Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat terlihat dari tingkat pemahaman materi dan
prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman materi dan prestasi belajar, maka semakin
tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

Dalam pembelajaran matematika dibutuhkan pemahaman konsep yang baik sebagai dasar
untuk pengembangan materi yang baik sebagai dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.
Menurut Nasution (2008:50) faktor yang menunjang penguasaan penuh bakat anak, mutu
pengajaran, kemampuan memahami pengajaran, ketekunan belajar, jumlah waktu yang
disediakan

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Keberhasilan ?
2. Apa Indkator Keberhasilan?
3. Bagaimana Penilaian keberhasilan?
4. Apa saja Tingkat Keberhasilan?
5. Bagaimana Program Perbaikan?
6. Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui Pengertian Keberhasilan
2. Mengetahui Indkator Keberhasilan
3. Mengetahui Penilaian keberhasilan
4. Mengetahui Tingkat Keberhasilan
5. Mengetahui Program Perbaikan
6. Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keberhasilan Belaja Mengajar


Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai keberhasilan belajar mengajar, tentu
kita harus pahami terlebih dahulu apa itu proses atau kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang didalamnya berlangsung hubungan
antar manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Dan pada dasarnya melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah menciptakan
lingkungan dan suasana yang menimbulkan perubahan struktur kognitif pada siswa.1

Setelah kita memahami apa itu kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya serta
sasaran dari pada kegiatan belajar mengajar. Tentu kita dapat membahas mengenai keberhasilan
kegiatan belajar mengajar, keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat kita lihat dari capaian
atas tujuan kegiatan belajar mengajar. Lebih jauh dijelaskan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, bahwa keberhasilan belajar dapat diukur dengan perubahan, karena
keberasilan suatu program pembelajaran dapat diukur berdasarkan perbedaan cara berfikir,
merasa, berbuat sebelum dan berbuat sesudah memperoleh pengalaman belajar dalam
menghadapi situasi serupa.

Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menyatakan bahwa suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat dikatakan berhasil apabila Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) nya dapat dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keberhasilan belajar mengajar merupakan kecakapan dari suatu usaha atau
latihan pengalaman dalam bentuk perubahan tingkah laku yang mengandung pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap (afektif) serta nilai-nilai yang konstruktif (value). 2

1
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 58-59.

2
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hlm. 105
B. Indikator Keberhasilan Belajar
Keberhasilan belajar merupakan prestasi yang dicapai dalam proses belajar mengajar.
Untuk mengetahu tingkat keberhasillan belajar mengajar tersebut terdapat beberapa indikator
yang harus diketahui. Indikator keberhasilan belajar menurut Zaenal Arifin dapat dilihat dari
berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu
diantaranya adalah:

1. Kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar.
2. Keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot
dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem syaraf.
3. Akumulasi presepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar
seperti pengalaman simbol, angka dan pengertian.
4. Asisoasi dan hafalan, yaitu seperangkat ingatan mengenai sesuatu sebaga hasil dari
penguatan melalui asosiasi, baik asosiasi yang disengaja atau asosiasi tiruan.
5. Pemahaman dan konsep, yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan belajar
secara rasional.
6. Sikap, yaitu pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap
sesuatu.
7. Nilai, yaitu tolak ukur untuk membedakan antara yang baik dengan yang kurang baik.
8. Moral dan agama.3
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, indikator keberhasilan
belajar mengajar lebih singkat, yaitu hanya terangkum dalam dua poin:

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individual maupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus (TIK) telah dicapai
oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.4

3
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 298

4
Op,Cit,. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hlm. 106
Berdasarkan uraian diatas, maka indikator keberhasilan belajar mengajar peserta
didik dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik terhadap bahan pengajaran yang
telah diajarkan serta dari perbuatan atau tingkah laku yang telah digariskan dalam tujuan
pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.

C. Penilaian Keberhasilan Belajar


Menurut Anne Anastasi, test adalah alat pengukur yang mempunyai standar Obyektif
sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul Digunakan dan membandingkan
keadaan psikis atau tingkah laku individu. Sedangkan menurut F.L. Geodenough sebagimana
yang dikutip oleh Anastasi,Test adalah suatu rangkaian tugas yang diberikan kepada individu
atau Sekelompok individu dengan maksud untuk membandingkan kecapan antara satu Dengan
yang lain5

Menurut norman E. Grounloud, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengetahui efisiensi kegiatan belajar mengajar dan efektivitas dari
pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto,
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, dan
informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan. Menurut Djemari Mardapi, evaluasi adalah proses mengumpulkan
informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan. 6 Dalam mengukur dan mengevaluasi
tingkat keberhasilan belajar mengajar peserta didik, pihak pengajar dapat menggunakan beberapa
teknik diantaranya dengan tes maupun non tes. Teknik tes di dalam evaluasi belajar setidaknya
ada tiga macam, yaitu tes formatif, sub sumatif dan sumatif. Tes prestasi belajar tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut7:
5
Anne Anastasi. 2007. Tes Psikologi Edisi Ketujuh (terjemah). Jakarta: PT.Indeks, hal 71.

6
Op, Cit,. Hamdani, hlm. 296

7
M. Cahbib Thoha. 2003. Teknik Evaluasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal.43
1. Tes formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk encapai umpan balik, yang
selanjutnya hasil penilaan tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar yang sedang atau yang sudah dilakukan. Tes ini dapat berupa tulisan, lisan, atau
tugas-tugas yang dilakukan pada akhir pelajaran (ulangan harian) atau bahkan pada saat
pelajaran sedang berlangsung.
2. Tes sub sumatif adalah penilaian yang meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang
telah diajar pada waktu tertentu. Hasil tes sub sumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaikai
proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport. Biasa dilakukan
pada tengah semester.
3. Tes sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai
dimana penguasaan atau pencapaian belajar peserta didik terhadap bahan pelajaran yang
telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Fungsi dan tujuannya ialah untuk
penentuan lulus atau tidaknya peserta didik tersebut. Tes ini biasanya dilakukan pada akhir
semester.[6]
Selain dengan teknik tes, evaluasi juga dapat dlakukan dengan teknik non tes, teknik
non tes ini dapat diaplikasikan dengan beberapa cara, diantaranya adalah (1) observasi, (2)
wawancara, (3) skala sikap, (4) daftar cek, (5) skala penilaian, (6) angket, (7) studi kasus, (8)
catatan insidental, (9) sosiometri, dan yang terakhir (10) inventori kepribadian.8

D. Tingkat Keberhasilan Belajar


Dalam sebuah proses belajar mengajar tentu akan selalu menghasilkan hasil belajar.
Dalam mengukur dan melihat hasil belajar akan menimbulkan beberapa pertanyaan, salah
satunya terkait dengan seberapa besar tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar yang
telah terlaksana. Sehubung dengan hal tersebutlah yang kemudian keberhasilan belajar mengajar
itu dibagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan keberhasilan belajar mengajar tersebut
diantaranya:

1. Istimewa/maksimal, yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai
oleh peserta didik.

8
Op,Cit,. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hlm. 106
2. Baik sekali/optimal, yaitu apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan
dapat dikuasai oeh peserta didik.
3. Baik/minimal, yaitu apabila bahan yang diajarkan hanya 60%-75% saja yang dikuasai
peserta didik.
4. Kurang, yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh peserta
didik.

E. Program Perbaikan/ Program Remedial


Program remedial adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa yang belum
menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan guru dengan maksud mempertinggi penguasaan
bahan ajar sehingga siswa diharapkan mampu mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan
untuk mencapai ketuntasan belajar yang nantinya berdampak baik bagi prestasi belajar siswa.

Dengan demikian perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal sesuai
dengan kemampuan masing- masing siswa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan
keseluruhan pribadi siswa.

Remedial teaching merupakan pengajaran yang berfungsi menolong anak tersebut untuk
dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengajaran perbaikan ini bersifat khusus karena
disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi anak didik. Layanan ini
diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai
kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Namun terkadang keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui


disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu
menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor
dimaksud adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan
suasana evaluasi. Berbagai faktor tersebut akan dijelaskan satu per satu sebagai berikut:

1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar bertumpu pada jelas
tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan
pengajaran.

Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang


dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Guru
dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan. Jika kegiatan belajar
anak didik dan kegiatan mengajar guru bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran pun
gagal untuk dicapai.9

2. Guru

Guru disebut juga pendidik dan pengajar10, Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian sesuai dengan dirinya, 11 Setiap guru mempunyai kepribadian masing-
masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru
diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari Kerangka keberhasilan belajar
mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan
berkepribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru
perlihatkan ke melaksanakan tugas mengajar di kelas.

Pandangan guru terhadap anak didik akan mempengaruhi kegiatan mengajar guru di
kelas. Guru yang memandang anak sebagai makhluk individual dengan segala perbedaan dan
persamaannya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk sosial
Perbedaan pandangan dalam memandang anak didik ini akan melahirkan pendekatan yang
berbeda dan hasil dari belajar dan mengajar pun berbeda.12

9
Op,Cit,. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hal 109

10
Roestiyah NK, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, Cet k IV, 2001), h. 175.

11
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Professional (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), h. 1.

12
Op,Cit,. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hlm. 112.
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru /pengajar adalah Mengelola pengajaran
secara lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang Ditandai dengan adanya kesadaran dan
keterlibatan aktif antara dua subyek Pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah
serta pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk
memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.13

3. Anak didik

Siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah Anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses Pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu.14

Tanggung jawab guru tidak hanya terdapat seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup
banyak. Anak yang dalam jumlah yang cukup banyak itu tentu saja dari latar belakang kehidupan
sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan. Karenanya, anak-anak berkumpul di sekolah pun
mempunyai karakteristik yang bermacam-macam. Kepribadian mereka ada yang pendiam, ada
yang periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif, ada yang keras kepala, ada yang manja, dll.
Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi. Biologis mereka dengan
struktur atau keadaan tubuh yang tidak selalu sama. Karena itu, perbedaan anak pada aspek
biologis, intelektual, dan psikologis ini mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. 15

4. Kegiatan Pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan
kegiatan anak didik yang bermacam-macam Gunu yang menggunakan pendekatan individual,
misalnya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan
dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berba memahami anak didik
sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan belajar mengajar yang

13
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Renika Cipta, 2001), hal 1

14
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas,
(Bandung: Permana, 2006), h. 65

15
Op,Cit,. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hlm. 113
berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari
kedun pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.

Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar.
Hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode ceramah tidak sama dengan hasil
pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode tanya jawab atau metode diskusi.

5. Bahan dan alat evaluasi

Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian.Meskipun saling


berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan. Makna yang sebenarnya. Ujian ulangan
harian yang dilakukan guruDi kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat
menggambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan Penerapan
kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada dasarnya Bukan hanya menilai hasil belajar,
tetapi juga proses-proses yang dilalui Pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses
pembelajaran.16

Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam
jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi. Gurulah
yang membuatnya dengan perencanaan yang sistematis dan dengan penggunaan alat evaluasi
Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-salah (true-false) dan pilihan
ganda (multiple-choice), tapi juga menjodohkun (matching), melengkapi (completion), dan
essay.

Masing-masing alat evaluasi itu mempunyai beberapa kelebiha dan kekurangan.


Menyadari akan hal itu, jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya menggunakan
satu alat evaluasi. Tetapi guru sudah menggabungnya lebih dari satu alat evaluasi.

pilihan ganda adalah bagian dari tes objek Maksudnya, objektif dalam hal pengoreksian,
tapi belum tentu objektif dalam jawaban yang dilakukan oleh anak didik. Karena mengharuskan
anak didik memilih jawaban yang sudah disediakan dan tidak ada alternatif lain di luar dari

16
Drs. Asrul, M.Si, Rusydi Ananda, M.Pd Dra. Rosnita, MA,EVALUASI PEMBELAJARAN ( Medan,citaputramedia,
2015) Hal 1-2
alternatif itu, maka bila anak didik tidak dapat menjawabnya, dia cenderung melakukan tindakan
spekulasi, pengambilan sikap untung-untungan ketimbang tidak berisi.

Alat tes dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak
didik. Sebab alat tes ini hanya dapat dijawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan
pelajaran dengan baik. Bila tidak, kemungkinan besar anak didik tidak dapat menjawabnya
dengan baik dan benar. Kelemahan alat tes ini adalah dari segi pembuatan item soal tidak semua
bahan pelajaran dalam satu semester dapat tertampung untuk disuguhkan kepada anak didik pada
waktu ulangan. Essay memang alat tes yang tidak objektif, karena dalam penilaiannya, kalaupun
ada standar penilaian, masih terpengaruh dengan selera guru. Apalagi bila tulisan anak didik
tidak mudah terbaca, kejengkelan hati segera muncul dan pemberian nilai tanpa pemeriksaan pun
dilakukan.17

6. Suasana evaluasi

Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi
menurut kelas masing-masing. Kelas A, kelas B Dll dikumpulkan menurut tingkatan masing-
masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi
suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang
adalah teknik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi, Sistem ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evalus yang benar-benar objektif. Karena sikap
mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka dihadirkanlah satu atau dua
orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi,
selain itu juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak-gerik yang dilakukan oleh anak
didik.

Suasana evaluasi yang demikian tentu saja, disadari atau tidak, menekankan anak didik
untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh berlajar di rumah dalam mempersiapkan diri
menghadapi ulangan. Anak didik merasa diperlakukan secara tidak adil, mereka tentu kecewa,
mereka sedih, mereka berontak dalam hati, mengapa harus terjadi suasana evaluasi yang kurang

17
Op,Cit,. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hlm. 116
sedap dipandang mata itu. Di manakah penghargaan pengawas atas jerih payahnya belajar
selama ini.18

Deftar Pustaka

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011).

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2014).

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009).

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Renika Cipta, 2001).

Roestiyah NK, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, Cet k IV, 2001).

Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Professional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002).

Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, (Bandung:
Permana, 2006).

Drs. Asrul, M.Si, Rusydi Ananda, M.Pd Dra. Rosnita, MA, Evaluasi Pembelajaran
( Medan,citaputramedia, 2015).

Anne Anastasi. 2007. Tes Psikologi Edisi Ketujuh (terjemah). Jakarta: PT.Indeks.

M. Cahbib Thoha. 2003. Teknik Evaluasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

18
Op,Cit,. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hlm. 118

Anda mungkin juga menyukai