Anda di halaman 1dari 29

3.

OUTOLOGI DAN EPISTEMELOGI

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat abstrak
ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk memahami masalah
filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai
sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu;
epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh
pengetahuan,ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang
melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna
pengetahuan. Mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat
yang begitu luas ruang lingkup dan pembahansannya.

Pengertian Ontologi

Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah Ontologi adalah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang
berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak

Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari
hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut lingkup
cabang-cabang keilmuan tersendiri. Pengertian ontologi ini menjadi sangat beragam dan berubah
sesuai dengan berjalannya waktu.

Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap
representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base. Sebuah ontologi juga dapat diartikan
sebuah struktur hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan
sebagai landasan untuk sebuah knowledge base”. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu
teori tentang makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang
mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi
adalah studi tentang sesuatu yang ada.

https://abraham4544.wordpress.com/umum/ontologi/

.Pengertian Epistemologi

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme, yang berarti pengetahuan
(knowledge) dan logos yang berarti ilmu. Jadi menurut arti katanya, epistemologi ialah ilmu
yang membahas masalah-masalah pengetahuan. Di dalam Webster New International Dictionary,
epistemologi diberi definisi sebagai berikut: Epistimology is the theory or science the method
and grounds of knowledge, especially with reference to its limits and validity, yang artinya
Epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya
pengetahuan itu. (Darwis. A. Soelaiman, 2007, hal. 61).
Epistemologi atau Filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita berbicara mengenai filsafat
pengetahuan, yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmun pengetahuan kefilsafatan yang secara
khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.

Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan keshahihan
pengetahuan. Jadi objek material dari epistemology adalah pengetahuan dan objek formalnya
adalah hakikat pengetahuan itu.

http://zulkarnaenjafar.blogspot.co.id/2011/10/epistemologi-ilmu-pengetahuan.html

A.KONSEP ALIRAN IDEALISME VS REALISME

Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan sebenarnya sudah berada dalam jiwa (mind) kita,
tetapi membutuhkan usaha untuk dibawa pada tingkat kesadaran kita melalui suatu proses yang
disebut intropoeksi. Jadi mengetahui adalah berfikir kembali tentang idea-idea terpendam yang
ada di dalam jiwa kita. (Sadulloh, 2003: 27)

Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada
sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi.
Objek indra adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda
itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Menurut
realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa.

B.KONSEP PRAGMATISME

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal


pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami.Istilah pragmatisme berasal dari perkataan “pragma” artinya praktik atau aku
berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang
dapat dilakukan. alirannya ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia sebagai kekuatan
utama manusia harus dianggap sebagai alat (instrumen) untuk menghadapi semua tantangan dan
masalah dalam pendidikan. Intelegensi bukanlah tujuan, melainkan alat untuk hidup, unuk
kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia

C.KONSEP POSITIVISME

Pengertian Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa
filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai
suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif bertentangan dengan apa yang hanya
ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari apa yang hanya merupakan konstruksi atas
kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia.

Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu – satunya
pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan
demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat,
yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian diatas dan sebagai
pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno . Terminologi positivisme dicetuskan pada
pertengahan abad 19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya
bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metafisik, dan
ilmiah. Dalam tahap teologi, fenomena alam dan sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan
spiritual. Pada tahap metafisik manusia akan mencari penyebab akhir (ultimate cause) dari setiap
fenomena yang terjadi. Dalam tahapan ilmiah usaha untuk menjelaskan fenomena akan
ditinggalkan dan ilmuwan hanya akan mencari korelasi antar fenomena. Pengembangan penting
dalam paham positivisme klasik dilakukan oleh ahli ilmu alam Ernst Mach yang mengusulkan
pendekatan teori secara fiksi (fictionalist).

D.HAKEKAT ILMU DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab (‘ilm), bahasa Latin (science) yang berarti tahu atau
mengetahui atau memahami. Ditinjau dari sudut istilah ilmu (science), menyandang dua makna,
yaitu sebagai produk dan sebagai proses. Sebagai produk, ilmu adalah pengetahuan yang sudah
terkaji kebenarannya dalam bidang tertentu dan tersusun dalam suatu sistem.

Tentang ilmu pengetahuan sangat luas dan membutuhkan pikiran untuk memahaminya secara
utuh. Akan tetapi masalah ilmu pengetahuan secara sederhana dapat di pahami semua orang,
meskipun semua orang tidak mampu membuat dan merumuskan difinisi iank tepat. Ilmu kadang
memiliki makna sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang setelah mempelajarinya. Sementara
pengetahuan adalah apa-apa yangtelah diketahui yang berawal dari tidak tahu menjadi tahu.

konsep pengambangan ilmu pengatahuan dan gagasan yang paling canggih dan sangat
komprehensif serta medalam yang ditemukan dalam Al-Qur'an kitab landasan islam ialah konsep
Ilmu, pentingnya konsep ilmu ini terungkap dalam kenyataan turunannya sekitar 800 kali. Dalam
sejarah peradaban muslim, konsep ilmu secara mendalam meresap ke dalam seluruh lapisan
masyarakat dan mengungkapkan dirinya dalam semua upaya intelektual. Tidak ada peradaban
lain dalam sejarah yang meiliki konsep ilmu pengatahuan dengan semangat yang demikian tinggi
seperti itu.

4 KONSEP EPISTEMOLOGI

Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya


yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya. “Apa yang
bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi,
tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafah

Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia,
karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran. Kemudian jika diingat, bahwa
filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu, maka seluruh disiplin ilmu selalu
berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, terutama pada saat proses aplikasi metode
deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat. Ini berarti
tidak ada disiplin ilmu lain, kecuali psikologi, padahal realitasnya banyak sekali.
A.Rasionalisme VS Empirisme

Rasionalisme

Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur
pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Dicari
dengan akal ialah dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan
itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan untuk mengatur
manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu bersumber pada akal
Rasionalisme itu berpendirian, sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena
Rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang
sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan
bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan.

Kelebihan Rasionalisme adalah dalam menalar dan menjelaskan pemahaman-pemahaman yang


rumit, kemudian Rasionalisme memberikan kontribusi pada mereka yang tertarik untuk
menggeluti masalah – masalah filosofi. Rasionalisme berpikir menjelaskan dan menekankan kala
budi sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua manusia, mampu menyusun sistem-sistem
kefilsafatan yang berasal dari manusia

Kelemahan rasionalisme adalah memahami objek di luar cakupan rasionalitas sehingga titik
kelemahan tersebut mengundang kritikan tajam, sekaligus memulai permusuhan baru dengan
sesama pemikir filsafat yang kurang setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif
tersebut, doktrin-doktrin filsafat rasio cenderung mementingkan subjek daripada objek, sehingga
rasionalisme hanya berpikir yang keluar dari akal budinya saja yang benar, tanpa memerhatikan
objek – objek rasional secara peka.

Empirisme

Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan
ada bukti empiris. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat.
Empirisme juga memiliki kekurangan yaitu ia belum terukur. Empirisme hanya sampai pada
konsep-konsep yang umum Seorang empirisme biasanya berpendirian, kita dapat memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan perantaraan indera.

Kelebihan empirisme adalah pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang benar,
karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

Kelemahan empirisme cukup banyak diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil..

b. ndera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gulanya rasanya pahit, udara panas dirasakan
dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
c. Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak
sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas dapat menimbulkan
inderawi yang salah.

d. Indera dan objek sekaligus. Empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

B.KRITISISME

Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dulu menyelidiki
kemampuan rasio dan batas-batasnya. Filsafat kritisisme adalah faham yang mengkritik terhadap
faham Rasionalisme dan faham Empirisme. Yang mana kedua faham tersebut berlawanan

Kritisisme adalah menolak paham salinan yang menyangkut penerapan dan pengetahuan
berdasarkan alasan-alasan

Bagi Descartes tidak ada satu setan yang licik pun dapat mengganggu aku, tak seorang skeptis
pun mampu meragukannya, yaitu saya sedang ragu.Tidak dapat diragukan bahwa saya sedang
ragu.Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku berpikir.Aku berpikir pasti ada dan
benar.Jika aku berpikir ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku.Cogito ergo sum, aku
berpikir, jadi aku ada. Descartes memulai filsafat dari metode.Metode keraguan itu bukanlah
tujuannya.Tujuan metode ini bukanlah untuk mempertahankan keraguan.Metode ini bergerak
dari keraguan menuju kepastian.Ia tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan
keyakinan yang berada dibalik keraguan itu, dan menggunakannya untuk membuktikan suatu
kepastian dibalik sesuatu. Pemikiran fondasi aku yang berpikir itu pantas dijadikan dasar filsafat
karena benar-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pikiranmu.

2) Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Baik logika deduktif maupun logika induktif, dalam
proses penalarannya, mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang
dianggapnya benar Secara objektif kebenaran dapat dikembalikan kepada objek materi, keluasan
dan kedalam objek forma, derajat dan system yang berlaku atau yang ada di dalamnya.Pertama,
mempertimbangkan objek materinya, dimana filsafat mempelajari segala sesuatu yang
ada.Kebenaran ilmu pengetahuan filsafat bersifat umum-universal, tidak terkait dengan jenis-
jenis objek tertentu.Kedua, ditinjau dari objek formanya, kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat
metafisis, dalam arti meliputi ruang lingkup material-khusus sampai kepada hal-hal yang
abstrak-universal.Ketiga, dicermati metode-metode yang digunakan oleh filsafat, sifat kebenaran
ilmu pengetahuan filsafat yang abstrak-metafisis semakin jelas.Karena metode kefilsafatan itu
terarah dalm mencapai pengetahuan yang esensial atas setiap hal dan pengetahuan eksistensial
daripada sesuatu dalam keterkaitan yang utuh (kesatuan).

Kebenaran berdasarkan teori koherensi, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

Kebenaran berdasarkan teori korespondensi, jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan
itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.

Teori koherensi dan teori korespondensi keduanya dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah.
Penalaran teoritis yang berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori koherensi.
Kebenaran berdasarkan teori pragmatis, suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.Artinya, suatu pernyataan
adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai
doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran.

Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis tidaknya akan
terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori) itu.

Kebenaran menurut rasionalisme , para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan
kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
(dan, ipso facto, pengetahuan) mengandung makan mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang
menunujuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya
dapat diperoleh dengan akal budi saja.

Kebenaran menurut positivisme atau pengujian kebenaran dari fakta atau obyek didasarkan pada
pengalaman manusia, atau dalam hal ini maka pernyataan ada atau tidak adanya sesuatu haruslah
memenuhi persyaratan pengujian publik

C.PRAGMATISME

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau
hasilnya yang bermanfaat secara praktis Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari
pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada
individu-individu

Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia
dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia
ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja Representasi realitas yang muncul di
pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi
benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme
tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat
metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.

D.POSITIVISME DAN POSITIVISME LOGIS

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak
mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Positivisme logis adalah aliran pemikiran dalam filsafat yang membatasi pikirannya pada
segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara
istilah-istilah. Fungsi analisis ini mengurangi metafisika dan meneliti struktur logis pengetahuan
ilmiah. Tujuan dari pembahasan ini adalah menentukan isi konsep-konsep dan pernyataan-
pernyataan ilmiah yang dapat diverifikasi secara empiris.
Tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan pada positivisme logis ini adalah untuk
mengorganisasikan kembali pengetahuan ilmiah di dalam suatu sistem yang dikenal dengan
”kesatuan ilmu” yang juga akan menghilangkan perbedaan-perbedaan antara ilmu-ilmu yang
terpisah. Logika dan matematika dianggap sebagai ilmu-ilmu formal.

E.Fenomenologi

Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai
sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu
hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini.

Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran.


Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang
bersifat intersubyektif. Oleh karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk
menjelaskan makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala.
Natanson menggunakan istilah fenomenologi merujuk kepada semua pandangan sosial yang
menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami
tindakan sosia

5.FILSAFAT ILMU PERSPEKTIF ISLAM SERTA PERKEMBANGAN ILMU

Dalam perspektif islam, ilmu memiliki kedudukan sebagai bagian dari agama dan berfungsi
sebagai petunjuk kepada kebenaran, untuk memperoleh kemuliaan di sisi Allah dan pembebas
dari kebodoha.Berkembangnya ilmu pengetahuan Barat sekarang yang dapat melahirkan
teknologi yang sangat canggih, tak lain adalah berkat tradisi keilmuan yang telah berkembang
kurang lebih tiga belas abad silam di tangan para pakar Muslim kenamaan.
Sebenarnya ilmu-ilmu modern Barat pun masih bisa dipakai sepanjang relevan dengan nilai
Islam. Oleh sebab itu yang harus ditinjau kembali adalah landasan falsafahnya, yang menyangkut
tujuan dan kegunaannya.
Terdapat perbedaan dalam merespon teori dan sains Barat. Pertama, kelompok yang
menganggap bahwa sains modern bersifat universal dan netral dan semua sains tersebut dapat
diketemukan dalam Al-Qur’an’. Banyak ulama’ sekarang yang tidak setuju dengan adanya
konsep sains dalam Al-Qur’an dan berpendapat, bahwa Al-Qur’an itu kitab petunjuk di dunia
maupun di akhirat, bukan ensiklopedi sains. Mencocok-cocokkan Al-Qur’an dengan teori-teori
sains yang tidak mapan (selalu berubah-ubah) adalah sangat mengancam eksistensi Al-Qur’an itu
sendiri (Ghulsyani, 1991:141).
Barat memandang tentang ilmu hanya berdasarkan akal pikiran dan panca indra. Sedangkan
dalam cara pandang islam ilmu dari segi pengetahuan indrawi, naluri, rasio,dan wahyu.

oleh: Harun Al Rasyid Leutuan


A.Konsep Epistemologi nalar islami

Epistemologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme, yang berarti pengetahuan. Epistemologi
menjangkau permasalahan-permasalahan yang metafisika, selain itu juga merupakan suatu yang
sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari.

Epistemologi Islam mengambil titik tolak Islam sebagai subyek untuk membicarakan Filsafat
Pengetahuan, maka di satu pihak Epistemologi Islam berpusat pada Allah, dalam arti Allah
sebagai sumber pengetahuan dan sumber segala kebenaran. Di lain pihak, Fisafat Pengetahuan
Islam berpusat pula pada manusia, dalam arti manusia sebagai pelaku pencari pengetahuan
(kebenaran). Di sini manusia berfungsi sebagai subyek yang mencari kebenaran.

B. Nalar Bayani,burhani,irfani dan amali

NALAR BAYANI

Kata bayani berasal dari kata bayan yang dengan akar kata ba, ya dan nun, menurut Ibn Manzhur
dalam Lisan al-‘Arabi, memiliki lima level semantik, dari tata bahasa yang menyelidiki. Pertama
bermakna menghubungkan (al-washl) yaitu pada kata bayn. Pengertian ini kurang dikenal dalam
bahasa Arab. Kedua, memisahkan (al-fashl). Ketiga, bermakna tampak dan jelas. Keempat,
kefasihan dan kemampuan mengungkapkan sesuatu dengan ringkas dan padat. Kelima, berkaitan
dengan pengertian keempat, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk berbicara fasih
dan memuaskan. Secara ringkas kata bayan memiliki setidaknya, pengertian berikut:
memisahkan, keterpisahan, kejelasan dan menjelaskan.

Sedangkan secara terminologis, bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma’, dan
ijtihad. Dalam konteks epistemologi, bayan berarti studi filosofis terhadap struktur pengetahuan
yang menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah kebenaran mutlak. Adapun akal hanya
menempati tingkat skunder dan bertugas hanya untuk menjelaskan teks yan ada.

Ilmu bayani pada masa kodifikasi telah menghegemoni wacana keilmuan Arab Islam yang di
dalamnya karya fiqih yang dihasilkan oleh empat imam mazhab, sehingga al-Jabiry memandang
ilmu yang dihasilkan oleh produk bayani tersebut tidak jauh dari ilmu politik.

Epistemologi bayani, secara historis sangat dominan dalam ilmu-ilmu pokok, seperti fiqh, ilmu
al-qur’an, kalam dan teori sastra non-filsafat. Al-Jâbirî menjelaskan bahwa sistem bayani
dibangun oleh dua prinsip dasar; pertama, prinsip diskontinyuitas atau keterpisahan (al-infisal),
dan kedua, prinsip kontingensi atau kemungkinan (al-tajwiz). Prinsip-prinsip tersebut
termanifestasi dalam teori substansi individu yang mempertahankan bahwa hubungan substansi
sebuah individu (tubuh, tindakan, sensasi dan apapun yang terbentuk di dalamnya) didasarkan
atas hubungan dan asosiasi yang kebetulan saja, tapi tidak memengaruhi dan berinteraksi. Teori
ini sesungguhnya menafikan teori kausalitas atau ide tentang adanya hukum alam.

NALAR BURHANI

Kata burhani berasal dari kata burhan (argumen atau alasan yang kuat). Burhan adalah
pengetahuan yang diperoleh dari indra, percobaan dan hukum-hukum logika. Dalam konteks
epistemologi, jika bayani bersumber dari nash (al-Qur’an dan sunnah), qiyas atau ‘ijma’ sebagai
rujukan .utama dan bertujuan untuk menjelaskan keyakinan agama, maka epistemologi burhani
bertolak dari kekuatan manusia untuk memperoleh pengetahuan, baik melalui sumber empiris
maupun hasil pemikiran rasional. Menurut al Jabiri dalam logika adalah aktivita s intelektual
untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi dengan cara konklusi atau deduksi. Sedangkan
dalam pengertian umum, burhan merupakan semua aktivitas intelektual untuk membuktikan
kebenaran suatu proposisi.

Dalam memahami Tuhan, manusia dan alam, epistemologi burhani bertolak dari metode
Aristoteles yaitu logika. Akan tetapi, metode burhani Aristoteles adalah uapaya abstraksi fisafat
untuk “ilmu demi ilmu”. Sedangkan, dalam kultur Arab Islam, metode ini digunakan untuk
menjadi pondasi rasional ajaran Islam. Jadi, akar metode burhani sesungguhnya berasal dari
Aristoteles yang digunakan sebagai analisis dan argumen dan dilanjutkan oleh al-Kindi dan al-
farabi. Menurut al-Jâbirî, metode rasionalitas Aristoteles di tangan Ibn Sina menjadi al-‘aql al
mustaqil yang dipengaruhi oleh gnosis hermetisme sehingga tidak lagi menjadi rasional.

NALAR IRFANI

Kata ‘irfan semakna dengan ma’rifah (pengetahuan), terutama sebagai istilah tasawwuf, ‘irfan
sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui kasyf atau ilham dikalangan para sufi dianggap
lebih tinggi daripada pengetahuan biasa yang diperoleh melalui usaha manusia dengan indera
atau akal.

Bagi kalangan irfaniyyun, pengetahuan tentang Tuhan tidak diketahui melalui bukti empiris-
rasional, tetapi harus melalui pengalaman langsung (mubasyarah). Menurut konsep irfani, Tuhan
dipahami sebagai realitas yang berbeda dengan alam, sedang akal, indera dan segala yang ada di
dunia ini merupakan bagian dari alam, sehingga tidak mungkin mengetahui Tuhan dengan
sarana-sarana tersebut. Satu-satunya sarana yang dapat digunakan untuk mengetahui hakekat
Tuhan adalah jiwa (nafs), sebab ia merupakan bagian dari Tuhan yang terpancar dari alam
keabadian dan terpasung ke alan dunia. Ia kan kembali kepada-Nya, jika sudah bersih dan
terbebas dari ketergantungan alam dunia.

Jika sumber pokok ilmu pengetahuan dalam tradisi bayani adalah ‘teks’ (wahyu), maka sumber
pokok ilmu pengetahuan dalam tradisi berpikir ‘irfani adalah experi-ence (pengalaman). Melalui
pendekatan irfani, makna hakekat atau makna terdalam dibalik teks dan konteks dapat diketahui.
Jika asumsi dasar atau paradigma bayani lebih melihat teks sebagai sebuah fenomena
kebahasaan, paradigma irfani lebih melihat teks sebagai sebuah simbol dan isyarat yang
menuntut pembacaan dan penggalian makna terdalam dari simbol-simbol dan isyarat-isyarat
tersebut dengan melibatkan kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kecerdasan spiritual.

AMALI

Untuk memahami sebuah kebenaran tidak cukup hanya dengan memiliki satu corak berfikir saja.
Dalam memahami Islam, Imam Ghazali menjadikan fikih sebagai ilmu yang mengantarkannya
untuk memahami nash-nash agama. Dikemudian hari, beliau merasa bahwa tanpa rasionalitas
akal, pemahaman terhadap nash agama tersebut terasa kurang. Maka beliau mempelajari mantiq.
Sehingga agama dalam corak berfikir beliau menjadi agama yang rasional. Radionalitas dalam
agama ini pada akhirnya menjadikan agama terasa hambar tanpa spirit di dalamnya. Dari sinilah
corak berfikir irfani dibutuhkan. Maka beliau mempelajari tashawwuf.
eseimbangan antara pikiran (fikr)_ dan rasa (z\ikr) ini menjadi penting karena secanggih
apapun manusia tidak dapat menciptakan sesuatu. Keduanya adalah pilar peradaban yang tahan
bantingan sejarah. Keduanya adalah perwujudan iman seorang muslim. Umat yang berpegang
kepada kedua pilar ini disebut al Qur’an sebagai ‘ulu al- alba>b. Di samping mampu
menintegrasikan kekuatan fikr dan z\ikr, juga mampu pula mengembangkan kearifan yang
menurut al Qur’an dinilai sebagai khairan kas\iran.
Perpaduan antara pikiran dan rasa ini merupakan prasyarat mutlak dalam membangun
peradaban Islam dan dunia yang cemerlang.

C.WAHYU AKAL DAN KETRAMPILAN DALAM ILMU ISLAM

Wahyu sendiri berasal dari kata Arab al-wahy, dan al-wahy adalah kata asli Arab dan bukan
kata pinjaman dari bahasa asing. Kata itu berarti suara, api dan kecepatan. Di samping itu ia
juga mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al-Wahy selanjutnya mengandung arti
pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat. Tetapi kata itu lebih dikenal dalam arti
“apa yang disampaikan Tuhan kepada nabi-nabi”.

Kata akal yang sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-aql yang dalam
bentuk kata benda, berlainan dengan al-wahy, tidak terdapat dalam Al-Quran. Al-Quran hanya
membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluh dalam 1 ayat, ta’qilun 24 ayat, na’qil 1 ayat, ya’qiluha 1
ayat dan ya’qilun 22 ayat. Kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti.

Teologi sebagai ilmu yang membahas soal ketuhanan dan kewajiban-kewajiban manusia
terhadap tuhan, memakai akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan tentang kedua hal
tersebut. Akal, sebagai daya berpikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras untuk sampai
kepada diri Tuhan, dan wahyu sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia
dengan keterangan-keterangan tentang Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap
Tuhan.

Wahyu turun, di samping untuk hal-hal di atas, juga untuk memberi penjelasan tentang perincian
hukuman dan upah untuk memberi penjelasan tentang perincian hukuman dan upah yang akan
diterima manusia kelak di akhirat. Al-Qadi ‘Abd Al-Jabbar menegaskan bahwa akal tidak dapat
mengetahui besar kecilnya pahala di surge dan hukuman di neraka nanti. Menurut Al-Jubba’I
wahyulah yang menjelaskan semua itu.

Bagi mereka hanya wahyulah yang dapat menentukan wajibnya bagi manusia sebagai makhluk
untuk berterimakasih kepada sang Pencipta, hanya wahyulah yang dapat menentukan perbuatan
mana yang baik dan mana yang buruk dan hanya wahyulah yang dapat mewajibkan orang
berbuat baik dan mewajibkannya menjauhi perbuatan jahat. Akal tidak mempunyai peranan
dalam hal-hal ini. Bagi Asy’ariah bahkan akal tidak dapat mengetahui kebaikan dan kejahatan.
Sekiranya tidak ada wahyu, manusia tidak akan dapat membedakan antara apa yang baik dan apa
yang buruk. Dalam hubungan ini Al-Asy’ari menjelaskan bahwa berdusta adalah perbuatan jahat
karena wahyu menentukan demikian; sekiranya wahyu mengatakan berdusta adalah perbuatan
baik, maka itu mesti baik, dan jika berdusta diwajibkan Tuhan, maka ia mesti bersifat wajib.

Pandangan berbeda-beda terhadap akal dan wahyu sebagai diuraikan di atas membawa
perbedaan pula dalam pendapat-pendapat teologi dari aliran itu.
Akal melambangkan kekuatan manusia. Karena akalnyalah maka manusia mempunyai
kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain di sekitarnya. Bertambah tinggi akal
manusia bertambah tinggi kesanggupannya untuk mengalahkan kekuatan-kekuatan makhluk lain
itu. bertambah lemah kekuatan akal manusia bertambah rendah kesanggupannya menghadapai
kekuatan-kekuatan lain tersebut.

6.KONSEP BERFIKIR SECARA ILMIAH

A. DEFINISI SARANA BERPIKIR ILMIAH


Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai
pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan
yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus;
sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik
dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu
langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan
ilmiah secara baik.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir
ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.. Matematika mempunyai peranan yang penting
dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Salah
satu langkah kearah penguasaan adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana
berpikir dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.

B. SARANA BERPIKIR ILMIAH


1. BAHASA
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai
serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam KBBI(Kamus Besar
Bahasa Indonesia), diterakan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan
alat.

Bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut :


Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan.
Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa
yang disimbolkannya.
Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi.
Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya.
Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya, bahasa
dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.
Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia.
Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi alat komunikasi dan
interaksi.

CIRI-CIRI BAHASA ILMIAH


Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif, dan
antiseptik.
Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi
atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman.
Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama
dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
Menurut Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur
emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa bahasa ilmiah itu bersifat deskriptif (descriptive
language). Artinya, bahasa ilmiah menjelaskan fakta dan pemikiran; dan pernyataan-pernyataan
dalam bahasa ilmiah bisa diuji benar-salahnya. Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen
menambahkan ciri intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-
makna yang sama bagi para pemakainya.

1.2. KELEMAHAN BAHASA


Bahasa sangat vital bagi manusia dalam aktivitas ilmiah (maupun aktivitas non-ilmiah). Bahasa
memperjelas cara berpikir manusia, maka orang yang terbiasa menulis dengan bahasa yang baik
akan mempunyai cara berpikir yang lebih sistematis.
Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif,
simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya,
ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya ketika mengomunikasikan
pengetahuan informatifnya.
Kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak.
Bahasa sering kali bersifat sirkular (berputar-putar).
Bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju ketimbang makhluk-makhluk
lainnya. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang sangat bermanfaat
bagi aktivitas-aktivitas ilmiah. Di sisi lain, bahasa tidak alpa dari kelemahan-kelemahannya yang
merintangi pencapaian tujuan dari aktivitas-aktivitas ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa ini
barangkali akan ditutupi oleh kelebihan-kelebihan dari dua sarana berpikir ilmiah lainnya, yaitu
matematika dan statistika.

2. MATEMATIKA
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya
serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat
memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau
generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas
dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan
bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika
sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.
Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana
untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang lainnya.
Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh kemampuan-
kemampuan meliputi :
Menggunakan algoritma,
Melakukan manipulasi secara matematika,
Mengorganisasikan data,
memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya,
Mengenal dan menemukan pola,
Menarik kesimpulan,
Membuat kalimat atau model matematika,
Membuat interpretasi bangun geometri,
Memahami pengukuran dan satuanya,
Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika,
kalkulator, dan komputer.

2.1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MATEMATIKA


Adapun kelebihan matematika antara lain sebagai berikut :
Tidak memiliki unsur emotif
Bahasa matematika sangat universal
Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa
emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang
bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.

3. STATISTIKA
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika sering dikaitkan
dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan
cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya
sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas
yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat
ketelitian tersebut dan sebaliknya.

4. LOGIKA
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas
antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah. Karena itu, berpikir logis adalah
berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang
sesuai.

Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:


Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika berdasarkan
kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas
membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih
teliti, dan lebih efisien.
Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika yang mengikuti aristotelian
dan Logika Modern
Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan induktif) dan Logika Material.

C. HUBUNGAN ANTARA SARANA ILMIAH BAHASA, LOGIKA, MATEMATIKA, DAN


STATISTIKA
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di
mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan
antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri
kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting
dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.

Sumber :
Dumadia. 2009. Logika dan Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah. Online :
(http://dumadia.wordpress.com/2009/01/21/logika-dan-statistika-sebagai-sarana-berpikir-ilmiah/,
diakses tanggal 4 Oktober 2011).
Afgani, Win. 2009. Sarana Berpikir Ilmiah.
Online:(http://www.geocities.ws/m_win_afgani/arsip/03_SARANA_BERPIKIR_ILMIAH.pdf,
diakses tanggal 4 Oktober 2011).

7.KONSEP AKSIOLOGI

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya

.Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan
logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. JujunS.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaandari pengetahuan yang diperoleh.2.

Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti
politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yangberharga, yang di idamkan oleh setiap
insan.

Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.Jadi Aksiologi merupakan
ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu
pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisamemanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih itudimanfaatkan di jalan yang tidak benar.Pembahasan aksiologi menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu.

a.ilmu nilai

Ilmu bebas nilai atau dalam bahasa inggris sering disebut dengan value free menyatakan bahwa
ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama
sekali dengan nilai. Pembatasan etis hanya akan menghalangi eksplorasi pengembangan ilmu.
Bebas nilai mengartikan bahwa semua kegiatan terkait pada penyelidikan ilmiah harus
didasarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Etika hanya bekerja ketika ilmu telah selesai bekerja.
Etika hanya bisa diterapkan pada manusianya, yaitu ilmuan. Yang harus dikenai nilai dan
pernyataan normatif adalah ilmuan sebagai manusia. Kelompok ini memegangi pandangan
Francis Bacon bahwa ilmu adalah kekuasaan, berkat atau malapetaka terletak pada orang yang
menggunakan kakuasaan tersebut. Kekuasaan terletak pada si pemilik pengetahuan. Josep
Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga faktor sebagai indikator bahwa
ilmuitu bebas nilai, yaitu

1. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus
bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor politis, ideologis, religius, kultural, dan sosial.

2. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu terjamin. Kebebasan di sini
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.

3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Persoalan – persoalan disiplin ilmu empirik adalah bahwa ian dipecahkan, bukan secara
evaluatif. Tetapi persoalan – persolan ilmu sosial dipilih atau di tentukan melaluia nilai yang
relevan dari fenomena yang di tampilkan.

b) Terikatniilai

Berbeda dengan ilmu yang bebas nilai, ilmu yang terikat nilai (value bond) memandang bahwa
ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus dikembangan dengan mempertimbangkan aspek
nilai dan terutama nilai. Pengembangan ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai,
lepas dari kepentingan-kepentingan baik politis, ekonomis, religius, ekologis, dan lain-lain
sebagainya. Dalam pandangan terikat nilai ini kata "nilai" juga memiliki makna yang lebih luas.
Pertama, makna nilai bukan hanya dalam konteks baik buruk tetapi juga dalam konteks ada
kepentingan atau tidak. Kedua, terikat nilai tidak hanya berlaku bagi ilmuan tetapi juga bagi ilmu
itu sendiri, sehingga memasuki wilayah epistemologis. Keduanya saling tekait.

Beberapa filosofis menunjukkan bahwa ilmu tidak bebas dari kepentingan. Diantaranya, menurut
Gadamer, ilmu hanya bisa bekerja karena ia tertancap dalam tradisi yang telah berlangsung lama
sehingga seseorang tidak mungkin netral terhadap seluruh tradisi. Justru tradisi yang
memungkinkan manusia membangun pengetahuan atau ilmu. Michel Foucault juga
menunjukkan bahwa ilmu merupakan kekuasaan. Ilmu melahirkan kekuasaan, dan kekuasaan
melahirkan ilmu. Kuasa adalah kekuatan untuk mendefinisikan dan menisiplinkan,
normalisasidan regulasi pihak lain melalui pertukaran wacana. Ilmu merupakan bangunan
kompleks wacana. Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu bahkan ilmu alam sekalipun
tidaklah mungkin bebas nilai karena pengembangan setiap ilmu selalu selalu ada kepentingan-
kepentingan. Dia membedakan tiga macam ilmu dengan kepentingannya masing-masing.
1. Berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis. Ilmu-ilmu ini menyelidiki
gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan itu untuk kepentingan-
kepentingan manusia. Teori-teori ilmiah disusun, agar dirinya dapat diturunkan pengetahuan-
pengetahuan terapan yang bersifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai
upaya manusia mengelola dunia atau alamnya. Maka tampaklah disini bahwa ilmu-ilmu ini
memperlihatkan pola hubungan manusia dan dunia, manusia mengelola dan menggarap dunia.
Dalam ilmu-ilmu ini ditunjukkan aspek pekerjaan dalam sosialita manusia (labor), sedang
kepentingan manusia yang terkandung dalam ilmu itu adalah prediksi dan pengawasan terhadap
alam.

2. Pengetahuan yang memiliki pola yang sangat berlainan, sebab tidak menyelidiki sesuatu dan
tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar
hubungan sosial. Oleh Habermas ini disebut dengan studi histori-hermeneutik. Sifat historis
memperlihatkan adanya gejala perkembangan dari objek yang diselidiki, yakni manusia. Hasil
yang dihasilkan disini adalah kemampuan komunikasi, saling pengertian karena pemahaman
makna. Dan hermeneutik yaitu penafsiran menurut tata cara tertentu yang dihasilkan oleh
pengetahuan itu. Aspek kemasyarakatan yang dibahas disini adalah hubungan sosial atau
interaksi, sedangkan kepentingan yang di tuju oleh pengetahun ini adalah pemahaman makna.

3. Teori kritis, teori yang membongkar penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi
dirinya sendiri. Disini, sadar diri sangat dipentingkan. Aspek sosial yang mendasarinya adalah
dominasi kekuasaan dan kepentingan yang di kejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.
Jelas sekali dalam pandangan Harbermas bahwa ilmu itu sendiri dikonstruksi untuk kepentingan-
kepentingan tertentu, yakni nilai relasional antara manusia dan alam, manusia dan manusia, dan
nilai penghormatan terhadap manusia. Jika lahirnya ilmu saja terkait dengan nilai, maka ilmu itu
sendiritidak mungkin bekerja lepas dari nilai.

Amsal Bakhtiar. Filsafat ilmu. 2005. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Franz Magnis Suseno. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. 2010. Yogyakarta: KanisiusProf. Dr. A.G.M
van Melsen. Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita. 1992. Jakarta: Gramedia Pustaka
UtamaProf. Dr. H. Bachri Ghazali, Dkk. Filsafat Ilmu. 2005. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan KalijagaRizal Mustansyur dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. 2009. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Rizal Mustansyur dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, 2009, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hlm.
171Ibid. Hlm. 169A.G.M van Melsen, Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita, 1992,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 1992

b.Tujuan dan fungsi ilmu dalam perspektif islam

Hakekat dan Fungsi Ilmu Dalam perbincangan sehari-hari terdapat beberapa kata yang semakna
yaitu pengetahuan, ilmu, dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan
fakta-fakta yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya mengenai suatu hal tertentu,
sedangkan ilmu (sains, science) dalam pengertian sehari-hari tidak bisa begitu saja disamakan
dengan kata ilmu dalam arti sesungguhnya yang dirujuk dari konsep Al Qur’an. Dalam
pengertian sehari-hari ilmu adalah pengetahuan yang telah disistematisir, disusun tHakekat dan
Fungsi Ilmu Dalam perbincangan sehari-hari terdapat beberapa kata yang semakna yaitu
pengetahuan, ilmu, dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan fakta-
fakta yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya mengenai suatu hal tertentu, sedangkan
ilmu (sains, science) dalam pengertian sehari-hari tidak bisa begitu saja disamakan dengan kata
ilmu dalam arti sesungguhnya yang dirujuk dari konsep Al Qur’an. Dalam pengertian sehari-hari
ilmu adalah pengetahuan yang telah disistematisir, disusun teratur mengenai suatu bidang
tertentu yang jelas batas-batasnya mengenai sasaran, cara kerja, dan tujuannya. Ilmu (sains)
diperoleh dan disusun tidak cukup hanya dari pencaman dan perenungan melainkan berkembang
melalui pencerapan indera dan penginderaan (sensation), pengumpulan data, perbandingan data,
penilaian jumlah berupa perhitungan, penimbangan, pengukuran, dan penakaran meningkat dari
data-data yang bersifat khusus menuju ke kesimpulan yang umum (induksi) atau sebaliknya, dari
data yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus (deduksi). Ilmu (sains) sepenuhnya
bersifat empirik. Sesuatu yang tidak bisa diindera, diukur, ditimbang atau dilihat tidak bisa
menjadi obyek ilmu (sains). Kumpulan dari ilmu (sains) disebut dengan pengetahuan.5 Ilmu
menurut konsepsi Islam secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah yang mencakup
segala sesuatu, termasuk yang dapat disaksikan oleh indera manusia maupun yang tidak bisa
disaksikan oleh indera (gaib) yang hanya bisa diketahui oleh manusia lewat wahyu. Kedua
adalah, ilmu manusia meliputi ilmu perolehan dan ilmu laduni. Ilmu perolehan kita dapatkan
lewat berbagai perenungan dan pembuktian, sedangkan ilmu laduni adalah ilmu yang diberikan
oleh Allah kepada orang-orang tertentu yang dipilih-Nya. Dalam hal ini, hanya mereka yang
bersih dan suci hatinya yang berpeluang mendapatkan ilmu ini. Dan jika ia mendapatkan ilmu ini
maka terkuaklah sebagian besar rahasia alam dan kehidupan di hadapannya. Sampai di sini
cukup jelas bahwa kata ilmu dalam Al Qur’an tidak bisa begitu saja disamakan dengan kata ilmu
dalam pengertian sehari-hari. Islam memandang bahwa terdapat kesatuan penciptaan, kesatuan
pengaturan, dan kesatuan mekanisme dalam alam kehidupan. Oleh karenanya hanya ada satu
realitas meliputi yang riil dan yang gaib. Salah satu tujuan ilmu adalah mengetahui hakekat
realitas termasuk segala mekanisme di dalamnya baik untuk kepentingan pragmatis maupun
untuk lebih jauh lagi untuk mengenal Sang Pencipta. Ilmu menurut konsepsi Islam tidak melihat
keterpisahan antara yang riil dan yang gaib, sebagai konsekuensinya Islam melihat bahwa
peristiwa atau sebuah mekanisme alam tidak bisa dijelaskan hanya secara empirik sebagaimana
dikemukakan oleh sains. Dengan demikian ilmu dalam pengertian sehari-hari yang tidak lebih
sebatas sains, merupakan reduksi dan tidak mungkin mampu mencapai hakekat realitas. Anehnya
sains (ilmu) yang hanya sebuah reduksi ini dipercaya mampu menjelaskan segala-galanya. Inilah
barangkali salah satu penyebab perkembangan sains tidak menambah kedekatan kita dengan
Sang Pencipta, bahkan sebaliknya telah menimbulkan kerusakan kehidupan. Ilmu yang benar
akan mampu meningkatkan ketakwaan seseorang terhadap Tuhannya. Salah satu tujuan
penciptaan manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah Allah (khalifatullah fil ardl).6
Manusia mendapat tugas mewakili Allah mengelola dan menyuburkan bumi untuk kepentingan
manusia sendiri. Tentu saja banyak dibutuhkan pengetahuan agar manusia mampu melaksanakan
tugas ini. Dalam hal ini, secara pragmatis ilmu membantu manusia menunaikan tugas kekha-
lifahan yang diamanahkan kepadanya. Dengan ilmu pula manusia semakin banyak tahu akan
keagungan ciptaan Allah. Ilmu yang benar akan menuntun manusia mensyukuri nikmat yang
dilimpahkan Allah kepadanya.

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have


$524,215: https://goo.gl/efW8Eferatur mengenai suatu bidang tertentu yang jelas batas-batasnya
mengenai sasaran, cara kerja, dan tujuannya. Ilmu (sains) diperoleh dan disusun tidak cukup
hanya dari pencaman dan perenungan melainkan berkembang melalui pencerapan indera dan
penginderaan (sensation), pengumpulan data, perbandingan data, penilaian jumlah berupa
perhitungan, penimbangan, pengukuran, dan penakaran meningkat dari data-data yang bersifat
khusus menuju ke kesimpulan yang umum (induksi) atau sebaliknya, dari data yang bersifat
umum menuju yang bersifat khusus (deduksi). Ilmu (sains) sepenuhnya bersifat empirik. Sesuatu
yang tidak bisa diindera, diukur, ditimbang atau dilihat tidak bisa menjadi obyek ilmu (sains).
Kumpulan dari ilmu (sains) disebut dengan pengetahuan.5 Ilmu menurut konsepsi Islam secara
garis besar dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah yang mencakup segala sesuatu, termasuk yang
dapat disaksikan oleh indera manusia maupun yang tidak bisa disaksikan oleh indera (gaib) yang
hanya bisa diketahui oleh manusia lewat wahyu. Kedua adalah, ilmu manusia meliputi ilmu
perolehan dan ilmu laduni. Ilmu perolehan kita dapatkan lewat berbagai perenungan dan
pembuktian, sedangkan ilmu laduni adalah ilmu yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang
tertentu yang dipilih-Nya. Dalam hal ini, hanya mereka yang bersih dan suci hatinya yang
berpeluang mendapatkan ilmu ini. Dan jika ia mendapatkan ilmu ini maka terkuaklah sebagian
besar rahasia alam dan kehidupan di hadapannya. Sampai di sini cukup jelas bahwa kata ilmu
dalam Al Qur’an tidak bisa begitu saja disamakan dengan kata ilmu dalam pengertian sehari-
hari. Islam memandang bahwa terdapat kesatuan penciptaan, kesatuan pengaturan, dan kesatuan
mekanisme dalam alam kehidupan. Oleh karenanya hanya ada satu realitas meliputi yang riil dan
yang gaib. Salah satu tujuan ilmu adalah mengetahui hakekat realitas termasuk segala
mekanisme di dalamnya baik untuk kepentingan pragmatis maupun untuk lebih jauh lagi untuk
mengenal Sang Pencipta. Ilmu menurut konsepsi Islam tidak melihat keterpisahan antara yang
riil dan yang gaib, sebagai konsekuensinya Islam melihat bahwa peristiwa atau sebuah meka-
nisme alam tidak bisa dijelaskan hanya secara empirik sebagaimana dikemukakan oleh sains.
Dengan demikian ilmu dalam pengertian sehari-hari yang tidak lebih sebatas sains, merupakan
reduksi dan tidak mungkin mampu mencapai hakekat realitas. Anehnya sains (ilmu) yang hanya
sebuah reduksi ini dipercaya mampu menjelaskan segala-galanya. Inilah barangkali salah satu
penyebab perkembangan sains tidak menambah kedekatan kita dengan Sang Pencipta, bahkan
sebaliknya telah menimbulkan kerusakan kehidupan. Ilmu yang benar akan mampu
meningkatkan ketakwaan seseorang terhadap Tuhannya. Salah satu tujuan penciptaan manusia di
muka bumi adalah sebagai khalifah Allah (khalifatullah fil ardl).6 Manusia mendapat tugas
mewakili Allah mengelola dan menyuburkan bumi untuk kepentingan manusia sendiri. Tentu
saja banyak dibutuhkan pengetahuan agar manusia mampu melaksanakan tugas ini. Dalam hal
ini, secara pragmatis ilmu membantu manusia menunaikan tugas kekhalifahan yang
diamanahkan kepadanya. Dengan ilmu pula manusia semakin banyak tahu akan keagungan
ciptaan Allah. Ilmu yang benar akan menuntun manusia mensyukuri nikmat yang dilimpahkan
Allah kepadanya.

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have


$524,215: https://goo.gl/efW8Ef

Diposting oleh AGUS THOHIR di 23.36 Label: Ilmu dalam perspektif Islam

8.uraikan secara singkat

a. Kosep empirik

Pengertian Empiris adalah Suatu cara / metode yang dilakukan yang bias diamati oleh indera
manuasia,sehingga cara/ metode yang digunakan tersebut bias diketahui dan diamati juga oleh
orang lain ( sugiyono :2013)

Definisi Empiriss adalah suatu gagasan yang bersifat rasional yang dibentuk oleh individu melalui
pengalamanna ( izzatur Rusuli : 2015)

Pengertian empiris adalah suatu keadaan yang berdasarkan pada kenyataan yang pernah dialami.
Kejadian tersebut bias didapatkan melalui penelitian, observasi, ataupun experimen.

Didalam empiris,pengalaman ( kejadian nyata ) menjadi dasar yang sangat mutlak dan peran akal
sehat sangatlah sedikit.Bila ada kenyataan data ityu empiris, berarti data tersebut didasarkan pada
penelitian atau ekperimen yang telah dilakukan.
Seperti kita ketahui saat ini segala macam bentuk penelitan didasarkan pada sifat empiris. Jadi
semisal kita menulis skipsi atau tesis, kita harus bias menyajikan data yang bersifat empiris,itu
artinya kita melakukan penelitian ataupun observasi untuk mendukung teori kita. Fokus utama dari
penelitian yang bersifat empiris adalah informasi yang didapat dari pengamatan yang terjadi di dunia
nyata danpengamatan itu harus disajikan berupa data. Data pada penelitian data empiris ada dua
jenis yaitu data kuantitatif ( data dalam bentuk angka) dan data kualitatif (dijabarkan dengan
kalimat).

b.transcedental

Transendental secara harafiah dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan


dengan transenden atau sesuatu yang melampaui pemahaman terhadap pengalaman biasa dan
penjelasan ilmiah.[1] Hal-hal yang transenden bertentangan dengandunia material.[1] Dalam
pengertian tersebut, filsafat transendental dapat disamakan dengan metafisika.[1] Bahkan Immanuel
Kant menggnakan kata transendental ketika menyebut transendental aplikasi prinsip dasar dari
pemahaman murni yang melampaui atau mengatasi batas-batas pengalaman.[1] Dalam skolatisme,
transendental bersifat superkategoris.[1] Dikatakan seperti itu karena cakupan hal transendental lebih
luas daripada kategori-kategori tradisional dari filsafat skolastik yaitu formaatau bentuk
dan materi, aksi, potensi, dsb.[1] Hal-hal transendental mengungkapkan ciri universal dan
adiinderawi dari yang ada.[1] Tanda-tanda tersebut ditangkap melalui intuisi yang mendahului
pengalaman apapun.[1] Dalam filsafat neo-skolastik, transenden menunjukkan eksistensi yang
mengatasi kegiatan berpikir, kesadaran, dan dunia. Sedangkan kata transendental menunjuk
konsep yang karena sifatnya universal melampaui kategori-kategori atau tidak dapat diperas ke
dalam satu kategori saja.[1] Konsep eksiten itu sendiri dan konsep mengenai atribut hakiki yang
termasuk eksisten disebut sebagai transendental.[1]

Lorens Bagus (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. hlm. 1118-1122.

c.Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber pengatahuan satu-satunya yang benar adalah
rasio (akal budi). Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (resen) adalh alat
terpenting dalam memperoleh pengatahun dan mengetes pengatahuan. Jika empiresme mengatakan bahwa
pengatahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengejarkan bahwa
pengatahuan di peroleh dengan cara berfikir alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-
kaidah logika.

Usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir
renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran
kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar
terhadap kemampuan akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat
dijelaskan, semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan.

Keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal telah berimplikasi kepada perang terhadap mereka yang
malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad
pertengahan, terhadap norma-norma yang bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak masuk akal
termasuk keyakinan-keyakinan dan serta semua anggapan yang tidak rasional.

Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna, dipimpin
dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang
filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang
luas dan tingkat tinggi. Corak berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat dikenal
dengan nama aliran rasionalisme

Tokoh-Tokoh Rasionalisme
Tokoh-tokoh terpenting aliran rasionalisme adalah:
1. Blaise Pascal
2. Cristian Wolf
3. Rene Descartes
4. Baruch Spinoza
5. G.W Leibnitz
3. Pemikiran Pokok Descartes, Spinoza, Dan Leibniz

Mereka adalah tokoh besar filsafat rasionalisme sebelum itu, pengertian rasionalisme diuraikan lebih dahulu.
Rasionalisme ada dua macam dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan
otoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme

Sejarah rasionalisme sudah tau sekali. Thales telah menerapkan rasionalisme dalam filsafat. Pada zaman
moderen filsafat, tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes yang dibicarakan setelah ini.

Setelah priodermi rasionalisme dikembangkan secara sempurna oleh liagu yang kemudian terkenal sebagai
tokoh rasionalisme dalam sejarah .

1. Deskartes ( 1596-1650)
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. bukunya di caurs deia methode ( 1537) dan
meditations ( 1642) kedua buku ini saling melengkapisatu sama lain. Didalam kedua buku inilah ia
menuangkan metodenya yang terkenal itu, metode ini juga sering disebut cogito Descartes, atau metode catigo
saja.

Ia mengatahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokooh-tokoh gereja. Bahwa dasar filsafat vharuslah rasio
(akal) untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun orgumentasi yang sangat
terkenal.

Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan (lebih dahulu segala sesuatu yang dapat
diragukan. Didalam mimpi seolah olah seorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis
seperti tidak mimpi (juga) begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan kenyataan gaib. Tidak ada batas
yang tegas antara mimpi dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-rasanya seperti bukan mimpi.

Benda-benda dalam mimpi, halusinasi, ilusi dan kejadian dengan roh halus itu, bila dilihat dari posisi kita juga,
itu tidak ada. Akan tetapi benda-benda itu sunguh-sunguh ada bila dilihat dari posisi kita dalam mimpi.
Hausinasi. Ilusi dan roh halus

2. Spinoza ( 1632-1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677 M. nama aslinya banich SPINOZA.
Setelah ia mengucilkan dirinya dari agama yahudi, ia mengubah namanya menjadi benedictus de Spinoza ia
hidup dipinggiran kota dan baik Spinoza maupun leibniz ternyata mengikuti pemikiran Descartes itu. Dua
tokoh terakhir ini menjadi substansi sebagai tema pokok dalam metafisika mereka, dan mereka berdua juga
mengikuti metode Descartes, tiga filosof ini, descartos, spinozo dan leigniz, biasanya dikelompokkan dalam
satu mazhab. Yaitu rasionalisme.

Dalam gometri. Spinoza memulai dengan meletakkan defenisi- defenisi, cobalah perhatikan beberapa contoh
defenisi ini yang digunakan dalam membuat kesimpulan-kesimpulan dalam metafisika defenisi ini diambil dari
Solomon : 73)

Beberapa defenisi
1. sesuatu yang sebabnya pada dirinya saya maksudkan esensinya mengandung eksistensi, atau sesuatu yang
hanya dipahami sebagai adanya.
2. sesuatu dikatakan terbatas bila ia dapat dibatasi oleh sesuatu yang lain, misalnya tubuh kita terbatas, yang
membatasinya ialah besarnya tubuh kita itu.
3. substansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipaham melalui dirinya, konsep dapat dibentuk tentangnya
bebas dari yang lain.
4. yang saya maksud dengan atribut (sifat)ialah apa yang dapat dipahami sebagai melekat pada esensi substansi
5. yang saya maksud mede ialah perubahan-perubahan pada substansi
6. tuhan yang saya maksud ialah sesuatu yang terbatas secara absolute (mutlak) sesutau saya sebut disebabkan
oleh yang lain, dan tindakan ditentu olehnya sendiri.
7. yang saya maksud dengan kekekalan (etermity) ialah sifat pada aksistensi itu tadi
spinosa berpendapat bahwa apa saja yang benar-benar ada, maka adanya itu haruslah abadi sama halnya
dengan tatkala ia berbicara dalam astronomi, defenisi selalu di ikuti oleh aksioma. Aksioma ialah jarak
terdekat antara dua titik ialah garis lurus. Cobalah lihat aksioma-aksioma yang dipasangnya dalam metafisika
berikut:

Aksioma-aksioma
1. segala sesuatu yang ada, ada dalam dirinya atau ada dalam sesuatu yang lain.
2. sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu yang lain harus di pahami melalui sesuatu yang lain
harus di pahami melalui dirinya sendiri
3. dari suatu sebab tentu di ikuti bila tidak ada sebab tidak mungkin ada akibat yang mengikutinya
4. pengetahuan kita tentang akibat di tentukan oleh pengetahuan kita tentang sebab
5. sesuatu yang tidak bisa di kenal umum yang tidaak akan dapat di pahami konsep tentang sesuatu tidak
melibatkan konsep tentang yang lain.
6. ide yang benar harus sesuai dengan objeknya
7. bila sesuatu dapat di pahami sebagai tidak adanya maka esensinya tidak ada.

Demikianlah kilasan tentang metafisika Spinoza. Ia juga berbicara tentang etika, tetapi tidak kita bicarakan di
sini. Kita hanya ingin melihat apa kira-kira sumbangan Spinoza dalam kekalauan pemikiran pada zaman
modern itu. Di sini jelas smbngan adalah dalammetafisika.

Lleibniz (1646-1716)
Gotifried willheim von Leibniz lahir pada tahun 11646 dan meninggal pada tahun 1716 dan meninggal pada
tahun 1718. ia filosofi jerman matamatikawan, menjadi atasan, pembantu pejabat tinggi Negara. Pusat
metafisikanya adalah ide tentang substansi yang di kembangkan dalam konsep monad.

Metafisika leigniz sama memusatkanperhatian pada substansi. Bagi spinoz sama memusatkan perhatian pada
substansi. Bagi Spinoza ,alam semesta ini mekanistis dan keseluruhnya bergantung pada sebab, sementara
substansi pada leignizadalah tujuan. Penentuan prinsip filsafat (eiguiz ialah prinsip akan yang mencukupi, yang
secara sederhana dapat di rumuskan sesuatu harus mempunyai masalah bahkan tuhan harus mempunyai
masalah untuk setiap yang di ciptaan-nya. Kita lihat bahwa prinsip ini menuntun filsafat leigniz.

Sementara sfinoza berpendapat bahwa hanya ada satu substansi, Leibniz berpendapat bahwa substansiitu
monad, setiap monad berbeda satu dengan yang lain dan tuhan (sesuatu yang super monad dan satu-satunya
monad yang tidak di cipta)adalah pencipta monad-monad itu. Maka karya leigniz tentang ini di beri judul
menadologis (studi tentang monad / yang di seterusnya 1714. ini adalah serusnya).

1. monad yang kita bicarakan di sini , adalah substansi yang sederhana, yang selanjutnya menyusun substansi
yang sederhana,yang selanjutnya menyusun substansi yang lebih besar.
2. harus ada substansi yang sederhana karena ada susunan itu, karena susunan tidak lain darisuatu
koleksisubstansi sederhana.

Satu substansi sederhana ialah : substansi yang kecil yang tidak dapat di bagi. Adapun substansi yang berupa
susunan (Compositas)jenis dapat di bagi. Akan tetapi, ada kesulitan di sini. Bila simple sub stance (monad) itu
terletak dalam ruang, maka akibatnya ia mesti dapat di bagi. Oleh karena itu,Leibniz menyatakan bahwa semua
monad itu haruslah material dan tidak mempunyai ukuran,tidak dapat di bagi

1. sekarang, apa pun yang tidak mempunyai bagian – bagian terlentulah tidak dapat di bagi monad itu adalah
atau yang sebenarnya pada sifatnya dan kenyataannya adalah unsure segala sesuatu.
2. kerusakan, karena itu, tidakkan menjadi pada substansi itunya, karena tidak dapat di bagi karena immaterial
itu.
3. Dengan cara yang sama tidak ada jalan untuk memahami simple substansiitu di cipta (come into exintence)
karena monad itu tidak dapat di bentuk dengan menyusun .
4. Kita hanya dapat menatakan sekarang bahwa peniadaan, yang tersusun mempunyai permulaan dan berakhir
melalui peniadaan. Yang terusan mempunyai permulaan dan berakhir secara berangsur
5. monad tidak mempunyai kualitas, karenanya mestinya tidak akan pernah ada.
6. Setiap monad harus di keadaan satu dengan lainnya karena tidak pernah ada isi alam yang sama sekalipun
kita tidak dapat mengetahui perbedaan itu.
7. tidak ada jalan masuk menjelaskan bagaimana monad-monad itu dapat perubahan dalam dirinya sendiri oleh
sesuatu di luarnya karena tidak ada kemungkinan suatu yang masuk ke dalamnya.

Aniat surat mengatakan mana yang benar sepertinya sama-sama benarnya.Akhirnya orang bergantung pada
argument yang di anggapnya berat ada juga yang bingung sama sekali, argument-argument filsafat itu tidak
dipahaminya sehingga surat untuk memiliki penam mana-mana yang akan di ambilnya. Murah di tebak situasi
ini akan melahirkan keraguan yang merata.Buat kita, situasi itu, bila di pandang secara umum, adalah situasi
rehativisma kebenaran.Orang menyebutkannya secara keseluruhan filsafat modern itu skeptisme :saya
menyebutnya sofisme.

d.Inderawi

Alexisi Carrel, menyetujui kebenaran bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia diperoleh lewat
kemampuan indranya, namun selalu bersifat rasional. Kemampuan itu diperoleh manusia sebagai
makluk biotik, namun tidak semua makluk biotik karena pohon tidak memilikinya. Daya indra
menghubungkan manusia dengan hal-hal konkrit-material. Pengetahuan indra tersebut bersifat
parsial, karena adanya perbedaan antar indra yang satu dengan yang lainnya. Pengetahuan
indrawi itu berbeda-beda menurut perbedaan indra dan keterbatasan organ-organ indra tersebut.
Contoh. Orang yang telinganya terganggu, matanya minus, penciuman yang kurang tajam dll.
Pengetahuan indrawi hanya terletak pada permukaan kenyataan karena terbatas pada hal-hal
indrawi scara individual.

John Locke (1632-1704) adalah seorang filsuf Inggris yang sangat terkenal dalam filsafat politik.
Yang ingin kita lihat di sini adalah pendapatnya tentang filsafat pengetahuan. Yang menarik
untuk diketahui dalam filsafat pengetahuan John Locke (Magnis-Suseno, 1992: 73) yaitu
anggapan bahwa seluruh pengetahuan kita berasal dari pengalaman. Locke menolak kaum
rasionalis yang mengatakan bahwa manusia lahir dengan ide-ide bawaan, dengan prinsip-prinsip
pertama yang mutlak dan umum. Menurut dia manusia dilahirkan ke bumi seperti sebuah kertas
putih kosong, tanpa ada ide atau konsep apapun. Jiwa manusia seperti tabuka rasa.

Locke mengatakan bahwa semua konsep atau ide yang mengungkapkan pengetahuan manusia
sesungguhnya berasal dari pengalaman manusia dan pengalaman itu diperoleh dari pancaindra
atau refleksi atas apa yang diberikan pancaindra. Ia menambahkan bahwa akal budi kita hanya
bisa mengetahui sesuatu karena mendapat informasi dari pancaindra, akal budi kita mirip dengan
kerta putih yang belum ditulis apa-apa.

Selanjutnya Locke membedakan antara dua macam ide yaitu, ide-ide sederhana dan ide-ide
kompleks. Ide sederhana adalah ide yang ditangkap melalui pancaindra ( penciuman,
penglihatan, rabaan, dll). Pada waktu indra kita menangkap sesuatu obyek secara langsung dan
spontan, muncullah ide-ide sederhana tentang obyek tersebut, seperti manis, pahit, besar, kecil,
kasar, halus. Akal budi kita tidak menerima secara pasif ide-ide itu dari luar.

Ia mulai mengolah ide-ide itu dengan memikirkan, meragukan, mempertanyakan,


menggolongkan, dan mengolah apa yang diberikan pancaindra, sehingga dengan demikian
lahirlah suatu reflseksi. Refleksi-refleksi inilah yang memungkinkan adanya ide-ide kompleks.
Locke juga membedakan antara sifat atau kualitas primer dan sifat atau kualitas sekunder dari
obyek di sekitar kita. Kualitas primer itu menyangkut berat, gerak, luas dan jumlah. Sedangkan
kualitas sekunder menyangkut rasa, warna, panas, dingin dan semacamnya. Kualitas sekunder ini
hanya mereproduksi sifat luar dari obyek saja. Karena itu kualitas sekunder tidak bisa sampai
pada pengetahuan yang pasti, sebaliknya kualitas primer yang ditangkap pancaindra dapat
membawa kita pada pengetahuan yang pasti, tak bisa diragukan dan bersifat universal.

Kualitas sekunder itu menghasilkan pendapat yang berbeda-beda, tetapi yang berhubungan
dengan kualitas primer, semua orang akan memberikan pendapat yang sama. Locke
menambahkan bahwa ide muncul karena akal budi melalui pencaindra menangkap suatu obyek,
sebaliknya kualitas muncul karena obyek memproduksi dalam diri kita ide tertentu.

David Hume (1711-1776) juga salah satu tokoh empirisme yang mengatakan bahwa semua
materi pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi, namun ada sedikit perbedaan antara Hume
dan Locke. Menurut Hume, pemahaman manusia dipengaruhi oleh sejumlah kepastian dasar
tertentu mengenai dunia eksternal, masa depan, dan sebab, dan bahwa kepastian-kepastian ini
merupakan bagian dari nalauri alamiah manusia, yang tidak dapat dihasilkan atau dicegah oleh
akal budi manusia. Jadi melalui naluriah alamiah manusia, manusia dapat sampai pada kepastian-
kepastian yang mememungkinkan pengetahuan manusia.

Hume membedakan dua proses mental yaitu, pertama: kesan (impresi) yang adalah pencerapan
pancaindra yang lebih hidup dan langsung sifatnya. Yang kedua adalah ide yang kurang hidup
yang kurang langsung sifatnya. Dari impresi muncul ide-ide sederhana berkaitan dengan obyek
yang kita tangkap secara langsung dengan pancaindra. Lalu dari ide sederhana itu akal budi
manusia dapat melahirkan ide-ide majemuk tentang hal-hal yang tidak ditangkap pancaindra kita.
Ide-ide majemuk diatas terlepas satu sama lain, tapi akan diolah lebih lanjut oleh akal budi
manusia sehingga melahirkan keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan itu dicapai lewat suatu
prinsip yang disebut Hume sebagai hukum asosiasi.

Hukum asosiasi ini terdiri dari tiga prinsip: (1) prinsip kemiripan: ide tentang suatu obyek
cenderung melahirkan dalam akal budi kita obyek lainnya yang serupa atau mirip. Dengan
prinsip ini kita mampu membuat klasifikasi: ide yang serupa atau murip dikelompokkan menjadi
satu. (2) prinsip kontinuitas dalam tempat dan waktu: kecenderungan akal budi untuk mengingat
hal lain yang punya kaitan dengan hal atau peristiwa lainnya. Ingat PKI ingat Aidit, G 30 S,
Soeharto. (3) Prinsip sebab-akibat: Ide yang satu memunculkan yang lain, ide yang satu menjadi
sebab atau akibat dari ide lain. Di sini Hume mau mengatakan bahwa walaupun akal budi tidak
memiliki ide bawaan tetapi ada kecenderungan bawaan untuk mengolah data-data yang diberikan
pancaindra sesuai dengan ketiga prinsip di atas. Kecenderungan bawaan inilah yang
memungkinkan kita untuk berpikir dan menalar, mengumpulkan ide-ide menjadi pemikiran atau
proposisi.

e.intuitif

ntuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi
bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara
teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai
hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan kebenaran (Bakker dan Zubair, 1990).
Pengalaman intuitif sering hanya dianggap sebagai sebuah halusinasi atau bahkan sebuah ilusi
belaka. Sementara itu oleh kaum beragama intuisi (hati) dipandang sebagai sumber pengetahuan
yang sangat mulia (Kartanegara, 2005). Dari riwayat hidup dan matinya Sokrates, pengetahuan
intuitif disebutnya sebagai “theoria” di mana cara untuk sampai pada pengetahuan itu adalah
refleksi terhadap diri sendiri (Huijbers, 1982).

Batasan
Pengetahuan intuitif merupakan pengetahuan yang bersifat particular. Jika kita berusaha menilai
sebuah lukisan misalnya, dengan pengetahuan intuitif kita akan menilainya dengan berusaha
memahami dengan baik lukisan tersebut sebagaimana adanya. (Sutrisno, 2005). Kebenaran
intuitif sulit dikembangkan karena validitasnya yang sangat pribadi, memiliki watak yang tidak
komunikatif, khusus untuk diri sendiri, subjektif, tidak terlukiskan, sehingga sulit untuk
mengetahui apakah seseorang memilikinya atau tidak. Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji
dengan observasi, perhitungan atau eksperimen karena kebenaran intuitif tidak berhipotesis
(Kneller, 1971). Karena pengetahuan intuitif itu bersifat aktif maka bisa kita pahami sebagai
suatu bentuk ekspresi. Dengan kata lain, intuisi adalah ekspresi sejauh ekspresi tersebut bersifat
menggubah berbagai kesan yang kita terima, melalui potensi imajinasi aktif (fantasia) ke dalam
wujud berbagai kesatuan imaji maupun keberadaan keseluruhan secara esensial yang bersifat
individual (Supangkat, 2006). Pengetahuan intuitif bersifat langsung (intuisionisme), sebab tidak
dikomunikasikan melalui media simbol dan lebih subyektif dibanding pengetahuan rasionalis
dan empiris yang lebih obyektif (Russell, 2010). Menurut Bakker dan Zubair (1990),
pengetahuan intuitif bisa dimanifestasikan menjadi empat fungsi, yaitu :

a. Kemampuan fantasi bebas : Merupakan kegiatan mental untuk menciptakan gambaran


gambaran tanpa adanya obyek real yang menyesuiakan dengannya

b. Kemampuan imajinasi estetis: Unsur-unsur yang terbentuk oleh permainan fantasi yang
disengaja membentuk kombinasi yang harmonis, dan mengungkap situasi batin penciptanya
dalam bentuk baru, dan mampu

c. Kemampuan fantasi dalam fungsi praktis: Fungsi ini dapat menjelaskan dan
menyempurnakan penalaran

.d. Kemampuan imajinasi dalam penemuan ilmiah: imajinasi ikut membentuk bangunan
intelektual ilmu pengetahuan dan filsafah

Contoh
1. Kebenaran yang timbul dalam karya seni seperti karya penulis besar Homer, Shakespeare,
Proust, yang berbicara kepada kita tentang kebenaran hati nurani manusia merupakan hasil kerja
intuisi (Kneller, 1971).

2. Tulisan-tulisan mistik, autobiografi dan karya essay merupakan refleksi dari pengetahuan
intuitif (Kneller, 1971).

3. Seseorang dapat membayangkan diri dalam bermacam-macam peranan dan situasi;


kemudian situasi tersebut dapat tiba-tiba berubah menjadi sebaliknya atau menjadi lain sekali.

4. Kita dapat menangis, terharu bila mendengar lagu atau musik yang dimainkan; cerita,
novel, puisi, dapat menggetarkan hati pembacanya.

5. Seorang dosen bisa menemukan ilustrasi bahan kuliah dengan mengimajinasikan contoh-
contoh dan perbandingan-perbandingan.

6. Kisah Archimedes saat berteriak “Eureka!!”, waktu dia menemukan jawaban atas
pertanyaan, bagaimana ia harus mengukur ukuran benda tanpa bentuk pasti, seperti tubuh
manusia. Itu terjadi justru saat ia berendam di bak mandi dan melihat air melimpah ke luar bak
mandi setara dengan ukuran tubuhnya.

7. Dalam menemukan teorinya tentang hubungan bumi dan matahari Galileo Galilei justru
berlaku dengan tidak sistematis.

9.ILMU DAN HUMANIORA

Pengetian ilmu adalah adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
eningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya

Humaniora, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Balai Pustaka: 1988), adalah ilmu-ilmu yang mempelajari tentang cara membuat
atau mengangkat manusia menjadi lebih manusiawi dan berbudaya. ... Kategori yang tergolong
dalam ilmu ini antara lain: Teologi. Filsafat.Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes
liberales yaitu studi tentang kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno,
humaniora disebut dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya
humaniora adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup
etika, logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan
fenomenologi

Humaniora merupakan studi yang memusatkan perhatiannya pada kehidupan manusia,


menekankan unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, keunikan, Humaniora berusaha mencari
makna dan nilai, sehingga bersifat normatif. Dalam bidang humaniora rasionalitas tidak hanya
dipahami sebagai pemikiran tentang suatu objek atas dasar dalil-dalil aka, tetapi juga hal-hal
yang bersifat imajinatif, sebagai contoh: Leonardo da Vinci mampu menggambar sebuah lukisan
yang mirip dengan bentuk helikopter jauh sebelum ditemukannya helikopter. Humanities sebagai
kelompok ilmu pengetahuan mencakup bahasa baik bahasa modern maupun klasik, linguistik,
kesusastraan, sejarah, kritisisme, teori dan praktek seni, dan semua aspek ilmu-ilmu sosial yang
memiliki isi humanitis dan menggunakan metode humanitis. J. Drost (2002: 2) dalam artikelnya
di KOMPAS, Humaniora, mengatakan bahwa bidang humaniora yang menjadikan manusia
(humanus) lebih manusiawi (humanior) itu, pada mulanya adalah trivium yang terdiri atas
gramatika, logika, dan retorika. Gramatika (tata bahasa) bermaksud membentuk manusia terdidik
yang menguasai sarana komunikasi secara baik. Logika bertujuan untuk membentuk manusia
terdidik agar dapat menyampaikan sesuatu sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti dan
masuk akal. Retorika bertujuan untuk membentuk manusia terdidik agar mampu merasakan
perasaan dan kebutuhan pendengar, dan mampu menyesuaikan diri dan uraian dengan perasaan
dan kebutuhan itu.

a.ilmu dan kebudayaan

Ilmu dan kebudayaan adalah satu paket yang tidak terpisahkan. Oleh karenanya, bagaimanakah
pengaruh ilmu terhadap perkembangan kebudayaan dan sebaliknya? Bagaimana kontribusi ilmu
dan kebudayaan dalam mempengaruhi kehidupan manusia.

Menurut Suriasumantri (2009) Ilmu adalah bagian dari pengetahuan dan pengetahuan adalah
penyusun kebudayaan. Kebudayaan nasional merupakan wujud aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang
diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Ilmu dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dilepaskan dan saling memberikan pengaruh satu sama lain. Di dalam pengembangan
kebudayaan nasional ilmu beerperan dalam dua hal:

a.Ilmu sebagai sumber nilai pendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional.

b.Ilmu sebagai sumber nilai pengisi pembentukan watak suatu bangsa Ilmu sebagai suatu cara
berfikir dalam pengembangkan kebudayaan memiliki manfaat yang dapat diambil dari
karakteristik ilmu itu sendiri, yakni rasional, logis, objektif, kritis, dan terbuka. Karakter-karakter
tersebut juga dapat digunakan dalam mengahadapi masalah bangsa dalam berbagai bidang. Ilmu
sebagai asas moral bersifat otonom dan terbebas dari kekuasaan di luar bidang keilmuan. Oleh
karenanya seorang ilmuan sudah selayaknya meninggikan kebenaran ilmiah dan mengabdi kepada
masyarakat secara luas, bukan hanya untuk golongan. Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya
adalah perubahan kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional ke arah situasi kebudayaan
yang lebih mencerminkan apresiasi dan tujuan nasional. Proses pengembangan kebudayaan ini
pada dasarnya adalah penafsiran kembali nilai-nilai konvensional agar nilai sesuai dengan
tuntunan zaman serta pertumbuhan nilai-nilai baru yang fungsional. Jika ilmu diterima
mendukung pengembangan kebudayaan nasional, maka bagaimanakah cara meningkatkan
peranan keilmuan dalam kehidupan kita? Untuk menjawab pertanyaan itu maka diperlukan
pokok-pokok pikiran sebagai berikut (Suriasumantri, 2009):.

1.Ilmu merupakan bagian kebudayaan, sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan
ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.

2. Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.

b.Ilmu dan bahasa

Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam
lapangan pemahaman manusia. Dan bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang
memungkinkan objek-objek ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya
transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek
itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya Sumantri, 1998).

Terkait dengan hal di atas, dikatakan sebenarnya manusia dapat berpikir tanpa menggunakan
bahasa, tetapi dengan ilmu menjadikan bahasa memudahkan dalam kemampuan belajar dan
mengingat, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Dengan ilmu, bahasa mampu
mengabstraksikan pengalamannya dan mengkomunikasikannya pada orang lain karena bahasa
merupakan sistem lambang yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran.

Sebagaimana dikemukakan oleh Kempen (tokoh psikolingustik) yang menjelaskan studi


mengenai manusia sebagai pemakai bahasa yang berhubungan dengan ilmu, yaitu mengenai
sistem-sistem bahasa yang ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat
menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri
melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan.

Ilmu dan bahasa berhubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan
berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari.
Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang
terbahasakan. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan
berkata.

Contoh dalam perilaku manusia yang tampak dalam hubungan ilmu dan bahasa adalah perilaku
manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku
yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca
sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau
ditulisnya.

Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting dalam
upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat
dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika (sarana berpikir deduktif) dan statistika
(sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir (Sarwono, 2006: 13). Upaya-upaya
penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi.
Setiap forum ilmiah pasti menggunakan bahasa sebagai sarana utama. Aktivitas-aktivitas yang
diarahkan untuk memahami, mengeksplorasi, dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak
dapat diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa sebagai sarana.

Anda mungkin juga menyukai