Anda di halaman 1dari 6

A.

Cabang-cabang Ilmu Filsafat


Ada tiga jenis persoalan Filsafat yang utama yaitu :
a. Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Persoalan
keberadaan atau eksistensi bersangkutan dengan cabang Filsafat metafisika
.
b. Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth). Pengetahuan
ditinjau dari segi isinya bersangkutan dengan cabang Filsafat epistemology.
Sedangkan kebenaran ditinjau dari segi bentuknya bersangkutan dengan
cabang Filsafat logika.
c. Persoalan nilai-nilai (values). Nilai-nilai dibedakan menjadi 2, nilai-nilai
kebaikan tingkah laku dan nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai kebaikan tingkah
laku bersangkutan dengan cabang Filsafat etika. Nilai-nilai keindahan
bersangkutan dengan cabang Filsafat estetika.
1. Metafisika
Istilah metafisika berasal dari kata yunani meta ta physika yang artinya
sesuatu yang ada dibalik atau dibelakang benda-benda fisik. Aristoteles tidak
memakai istilah metafisika melainkan proto philosophia (Filsafat pertama) yang
memuat tentang sesuatu yang ada dibelakang atau gejala-gejala fisik seperti
bergerak, berubah, hidup, mati.
Persoalana-persoalan metafisis dibedakan menjadi 3 yaitu persoalan
ontology, persoalan kosmologi, dan persoalan antropologi.
2. Epistemologi
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara
etimologi, istilah epistemology berasal dari kata yunani episteme = pengetahuan
dan logos = teori.
Epistemology dapat didefenisikan sebagai cabang Filsafat yang mempelajari asal
mula atau sumber, struktur, metode dan syahnya (faliditas) pengetahuan.
3. Logika
Logika sebagai cabang Filsafat bersangkutan dengan kegiatan berpikir.
Secara etimologi, berasal dar kata yunani logos, yang berarti kata, nalar, teori,
atau uraian. Logika dapat didefenisikan sebagai ilmu, kecakapan atau alat berpikir
secara lurus.
4. Etika
Etika sebagai cabang Filsafat juga disebut Filsafat moral. Secara etimologi,
etika berasal dari kata yunani ethos= watak. Sedangkan moral berasal dari kata
latin mos, bentuk tunggal, sedang bentuk jamak mores = kebiasaan.
1. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia.
Perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas.
2. Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak
bermoral dari tingkah laku tersebut.
5. Estetika
Estetika sebagai cabang Filsafat juga disebut Filsafat keindahan. Secar
etimologi, estetika berasal dari kata yunani aisthetika = hal-hal yang dapat
dicerap denan indera atau aesthesis = cerapan indera.
H. Aliran-aliran fisalfat
1. Aliran-aliran dalam persoalan keberadaan
Persoalan dalam keberadaan menimbulkan 3 segi pandangan yaitu :
Pertama, Keberadaan dipandang dari segi jumlah, banyak (kuantitas),
artinya berapa banyak kenyataan yang paling dalam . segi masalah kuantitas ini
melahirkan beberapa aliran Filsafat.
1. Monisme, aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan
fundamental yang berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi lainnya
yang dapat diketahui
2. Dualisme, (serba dua), aliran yang mengganggap adanya 2 substansi
yang masing-masing berdiri sendiri.
3. Pluralisme (serba banyak), aliran yang tidak mengakui adanya satu
substansi atau dua substansi melainkan banyak substansi .
Kedua, keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas) menimbulkan
beberapa aliran sebagai berikut.
1. Spiritualisme, yang mengandung beberapa arti.
a. Spiritualisme adalah ajaran yang menyatakan kenyataan bahwa
kenyataan yang terdalama adalah roh (Pneuma, Nous, Reason,
Logos) yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.
b. Spiritualisme kadang-kadang dikenakan pada pandangan idealistic
yang menyatakan adanya roh mutlak.
c. Spiritualisme dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan
pengaruh lansungdalam roh suci dalam bidang agama.
d. Spiritualisme berarti kepercayaan bahwa roh-roh orang mati
berkomonikasi dengan orang masih hidup melalui orang-orang
tertentu dan menjadi pengantara dan lewat bentuk eujud yang lain.
Aliran spiritualisme juga disebut idealisme (serba cita). Semua yang ada
didalam dunia hanyalah merupakan penjelmaan atau bayangan saja. Sedangkan
yang ditangkap oleh indra manusia hanyalah baying-bayang.
2. Matirialisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada yang
nyata kecuali materi. Materi adalah sesuatu hal yang kelihatan, diraba,
berbentuk, menempati ruang. Tokoh-tokoh antara lain :
Demokritos ( 460-370 SM), berkeyakinan bahwa semesta tersusun atas
atom-atom yang memiliki bentuk dan badan.
Thomas Hobbes (1588-1679 ), berpendapat bahwa segala sesuatu yang
terjadi didunia merupakan gerak dari materi. Maka bagi Hobbes Filsafat dengan
ilmu yang mempelajari benda-benda.
Ketiga, keberadaan dipandang dari segi proses kejadiaan atau perubahan.
Aliran yang berusaha menjawab persoalan ini diantaranya sebagai berikut.
1. Mekansime (serba-mesin) menyatakan bahwa semua gejala (peristiwa)
dapat dijelaskan berdasarkan asas-asas mekanik (mesin). Aliran ini juga
menerangkan semua peristiwa berdasarkan pada sebab kerja (efficient
cause). Yang dilawankan dengan sebab tujuan ( final cause ). Pamdangan
ini dianut oleh Galileo Galilei ( 1564-1641) dan filsuf lainya dalam abad 17
sebagai Filsafat mekanik.
Descartes mengganggap bahwa materi adalah keluasan (extension), dan
semua gejala fisik dapat diterangkan dengan kaidah-kaidah mekanik. Sedangkan
menurut Imanuel kant kepastian dari suatu kejadian sesuai kaidah sebab-akibat
(causality) sebagai suatu kaidah alam.
2. Teologi (serba-tujuan) berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian
alam bukanlah kaidah sebab akibat.
Plato membedakan antara idea dan materi. Tujuan berlaku di alam idea,
sedeangkan kaidah sebab-akibat berlaku dalam materi.
Menurut Aristoteles, untuk memahami kenyataan yang sesungguhnya kita
harus memahami adanya empat macam sebab (material cause), sebab bentuk
(formal cause), sebab kerja (efficient cause), sebab tujuan (final cause).
3. Vitalisme memandang bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya
dijelaskan secara fisika-kimiawi, filsuf vitualisme Hans Adolf Eduard Driesch
(1864-1940) menjelaskan bahwa setiap organisme memiliki entelekchy.
Oleh karna itu vitalisme sering juga dinamakan finalisme.
4. Organisme, aliran ini biasanya dilawankan dengan mekanisme dan
vitalisme.
2.Aliran-aliran dalam persoalan pengetahuan
1. Rasionalisme, berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber
pada akal.
Rene Descartes membedakan 3 idea yang ada dalam diri manusia, yaitu
innate ideas adalah ide bawaan manusia sejak lahir ; adventitious Ideas adalah
ide-ide yang berasal dari luar diri manusia ; factitious ideas adalah ide-ide yang
dihasilkan oleh pikiran itu sendiri.
2.Empirisme berpendirian bahwa semua pengetahuan diperolh lewat
indera. Aliran-aliran yang timbul sebagai pendukung imperisme adala prosivisme
perancis, logis dari lingkaran wina.
3. Realisme adalah aliran yang menyatakan bahwa objek-objek yang
diketahui adalah nyata dalam diri sendiri.
4. Kritisisme adalah aliran yang berusaha menjawab persoalan
pengetahuan dengan tokohnya Imanuel Kant.
Persoalan pengetahuan yang menekankan pada hakikat pengetahuan,
dijawab oleh aliran-aliran berikut.
1. Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan adalah prosese-proses
mentala atau proses-proses psikologis yang sifatnya subjektif.
2. Empirisme berpendirian bahwa hakikat pengetahuan adalah berupa
pengalaman .
3. Positivisme berpendirian bahwa kepercayan-kepercayaann yang
dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi.
4. Pragmatisme tidak mempersoalkan apa hakikat pengetahuan
Melainkan menanyakan apa pengetahuan tersebut.
C.S. pierce menyatakan bahwa yang penting adalah pengaruh apa yang
dapat dilakukan sebuah ide atau suatu pengetahuan dalam suatu rencana
Wiliam james menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal itu di
tentukan oleh akibat praktisnya.
John Dewey menyatakan bahwa tidak perlu mempersoalkan kebenaran
suatu pengetahuan, melaikan sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan
yang timbul dalam masyarakat.
3. Aliran-aliran dalam persoalan Nilai-nilai (Etika)
1. Idealisme etis adalah aliran yang menyakini hal-hal yang berikut
ini:
a. Adanya suatu skala nilai-nilai, asas-asas moral, atau aturan-aturan untuk
bertindak.
b. Lebih mengutamakan hal-hal bersifat spiritual (kerohanian) ataupun
mental dari pada yang bersifat inderawi atau kebendaan.
c. Lebih mengutamakan kebebasan moral dari pada ketentuan atau alami.
d. Lebih mengutamakan hal yang umum dari pada hal yang khusus
2. Deontologis etis berpendirian bahwa suatu tindakan dianggap baik
tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan suatu hal.
3. Etika teologis merupakan bagian dari etika aksiologis (etika berdasar
nilai) yang membuat ketentuan bahwa kebaikan suatu tindakan
sepenuhnya kebaikan atau kebenaran suatu tindakan sepenuhnya
bergantung pada sesuatu tujuan atau sesuatu hasil.
4. Hedonisme menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan
yang didasarkan ketentuan berdasarkan pada kenikmatan, kemenangan
(pleasure).
5. Utilitarisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tindakan
yang baik adalah tindakan yang menimbulkan kenikmatan atau
kebahagiaan sebesar-besarnya bagi manusia yang sebanyak-banyaknya.

Anda mungkin juga menyukai