Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN PRESENTASI

PSIKOLOGI FILSAFAT ILMU DAN MANUSIA

Angkatan 15 :

Arief Rachmanto
Ega Tasha Perwira
Elven Martini

FAKULTAS PSIKOLOGI
Universitas Gunadarma
Jakarta
2010
PRESENTASI KE – 4 Elven Martini
TEORI ONTOLOGI DAN PENGERTIAN
AKSIOLOGI

Ontologi
 Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636 M, menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis.
Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi
metafisika menjadi 2(dua) yaitu metafisika umum dan metafisika
khusus.Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari
Ontologi.

 Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang ilmu


filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling
dalam dari segala sesuatu yang ada, sedangkan metafisika khusus
dibagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi

Dari beberapa pengetahuan dapat disimpulkan bahwa pengertian


ontologi :

1. Menurut Bahasa
Berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos = ada dan Logos =
ilmu, Jadi Ontologi adalah Ilmu tentang yang ada

2. Menurut Istilah
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada, yang merupakan ultimate reality baik berbentuk jasmani/konkret
maupun rohani/abstrak

Pandangan Pokok Pemikiran dalam Pemahaman


Ontologi :
1. Monoisme

Paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh


kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.
Paham ini kemudian terbagi dalam 2(dua) aliran, yaitu :

a. Materialisme

Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu


adalah materi bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh
Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat
bahwa unsur asal adalah air karena pentingnya bagi
kehidupan.

b. Idealisme

Idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang


hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh
(sukma) atau sejenis lainnya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk
dan menempati ruang.

Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran


Plato(428-348 SM), menurutnya tiap-tiap yang ada di alam
mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu

2. Dualisme

Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua


macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi
dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Tokoh
paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap
sebagai bapak Filsafat Modern.Ia menamakan kedua hakikat itu
dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang
(kebendaan). Dalam bukunya ia menuangkan metode yang
terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan
Descartes/Descartesian Doubt)

3. Pluralisme

Berpandangan bahwa segenap macam bentu merupakan


kenyataan. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-
1910M) yang terkenal sebagai seoran Psikolog dan Filosof
Amerika

4. Nihilisme

Berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak


ada. Sebuah doktri yang tidak mengakui validitas alternatif yang
positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam
novelnya Fathers and Children yang ditulis pada tahun 1862 di
Rusia

5. Agnostitisme

Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk


mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat
ruhani. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya
sesuatu kenyataan mutlak yang bersifat transcendent.Aliran ini
dapat ditemui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokoh
seperti : Soren Kierkegaard (1813-1855 M), Heidegger, Sartre
dan Jaspers

AKSIOLOGI

Beberapa definisi tentang aksiologi, antara lain :

1. Aksiologi berasal dari perkataan axios

(Yunani) yang berarti nilai dan logos berarti teori. Jadi aksiologi adalah
“teori tentang nilai”.

2. Jujun S Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar


Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh

3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam 3(tiga) bagian, yaitu :

1) Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini


melahirkan

dispilin khusus,yakni etika.


2) Esthetic Expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini
melahirkan keindahan

3) Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan


melahirkan filsafat sosio politik

4. Dalam Encyclopedia of Philosophy,aksiologi disamakan


dengan Value and Valuation.

Ada 3(tiga) bentuk Value and Valuation, yaitu :

a. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak

Contoh dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik,


menarik dan bagus, sedangkan dalam pengertian yang
lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk
kewajiban, kebenaran dan kesucian

b. Nilai sebagai kata benda konkret.

Contoh seperti apabila kita berkata sebuah nilai atau


nilai-nilai seringkali dipakai untuk merujuk kepada
sesuatu yang bernilai.

c. Nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi


menilai, memberi nilai dan dinilai.

Dari definisi mengenai aksiologi yang telah disebutkan,


terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai.
PRESENTASI KE – 5 . Ega Tasha Perwira

Kesadaran Etis Dalam Ilmu pengetahuan


Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan

Manusia adalah makhluk yang berfikir. Karena berfikir itulah manusia


dapat dikatakan sebagai manusia. Menurut Jujun S. Suriasumantri, berfikir
pada dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan.

Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya (das sein),


sedang moral pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk tentang apa yang
seharusnya dilakukan manusia (das sollen).

Batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat adalah logika
atau daya pikir manusia.

1. ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis,


pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut
kaidah-kaidah umum. (Nazir, 1988)

2. konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu adanya


rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi (Shapere,
1974)
3. pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan
konsistensi dengan realitas sosial (Schulz, 1962)

4. ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun


secara sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi

Tahap ilmu terbagi dua, yaitu:

1. Tahap kontemplasi yaitu masalah moral berkaitan dengan


metafisika

contoh : Keilmuwan

2. Tahap manipulasi yaitu masalah moral berkaitan dengan cara


contoh : Penggunaan pengetahuan ilmiah.

Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan masalah


moral. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang
kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar
mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam
ajaran agama maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang
bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik
ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan di pihak lain
terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan
(nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan (nilai
moral), seperti agama.

Tanggung jawab profesional lebih ditujukan kepada masyarakat


ilmuwan dalam pertanggung jawaban moral yang berkaitan dengan landasan
epistemologis. Tanggung jawab profesional ini mencakup asas :

(1) kebenaran;

(2) kejujuran;

(3) tanpa kepentingan langsung;

(4) menyandarkan kepada kekuatan argumentasi;

(5) rasional;

(6) obyektif;

(7) kritis;
(8) terbuka;

(9) pragmatis; dan

(10) netral dari nilai-nilai yang bersifat dogmatik dalam menafsirkan hakikat
realitas.

Teori etika memberikan kerangka analisis bagi pengembangan ilmu


agar tidak melanggar penghormatan terhadap martabat kemanusiaan

1. Peran moral

2. Peran moral berimplikasi pada signifikansi tanggung jawab

3. Dari sisi tanggung jawab sosial

4. Perlunya ilmu dan moral

Hal tersebut di atas, membuat para ilmuwan harus mempunyai sikap


formal mengenai penggunaan pengetahuan ilmiah. Bagi kita sendiri yang
hidup dalam masyarakat Pancasila, tidak mempunyai pilihan lain selain
konsisten dengan sikap kelompok ilmuwan kedua, dan secara sadar
mengembangkan tanggung jawab sosial di kalangan ilmuwan dengan
Pancasila sebagai sumber moral (das sollen) sikap formal kita.

Tetapi dalam kenyataannya, mekanisme pendidikan di Indonesia, dengan


menempatkan kreatifitas intelektualitas (mengutamakan kemampuan
keilmuan) sebagai landasan pembangunan negara tapi seringkali melupakan
kreatifitas moralitas (pendidikan moral agama/religius) sehingga telah
menggiring Indonesia ke arah kebobrokan.

Tanggung jawab sosial Ilmuwan

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan


dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Penciptaan ilmu bersifat individual
namun komunikasi dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Kreativitas
individu yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka
menjadi proses pengembangan ilmu yang berjalan secara efektif.

Jelas kiranya bahwa seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab


sosial yang terpikul dibahunya. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti
pada penelaahan dan keilmuwan secara individual namun juga ikut
bertanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat.

Abbas Hamam M (1996:161) dalam Surajiyo (2008:153) Para ilmuwan


sebagai orang yang professional dalam bidang keilmuwan sudah barang
tentu mereka juga memiliki visi moral, yaitu moral khusus sebagai ilmuwan.
Moral inilah didalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah.

Menurut Abbas dalam Surajiyo (2008) sedikitnya ada enam sikap


ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan yaitu:

a. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness)

b. Bersikap selektif

c. Adanya rasa percaya

d. Adanya sikap yang mendasar pada suatu kepercayaan (belief)

e. Adanya suatu kegiatan rutin

f. Harus memiliki sikap etis (akhlak)

Menurut Suriasumantri (1998:244) proses menemukan kebenaran


secara ilmiah mempunyai implikasi etis bagi seorang ilmuwan. Karakteristik
proses tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap etis
seorang ilmuwan. Kegiatan intelektual yang meninggikan kebenaran sebagai
tujuan akhirnya mau tidak mau akan mempengaruhi pandangan moral.
Kebenaran berfungsi bukan saja sebagai jalan pikirannya naAmun seluruh
jalan hidupnya. Dalam usaha masyarakat untuk menegakkan kebenaran
inilah maka seorang ilmuwan terpanggil oleh kewajiban sosialnya, bukan
saja sebagai penganalisis materi kebenaran tersebut namun juga sebagai
prototipe moral yang baik.

Salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknologi. Inilah
merupakan tanggung jawab sosial seorang ilmuwan. Seorang ilmuwan
secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan
untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakannya itu adalah
bangsanya sendiri. Seorang ilmuwan tidak boleh berpangku tangan, dia
harus memilih sikap, berpihak kepada kemanusiaan. Pilihan moral memang
terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas putih.

Seorang ilmuwan juga mempunyai tanggung jawab social di bahunya.


Bukan saja karena ia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat
secara langsung dengan di masyarakat, yang lebih penting adalah karena
dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup manusia. Sampai
ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap social sorang ilmuwan adalah
konsisten dengan proses penelaahan keilmuwan yang dilakukan. Sering
dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari system nilai. Ilmu itu sendiri netral dan
para ilmuannya sendiri yang memberikan nilai

Kesimpulan

1. Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya (das


sein), sedang moral pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk tentang apa
yang seharusnya dilakukan oleh mansuia (das sollen)

2. Hasil-hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif-alternatif untuk


membuat berbagai keputusan strategis dengan berkiblat kepada
pertimbangan-pertimbangan moral ethis

3. Ilmuwan mempunyai tanggung jawab profesional, khususnya di dunia


ilmu dan dalam masyarakat keilmuwan itu sendiri dan mengenai
metodologi yang dipakainya. Ia juga memiliki tanggung jawab sosial, yang
bisa dibedakan atas tanggung jawab legal yang formal sifatnya, dan
tanggung jawab moral yang lebih luas cakupannya.
4. Masalah moral bukan saja hanya terdapat pada taraf penggunaan hasil
ilmu, tetapi juga sudah pada taraf pembuatannya.

5. Ilmu itu bagaikan pedang bermata dua, satu sisi punya dampak baik
dan satu sisi mempunyai dampak buruk. Seorang ilmuan harus
memberikan nilai yang berdampak positif kepada masyarakat.

Saran – saran

Para ilmuwan harus mempunyai sikap formal mengenai penggunaan


pengetahuan ilmiah. Bagi kita sendiri yang hidup dalam masyarakat
Pancasila, tidak mempunyai pilihan lain selain konsisten dengan sikap
sebagai ilmuwan, dan secara sadar mengembangkan tanggung jawab sosial
di kalangan ilmuwan dengan Pancasila sebagai sumber moral (das sollen)
sikap formal kita.

PRESENTASI KE – 6 . Arief Rachmanto

Profesioalisme dan integritas


Profesionalisme ?

 Merupakan pelaksanaan tugas dan kewajiban untuk memenuhi


kebutuhan yang rumit dengan mencakup pengambilan keputusan
secara baik dan benar.

 Ciri‐ciri profesionalisme:
 Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan tertentu.

 Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalammenganalisis


suatu masalah dan peka di dalammembaca situasi cepat dan tepat
serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar
kepekaan

 Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punyakemampuan


mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di
hadapannya

 Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akankemampuan


pribadi serta terbuka menyimak danmenghargai pendapat orang
lain, namun cermat dalammemilih yang terbaik bagi diri dan
perkembanganpribadinya

Usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan


profesionalme
 1. Sertifikasi

 2. Akreditasi

 3. Forum Komunikasi

INTEGRITAS
 Satu kata banyak mengandung arti dan sarat dengan makna.,.yang
berarti kesempurnaan, kesatuan, keterpaduan, ketulusan.

 Kata Integritas seringkali digunakan sebagai landasan/acuan untuk


melahirkan sebuah petuah atau pepatah dari manusia/orang-orang
yang sudah dianggap sempurna baik secara mental maupun sepiritual
Kata Integritas cocok dan relevan dengan kondisi bangsa Indonesia
yang sedang berbenah diri melalui good governance dan clean
government.
10 Karakteristik Integritas itu :

 Anda menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting.

 Anda menemukan yang benar (saat orang lain hanya melihat warna
abu-abu).

 Anda bertanggung jawab.

 Anda menciptakan budaya kepercayaan.

 Anda menepati janji.

 Anda peduli terhadap kebaikan yang lebih besar.

 Anda jujur namun rendah hati.

 Anda bertindak bagaikan tengah diawasi.

 Anda mempekerjakan integritas.

 Anda konsisten.

Penjelasan Karakteristik Integritas :

 1. Anda menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting

Agar memiliki keunggulan integritas, anda tidak boleh berbohong


dalam hal-hal kecil; dan sebagai hasilnya, anda tidak akan tergoda
oleh hal-hal yang lebih besar- kekuasaan, prestise, atau uang. Hal
yang juga penting, sebagai morang yang berintegritas, anda setia
pada nilai moral internal anda, bahkan bila itu berarti anda harus
berhadapan dengan resiko kehilangan tempat yang nyaman di dunia.

 2. Anda menemukan yang benar (saat yang lain melihat warna abu-
abu).

Untuk mendapatkan keunggulan integritas, anda tidak boleh


mengambil keputusan sendiri. Anda mengajukan pertanyaan,
menerima saran, berefleksi, dan melihat jauh ke depan. Ringkasnya,
pastikan bahwa anda mengambil keputusan yang tidak bertentangan
dengan kode integritas pribadi.

 3. Anda bertanggung jawab.

Untuk memiliki keunggulan integritas, anda sadar bahwa


pencarian integritas merupakan bagian yang integral dari
kepemimpinan. Anda bersikap terbuka dan jujur, mengungkapkan
cerita yang baik maupun yang buruk secara lengkap. Anda berbagi
semua informasi penting, tidak hanya informasi yang menguntungkan
anda. Anda mengaku ketika berbuat salah, meminta maaf, dan
memperbaikinya.

 4. Menciptakan budaya kepercayaan.

Dengan memiliki keunggulan integritas, Anda membantu


menciptakan lingkungan kerja yang benar, yakni lingkungan yang
tidak menguji integritas pribadi karyawan atau rekan kerja anda. Anda
memperkuat integritas itu melalui prinsip, control, dan teladan pribadi.
Dan Anda memberikan penghargaan pribadi dalam segala tindakan
mereka.

 5. Anda menepati janji.

Karyawan tidak akan mengikuti kata-kata pemimpin yang tidak


mereka percayai. Atasan tidak akan mempekerjakan atau
mempromosikan pekerja yang tidak mereka percayai. Klien tidak akan
membeli produk dari pemasok yang tidak mereka percayai. Untuk
memperoleh keunggulan integritas, Anda perlu berlaku penuh
integritas, guna memperoleh kepercayaan.

 6. Anda peduli terhadap kebaikan yang lebih besar

Untuk memiliki keunggulan integritas, Anda berkomitmen sangat


kuat untuk memberikan keuntungan terhadap organisasi tempat anda
bernaung. Anda memedulikan perusahaan, produk, serta layanan
anda, dan khususnya rekan satu tim anda. Melalui kerja, Anda
memperoleh perasaan tentang adanya tujuan yang lebih dalam.

 7. Anda jujur namun rendah hati.


Untuk memiliki keunggulan integritas, anda tidak
memproklamasikan kebaikan atau kejujuran anda. Itu seperti
menyombongkan kerendahan hati. Anda seharusnya membuat
tindakan anda berbicara lebih keras daripada kata-kata.

 8. Anda bertindak sebagai sedang diawasi.

Untuk memiliki keunggulan integritas, anda perlu berfikir bahwa


setiap tindakan anda selalu diawasi. Anda perlu memastikan bahwa
integritas anda itu diteruskan ke generasi-generasi mendatang melalui
teladan yang anda berikan.

Anda mungkin juga menyukai