Keilmuan
Nama :
Edwin
Herdiansyah
Allank Nur Djihad
Pengertian dan jenis-jenis dasar-dasar keilmuan
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang berarti : mengerti,
memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science (pengetahuan).
2). Dialektika, brtujuan agar manusia dapat berpikir dengan baik, formal, dan logis.
1. Ilmu Agama /kerohanian, yang meliputi : 1). Ilmu agama. 2). Ilmu jiwa
1. Ilmu kebudayaan, yang meliputi: 1). Ulmu sastra. 2). Ilmu sejarah. 3)
ilmu penbdidikan. 4). Ilmu filsafat.
2. Ilmu sosial, yang meliputi: 1). Ilmu hukum. 2) ilmu ekonomi. 3). Ilmu
sosial-politik. 4). Ilmu ketatanegaraan-ketataniagaan.
3. 1. Pengertian Ontologi
Di dalam ontologi terdapat beberapa aliran yang penting yaitu : Dualisme yang
memanang alam menjadi ini terdiri dari dua macam hakikat sebagai sumbernya.
sedangkan monisme ( materialisme) memandang bahwa sumber yang asal itu hanya
tunggal. Idealisme memandang segala sesuatu serba cinta atau serba roh. Sedangkan
faham yang mengingkari kesangupan manusia untuk mengetahui hakikat
sapertiyang dikehendaki oleh ilmu meta fisika disebut aguosticisme.
1. Faham serba dua (dualisme)
Faham serba dua (dualisme) telah lama muncul dikalangan filfus. Pemikiran serba
dua (dualisme ) dapat dimengerti dalam pemikiran Aristoteles yang disebut olehnya
sebagai suatu materi dan bentuk. Di dalam dunia inilah kita menghadapi pengertian-
pengertian tentang “yang ada sebagai potensi “dan “ yang ada secara terwujud”.
Menurut Aristoteles keduanya itu adalah sebutan yang melambangkan materi (hule)
dan bentuk(eidos,morfe). Pengertian materi disini tidak sama dengan pengertian
kita sekarang tentang materi. Dasar terakhir segala perubahan dari hal-hal yang
berdiri sendiri dan unsur bersama yang terdapat di dalam segala sesuatu yang
menjadi dan binasa menurut Aristoteles , adalah “materi pertama”. Dari materi
pertama inilah timbul sebagai penyempurnaannya bentuk –bentuk segala sesuatu
yang bermacam –macam itu. Pengertian materi dan bentuk, asas gerak dan tujuan,
dipakai untuk mengembalikan segala sesuatu kepada dasar dasar yang terakhir.
Demikianlah bahwasanya materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan. Materi tidak
dapat berada tanpa bentuk, sebaliknya bentuk pun tidak dapat berada tanpa materi.
Tiap benda yang dapat diamati disusun dari bentuk dan materi. Materinya adalah
rangkuman segala yang belum ditentukan ada, yang belum terwujud , sedangkan
bentuknya memberi kesatuan kepada itu.
Paham serba dua (dualisme) juga di kenal dalam pemikiran ReneDescaratos yang
menamakan kedua hakikat tersebut dengan istilah dua kesadaran(rohani) dan dunia
ruang / keberadaan. Hakikat atau subtansi keberadaan adalah kekuasaan dan
Subtansi jiwa adalah pmikiran. Ajaran ReneDescaratos yang analistik dapat di lihat
dalam pemikiranya tentang manusia. Jiwa adalah subtansi yang tunggal, yang tidak
bersifat bendawi dan yang tidak dapat mati. Jiwa memiliki pemikiran sebagi sifat
asasinya. Yang termasuk pemikiran addalah sesuatu yang terjadi di dalam diri
manusia dengan pen getaahuannya, yaitu segala perbuatan indrarwi, khayalan,akal,
kehendak. Sifat hakiki pemikiran ialah kesadaran.
Tubuh memiliki sebagai sifat asasinya: keluasaan. Seperti halnya dengan segala hal
yang bersifat beendawi tubuh adalah sasaran ilmu fisika. Diantara tubuh dan jiwa
terdapat pertentangan yang tak terjembatani. Kesatuan yang tampak hanya bersifat
lahiriah saja, karena masing-masing mewujudkan hal berdiri sendiri-sendiri. Pada
dasarnya manusia ada pada jiwanya, sebab jiwa memperalat tubuh untuk perbuatan
tertentu. Dengan demikian jiwa dan tubuh slaing mempengaruhi, dimana jiwa
berada dalam sebuah kelenjar kecil yang letaknya di bawah otak kecil. Secara tidak
langsung jiwa mempengaruhi tubuh dengan mengambil alih gerak-gerak tubuh
dengan perantara nafas hidup. Nafas hidup membawa sapasang-sepasang indra
kepada kelenjar kecil. Dengan gerak kelenjar ini ditangkap oleh jiwa yang
menjawabnya dengan pengamatan yang sesuai dengan perangsang-perangsang tadi.
Berdasarkan pada pandangan ini subjek yang sebenarnya dalam manusia adalah
jiwa, sebab pengamatan itu terjadi di dalam jiwa dan hanya karena jiwa berdasarkan
hakikatnya sendiri, bebas daripada ikatannya dengan tubuh.
1. Faham idealisme