Anda di halaman 1dari 20

ONTOLOGI

Fajar Yumanhadi Aripin, M.Pd


Definisi
Ontologi
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat
metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika
umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Namun pada
kenyataannya, ontologi hanya merupakan bagian pertama metafisika, yakni
teori mengenai yang ada, yang berada secara terbatas sebagaimana adanya
dan apa yang secara hakiki dan secara langsung termasuk ada tersebut.
Secara etimologis, istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang
terdiri dari dua kata: ontos yang berarti ada atau keberadaaan
dan logos yang berarti studi atau ilmu. Sedangkan menurut istilah, ontologi
adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak
Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari
suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang
mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan
filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada
Objek
Ontologi
1. Objek Materi
Secara ontologis, artinya metafisis umum, objek
materi yang dipelajari dalam plural ilmu pengetahuan,
bersifat monistik pada tingkat yang paling abstrak. Seluruh
objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, seperti manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan dan zat kebendaan berada
pada tingkat abstrak tertinggi, yaitu dalam kesatuan dan
kesamaannya sebagai makhluk. Kenyataan itu mendasari
dan menentukan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan.
Dengan kata lain, prulalitas ilmu pengetahuan berhakikat
satu, yaitu dalam kesatuan objek materinya.

2.Objek Forma
Objek ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu,
ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal,
ada mutlak, termasuk metafisika dan ada sesudah kematian
maupun segala sumber yang ada yaitu tuhan yang maha
esa. Objek forma ontologi adalah hakikat seluruh realitas.
Bagi pendekatan realitas tampil dalam kuantitas atau
jumlah, akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil
menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme.
Aliran-aliran
ontologi
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak
mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi ataupun
berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Istilah monisme
oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terebagi ke dalam dua
aliran:
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini
sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-
satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu
kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa dan ruh merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran
dengan dengan salah satu cara tertentu
b. Idealisme
Aliran idealisme dinamakan juga spiritualisme. Idealisme bderarti serba cita sedang
spiritualisme berarti serba ruh. Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari
ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi
atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani.
2. Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu
materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan
hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi
dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan
menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi dapat kita ambil misalnya tentang jika
jiwa sedang sehat, maka badan pun akan sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang
penuh dengan duka dan kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah
orang tersebut.
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme
bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
Pluralisme dalam Dictonary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan
bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran
ini pada masa Yunani Kuno adalah anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi
yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran
ini adalah William James (1842-1910 M). Kelahiran New York dan terkenal sebagai seorang psikolog
dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth James mengemukakan, tiada kebenaran
yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang
mengenal
4. Aliran Nihil isme dalam Filsafat
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang
tidak mengaku ivaliditas alternatif yang positif. Istilah nihil isme diperkenalkan olehIvan Turgeniev
pada tahun1862 di Rusia. Doktrin tentang nihil isme sebenarnya sudah ada semenjak zamanYunani
Kuno,yaitu pada pandangan Gorgias (485-36SM) yang memberikan tiga proposes itentang realitas.
Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.
Ketiga,sekalipun realitas itu dapat kita ketahui,ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka
untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia tidak lagi diarah kan pada suatu dunia di
belakang atau di atas dunia di mana ia hidup.
5. Aliran Agnostisis medalam Filsafat
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat
materi maupun hakikat rohani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti
unknown. Artinya not, gno artinya know.Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan
dapat kita kenal
5. Aliran Agnostisis medalam Filsafat
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat
materi maupun hakikat rohani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti
unknown. Artinya not, gno artinya know.Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan
dapat kita kenal
Metode
Ontologi
Pertanyaan tentang’mengada’ ini muncul dari pemahaman tentang kenyataan kongkret.
Dengan demikian ontologi menanyakan sesuatu yang tidak serba terkenal. Andaikan sama
sekali tidak terkenal, mustahillah pernah akan dapat ditanyakan. Maka telah ada semacam
vorwissen (pra pengetahuhan) ; sudah ada suatu pemahaman, namun yang belum tahu pula.
Pemahamam itu senada dengan keinsafan manusia akan dirinya sendiri sebelum melaksanakan
antropologi metafisik; -bahkan merupakan lanjutan sebelum melaksanakan antropologi
metafisik;- filsafat lalu menjurus ke suatu refleksi terakhir, yang ingin mengeksplitasikan dan
mentematisasikan vorwissen tersebut. tetapi, walaupun terbuka untuk perkembangan
selanjutnya, vorwissen itu jugatelah menentukan cakrawala prisipal, ataupun telah memasang
suatu apriori mutlak. Segala perkembangan pengertian telah termuat dalam batas-batas
prapemahaman itu, dan tidak pernah akan dapat melampuinya. Yang ada di luarnya tidakakan
dan tidak dapat dipertanyakan, karena tidak dipandang sebagai’mengada’
Dengan demikan ontologi bergerak di anatara dua kutub,yaitu anatara pengalaman akan
kenyataan konkret dan prapengertian ‘mengada’ yang paling umum
Aspek-aspek
Ontologi Ilmu
Pengethauna
1. Metodis
Menggunakan cara ilmiah, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan
menggunakan metode tertentu, tidak serampangan.
2. Sistematis
Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan. berarti dalam usaha
menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan
langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
terpadu.
3. Koheren
Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan. berarti
setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan
berkesesuaian (konsisten).
4 Rasional
Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
5. Komprehensif
Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional
– atau secara keseluruhan (holistik)
6. Radikal
Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
7.Universal
Manfaat
Mempelajari
Ontologi
1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan
sistem pemikiran yang ada.
2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan
eksistensi.
3. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah
keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika
DAFTAR PUSTAKA
 
 
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 53
 
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan, 1990), h. 105
 
 Mujammil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: dari metode rasional hingga
metode kritik, ( Jakarta: Erlangga 2005), h. 7
 
Constructivism: Theory, Perspectives, and Practice. NewYork: Teachers College.
 
Cognition , DC: American Psychological Association. Washintong
 
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

Vygotsky, L.S. 1978. Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press


THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai