Anda di halaman 1dari 3

EVALUASI PEMBELAJARAN

NAMA : ALLANK NUR DJIHAD


NIM : 219 502 002

JENIS EVALUASI DAN PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN


Pembelajaran sastra lebih bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan
apresiasi sastra siswa.
Evaluasi hasil pembelajaran sastra tidak dapat dipisahkan dari program pembelajaran
sastra secara keseluruhan, terutama yang berkaitan dengan bahan dan teknik pembelajaran. Hal
itu mudah dimengerti karena evaluasi adalah bagian dari kegiatan pembelajaran, yaitu yang
dimaksudkan untuk mengukur seberapa baik siswa berhasil menguasai bahan dan atau
pengalaman belajar yang dibelajarkan sesuai dengan target (baca: kompetensi) program
pembelajaran. Pembelajaran yang baik mensyaratkan adanya kesejajaran antara bahan dan tenik
pembelajaran dengan bahan dan teknik penilaian, karena adanya kesejajaran itu akan menyangkut
masalah kelayakan (appropriateness) dan validitas (validity) penilaian (Tuckman & Ebel, dalam
Nurgiyantoro, 2001).
Pembelajaran sastra dapat dimanfaatkan untuk membantu pengem-bangan keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta me nunjang
pengembangan watak kehidupan melalui bentuk bahasa, maka studi sastra dapat memberikan andil
yang penting dalam masyarakat yang maju yang dihadapkan pada problem-problem nyata dan
keras. Masyarakat yang maju seperti itulah yang harus kita hadapi serta jalani dan pembelajaran
sastra juga harus segera mengikuti dan menyesuaikan diri. Untuk menjalani hidup pada masyarakat
seperti ini tidak cukup hanya dengan kecerdasan otak atau ranah kognitif saja, tetapi ranah afektif
dan psikomotor juga harus dikembangkan. Perkembangan kecerdasan emosional mereka harus
diperhatikan sebagaimana perkembangan otaknya.

(1) Tes yang Berpusat pada Teks


Tes yang berpusat pada teks tidak berhubungan langsung dengan pemahaman teks sastra.
Penilaian ini lebih terarah pada tes kemampuan membaca pemahaman dengan materi karya sastra.
Gani (1988:99) menyebut penilaian ini sebagai penilaian kemampuan memproses teks dalam arti
menemukan makna yang terkandung di dalam teks. Jenis penilaian ini lebih mengarah kepada
penilaian kemampuan siswa memahami wacana dengan fokus penilaian kemampuan membaca.
(2) Tes Perwujudan Sastra
Tes perwujudan sastra bisa dikategorikan sebagai jenis penilaian membaca pemahaman
summarizing and responding.Wujud karya yang dihasilkan dalam memproses teks adalah
menyusun sinopsis dan menganalisis karya secara intrinsik. Alat ukur untuk menilainya berbentuk
rubrik yang menjadi pedoman guru dalam memberi skor karya siswa.
(3) Tes Diskriminasi
Tes diskriminasi bisa terlaksana jika siswa memiliki pengetahuan tentang karya sastra yang
bernilai sastra dan yang tidak bernilai sastra. Siswa juga harus memiliki khasanah bacaan sastra
yang luas. Cita rasa sastra mereka harusnya sudah terlatih. Dengan demikian, begitu mereka
membaca sebuah karya, mereka bisa merasakan bahwa karya yang dibacanya bernilai sastra atau
tidak.
(4) Tes Gaya Merespons
Tes gaya merespons ini lebih tepat digunakan pada ujian akhir jenjang pendidikan. Tetapi,
tidak tertutup kemungkinan penggunaannya pada ujian-ujian formatif (Gani, 1988:121). Hal yang
perlu disiapkan guru adalah rubrik penilaian yang jelas dan mengukur.
(5) Tes Kecanggihan Bacaan
Konsep kelima tingkat penilaian apresiasi sastra ini diintegrasikan ke dalam ranah
penilaian membaca dan menulis sastra sesuai kompetensi dasar yang tertera pada kurikulum.
Meskipun tidak konkret menggunakan nama salah satu dari jenis tes apresiasi sastra tersebut,

JENIS EVALUASI DAN PENILAIAN SKOR PADA DALAM PILIHAN GANDA


A. Jenis Evaluasi
Jenis yang digunakan dalam pilihan ganda adalah jenis evaluasi sumatif yang dimana
evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar
siswa. Karena evaluasi sumatif merupakan untuk menilai hasil jangka panjang, maka aspek
tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan), psikomotor (ketrampilan)
dan afektif (sikap dan nilai).

B. Jenis Penilaian Skor


Skor menyimpan informasi mengenai kemampuan siswa. Menurut Crocker dan
Algina skor adalah jumlah dari tiap butir yang dijawab benar oleh siswa, dan siswa
mendapat nilai satu untuk jawaban yang benar dan nilai nol untuk jawaban yang salah.
Ada beberapa tahap dalam mendapatkan skor. Tahap pertama adalah
tahap penyusunan tes. tahap kedua adalah proses pengerjaan tes oleh siswa. Tahap ketiga
setelah skor diperoleh adalah mendeteksi informasi dari skor.
Dalam soal pilihan ganda jenis penilaian skor yaitu sebagai berikut :

Penilaian Skor Konvensional


Skor konvensional adalah jumlah butir yang dijawab benar. Perhitungan
skor dengan cara konvensional adalah menjumlahkan seluruh respons siswa pada satu
tes. Nilai yang diberikan pada tes pilihan ganda adalah 1 untuk setiap butir benar dan 0
untuk setiap butir salah. Di dalam penjumlahan itu, setiap skor tunggal dapat saja
diberi bobot berlainan. Namun, bila tidak dinyatakan secara khusus maka bobot skor
tunggal itu dianggap sama. Maka, didapat rumus untuk skor konvensional untuk

responden ke i pada butir 1 - m adalah:


M
Bi X gi 14

g1

Keterangan

= Skor Siswa Ke i
= Jumlah Jawaban Benar
Pada tes PG, tiap butir menyediakan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri dari
jawaban yang benar dan pengecoh. Dengan menebak ada kemungkinan siswa akan
menjawab benar sekalipun peluang untuk menjawab benar kecil, namun bila jawaban
dibiarkan kosong atau tidak dijawab maka peluang untuk benar menjadi 0. Teknik
penskoran konvensional membuat siswa yang tidak memiliki kemampuan dapat
menebak tanpa ada resiko apapun. Di balik kekurangan dari model penskoran
konvensional, ada kelebihan yang dimiliki oleh model penskoran ini yaitu
kemudahan proses perhitungan skor.

Anda mungkin juga menyukai