Anda di halaman 1dari 17

Dimensi

Ontologis
Kelompok V
1. Shopia Salsabila
2. Putri Ramadhani

Ilmu
3. Muliati
4. Faizal
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu ialah studi mengenai seluruh gejala
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan di
jabarkan dalam konteks merespon sebuah pemikiran atau Aristoteles

teorema yang diterima dengan cara berpikir kritis.


Sedangkan ilmu merupakan ikhtiar untuk menemukan
dan meningkatkan pemahaman pengetahuan manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu(pengetahuan)
yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika.
B. Landasan Filosofi Ilmu
Objek kajian ilmu telah menyentuh kehidupan manusia secara
meruah. Dengan kepaduan dan koherensi terhadap kehidupan
manusia. Setiap ilmu memiliki dasar atau landasan filosofi yang
terdiri dari landasan Ontologis, landasan Epistemologis, dan
landasan Aksiologis. Landasan ini sekaligus menggambarkan
dimensi-dimensi dari ilmu yaitu :

Dimensi Dimensi Dimensi


Ontologis Epistomologis Aksiologis
C.Dimensi Ontologis Ilmu
Ontologi, atau juga sering diistilahkan dengan Metafisika, merupakan
salah satu cabang Filsafat yang mempelajari tentang hakikat kenyataan.
Ontologi adalah suatu bentuk Metafisika umum, yang berbeda dengan
cabang-cabang Metafisika khusus lainnya (Teologi Metafisik; Kosmologi
Metafisik; dan Antropologi Metafisik). Dimensi adalah sudut pandang
atau pemahaman kita terhadap sesuatu. Dalam pembahasan tentang
ilmu (pengetahuan ilmiah), sebagai salah satu bentuk pengetahuan
manusia, Ontologi, sebagaimana halnya Epistemologi dan Aksiologi,
menempati unsur dasar setiap ilmu.
Lanjutan
Pembahasan tentang dimensi ontologis ilmu meliputi persoalan
tentang:
Hakikat Ilmu

Objek kajian ilmu

Karakteristik ilmu

Keilmuan yang berkaitan ontologis


D. Metafisika Umum
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.
Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas persoalan tentang
keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Istilah metafisika
berasal dari kata Yunani meta ta physika yang dapat diartikan sebagai
sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik.
Metafisika dapat didefinisikan sebgai studi atau pemikiran tentang
sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau
keberadaan.Pada umumnya persoalan-persoalan metafisis dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu ontology (metafisika
umum), kosmologi, Dan tropologi. Persoalan ontologi misalnya: apa
yang diamksud dengan, keberadaan atau eksistensi itu?
bagaimanakah penggolongan keberadaan atau eksistensi?
E. Paham-Paham dalam Ontologi
Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukakan pandangan-
pandangan pokok/aliran-aliran pemikiran antara lain: Monoisme,
Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, dan Agnotisisme.
1. Monoisme, Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal
daari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak
mungkin dua, baik asal yang berupa materi ataupun rohani.
Paham ini kemudian terbagi kedalam 2 aliran, yaitu :
Lanjutan
a. Materialisme, aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang
asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh
bapak filsafat ilmu yaitu Thales (624-548 SM). Dia berpendapat bahwa
sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini
sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta.
Thales
b. Idealisme, diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Idealisme lawan materialisme, dinamakan juga spirutualisme. Idealisme
berarti serba cita, spiritualisme berarti serba ruh. Aliran idealisme
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beranekaragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang
tidak berbentuk dan menempati ruang. Menurut Plato (428-348 SM)
tiap-tiap yang ada dialam mesti ada ideya, yaitu konsep universal dari Plato
setiap sesuatu.
Lanjutan
2. Dualisme, Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua
macam hakikat sebagai asal sumbernya yaitu hakikat materidan
hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Dualisme
bertentangan dengan berbagai jenis monoisme. Tokoh paham ini
adalah Descrates (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak
Descrates filsafat modern. Ia menanamkan keduaa hakikat itu dengan
istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan).
3. Pluralisme, Paham ini berpandangan bahwa segenap macam
bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari
keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu
semuanya nyata. Pluralisme ini berarti jamak atau banyak jadi
aliran ini tidak mengukur satu atau dua substansi saja tetapi
banyak. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah
Anaxagoras
anaxagoras dan empedocles yang menyatakan bahwa substansi
yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah,
air, api, dan udara.
Lanjutan 4. Nihilisme, berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak
ada. Nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di
Rusia. Doktrin tentang nihil isme sebenarnya sudah ada semenjak
zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-36SM) yang
memberikan tiga proposesi tentang realitas. Pertama, tidak ada
sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat
diketahui. Ketiga,sekalipun realitas itu dapat kita ketahui,ia tidak akan
Ivan Turginiev dapat kita beritahukan kepada orang lain.
5. Agnositisme, Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk
mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat rohani.
Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown.
Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan
mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri
Soren Kierkegaard
sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat
eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaard (1813-1855 M).
Lanjutan Soren Kierkegaard menyatakan bahwa manusia
itu tidak pernah hidup sebagai suatu umum,
tetapi sebagai aku individual yang sama sekali
unik dan tidak dapat dijabarkan kedalam
sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat
Martin Heidegger (1889-1976 M), yang
Martin Heidegger
mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu
ialah manusia, karena hanya manusialah yang
dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya
adalah, Jean Paul Sartre (1 905-1980 M), yang
mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal.
F. Objek Kajian Ilmu dalam Ontologi
Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? dari
manakah ilmu mulai? dan di mana ilmu berhenti? merupakan
pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus dijawab untuk
menentukan objek kajian ilmu. Ilmu mempelajari alam sebagaimana
adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman manusia. Sebagaimana
diketahui, objek setiap ilmu dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
objek material dan objek formal. Objek material adalah fenomena-
fenomena di dunia ini yang ditelaah ilmu. Sedangkan objek formal
adalah pusat perhatian ilmuwan dalam penelaahan objek material
tersebut. Atau dengan kata lain, objek formal merupakan kajian
terhadap objek material atas dasar tinjauan atau sudut pandang
tertentu.
Lanjutan
Susanto, A. (2001: 92) (Dalam Rusdiana A., 2018: 33), menjelaskan
mengenai objek materialdan objek formal dalam ontologi:
Objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada individu,
ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada
universal,ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika
dan adasesudah kematian maupun sumber segala yang ada;

Objek formal ontologi adalaah hakikat seluruh


realitaas, bagi pendekatan kualitatif, realitas terampil
dalam dalam kualitas atau jumlah telaahnya menjadi
telaah monism, paralerisme atau pluralism.
G. Fungsi dan Manfaat Mempelajari Kajian Ontologis Ilmu
Adapun, fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat
ilmu antara lain:
a. Berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan, konsep-
konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu. Di antara asumsi
dasar keilmuan antara lain:
• Martin
DuniaHeidegger
ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar
ada;
• Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan panca indera;
• Fenomena yang terdapat di di dunia ini berhubungan satu dengan
lainnya secara kausal.
Lanjutan

b. Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang


integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji
hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada akhirnya
diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek telaahannya,
namun pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah berhenti pada
simpulan-simpulan yang parsial dan terpisah-pisah.

c. Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi


permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu
khusus.
H. Ontologi dalam Struktur Ilmu, Posisi, dan Peran Penting
Ontologi
Ontologi merupakan studi atau pengkajian mengenai sifat dasar ilmu yang
menentukan arti, struktur, dan prinsip ilmu. Ontologi menempati posisi yang
penting karena ontologi menempati posisi landasan yang terdasar dari segitiga
ilmu dan teletak “undang-undang dasarnya” dunia ilmu.

Teknik
Teknologi
Science
Epistomologi
Aksiologi
Ontologi

Anda mungkin juga menyukai