PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta,konsep,
sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifatabstrak ataupun riil meliputi kehidupan,
manusia dan alam semesta. Sehingga untuk fahambetul semua masalah filsafat sangatlah sulit
tanpa adanya pemetaan-pemetaan danmungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian
memperolehpengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala
sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya sajaberangkat dari hal
yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi sebagai teoripengetahuan membahas
tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisatahu dan dapat membedakan
dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa objek yangkita kaji, bagaimana wujudnya yang
hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi
1. Pengertian ontologi
Ontologi merupakan satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani.Maka dalam bahasa Yunani ontologis merupakan gabungan dari kata “ontos” yang berarti
Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba
mencari hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri
menurut lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri. Pengertian ontologi ini menjadi sangat
knowladgebase.
Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilahuntuk
menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasanuntuk sebuah knowledge
base. Dengan demikian, ontologi merupakan suatuteori tentang makna dari suatu objek, properti
dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain
pengetahuan. Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
Dalam kaitan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah
ilmu, bagaimana wujud yang hakiki dari dari objek tersebut, bagaimana hubungan antara objek
3
tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,merasa, dan mengindra) yang membuahkan
pengetahuan.
Berbeda dengan agama atau bentuk pengetahuan yang lainnya, maka ilmu membatasi diri
hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. Secara sederhana, objek kajian ilmu ada dalam
jangkauan pengalaman manusia. Objek kajian ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang
Dalam batas-batas tersebut, maka ilmu mempelajari objek-objek empiris, seperti batu-
batuan, binatang, tumbuh-tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri. Berdasarkan hal itu, maka
ilmu-ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris, di mana objek-objek yang berbeda
diluar jangkaun manusia tidak termasuk di dalam bidang penelaahan keilmuan tersebut. Untuk
mendapatkan pengetahuan ini, ilmu membuat beberapa asumsi mengenai objek-objek empiris.
Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima asumsi yang
dikemukakannya. Secara lebih terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi yang dasar, yaitu:
2) Menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
3) Menganggap bahwa tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat
kebetulan.
4
4) Tiap gejala mempunyai suatu hubungan pola-pola tertentu yang bersifat tetap
dengan urutan kejadian yang sama. Dalam pengertian ini, ilmu mempunyai sifat
deterministik.
b. Ilmu Pengetahuan
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Membahas tentang yang ada, yang universal, dan menampilkan pemikiran semesta universal.
Berupaya mencari inti yang temuat dalam setiap kenyataan, dan menjelaskan yang ada yang
meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Ada beberapa aliran dalam ontologi, beberapa
1) Idealisme
Tokoh utama dalam aliran ini ialah Plato dengan ajarannya yang terkenal yaitu;
bahwa ia telah mengatakan seuatu yang nyata atau riil itu adalah sesuatu yang berada di ruang
idea. Menurutnya idea merupakan gambaran yang jelas tentang dunia realita yang ditangkap oleh
Kaum idealisme berkayakinan, bahwa apa yang tampak dalam alam realitas
bukanlah merupakan sesuatu yang riil, tetapi lebih merupakan bayangan atas apa yang
bersemayam dalam alam pikiran manusia. Menurutnya realitas kebenaran dan kebaikan sebagai
idea telah dibawa manusia sejak ia dilahirkan, dan karenanya bersifat tetap dan abadi.
produk akal, karena akal merupakan seuatu kemampuan melihat secara tajam bentuk-bentuk
5
Pengetahuan yang dihasilka indra tidak akan pernah menjadi pengetahuan yang
hakiki atau sebenarnya tanpa pernah membiarkan akalnya untuk menyusun pengetahuan yang
Menurut aliran ini, pengetahuan adalah suatu bagian dari pemikiran manusia yang
dikategorisasikan melalui alam yang objektif yang mana itu ditangkap oleh indra manusia. Oleh
karena itu, objek pengetahuan haruslah melalui idea-idea yang seluruh koneksitasnya bersifat
sistematis.
Plato menempatkan konsep “the idea of the good” ini sebagai sesuatu yang sangat
penting dan strategis dalam mengembangkan proses pendidikan. Ajaran filsafat Plato tentang
idea memberikan keyakinan bahwa idea dapat meningkatkan kemampuan rasio manusia. Idea
memiliki hubungan langsung dengan putusan-putusan rasio yang mengarah pada pembentukan
sikap. Plato sependapat dengan gurunya Socrates yang mengatakan bahwa pengetahuan yang
Hal ini dikarenakan dunia materi hanyalah pantulan dari being yang lebih
sempurna dan dalam realitasnya selalu tidak mencerminkan seluruh dari substansi yang
sesungguhnya. Gambaran asli dari dunia idea manusia hanya dapat dipotret oleh jiwa murniya
Idealisme berkeyakinan bahwa realitas sejati adalah dunia ruhaniah, bukan yang
materi. Dengan kata lain bahwa yang hakiki adalah idea bukanlah panca indra. Apapun yang
ditangkap oleh panca indra baik itu yang dilihat, diraba, dirasa, dan dicium , itu hanyalah sebatas
itu saja. Sesuatu yang jelas dan pasti ialah apa yang berada dalam dunia idea.
6
Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, karena
posisinya tidak tetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli yang
berada dalam dua tingkatan, yaitu hipotesis dan kepastia absolut. Plato berpendapat, bahwa
pengetahuan adalah kesadaran dunia idea manusia bahwa pengetahuan yang diajukan dan
kesadarannya memiliki hubungan sistematis dengan keseluruhan ideanya tentang kebaikan yang
2) Realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang memandang bahwa suatu yang riil adalah
terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang tebangun dari dalam. Dengan
demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan ekstrim idealisme
dan empirisme. Dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme memberikan teori dengan
metode induksi empiris. Gagasan utama dari realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan
adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan pengembangan
Tradisi realisme mengakui bahwa entitas yang bersifat abstrak dapat menjadi
nyata (realitas) dengan bantuan symbol-simbol linguistik dan kesadaran manusia. Gagasan ini
sejajar dengan filsafat modern dari pendekatan pengetahuan versi Kantianism fenonomologi
7
Realisme melihat adanya hubungan dealektik antara realitas subjek yang
menyadari dan mengetahui di satu pihak namun di pihak lain ada realitas lain yang berada di luar
dirinya sebagai sesuatu yangt dijadikan objek pengetahuan. Sebuah pengetahuan baru dapat
dikatakan benar apabila ada kesesuaian dengan dunia faktual, dapat diamati, dan bersifat
substantif. Aliran ini menekankan, bahwa sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, pertama yaitu; subjek sebagai
realitas yang menyadari dan mengetaui di satu sisi, dan yang kedua yaitu; realitas yang berada di
luar diri manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan di sisi lain.
manusia dimuati oleh kategori-kategorinya, seperti substansialitas dan kausalitas tentang data
indrawi, maka realisme berkeyakinan, bahwa dunia yang kita terima bukanlah sebuah dunia yang
kita ciptakan kembali secara mental, tetapi merupakan sebuah dunia yang apa adanya.
Substansialitas, kausalitas, dan bentuk-bentuk alam adalah merupakan segi-segi dari benda-
Bagi kelompok realisme, ide atau proposisi adalah benar ketika eksistensinya
berhubungan dengan segi-segi dunia. Sebuah hipotesis tentang dunia tidak dapat dikatakan benar
semata-mata karena ia koheren dengan pengetahuan. Jika pengetahuan baru itu berhubungan
dengan yang lama, maka hal itu hanyalah lantaran “yang lama” itu memang banar, yaitu
disebabkan pengetahuan lama koresponden dengan apa yang terjadi pada kasus itu. Jadi koherasi
pengamatan, pemikiran, dan kesimpulan dari kemampuan manusia sebagai subjek dalam
8
menyerap dunia objek. Dengan demikian pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang
koresponden dengan dunia sebagaimana adanya. Dalam perjalanan waktu, ras manusia telah
ulang.
3) Pragmatisme
Pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S
Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty.
Tradisi pragmatism muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap
kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme
berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan
menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut
mashab pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan
merupakan tujuan.
berhubungan langsung dengan upaya penyelidikan dan penemuan. Pikiran manusia tidak
mengonfrontasikan dunia yang ianya terpisah dari aktivitas pendidikan dan penemuan itu.
Pengetahuan dunia dibentuk melalui pikiran subjek yang mengetahuinya. Kebenaran itu
tergantung sepenuhnya melulu pada korespondensi ide manusia dengan realitas eksternal, karena
realitas bagi manusia tergantung pada bagian dalam ide yang menjelaskannya.
Menurut pragmatisme pengetahuan itu adalah produk dari proses interaksi atau
transaksi antara manusi dengan lingkungannya. Dan kebenaran adalah suatu proferti bagi
pengetahuan itu.
9
Bagi kelompok pragmatisme suatu ide itu dapat dikatakan benar jika ia benar-
benar berfungsi dan bisa diterapkan. Dengan kata lain sebuah pengetahuan dikatakan benar
konsekuensi bernilai dan atau fungsional bagi personnya.” Sementara itu Peirce dan jhon Dewey
mengklaim bahwa suatu ide dikatakan benar hanya jika memiliki konsekuensi yang memuaskan
ketika secara objektif dan saintifik ide itu dapat dipraktikkan secara memuaskan. Jadi, kaum
pragmatisme memandang kebenaran suatu ide tergantung pada konsekuensi yang muncul ketika
Jhon Dewey menyebutkan, bahwa pikiran bukanlah suatu yang ultimate, absolut,
tetapi merupakan suatu bentuk proses alamiah dimana ia muncul sebagai hasil dari hubungan
aktif antara organisme yang hidup dengan lingkungannya. Pikiran manusia selalu berawal dari
pengalaman dan untuk kembali ke pengalaman. Ada hubungan interdependensi antara pikiran
pengetahuan jika tidak membawa perubahan bagi kehidupan manusia. Jadi, nilai pengetahuan
dilihat dari kadar instrumentalisnya yang akan membawa pada akibat-akibat yang telah atau
ideal untuk mendapatkan pengetahuan. Kita menangkap sesuatu yang terbaik menurut kaum
10
2. Aliran ontologi
aliran-aliran pemikiran, seperti yang dipaparkan oleh Junaedi, M (2017) sebagai berikut:
a. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah
satu saja, tidak mungkin dua. Paham ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Materialisme, aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi,
bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak Filsafat yaitu Thales
2) Idealisme, aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam
itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang
tidak berbentuk dan menempati ruang. Aliran ini dipelopori oleh Plato (428 -348
SM), Aristoteles (384-322 SM), George Barkeley (1685-1753 M), Immanuel Kant
11 (1724-1804 M), Fichte (1762-1814 M), Hegel (1770-1831 M), dan Schelling
(1775-1854 M).
b. Dualisme
Memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan
idealisme. Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak
filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan
dunia ruang (kebendaan). Tokoh yang lain: Benedictus De spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried
11
c. Pluralisme
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan
bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang
d. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin
tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias (483-360
SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang
eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita
ketahui ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh modern aliran ini
diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia dan Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), ia
e. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik
hakikat materi maupun ruhani. Kata Agnoticisme berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang
berarti unknown A artinya not Gno artinya know. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat
dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme dan Martin Heidegger (1889-1976 M)
seorang filosof Jerman, serta Jean Paul Sartre (1905-1980 M), seorang filosof dan sastrawan
12
3. Ruang lingkup ontologi
Pada prinsipnya ada itu ada dua, ada yang menciptakan da nada yang diciptakan,
ada yang menyebabkan da nada yang diakibatkan. Ada yang menciptakan tidak
sepenuhnya tepat untuk disebut sebagai sebab yang ada, karena hukum sebab
akibat berlainan dengan hokum yang menciptakan dan yang diciptakan. Hukum
dan ciptaan didalamnya selalu terkandung dimensi ideal, yang bersifat spiritual.
spesifik dan prosedur ontology yang pertama digunakan untuk membedakan apa
Dalam setiap yang ada, baik yang nyata maupun tidak nyata selalu ada dua sisi
didalamnya, yaitu sisi esensi dan sisi eksistensi. Bagi yang ghaib, sisi yang nampak
adalah eksistensi, sedangkan bagi yang ada yang konkret, sisi yang nanolak bias
hubungan yang bersifat konkret, baik vertikal maupun horizontal dan bersifat
aktual dan eksistensi juga berorientasi pada masa kini dan masa depan, sedangkan
13
B. Perkembangan konsep ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada awalnya bukan satu phrasa, melainkan dua kata yang saling
memiliki arti yang kemudian berkembang seiring zaman menjadi suatu ilmu pengetahuan.
Berikut perkembangan ilmu dari zaman ke zaman, menurut pemaparan Syafrizal Helmi (2008):
1. Zaman Yunani
peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris (pola pikir
masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa
bumi dan pelangi). Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang
tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara
kausalitas.
Periode setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat Yunani; karena
pada zaman ini kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat
tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid
Socrates. Menurutnya, kebenaran umum itu ada bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam
idea.
Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia
dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika
14
Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme. Pada dasarnya silogisme
Aristoteles dianggap bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar-dasar dan metode
Pada zaman modern paham-paham yang muncul dalam garis besarnya adalah
rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat
terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Paham idealisme mengajarkan bahwa
hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide Plato yang memberikan jalan untuk
mempelajari paham idealisme zaman modern. Paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan
yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya
tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma, bersamaan
keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci. Penemuan
percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Columbus
memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di
Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa
15
itu, seni musik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti
Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik
Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan
melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power 18
(Pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini,
yaitu: mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern, kompas memungkinkan manusia
besar Newton. Teori Gravitasi Newton dimulai ketika muncul persangkaan penyebab planet
tidak mengikuti pergerakan lintas lurus, apakah matahari yang menarik bumi atau antara bumi
sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa planet harus mengikuti lintasan elips.
Sebenarnya, pengaruhnya ada, tetapi tidak dapat dilihat dengan mata dan pengaruh itu adalah
Gravitasi, yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda yang saling berdekatan.
Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi,
ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad ke-9 lahir semisal farmakologi, geofisika,
geormopologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Abad ke-20 mengenal ilmu teori informasi,
logika matematika, mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oceanografi,
16
C. Objek ilmu-pengetahuan
Obyek penelaahan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca
indera manusia. Berdasarkan obyek yang ditelaahnya, maka ilmu dapat disebut sebagai suatu
pengetahuan empiris. Inilah yang merupakan salah satu ciri ilmu yakni orientasi terhadap dunia
empiris.
Soetriono & Hanafie (2007) dalam Adib, M (2010) menyatakan bahwa Ontologi
merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek
penelaahan (objek ontologis atau objek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang
hakikat realita (metafisika) dari objek ontologi atau objek formal tersebut dan dapat merupakan
landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek. Obyek dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Obyek Material
Yang disebut obyek material adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran
atau penelitian ilmu. Sedangkan menurut Surajiyo (2006), obyek material dimaknai dengan suatu
bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Obyek material juga
berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Obyek material
mencakup apa saja, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang materil maupun yang non-
materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsepkonsep dan sebagainya.
Misal: objek material dari sosiologi adalah manusia. Contoh lainnya, lapangan dalam logika
17
adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Maka, berpikir
Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter). Pokok
a) Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan
persoalan yang sama, namun juga dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat
dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis.
2. Obyek Formal
segi-segi yang dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang. Obyek formal
diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek material itu disorot. Obyek
formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama
18
membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar
lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, “tujuan
Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau dari
sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia,
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan realiti yang berbentuk jasmani atau kongkret, maupun rohani atau
Universal.
4. Ruang lingkup ilmu pengetahuan meliputi pada yang ada, yang nyata, dan
20
Daftar Pustaka
Abdul khobir. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: Gama Media Offset.
Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu: Ontologi, Efistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Al-Hanai, Ali ibn Hasan. (1986). Al-Munjid fī al-Lūghah wa al-A’lām. Beirut: Dār al-
Masyriq.
Junaedi, Mahfud. (2017). Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Ilmu. Depok: PT Kharisma
Putra Utama.
21