Anda di halaman 1dari 8

SISTEMATIKA FILSAFAT

Dosen pengampu:
Dr.Sarina Aini,Lc,M.A

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


Sayed Katsirun Nawal (210106120)
Randy Rizki Amanda (210106102)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2021
BAB I
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
            Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan yang mencakup semua ilmu-ilmu
khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu
memisahkan diri dari induknya, yaitu filsafat. Diawali oleh matematika dan fisika yang
melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lainnya. Pada akhir-akhir ini, psikologi
melepaskan diri dari filsafat.
            Setelah filsafat dipisahkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata filsafat tidak mati. Akan
tetapi, hidup dengan corak baru sebagai ilmu istimewa yang memecahkan berbagai macam
masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Jadi, tidak mustahil apabila banyak dari para ilmuan berasal dari para pemikirfilasafat. Tidak
hanya para ilmuan yang non muslim, akan tetapi banyak pula yang berasal dari kalangan muslim.
Sehingga menjadikan luasnya pembahasan ilmu filsafat. Karena sangat luasnya pembahasan dari
filsafat, makabanyak sekali dari orang-orang yang merasa sangat sulit untuk mempelajarinya.
Dari mana hendak memulainya, bagaimana cara membahasnya agar orang-orang yang
mempelajarinya segera dapat mengetahuinya. Dari sinilah makalah ini dibuat untuk
mempermudah memulai belajar filsafat.

Rumusan Masalah
Ø  Bagaimana sistematika berfilsafat ?
Ø  Apa sajakah yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam coraknya yang baru ini   

Tujuan penulisan makalah


Adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
Ø  Mengetahui pengertian sistematika filsafat “ Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi”.
Ø  Mengetahui bagaimana sumber ilmu pengetahuan epistemologi filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistematika Filsafat
Menurut Ahmad Tafsir (2009: 22), Secara bahasa kata sistematika filsafat berasal dari
dua kata yaitu sistematiak dan filsafat.Sistematika atau strukturdalam bahasa
inggris Systematic adalah susunan dalam kamus bahasa indonesia sistematika adalah susunan
aturan ; pengetahuan mengenai sesuatu sistem. Sistematika filsafat adalah susunan aturan tentang
filsafat yang telah disusun atau ditulis. Hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada itu tadi telah banyak sekali terkumpul, di dalam buku-buku tebal dan tipis.setelah
disusun secar sistematis, ia dinamakan sistematika filsafat.

A.Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu onto yang artinya hakikat atau ada,
sedangkan logos adalah teori. Jadi, ontologi adalah teori yang membicarakan tentang hakikat
(ada). Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan ontologi yaitu mempertanyakan tentang objek
yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan
daya tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan meng-indera yang membuahkan
pengetahuan. Objek telaah ontologi tersebut adalah yang membahas tentang yang ada secara
universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas
dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang
mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan mahluk hidup, antara jenis-jenis dan
individu-individu.
Objek kajian ontologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek kajian material dan objek
kajian formal. Objek formal Ontologi adalah hakikat seluruh realitas atau kenyataan. Hakekat
kenyataan atau realitas memang bisa didekati Ontologi dengan dua macam sudut pandang:

1.  Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2.  Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar
yang berbau harum. Sedangkan objek kajian material adalah meliputi segala yang ada, yang
dapat.
Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa
aliran berpikir, yaitu :
1.  Materialisme
Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat dari segala sesuatu yang ada, itu adalah materi. Suatu
yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2.  Idealisme (spiritualisme)
Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat pengada (kenyataan) itu justru rohani (spiritual).
Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi. Aliran ini menjadi jawaban atas
kelemahan dari materialisme.

3.  Dualisme
Aliran ini mempersatukan antara materi dan ide. Aliran ini berpendapat bahwa hakikat
pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber, yaitu materi dan
rohani.
4.  Agnotitisme
Aliran ini adalah pendapat dari filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu sikap ragu atas
setiap jawaban yang mungkin benar dan yang mungkin pula tidak.

B. Epistemologi  
Epistemologi  juga berasal dari bahasa yunani yaitu episte yang artinya pengetahuan,
sedangkan logos adalah teori. Jadi, epistemologi  adalah teori tentang pengetahuan. Objek
telaah epistemologi  adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana
mengetahuinya, bagaimana membedakannya dengan yang lain. Jadi, bisa dibilang,
epistemologi  adalah yang merumuskan atau membuktikan kebenaran yang sudah didapat
dari kajian ontologi. Sedangkan landasan dari epistemologi  adalah proses apa yang
memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan
prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan keindahan seni, serta apa
definisinya.
Dalam epistemologi  muncul beberapa aliran berpikir, yaitu :
1.  Empirisme, yang berarti pengalaman (emperia), dimana pengetahuan manusia diperoleh dari
pengalaman inderawi.

2. Rasionalisme, tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam kehidupan manusia,
namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal. Jadi, disinilah akal
berada diatas pengalaman inderawi.

3.  Positivisme, merupakan sintesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil titik
tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara
objektif menentukan validitas dan reabilitas pengetahuan.

4.  Intuisionisme, intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi
pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini yang dapat memahami
kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik.
C. Aksiologi
Aksiologi juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu aksi yang artinya nilai, sedangkan
logos adalah teori. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya
dengan kategori :
1.      baik dan buruk
2.      indah dan jelek
Kategori nilai yang nomor satu dibawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut etika.
Sedangkan kategori nilai yang nomor dua merupakan objek kajian filsafat keindahan atau
estetika.
a.  Etika
Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata ethos (Yunani)
yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan.
Dalam bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan kesusilaan. Objek material etika
adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau
keburukan,  bermoral atau tidak bermoral.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak masyarakat
manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi bahasan.
Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu
perilaku itu dapat diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah deontologis dan teologis.
Ø    Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang terkesan kaku, konservatif
dan melestarikan status quo, yaitu menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai
dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya. Suatu perilaku baik apabila perilaku itu
sesuai norma-norma yang ada.
Ø  Teologis
Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik jika buah dari perilaku
itu lebih banyak untung daripada ruginya, dimana untung dan rugi ini dilihat dari indikator
kepentingan manusia. Teori ini memunculkan dua pandangan, yaitu egoisme dan
utilitarianisme (utilisme). Tokoh yang mengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742 – 1832),
yang kemudian diperbaiki oleh john Stuart Mill (1806 – 1873).
b. Estetika
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang berasal
dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat diserap dengan
indera atau serapan indera. Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis
terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indah atau tidak indah.
Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang muncul persoalan
tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang bersifat objektif dan
subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam kehidupan manusia dan hubungan
keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik
terutama jika dikaitkan dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum.

BAB II
PENUTUP
 KESIMPULAN
filsafat merupakan induk pengetahuan, filsafatlah yang melahirkan ilmu yang seyogyanya
dapat dianalogkan. Ontologi membicarakan sesuatu  yang nyata atau realitas, ataupun ontologi
membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian
mengenai teori tentang sesuatu yang ada. Keberadaan ontologi dipandang dari segi proses,
kejadian, atau perubahan. Objek formal Ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Hakekat
kenyataan atau realitas memang bisa didekati dengan dua macam sudut pandang yaitu kuantitatif
dan Kualitatif,
Mekanismenya adalah aliran yang menyatakan bahwa semua gejala dapat dijelaskan
berdasarkan asas-asas mekanik, yaitu menerangkan semua peristiwa berdasar pada sebab kerja,
yang dilawankan dengan sebab-tujuan. Manfaatnya membantu untuk mengembangkan dan
mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada dan membantu dalam memecahkan
masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi atau bisa mengeksplorasi secara
mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.
            Epistemology adalah cabang filsafat yang mempelajari cara memperoleh pengetahuan.
terdapat empat jenis sumber kebenaran ilmu pengetahuan yang secara umum dikenal. pertama
bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah wahyu, akal, pancaindra dan intuisi. Hubungan
saling melengkapi dari ke dua sumber, misalnya akal berusaha bekerja maksimal untuk
menemukan dan mengembangkan ilmu, sedang wahyu datang memberikan bimbingan serta
petunjuk yang harus dilalui akal.
Aksiologi dipahami sebagai teori tentang nilai atau  aksiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai. Dari sumber nilai pandangan filsafat etika dapat
dipahami sebagai pengkajian terhadap perilaku manusia dari aspek sosial agar ia mampu tetap
hidup selaras dengan ketiga kefilsafatan yaitu Tuhan, manusia dan alam. Hubungan dan cabang
pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti
epistimologis, etika dan estetika. Epistimologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, etika
bersangkutan dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan masalah
keindahan. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggung
jawabkan apa yang ia lakukan.

            

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :


1.  Konsep sistematika filsafat menempuh tiga tahap, yaitu :
a. Ontologi
b. Epistemologi, dan
c. Aksiologi.

2.   Filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yakni :
a. Metafisika
b. Logika
c. Etika
d. Estetika
e. Epistemologi,dan
f.  Filsafat-filsafat khusu lainnya.
3.   Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden,
di luar jangkauan pengalaman manusia.
4.      Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
5.      Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
6.      Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
7.      Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
8.      Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat
sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan    sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai