6. Refleksi (Reflection) 52):
7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment) 1. Harus
mengukur
semua aspek
pembelajaran:
2. Dilaksanakan
selama dan
sesudah proses
pembelajaran.
3. Menggunakan
berbagai cara
dan berbagai
sumber.
4. Tes hanya
salah satu alat
pengumpul
data penilaian.
5. Tugas-tugas
yang diberikan
kepada siswa
harus
mencerminka
n bagian-
bagian
kehidupan
siswa yang
nyata
12 Pembelajaran Menurut Slavin (2010: 241) langkah-langkah menghitung skor
Kooperatif pembelajaran jigsaw antara lain: kemajuan
Jigsaw 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok. individual dan tim
2. Dalam satu kelompok tersebut masing-masing
siswa memperoleh materi yang berbeda.
3. Dari beberapa kelompok, para siswa dengan
keahlian yang sama atau materi yang sama
bertemu untuk mendiskusikannya dalam
kelompok-kelompok ahli.
4. Setelah selsai berdiskusi para ahli kembali
kedalam kelompok asal.
5. Para ahli menerangkan hasil diskusi kepada
kelompok asal.
6. Masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi dengan menunjuk salah satu anggota
sebagai perwakilan kelompok.
7. Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual
yang mencakup semua topik.
13 Discovery 1. identifikasi kebutuhan siswa; Sistem penilaian
Learning 2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pada
pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan; model pembelaja
3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas; ran discovery
4. membantu dan memperjelas (tugas/ problema learning dapat
yang akan dipelajari, peranan masing-masing dilakukan dengan
siswa). menggunakan tes
5. mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang maupun non tes
diperlukan.
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah
yang akan dipecahkan dan tugas–tugas siswa.
7. memberi kesempatan pada siswa untuk
melakukan penemuan.
8. membantu siswa dengan informasi/data jika
diperlukan oleh siswa.
9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan
pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses
10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa
dengan siswa.
11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat
dalam proses penemuan.
12. membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip
dan generalisasi atas hasil penemuannya
BAB V

PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF

Dalam proses Pendidikan, aliran kontruktivisme menghendaki agar peserta didik dapat
menggunakan kemampuannya secara konstruktif untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam pembelajaran konstruktivisme peserta didik harus aktif
dalam mengembangkan pengetahuannya sendiri, tidak hanya sekedar mendapat atau menunggu
semua ilmu dan pengetahuan dari guru. Pada bab ini akan membahas lebih dalam tentang
pembelajaran kontruktivisme dalam pembelajaran matematika beserta contohnya.

A. Kontruktivisme dalam pembelajaran


Pengertian Belajar Menurut Pandangan Konstruktivistik, Teori belajar konstruktivistik
memahami belajar sebagai proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan oleh peserta didik
itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui (Schunk,
1986). Dengan kata lain, karena pembentukan pengetahuan adalah peserta didik itu sendiri,
peserta didik harus aktif selama kegiatan pembelajaran, aktif berpikir, menyusun kosep, dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Paradigma konstruktivistik
memandang peserta didik sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum
mempelajari sesuatu. Kamampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang baru.
Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori pembelajaran Behaviorisme
yang didukung oleh B.F Skinner yang mementingkan perubahan tingkah laku pada pelajar.
Pembelajaran dianggap berlaku apabila terdapat perubahan tingkah laku kepada pelajar,
contohnya dari tidak tahu kepada tahu. Hal ini, kemudiannya beralih kepada teori
pembelajaran Kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget di mana ide utama
pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri individu diwakili melalui struktur mental
dikenal sebagai skema yang akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima,
difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema, ide ini akan diterima begitu
juga sebaliknya dan seterusnya lahirlah teori pembelajaran Konstruktivisme yang
merupakan pandangan terbaru di mana pengetahuan akan dibangun sendiri oleh pelajar
berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka. Makna pengetahuan, sifat-sifat
pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan, menjadi perhatian
penting bagi aliran konstruktivisme.
B. Konstruktivisme dalam Pendidikan matematika
Tujuan pembelajaran dari pandangan konstuktivis bukan seberapa banyak memberikan
informasi untuk membentuk pengetahuan dan proses metakognitif untuk berpendapat,
mengorganisasikan, dan akuisisi.
Menurut Karli, Hilda dan Margaretha Sri Y. (2002) implikasi pembelajaran konstruktivisme
meliputi 4 (empat) tahap yaitu : (1) Apersepsi, (2) Eksplorasi, (3) Diskusi dan penjelasan
konsep dan (4) Pengembangan dan aplikasi. tahap satu guru mengingatkan kembali
mengenai materi-materi matematika yang telah dipelajari sebelumnya (Siswa diberikan
kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep
itu), tahap dua siswa diberi kesempatan lagi untuk menyelidiki dan menemukan konsep
matematika melalui pengumpulan, pengorganisasian dan penginterprestasian data dalam
suatu kegiatan yang telah dirancang pendidikan (Secara keseluruhan, tahap ini akan
memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam sekelilingnya). Tahap ketiga,
saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya
ditambah dengan penguatan pendidik, maka siswa membangun pemahaman baru tentang
konsep matematika yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi
tentang konsepsinya. Tahap keempat, pendidik berusaha menciptakan iklim pembelajaran
matematika yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya
baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan
dengan isu-isu di lingkungannya.
Menurut Bell (1993) dampak kontruktivis dalam pembelajaran matematika diantaranya
adalah
1. selection, belajar berdasarkan seleksi pada pengalaman sebelumnya,
2. attention, guru harus memperhatikan pengalaman siswa dengan baik,
3. Sensory input, guru harus bisa mereflesikan masukan sensori dengan pengalaman siswa
sebelumnya, sehingga dapat mengetahui cara mengkontruksinya.
4. Generating Link, mengaktifkan hubungan pengalaman yang telah dimiliki dengan hal
baru yang dipelajarinya,
5. constructing meaning, membangun kebermaknaan dari hal-hal yang dimiliki baik hal
yang lalu serta hal yang baru,
6. evaluation of contruction, mengavaluasi dalam mendeteksi keberhasilan proses
kontruksi kebermaknaan sebelumnya,
7. subsumtion, menggolongkan hasil konstruksi terhadap ingatan,
8. motivation, siswa akan termotivasi jika proses kontruksi mampu meningkatkan
pemahamannya.

Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran, menurut Jonassen (1994) terdapat delapan


hal yang penting yang perlu di perhatikan:

1. menyediakan gambaran dari realitas yang ada,


2. Menyajikan kompleksitas alamiah dari realitas yang ada,
3. focus pengetahuan terletak pada proses konstruksi bukan produksi,
4. memberikan tugas yang otentik bukan yang bersifat abstraksi,
5. dalam pembelajarannya berfokus pada kasus-kasus yang alamiah dan nyata,
6. memperhatikan refleksi siswa dalam mencerna informasi,
7. muatan dan konteks pembelajaran tergantung kontruksi pengetahuan,
8. kontruksi kolaborasi pengetahuan dilakukan dengan melakukan negosiasi socia
C. Contoh
a. Contoh 1
Contoh pembelajaran matematika berbasis konstruktivisme diungkapkan Uba Umbara
(2017) yaitu pada materi segi empat dalam menentukan keliling persegi panjang,
adalah sebagai berikut. Sediakan huruf A, B. C dan D pada kertas ukuran A4.
1. Sediakan rol meteran dengan panjang minimal 50 meter.
2. Ajak siswa ke lapangan yang ada di sekolah, misalnya lapangan basket. Lapangan
basket merupakan contoh persegi panjang.
3. Satu orang siswa diminta untuk berjalan mengelilingi lapangan bola basket.
Selanjutnya siswa tersebut untuk menaruh huruf yang telah disediakan
sebelumnya.
4. Dua orang siswa diminta untuk mengukur panjang dari titik A ke titik B, dari titik
B ke titik C, dari titik C ke titik D dan dari titik D ke titik A. sementara siswa lain
diminta untuk menulis panjang/jarak dari masing-masing titik tersebut.
5. Setelah diketahui panjang masing-masing titik, mintalah masing-masing siswa
untuk menjumlahkan hasil pengukuran. Sehingga di dapat penjumlahan : 28 + 15
+ 28 + 15 = 86 g. Setelah itu, minta siswa untuk menyederhanakan penjumlahan
tersebut, sehingga di dapat (2 x 28) + (2 x 15) = 86.
6. Guru memberikan penjelasan tentang arti panjang dan lebar. Sehingga
penyederhanaan penjumlahan tadi bisa diganti menjadi 2P + 2L = K.

Penjelasan tersebut dapat dipahami dengan gambar berikut

Gambar 1. Lapangan basket sebagai representasi persegi Panjang

Contoh di atas menunjukkan peran guru sebagai seorang fasilitator dalam


membantu siswanya agar dapat dengan mudah mengkonstruksi sendiri
pengetahuan tentang konsep keliling. Perintah guru kepada siswa untuk
mengelilingi lapangan basket akan memberikan analogi dan pemahaman yang jelas
mengenai keliling suatu bangun datar, inilah yang akan menjadi jembatan bagi
siswa dalam memahami mengenai konsep keliling. Sementara perintah guru untuk
menjumlahkan hasil pengukuran dan menyederhanakannya kemudian merubah
penyederhanaan menjadi sebuah notasi P dan L merupakan contoh anak
menggunakan pengetahuan yang ada di dalam struktur kognitifnya. Dengan
demikian, agar suatu pengalaman baru dapat terkait dengan pengetahuan yang
sudah ia miliki, maka proses pembelajaran harus dimulai dari pengetahuan yang
sudah ada di dalam pikiran siswa (sudah ada kerangka kognitifnya) ataupun mudah
ditangkap siswa (mudah dibangun kerangka kognitifnya). Namun paling penting
dan mendasar, tugas utama seorang guru adalah menjadi fasilitator sehingga proses
pembelajaran di kelasnya dapat dengan mudah membantu para siswa untuk
membentuk (mengonstruksi) pengetahuan yang baru tersebut ke dalam kerangka
kognitifnya. Pembelajaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dimulai
dengan mengajukan suatu masalah di mana ide matematikanya diharapkan dapat
muncul dari masalah tersebut, diikuti dengan siswa mendiskusikan cara
memecahkan masalah yang ada, diikuti dengan menemukan sendiri (guided
reinvention) pengetahuan matematikanya.

b. Contoh 2
Dalam pembelajaran di mata kuliah filsafat ilmu Bersama Prof. Marsigit kegiatan
pembelajaran berpusat kepada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pendapat (Masron,
2013) Pembelajaran konstruktivis biasanya dikaitkan dengan pendekatan yang berpusat
pada peserta didik, di mana siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang berarti
(Masrom, 2013: 3).
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas diberikan quis dan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengelola informasi dari quiz atau tugas tersebut lalu
memberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau pertanyaan untuk
membuka ruang diskusi. Professor tidak pernah membatasi ruang lingkup pertanyaan
sehingga mahasiswa tidak terbatas dalam berpikir dan menyampaikan pendapat.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyanto, I. D., & Prabawati, M. N. (n.d.). KONTRUKTIVISME DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

Hasanah, Risqiyatul. “Filsafat Umum, Objek Kajian ontology dan aliran aliran ontology”.
www.kompasiana.com, senin, 13 November 2023, Filsafat Umum, Objek Kajian Ontologi dan
Aliran-aliran Ontologi Halaman all - Kompasiana.com

Marsigit. SEJARAH DAN FILSAFAT MATEMATIKA.

Mazlan. “Pembahasan_Ontologi Matematika”. www.academia.edu, senin, 13 November 2023,


(5) PEMBAHASAN-ONTOLOGI MATEMATIKA | Mazlan 1910247000 - Academia.edu

Prasetyani, Febriana. “Ontologi Epistemologi dan Aksiologi dari Filsafat Matematika”.


klipaa.com, senin, 13 November 2023. Ontologi Epistemologi dan Aksiologi dari Filsafat
Matematika | Klipaa.com

Rizko. “Epistimologi filsafat”. rizkopedia.blogspot.com, Senin, 13 November 2023, rizkopedia:


Makalah Epistimologi Filsafat | Mata Kuliah Filsafat Umum
Stkip, U. U., & Kuningan, M. (2017). IMPLIKASI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. In Jurnal Matematika Ilmiah STKIP
Muhammadiyah Kuningan (Vol. 3, Issue 1).

Yunus, Muhammad. “Mengenal Apa Itu Aksiologi Ilmu Filsafat dalam Pendidikan”.
www.kompasiana.com, senin, 13 November 2023, Mengenal Apa Itu Aksiologi Ilmu Filsafat
dalam Pendidikan Halaman 1 - Kompasiana.com

Zaelani, Komarudin. “Filsafat Pendidikan Matematika”. www.academia.edu, senin, 13


November 2023, (5) FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA | Komarudin Muhamad Zaelani
- Academia.edu.

Anda mungkin juga menyukai