BAB II
KAJIAN PUSTAKA
fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam
Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus
dikuasai siswa. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam
peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil
belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil
belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses
belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat
perubahan tingkah laku siswa. Ditambahkan Nasution (2006: 36) hasil belajar
adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan
7
8
dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2012: 36)
mengatakan hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak
belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil
belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang
dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik tang berdimensi cipta dan
rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2014: 213). Dalam konteks perolehan
hasil belajar belajar, terdapat 3 (tiga) ranah pembelajaran yang dapat dikaji yakni
dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan
lisan dan perbuatan hampir tak pernah di gunakan lagi. Alasan lain mengapa tes
9
Dampak negatif yang tak jarang muncul akibat tes yang face to face itu,
ialah sikap dan perlaakuan yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang
diajukan pun tingkat kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di
satu pihak ada sisw yang diberi soal yang mudah dan terarah (sesuai dengan topik)
sedangkan di pihak lain ada pula siswa yang ditanyai masalah yang sukar bahkan
Untuk mengatasi masalah subjektivitas itu, semua jenis tes tertulis baik
yang berbentuk subjektif maupun yang berbentuk objektif ( kecuali tes B-S),
seyogianya dipakai sebaik-baiknya oleh para guru. Namun demikian, apabila anda
selain tes B-S, tes pilihan berganda juga sebaiknya tidak digunakan. Sebagai
test) tes isian, dan tes esai. Khusus untuk mengukur kemampuan analisis dan
sistesis siswa, anda lebih dianjurkan untuk menggunakan tes esai, karena tes ini
ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer ialah ”skala likert” (likert scale)
Syah, 2014: 155). Bentuk skala ini menampung pendapat yang mencerminkan
10
sikap sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Rentang skala
ini diberi skor 1 sampai 5 atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan dengan catatan
skor-skor itu dapat mencerminkan sikap-sikap mulai sangat ”ya” sampai ”sangat
wawasan.
berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi dalam hal
ini, dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenal peristiwa, tingkah laku, atau
dari eksperimen, karena eksperimen pada umumnya dipandang sebagai salah satu
cara observasi.
sistematis menurut pedoman yang terdapat dalam lembar format observasi yang
sebelumnya telah disediakan, baik oleh sekolah maupun oleh guru itu sendiri.
Contoh: evaluasi keterampilan membuat bendera merah putih seperti yang akan
hasil belajar bahasa Jawa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil
belajar bahasa Jawa yang merupakan refleksi dari pencapaian kompetensi dasar
dan indikator.
11
mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan berupa pesan langsung dan
cerita tokoh wayang Pandhawa, dan indikator: (1) menjelaskan tokoh wayang
Werkudara dan Raden Arjuna, dan (3) menjelaskan tokoh wayang pandhawa
B. Motivasi Belajar
arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,
2000).
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Sementara itu Hamalik (2001: 173)
tindakan ke arah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke
siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta
belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang
intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-
bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan
akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin cepat motivasi diberikan, akan
semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi sangat menentukan intensitas
usaha belajar bagi siswa. Dalam hal belajar motivasi itu sangat penting. Motivasi
merupakan syarat mutlak untuk belajar. Banyak bakat anak tidak berkembang
karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi
yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas
berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi
dalam kegiatan. Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal
penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang telah
Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk
motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang
Sardiman (2000: 83) mengatakan ada tiga fungsi motivasi dalam belajar
yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan.
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak
motivasi, yaitu;
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan atau
perbuatan. Jadi Fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak
belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Tujuan belajar itu sebagai pengarah yang
memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Dengan tekun anak
didik belajar. Dengan penuh konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya
proses pembelajaran.
belajar antara lain: a) Faktor Eksternal yakni faktor dari luar individu yang terbagi
menjadi dua: faktor sosial meliputi faktor manusia lain baik hadir secara langsung
atau tidak langsung dan faktor non sosial meliputi keadaan udara, suhu udara,
15
cuaca, waktu, tempat belajar, dan lain-lain. b) Faktor Internal yakni faktor dari
dalam diri individu yang terbagi menjadi dua: faktor fisiologis meliputi keadaan
jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis dan faktor psikologis meliputi minat,
Menurut Sardiman (2000: 75), ada beberapa bentuk dan cara untuk
a. Memberi angka, yang merupakan simbol dari kegiatan belajar, banyak siswa
yang belajar hanya untuk mendapatkan angka/nilai yang baik. Biasanya siswa
b. Hadiah, hadiah juga dapat digunakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu
demikian. Karena hadiah untuk pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi
seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut.
belajar siswa.
d. Keterlibatan diri, keterlibatan diri ini menumbuhkan kesadaran pada siswa agar
keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk
e. Memberi ulangan, para siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan adanya
ulangan
g. Pujian, sebagai hadiah yang positif yang sekaligus memberikan motivasi yang
baik
16
h. Hukuman, sebagai hadiah yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan
i. Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar
j. Minat, motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga
tepatlah kalau minat merupakan motivasi yang pokok, proses belajar itu akan
k. Tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa
akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan,
dipelajari, termasuk motivasi dalam belajar. Berikut ini adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar dalam diri siswa (Tim MKDK IKIP
a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa. Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang
ingin dicapai. Target diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu
Kemampuan ini meliputi berbagai aspek psikis yang terdapat pada siswa,
seperti pengamatan, perhatian, ingatan, daya fikir, dan fantasi. Kemampuan ini
c. Kondisi Siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani yang
sekitar.
kadang lemah, dan bahkan hilang. Disini guru dapat memanfaatkan majalah,
televisi, surat kabar, dan sumber belajar di sekitar sekolah yang dapat
memotivasi belajar.
f. Upaya Guru Mengajar Siswa. Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru
siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru mengajar siswa.
sesuatu. Dalam pengertian letterlijk, kata “metode” berasal dari bahasa Greek yang
berarti dari “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi
metode berarti “ jalan yang dilalui”. Dalam kamus besar bergambar Bahasa
Indonesia yang disusun oleh Moeliono (2007: 455), metode diartikan cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
permainan bahasa. Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar
dan bermain yang diintegrasikaan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini
tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan pemerolehan mutu yang
optimal.
hasil belajar siswa. Kalaupun dipaksakan, bukan alat evaluasi yang baik, sebab
(Soepamo, 1998: 45). Hal tersebut dapat dimengerti, sebab sekelompok anak, atau
seseorang anak yang menang dalam permainan belum tentu secara utuh
menyenangkan hati (dengan alat-alat tertentu atau tidak). Bermain adalah sarana
untuk belajar mengembangkan akal dan fisik secara bersamaan. Bermain adalah
seni dan ilmu. Hal ini sejalan dengan pendapat Plato, Aristoteles, Frobel
kemampuan tertentu pada anak (Tedjasaputra, 2005: 2). Bermain selain untuk
kehidupan.
membutuhkan tingkat kemampuan yang tinggi, sebagai tenaga pendidik kita harus
sendiri
puzzle. Puzzle tersebut terbuat dari kardus yang terdiri dari potongan gambar
Keistimewaan puzzle ini, jika gambar wayang tersebut dibalik maka yang tampak
tulisan huruf Jawa sedangkan jika potongan nama tokoh wayang, sifat, senjata, dan
keluarganya dibalik yang muncul tulisan kalimat-kalimat bijak yang sarat dengan
c. Siswa secara berkelompok memasangkan gambar dan kartu pada papan puzzle
sederhana yang terbuat dari kardus dengan desain gambar depan berupa gambar
wayang, nama tokoh wayang, asal kasatriyan, watak dan senjatanya, sedangkan
bagian belakang berupa tulisan jawa serta kata-kata bijak dalam bahasa Jawa
D. Penelitian Terdahulu
hasil belajar Bahasa Jawa cerita wayang Arjuna diperoleh data rata-rata hasil
belajar Bahasa Jawa sebesar 66 dengan ketuntasan belajar mencapai 60% pada
siklus I, siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar Bahasa Jawa sebesar 74 dengan
ketuntasan mencapai 72%, dan siklus III rata-rata hasil belajar Bahasa Jawa
siswa kelas II di SDN Oro-Oro Dowo Kota Malang, yang dibuktikan dengan
memanfaatkan wayang kartun dari siklus I dan II. Siswa pada siklus I memperoleh
nilai rata-rata keterampilan berbicara 72, sedangkan pada siklus II adalah 85.
21
peta pada siswa kelas IV SDN Sukorejo 02 Semarang tahun 2006/2007. Permainan
ini mampu melibatkan aktivitas kerjasama siswa yang dapat digunakan untuk
bahwa penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar bahasa Jawa
materi cerita wayang Pandhawa melalui metode permainan wayang belum pernah
sebelumnya.
E. Kerangka Berpikir
permainan wayang, siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional,
ini:
Proses Pembelajaran
Bahasa Jawa di Sekolah Peningkatan
Dasar: Metode
Hasil Belajar
Permainan
Aspek mendengarkan dan Motivasi
Wayang
Aspek membaca Bahasa Jawa
Aspek menulis
Aspek berbicara
wayang diasumsikan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Jawa
F. Hipotesis Tindakan
meningkatkan hasil belajar Bahasa Jawa tentang cerita tokoh Pandhawa pada
2015/2016.
2015/2016.