Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dewasa ini tidak terlepas


dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu
sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu.
Tahap-tahap itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai priodesasi sejarah
perkembangan ilmu yaitu dimulai sejak dari jaman klasik, jaman pertengahan,
jaman modern dan jaman kontem]porer.

Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa ibarat mata rantai yang
tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan suatu masa menjadi
unsur penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Satu hal
yang sudah dimaklumi pada perkembangan kehidupan manusia modern adalah
bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia modern telah disentuh oleh berbagai
efek perkembangan ilmu dan teknologi, sektor ekonomi, politik, pertahanan dan
keamanan, sosial dan budaya, komunikasi dan transportasi, pendidikan, seni,
kesehatan, dan lain-lain, semuanya membututuhkan dan mendapat sentuhan
teknologi.

Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan
untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang
lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman
membawa kita kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi
seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan karena ia menentukan
pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga
untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-
pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang
lingkup filsafat.

1
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai
yang membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga cabang tersebut
sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan
pembahansannya.

Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,


hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.
Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat
pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain.
Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang
hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori
nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi,
tujuan dan perkembangannya.

2
II. PEMBAHASAN

1. Ontologi
Kata ontologi sendiri berakar dari bahasa Yunani. Onto berarti ada
dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, ontologi dimaknai sebagai ilmu
yang membahas tentang keberadaan. Atau dengan kata lain, ontologi berarti
cara untuk memahami hakikat dari jenis ilmu.
Ontologi sendiri merupakan cabang ilmu filsafat mengenai sifat (wujud)
atau fenomena yang ingin diketahui manusia. Dalam ilmu sosial ontologi
berkaitan dengan sifat pada interaksi sosial atau komunikasi sosial. Ontology
merupakan mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita
tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi
kemanusiaan (Stephen Litle John).

1.1. Dasar Ontologi Ilmu


Dasar ontologi ilmu sebenarnya ingin berbicara pada sebuah
pertanyaan dasar, yaitu “apakah yang ingin diketahui ilmu?” atau bisa
dirumuskan secara eksplisit menjadi “apakah yang menjadi bidang telaah
ilmu?” Berbeda dengan agama atau bentuk pengetahuan yang lainnya,
maka ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris.
Secara sederhana obyek kajian ilmu ada dalam jangkauan pengalaman
manusia. Obyek kajian ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dapat diuji oleh panca indera manusia. Untuk mendapatkan pengetahuan
ini, ilmu membuat beberapa asumsi mengenai obyek-obyek empiris.
Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima
asumsi yang dikemukakannya. Secara lebih terperinci ilmu mempunyai
tiga asumsi dasar. Asumsi pertama, menganggap obyek-obyek tertentu
mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk,
struktur, sifat, dan sebagainya. Asumsi kedua, ilmu menganggap bahwa
suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek
dalam suatu keadaan tertentu. Asumsi ketiga, ilmu menganggap bahwa

3
setiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
Setiap gejala mempunyai suatu hubungan pola-pola
tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama.

Di dalam berbagai pemahaman ontologi terdapat beberapa


pandangan pokok pemikiran, di antaranya:
a. Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari
kenyataan adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat
saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi maupun rohani.
Paham ini terbagi menjadi dua aliran:
1) Materialisme, aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu
adalah materi, bukan rohani. Aliran ini beranggapan bahwa zat
mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta hanyalah
materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu
kenyataan yang berdiri sendiri.

2) Idealisme, sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan


spriritualisme. Idealisme berasal dari kata ”Ideal,” yaitu suatu
yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh
(sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak
terbentuk dan menempati ruang.

b. Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam
hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan ruhani,
benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari benda,
melainkan sama-sama hakikat.

c. Pluralisme, paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk


merupakan kenyataan. Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan
mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata, yaitu
tanah, air, api, dan udara.

4
d. Nihilisme, berasal dari bahasa Yunani yang berarti nothing atau tidak
ada. Istilah Nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev. Doktrin
tentang Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno,
yaitu pada pandangan Grogias (483-360 SM) yang memberikan tiga
proporsi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis.
Realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak
dapat diketahui. Ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat
dipercaya. Penginderaan itu sumber ilusi. Ketiga, sekalipun realitas itu
dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang
lain.
e. Agnotitisme, paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk
mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat
ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal.

Akal merupakan salah satu anugrah dari Allah SWT yang paling
istimewa bagi manusia. Sifat akal adalah selalu ingin tahu terhadap segala
sesuatu, termasuk dirinya sendiri. Pengetahuan yang dimiliki manusia
bukan dibawa sejak lahir, tapi lewat sebuah proses berpikir dan
mendapatkan pengalaman.

5
2. Epistemologi
Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang
asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi sendiri
dinamakan sebagai teori pengetahuan. Kata epistemologi berakar dari bahasa
Yunani.  Kata ini terdiri dari dua gabungan kata yaitu episteme yang artinya
cara dan logos yang artinya ilmu. Jika diartikan secara keseluruhan,
epistemologi adalah  ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan membangun
ilmunya.
Persoalan-persoalan yang dibahas dalam epistemologi antara lain tentang
apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengetahuan, bagaimana cara manusia
mengetahui sesuatu, darimana pengetahuan dapat diperoleh. Selain itu dibahas
juga  apa perbedaan antara kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta,
kenyataan, kesalahan, bayangan, gagasan, kebenaran, kebolehjadian dan
kepastian. Proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu
beserta prosedurnya juga menjadi pembicaraan penting.
Epistemologi mencakup tentang kemampuan untuk berpikir secara
rasional kepada pengetahuan ilmiah dan konsisten dengan pengetahuan yang
telah dikurnpulkan sebelumnya. Ranah ini menuntut kita untuk berpikir secara
sistematik dan kumulatif. Pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap
dengan menyertakan argumen-argumen yang logis. Ilmu ini berusaha
menjelaskan objek yang berada dalam fokus penelaahan secara konsisten dan
koheren dan rasional.
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya
mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia sangat memahami dan
menyadari bahwa:
a. Hakikat itu ada dan nyata;
b. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;
c. Hakikat itu bisa dicapai, diketahui, dan dipahami; dan
d. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat atas hakikat
itu. Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan
yang dihadapinya, dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak
tertutup bagi manusia.

6
2.1. Metode Epistomologi
Adapun metode dalam epistemologi itu antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Metode Induktif adalah suatu metode yang menyimpulkan
pernyataan-pernyataan hasil observasi dalam suatu pernyataan yang
lebih umum misalnya dalam melihat sesuatu bertolak dari pernyataan
tunggal sampai pada yang universal.
b. Metode Deduktif adalah metode yang menyimpulkan bahwa data-
data empiris diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtut.
c. Metode Positivisme. Metode ini berpangkal dari apa yang diketahui,
faktual, dan positif. Ia mengenyampingkan segala uraian dan
persoalan di luar dari pada fakta. Oleh karenanya ia menolak
metafisika. Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang
tampak dan segala gejala.
.
2.2. . Aliran Epistemologi
a. Empirisme
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan
dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah.
Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat
terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran
empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam
membangun dan memperoleh ilmu.
b. Realisme
Dalam pemikiran filsafat, realisme berpandangan bahwa kenyataan
tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang
terbangun dari dalam. Dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme
memberikan teori dengan metode induksi empiris. Gagasan utama dari
realismedalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa
pengetahuan didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan
pengembangan pemikiran baru dari observasi yang dilakukan.

7
c. Idealisme
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan
bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara
terpisah dari kesadaran manusia.
d. Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial
yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris
sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian.
e. Pragmatisme
Tradisi pragmatisme muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis
yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang
abstrak, sistematis, dan refleksi dari realitas. Pragmatisme
berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu
pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas
manusia sebagai sumber pengetahuan.

8
3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini terdiri dari dua gabungan
kata yaitu axios dan logos.  Axios berarti nilai, sedangkan logos bermakna
ilmu atau teori. Jika diartikan keseluruhan maka artinya adalah “teori tentang
nilai”. Aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang didapatkan. Ilmu ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika.
Kedua, esthetic expression, atau ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political
life, atau kehidupan sosial politik. Dari bahasan ketiga inilah lahir filsafat
sosio-politik.  Aksiologi merubakan cabang filsafat yang berkaitan dengan
etika, estetika, dan agama. Aksiologis merupakan bidang kajian filosofis yang
membahas value (Litle John).
Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah- kaidah nilai. Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai.

1) Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai


Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata
melahirkan sebuah polemik baru karena kebebasan pengetahuan
terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas pengetahuan
(value free)

2) Jenis-Jenis Nilai
Berikut adalah jenis-jenis nilai yang dikategorikan pada
perubahannya: Baik dan Buruk, Sarana dan Tujuan, Penampakan dan
Real, Subyektif dan Obyektif, Murni dan Campuran, Aktual dan
Potensial.

9
3) Hakikat Nilai
Berikut adalah beberapa contoh dari hakikat nilai dilihat dari
anggapan atau pendapatnya:
a. Nilai berasal dari kehendak (Voluntarisme);
b. Nilai berasal dari kesenangan (Hedonisme);
c. Nilai berasal dari kepentingan;
d. Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (preference);
e. Nilai berasal dari kehendak rasio murni.

4) Kriteria Nilai
Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek psikologis dan logis
a. Kaum hedonis menemukan standar nilai dalam kuantitas
kesenangan yang dijabarkan oleh individu atau masyarakat;
b. Kaum idealis mengakui sistem obyektif norma rasional sebagai
kriteria; dan
c. Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolok
ukur.

5) Status Metafisik Nilai


a. Subyektivisme adalah nilai semata-mata tergantung
pengalaman manusia;
b. Obyektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau
subsistensi, bebas dari keberadaannya yang dikenal; dan
c. Obyektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang
ideal bersifat integral, obyektif, dan komponen aktif dari
kenyataan metafisik (misalnya, teisme).

6) Karakteristik Nilai
a. Bersifat abstrak; merupakan kualitas inheren pada obyek;
b. Polaritas, yaitu baik/buruk, indah/jelek, benar/salah; dan
c. Bersifat hirarkis; nilai kesenangan, nilai vital, nilai kerohanian,
nilai kekudusan.

10
4. Hubungan Antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Dalam Filsafat
Ilmu
Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya merupakan serangkaian gerak
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan [knowledge]. Manusia dalam berpikir mempergunakan lambang
yang merupakan abstraksi dari obyek. Lambang-lambang yang dimaksud
adalah “Bahasa” dan “Matematika”. Meskipun nampak banyaknya serta aneka
ragamnya buah pemikiran itu namun pada hakikatnya upaya manusia untuk
memperoleh pengetahuan didasarkan pada tiga landasan pokok yakni:
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.

4.1. Hubungan antara ontologi dengan pendidikan


Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Disini
bermakna bahwa adanya pendidikan bermaksud untuk mencapai tujuan,
maka dengan ini tujuan menjadi hal penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat
membawa anak menuju kepada kedewasaan, dewasa baik dari segi
jasmani maupun rohani. (Jalaluddin Abdullah Idi, 1997:104-105)
Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu
pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta
mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa
yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi
pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi
hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang
terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang
dasarnya dunia ilmu.
Tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas
dan kewajibannya di dalam kehidupan, pendidikan secara khusus
difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi kodrat
(bawaan) yang ada dalam diri manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami
bahwa ontologi pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya

11
dengan asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa
manusia, pendidikan tak pernah ada.
4.2. Hubungan antara epistemologi dengan pendidikan
Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai
pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas
tentang terjadinya pengetahuan,sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan,metode atau caraa memperoleh pengetahuan, validitas dan
kebenaran pengetahuan. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta atau
kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagai mana fakta itu benar
yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya.
Jadi hubungan epistemologi dengan pendidikan adalah untuk
mengembangkan ilmu secara produktif dan bertanggung jawab serta
memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang
diajarkan dalam proses pendidikan.
4.3. Hubungan antara aksiologi dengan pendidikan
Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari
ilmu pengetahuan,menyelidiki hakikat nilai,serta berisi mengenai etika
dan estetika.Penerapan aksiologi dalam pendidikan misalnya saja adalah
dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang
mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu,selain itu
adalah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau
keindahan dari sebuah karya manusia.  Dasar Aksiologis Pendidikan
adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang
otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-
baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara
beradab.

12
III. KESIMPULAN

Filsafat ilmu merupakan kajian yang dilakukan secara mendalam


mengenai dasar-dasar ilmu. Filsafat dalam aplikasinya memiliki banyak
cabang yakni epistimologi, ontologi, dan aksiologi. Pola hidup manusia
dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah
kemajuan dan perkembangan ilmu. Istilah ilmu sudah sangat populer,
tetapi seringkali banyak orang memberikan gambaran yang tidak tepat
mengenai hakikat ilmu. Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya
merupakan serangkaian gerak pemikiran tertentu yang akhirnya sampai
pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.Karakter dasar, prinsip
dan struktur ilmu pengetahuan dibangun oleh para pendiri sains modern,
dimana pada saat itu para pendiri sains modern menyadari bahwa hidup
manusia memiliki tujuan yaitu membangun peradaban ummat manusia dan
untuk mencapai tujuannya itu manusia membutuhkan alat. Dan alat itu
adalah ilmu pengetahuan.

13
IV. DAFTAR PUSTAKA

https://pakarkomunikasi.com/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi

http://philosopherscommunity.blogspot.com/2012/05/filsafat-ontologi-
epistemologi-dan.html

http://grupsyariah.blogspot.com/2012/06/hubungan-filsafat-pendidikan-
dengan.html#ixzz63YvrTNWb

14

Anda mungkin juga menyukai