Anda di halaman 1dari 6

Nama : Daniel Christanto

NBI : 1511900070

FILSAFAT MANUSIA

Filsafat manusia adalah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai makna menjadi manusia.
Filsafat manusia menjadikan manusia sebagai objek studinya. Dalam cabang ilmu filsafat ini manusia
akan mengajukan pertanyaan mengenai diri mereka sebagai manusia. Filsafat manusia terus
berkembang karena manusia adalah objek yang penuh dengan misteri. Titik tolak filsafat manusia
adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang melingkupinya. Dalam sejarah ada
beberapa istilah yang mendahului filsafat manusia, yaitu psikologi filsafat, psikologi rasional,
eksperimental dan empiris.

Dalam pembahasannya, filsafat manusia memiliki metodis.

Apa itu metodis?

Metodis adalah Metode-metode yang digunakan untuk mencari kebenaran dalam upayanya
mengurangi kemungkinan penyimpangan, yang secara umum dikenal sebagai metode ilmiah.

Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis melalui
bukti fisis. Pada ilmu fisika, metode ilmiah memastikan didapatkannya suatu kesimpulan yang
didukung oleh bukti-bukti dan tersusun secara sistematis. Jika tidak dilakukan metode ilmiah maka
eksperimen-eksperimen yang dilakukan akan meragukan dan tidak dapat ditetapkan hukum atau
rumus yang jelas akan terjadinya suatu fenomena fisis.

Metodis filsafat manusia ada berbagai macam namun saya hanya ingin membahas tiga metodis
filsafat manusia yaitu etika, estetika, dan cosmology

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan
bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral.[butuh rujukan] Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis
(practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang
berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.[butuh
rujukan] Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.[butuh
rujukan] Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah
tingkah laku manusia.[butuh rujukan] Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga
tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut
baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika memberikan standar atau
penilaian terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, etika terbagi menjadi empat klasifikasi yaitu:
Etika Deskriptif: Etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa memberikan penilaian terhadap
objek yang diamati.

Etika Normatif: Etika yang mengemukakan suatu penilaian mana yang baik dan buruk, dan apa yang
sebaiknya dilakukan oleh manusia.

Etika Individual: Etika yang objeknya manusia sebagai individualis. Berkaitan dengan makna dan
tujuan hidp manusia

Etika Sosial: Etika yang membicarakan tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial dan hubungan
interaksinya dengan manusia lain. Baik dalam lingkup terkecil, keluarga, hingga yang terbesar
bernegara.

Klasifikasi diatas menegaskan bahwa etika erat kaitannya dengan penilaian. Karena pada hakikatnya
etika membicarakan sifat manusia sehingga seseorang bisa dikatakan baik, bijak, jahat, susila atau
sebagainya. Secara khusus etika ada pada prinsip manusia sebagai subjek sekaligus objek, bagaimana
manusia berperilaku atas tujuan untuk dirinya sendiri dan tujuan untuk kepentingan bersama.

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu
membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya.
Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai
sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan
cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

Estetika berasal dari bahasa Yunani αἰσθητικός (aisthetikos, yang berarti "keindahan, sensitivitas,
kesadaran, berkaitan dengan persepsi sensorik"), yang mana merupakan turunan dari αἰσθάνομαι
(aisthanomai, yang berarti "saya melihat, meraba, merasakan"). Pertama kali digunakan oleh filsuf
Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan
lewat perasaan.

Kosmologi (dalam bahasa Yunani, κόσμος (kósmos), yang berarti "dunia", dan 'logos' artinya "ilmu")
adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara
khusus, ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek.

Dalam kosmologi ada sebuah prinsip yang dibahas yaitu prinsip antropik.

Prinsip antropik adalah prinsip yang menyatakan bahwa alam semesta ada sebagaimana mestinya
agar dapat memungkinkan penciptaan manusia sebagai pengamat.

erdapat dua jenis prinsip antropik yaitu "prinsip antropik lemah" dan "prinsip antropik kuat".

Pemikiran awal Brandon Carter adalah:

Prinsip antropik lemah: "Kita harus siap mempertimbangkan fakta bahwa lokasi kita di alam semesta
memang seharusnya istimewa sehingga [alam semesta] cocok dengan keberadaan kita sebagai
pengamat."

Prinsip antropik kuat: "Alam semesta (dan maka parameter dasarnya) ada sebagai mestinya agar
dapat memungkinkan penciptaan pengamat pada suatu tahap."
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi
tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki
pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya,
kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal
sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin
sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap
ada berdiri sendiri).

Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:

kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?

Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas
tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan
konkret secara kritis.

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme, Dualisme, Materialisme, Idealisme,
Agnostisisme

Monisme: aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja,
baik yang asa itu berupa materi maupun ruhani yang menjadi sumber dominan dari yang lainnya.
Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam kelompok
Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof Modern seperti I. Kant dan Hegel
adalah penerus kelompok Monisme, terutama pada pandangan Idealisme mereka.

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan filsafat yang paling kuno.
Pertama kali diperkenalkan oleh filosof Yunani bernama Thales atas pernungannya terhadap air yang
terdapat dimana-mana, dan sampai pada kesimpulan bahwa “air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula dari segala sesuatu”. Yang penting bagi kita bukanlah mengenai
kesimpulannya tersebut melainkan pendiriannya bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu
substansi saja.

Dualisme: kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu
materi(jasad) dan jasmani(spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri
sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptakan
kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini
ialah dalam diri manusia.
Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang
(kebendaan). Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan forma (bentuk yang
berupa rohani saja). Umumnya manusia dengan mudah menerima prinsip dualisme ini, karenaa
kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita, sedangkan kenyataan batin dapt segera
diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.

Materialisme: aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu
yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri.
Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan proses gerakan
kebendaan dengan salah satu cara tertentu.

Materialisme terkadang disamakan orang dengan naturalisme.Namun sebenarnya terdapat


perbedaan antara keduanya. Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa alam
saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. (Tuhan yang di luar alam tidak ada). Sedangkan
yang dimaksud alam (natural) disana ialah segala-galanya meliputi benda dan roh. Sebaliknya
materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nilainya dengan benda.

Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme, mereka disebut filsafat
alam (natuur filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-unsur kebendaan
yang pertama. Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu air. Anaximandros (610-545
s.M) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu unsur yang tak terbatas. Anaximenes
(585-528 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini
adalah Demokritos (460-360 s.M) menggap bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang
banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian
peristiwa alam. Pada Demokritos inilah tampak pendapt materialisme klasik yang lebih tegas.

Idealisme: idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan spiritualisme. Aliran
menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu semua berasal dari roh (sukma)
atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak menempati ruang.
Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan roh. Alasan yang
terpenting dari aliran ini adalah “manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari
materi bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi
hanyalah badannya, bayngan atau penjelmaan saja.

Agnostisisme: pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu
mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran ini juga menolak
pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof
Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada
hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada adalah keberadaan (on being)-nya.
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:

 yang-ada (being)
 kenyataan/realitas (reality)
 eksistensi (existence)
 esensi (essence)
 substansi (substance)
 perubahan (change)
 tunggal (one)
 jamak (many)

Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini
dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu
budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).

Pemikiran filsafat bersifat Integral (menyeluruh) yaitu pemikiran yang luas, pemikiran yang meliputi
beberapa sudut pandang. Pemikiran kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu dan pemikiran
semacam ini ingin mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Integralitas pemikiran kefilsafatan juga memikirkan hubungan ilmu dengan moral, seni, dan
pandangan hidup.

Kata eksistensi berasal dari kata Latin Existere, dari ex keluar sitere = membuat berdiri. Artinya apa
yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa yang dialami. Konsep ini menekankan bahwa sesuatu itu
ada.

Dalam konsep eksistensi, satu-satunya faktor yang membedakan setiap hal yang ada dari tiada
adalah fakta. Setiap hal yang ada itu mempunyai eksistensi atau ia adalah suatu eksisten. Dengan
demikian

Menurut Bapak Gerakan Eksistensialis Kierkegaard, menegaskan bahwa yang pertama-tama penting
bagi keadaan manusia yakni keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Ia menegaskan bahwa
eksistensi manusia bukanlah ‘ada’ yang statis, melainkan ‘ada’ yang ‘menjadi’. Dalam arti terjadi
perpindahan dari ‘kemungkinan’ ke ‘kenyataan. Apa yang semula berada sebagai kemungkinan
berubah menjadi kenyataan. Gerak ini adalah perpindahan yang bebas, yang terjadi dalam
kebebasan dank e luar dari kebebasan. Ini terjadi karena manusia mempunyai kebebasan memilih.

Dengan demikian eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan.
Bereksistensi berarti muncul dalam suatu perbedaan, yang harus dilakukan tiap orang bagi dirinya
sendiri.

Kierkegaard menekankan bahwa eksistensi manusia berarti berani mengambil keputusan yang
menentukan hidup. Maka barang siapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak hidup
bereksistensi dalam arti sebenarnya.
Menurut Zainal Abidin (2008) Eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan
mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan individu
dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Oleh sebab itu, arti istilan eksistensi analog dengan
‘kata kerja’ bukan ‘kata benda’.

Eksistensi adalah milik pribadi. Tidak ada dua individu yang identik. Oleh sebab itu, eksistensi adalah
milik pribadi, yang keberadaannya tidak bisa disamakan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai