Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori

Dalam tinjauan tentang hasil belajar anak, penulis akan menguraikan

tentang pengertian belajar dan tentang pengertian keberhasilan belajar yang

terdiri dari: pengertian tentang keberhasilan, indikator keberhasilan, tingkat

keberhasilan, penilaian keberhasilan serta faktor-faktor mempengaruhi

keberhasilan belajar.

1. Pengertian Belajar

Witherington dalam Ahmad (2016: 13) memberikan batasan

belajar sebagai berikut: Belajar merupakan suatu perubahan dalam

kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan-

penguasaan pola respon atau tingkah laku baru yang mungkin berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, kemampuan atau pemahaman.

Sedangkan menurut Artur T. Jersild dalam Ahmad (2016: 13)

mengatakan bahwa Belajar adalah perubahan atau membawa akibat

perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena mengalami latihan

secara terus menerus aatara anak didik dengan lingkungannya secara sadar

dan sengaja

Sedangkan belajar menurut pandangan Skinner (Ahmad: 2016: 14)

yaitu suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

10
berlangsung secara progresif . Dalam pandangan ini belajar dipahami

sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi

lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menjadi

menurun. Jadi belajar menurut pandangan ini ialah suatu perubahan dalam

kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Seorang anak belajar

sungguh-sungguh dengan demikian pada waktu ulangan siswa tersebut

dapat menjawab semua soal dengan benar.

Sedangkan belajar menurut pandangan Robert M. Gagne (Ahmad

2016: 17) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks,

dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnay kapabilitas disebabkan:

(1).stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang

dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap dan nilai. Dalam pandangan ini terkenal dengan belajar

adalah adanya stimulus respon.

Belajar menurut pandangan Piaget bahwa belajar adalah proses

bagaimana kita memperoleh pengetahuan dan bagimana kita tahu apa yang

kita ketahui. Hal ini ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan

pertumbuhan kognitif anak, yaitu proses assimilation dan proses

acomadation. Proses assimilation yaitu proses menyesuaikan atau

mencocokkan informasi yang baru itu dengan apa yang telah dia ketahui

dengan mengubahnya bila perlu. Sedangkan proses accomadation adalah

anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah kembali apa

11
yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat

disesuaikan dengan lebih baik.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian belajar yaitu suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil

usaha individu berdasarkan pengalamannya dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

2. Keberhasilan Belajar

a. Pengertian keberhasilan

Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah, dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari

bodoh menjadi pintar. Dalam aspek sikap ialah dari ragu-ragu menjadi

yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi

terpelajar. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan belajar,

diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar

dapat dikatakan tidak berhasil.

Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-

perubahan dalam kebiasan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau

dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan

keterampilan (psikomotor). Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini

mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan


12
pendidikan banyak dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami oleh

peserta didik atau siswa.

Untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat

dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing

dengan filosofinya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita

berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini, yang telah

disempurnakan antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar

tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan

Instruksional Khusus (TIK) tersebut dapat tercapai

b. Indikator keberhasilan

Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menyatakan bahwa

suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil berdasarkan

ketentuan kurikulum yang disempurnakan serta saat ini yang

dipergunakan adalah.:

1. Daya serap terhadap bahan pelajaran mencapai prestasi tinggi, baik

2. Secara individu maupun kelompok.

3. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus telah

dicapai siswa baik individual atau kelompok

4. Demikian dua macam tolak ukur yang dipergunakan sebagai acuan

dalam menentukan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.

13
Namun yang banyak dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari

keduanya ialah daya serap siswa terhadap pelajaran.

c. Tingkat Keberhasilan

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan belajar

siswa terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukannya dan

sekaligus untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar, kita

dapat menggunakan acuan tingkat keberhasilan belajar dengan

menggunakan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum tahun

1994 yang telah disuplemenkan di antaranya adalah :

Istimewa maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang

diajarkan dapat dikuasai siswa

Baik sekali/optimal : Apabila pelajaran sebagian besar 85% s/d

94% yang diajarkan dapat dikuasai

siswa.

Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan

hanya 75% s/d 84% dikuasai siswa

Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan

kurang dari 75% dikuasai siswa.

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap

siswa dalam pelajaran dan prosentase keberhasilan siswa dalam

mencapai Tujuan Pembelajaran tersebut, dapat diketahui tingkat

14
keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan

guru.

d. Penilaian keberhasilan

Untuk mengukur keberhasilan serta mengavaluasi tingkat

keberhasilan belajar dapat dilakukan tes prestasi belajar. Berdasarkan

tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke

dalam jenis penilaian sebagai berikut :

1. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur setiap satuan

bahan tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap siswa terhadap suatu bahasan tertentu. Hasil tes

ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan

tertentu dalam waktu tertentu pula, atau sebagai fed back dalam

memperbaiki peroses belajar mengajar.

2. Tes Sub Sumatif

Penilaian ini meliputi seujumlah bahan pengajaran atau

suatu bahan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya

ialah selain untuk memperoleh gambaran daya serap juga untuk

menetapkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasilnya diperhitungkan

untuk menentukan nilai raport.

15
3. Tes Sumatif

Penilaian ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa

terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu

semester. Tujuannya ialah untuk menetapkan tingkat atau tarap

keberhasilan belajar siswa dalam suatuperiode belajar tertentu.

Hasil tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun

ranking (peringkat) atau sebagai ukuran kualitas sekolah.

B. Pembelajaran Matematika di SD

Strategi pembelajaran yang berdimensi pada perencanaan adalah

merupakan suatu pemikiran dan pengupayaan secara strategi untuk

merumuskan, memilih, dan menetapkan aspek-aspek dari pembentukan

sistem pengajaran sehingga aspek-aspek tersebut menjadi konsisten. Hal

ini akan tampak jelas dalam rancangan pengajaran atau persiapan

mengajar seorang guru. Kejelasan strategi pembelajaran yang berdimensi

perencanaan ini akan banyak membantu guru dalam menciptakan situasi

kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Adapun strategi yang berdimensi pelaksanaan adalah merupakan

pemikiran dan pengupayaan yang dilakukan oleh guru dalam

memodifikasi dan menyelaraskan aspek-aspek pembentuk sistem

pengajaran. Strategi ini akan tampak apabila pada peristiwa penyimpangan

terhadap strategi yang berdimensi perencanaan. Menurut Kemp dalam

Ngalimun (2017: 2) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah

16
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik

agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Selain

itu, ada pula pendapat dari Sanjaya dalam Ngalimun (2017: 17) yang

mengatakan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap

kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan

kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

Guna mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien, maka

model pembelajaran yang digunakan adalah model yang mengarah pada

pola belajar siswa yang aktif seperti yang ditegaskan dalam dokumen

kurikulum matematika SD 1994 butir 9 mengenai rambu-rambu yang

harus diperhatikan guru dalam melaksnakan PBM di kelas, yaitu bahwa :

“Dalam Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah bentuk

terselenggarakan kegiatan yang dipandu oleh tenaga pendidik (guru)

sebagai pengajar, pimpinan kelas, pengatur lingkungan, pembimbing,

partisipan, perencana, suvervisor, evaluator, dan konselor.” (Adams dan

Decey dalam Ani Ramdhani 2023: 13).

Sesuai dengan hal tersebut di atas, maka penetapan teknik dan

strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran

matematika harus senantiasa mengacu kepada tujuan kurikuler, sasaran

pembelajaran yang hendak di capai, dan kematangan para siswa. Dengan

kata lain, bahwa dalam merencanakan pembelajaran matematika harus

senantiasa berdasarkan prinsip : (1) Prinsip kesetaraan, yaitu siswa yang

memiliki kesempatan dan dukungan untuk belajar matematika tanpa


17
memandang karakteristik personal, latar belakang, ataupun hambatan fisik

(2) Prinsip kurikulum, kurikulum dalam pembelajaran di kelas berkaitan

dengan pentingnya membangun atau mengembangkan pembelajaran siswa

perlu dibantu dan dibimbing untuk memahami bahwa metematika

merupakan sesuatu yang utuh dan terjalin, (3) Prinsip pengajaran, yaitu

pembelajaran matematika yang efektif dapat berjalan ketika mampu

memahami apa yang siswa ketahui dan perlukan untuk belajar. Guru harus

memiliki pemahaman untuk dapat memberikan ajaran kepada peserta

didik, memahami bagaimana siswa belajar matematika, mengetahui

perkembangan matematika siswa secara individual, dan memilih tugas

serta strategi untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran demi

terciptanya keberhasilan pendidikan matematika yang berkualitas. (NCTM

dalam Khoirun Nisa, 2016: 10).

Harus disadari bahwa mengajar merupakan peristiwa yang

kompleks. Keberhasilan pembelajaran terletak pada kemampuan guru

dalam mengavaluasi perilaku mengajarnya dengan kompleksitas situasi

pembelajaran yang terjadi.

Maka secara metodologis, Pembelajaran matematika seyogiyanya

berorientasi pada ; (1) proses-proses belajar itu sendiri, (2) organisasi dan

implementasi perogram pembelajaran berdasarkan pendekatan konsep, (3)

model pembelajaran yang bersifat inkuiri, penemuan (discovery),

pemecahan masalah (problem solving) berfikir kritis (critical thinking)

berfikir reflektif (reflective thinking), induktif (induktive) dan pelacakan


18
(investigation), (4) menggunakan multi sumber belajar, (5) nilai, (6)

mengembangkan keterampilan intelektual, (7) kedap terhadap realitas

kehidupan masyarakat, (8) tindakan, (9) menggunakan sumber bahan ajar

yang luas dan beragam, (10) pengkajian secara berkesinambungan

terhadap pendekatan-pendekatan yang bersifat inovatif.

Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas maka peran guru dalam

proses pembelajaran, adalah mengidentifikasi berbagai perspektif belajar

siswa dan mengintegrasikan ke dalam proses pembelajaran yang

diselenggarakan. Timbulnya kebosanan dan kesulitan, misinformasi, mis

konsepsi, melemahkan estimasi diri serta munculnya pandangan negatif

mereka terhadap matematika adalah implikasi dari kurangnya guru

memperhatikan masalah ini.

Menurut NCTM (National Council of Teachers of Mathematics)

mengatakan bahwa alasan matematika diajarkan di sekolah karena

matematika dapat memecahkan masalah, karena matematika dapat

menalar, selain itu juga matematika dapat dipakai untuk berkomunikasi

dan menghubungkan serta melatih kecerdasan otak.

Dengan demikian matematika diberikan di sekolah adalah untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerjasama.

19
C. Model pembelajaran kooperatif

A. Pengertian model pembelajaran kooperatif

konsep pembelajaran kooperatif lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahka oleh guru. Suprijono dalam Anugrah (2019: 15) menyatakan

model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial. Menurut Rusman (2014: 202) model

pembelajaran kooperatif adalah merupakan bentuk pembelajaran dengan

cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok yang heterogen. Terdapat beberapa model

pembelajaran kooperatif menurut Majid (2013: 165) Keberhasilan

kelompok sangat tergantung bagi masing-masing anggota kelompoknya.

Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung

jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. Serta partisipasi

dan komunikasi melatih peserta didik untuk dapat aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Berdasarkan uraian para ahli diatas,dapat peneliti

simpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif. Model kooperatif memiliki banyak

variasi antara lain Jigsaw, Example non Example, Make a Match, Role

Playing, Inquiry, Scramble, STAD, NHT, TGT, dan lain-lain.

20
1) Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tujuan yang dapat

dilihat dari segi proses belajar mengajar.tingkat keberhasilan siswa

maupun guru setelah pembelajaran kooperatif ini selesai. Tujuan tersebut

dapat dicapai apabila guru dan siswa dapat sama-sama aktif ketika

pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan

pembelajaran yang dirangkum uleh Ibrahim (dalam Firdha Annisa 2018:

27) yaitu sebagai berikut.

a. Hasil belajar akademi.pembelajaran kooperatif meskipun mencakup

beragam tujuan sosial,juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-

tugas akademis penting lainnya.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu.Penerimaan secara luas dari

orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemempuan, dan ketidakmampuan.

c. Pengembangan keterampilan sosial. Mengajarkan keterampilan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial penting dimiliki siswa. sebab saat ini masih banyak

anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif banyak digunakan dan menjadi perhatian

serta diajukan oleh para ahli pendidikan hal ini dikarenakan berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dalam Rusman (2013: 205)

dinyatak bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan


21
hubungan sosial,menumbuhkan sikap toleransi,dan menghargai pendapat

orang lain. (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan

siswadalam berfikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan

pengetahuan dengan pengalaman.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas,peneliti menyimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tujuan yang dapat

dilihat dari segi proses belajar mengajar,tingkat keberhasilan siswa

maupun guru setelah pembelajaran kooperatif ini selesai.pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar akademik, dapat menerima

dan menghargai perbedaan individu, juga dapat mengembangkan

keterampilan sosial dan diharapkan mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran.

2.Fungsi model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki fungsi dalam penerapannya. Isjoni

(2014: 21) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif berfungsi untuk

peserta didik agar dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya

dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan

kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan

menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.. Miftahul Huda

(2015: 53) fungsi pembelajaran kooperatif selain untuk membangun

interaksi yang positif, adalah menciptakan individu-individu yang

memiliki kepribadian dan rasa tanggung jawab yang besar. Menjadi kunci

penting lain dari pembelajaarn kooperatif adalah untuk mengajarkan


22
kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Siswa juga harus

mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif khusus yang disebut

keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat

dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok,

sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota

kelompok selama kegiatan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

fungsi pembelajran kooperatif yaitu untuk mengembangkan tanggung

jawab peserta didik atas mereka sendiri dan menemukan informasi yang

dihadapkan.pembelajaran kooperatif juga dapat mewujudkan pemahaman

bersama melalui sharing proses.

3. Karakteristik model pembelajaran kooperatif

Pembelajran kooperatif memiliki karakteristik dalam penerapannya.

Karakteristik model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

Slavin dalam Supriono (2013 : 33) yaitu sebagai berikut.

a. penghargaan kelompok, penghargaan kelompok diperoleh

kelompok dalam mencapai skor dalam kriteria yang ditentukan.

keberhasilan kelompok berdasarkan pada penempilan individu

sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar

personal yang saling mendukung, membantu dan saling peduli.

23
b. pertanggung jawaban individu, menitikberatkan pada semua

aktivitas anggota kelompok secara individu yang menjadikan

setiap anggota siap menghadapi tes dan tugas secara mandiri.

c. kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan, semua siswa

baik siswa berprestasi rendah, sedang atau tinggi memperoleh

kesempatan yang sama untuk berhasil dan melakukan yang terbaik

bagi kelompoknya.

Ismaniati (2013: 27) memaparkan beberapa karakteristik pembelajaran

kooperatif yaitu sebagai berikut.

1. Saling ketergantungan positif (positive interdependence)

2. Interaksi tatap muka (face to face promotive interaction)

3. Tanggung jawab individual (individual accountability)

4. Keterampilan-keterampilan kooperatif (cooperative skill)

5. Proses kelompok (group proces)

Rusman (2010: 207) model pembelajaran kooperatif memiliki

karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut.

1. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang dilakukan secara

tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan oleh karena

itu,harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim

harus saling membantu untuk mencapai tujuan belajar.

24
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen dalam model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga

fungsi yaitu manajemen sebagai perencanaan dan pelaksanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah

ditentukan.fungsi manajemen sebagai organisasi, dan fungsi

manajemen sebagai kontrol.

3. Kemampuan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

secara kelompok. Oleh karenanya prinsif kebersamaan atau kerja sama

perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama

yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil optimal.

4. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktekkan melalui aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran secara berkelompok.dengan demikian, siswa

perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi

dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik model pembelajaran

kooperatif adalah keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan

individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar

personal yang saling mendukung,membantu dan saling peduli dan semua


25
siswa baik siswa yang berprestasi rendah,sedang atau tinggi memperoleh

kesempatan yang sama untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi

kelompoknya.pembelajaran kooperatif juga memiliki karakteristik dalam

bentuk penghargaan kelompok,pertanggung jawaban individu,dan

kesempatan yang sama.

4. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur yang harus

diterapkan dalam pelaksanaannya. Rusman (2011 :212) menyatakan

bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsur model

pembelajaran kooperatif harus diterapkan sebagai berikut.

a. Saling ketergantungan positif.keberhasilan suatu pembelajaran sangat

bergantung pada usaha setiap anggotanya.semua anggota bekerja demi

tercapainya suatu tujuan yang sama.

b. Tanggung jawab perseorangan setiap siswa harus bertanggung jawab

untuk melakukan yang terbaik demi kelancaran pembelajaran dalam

kelompok.

c. Tatap muka.setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk tatap

muka dan berdiskusi.kegiatan interaksi ini memberikan kesempatan

kepada siswa untuk saling mengenal dan menerima satu sama

lain.setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang

pengalaman,keluarga dan prestasi belajar yang berbeda satu dengan

yang lain.dengan demikian terwujud sikap untuk saling menghargai

26
perbedaan.memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-

masing siswa.

d. Komunikasi antar anggota.keberhasilan suatu kelompok juga

bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengar

dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi proses kelompok.guru perlu menjadwalkan waktu khusus

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil

kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih

efektif.

Lungdren dalam Isjoni (2012 :16) mengemukakan unsur-unsur dalam

model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa

lain dalam kelompoknya,selain tanggung jawab terhadap diri sendiri

dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan

yang sama.

d. Para siswa berbagi tugas dan membagi tanggung jawab diantara para

anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

27
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan uraian para ahli diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa

unsur-unsur model pembelajaran kooperatif memiliki lima yang

diterapkan yaitu sebagai berikut. Saling ketergantungan positif, tanggung

jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi

proses kelompok.

D. Model kooperatif tipe example non example

1. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe example non example

Example non example merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi

pelajaran. Strategi ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir

kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat

dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar

dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian

dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar (Huda 2013).

Shoimin (2014) dijelaskan bahwa example non example adalah

membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitar

melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, kasus yang

bermuatan masalah. Siswa diarahkan untuk mengidentifikasi masalah,

28
mencari alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan

masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut.

Model pembelajaran ini membuat siswa lebih tertarik dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah model

pembelajaran dengan mempersiapkan gambar,diagram,atau tabel sesuai

materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai

LCD/, dengan petunjuk guru, siswa mencermati sajian, diskusi kelompok

tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan

penyimpulan, evaluasi dan refleksi, model pembelajaran ini membuat

siswa lebih tertarik dalam pembelajaran.

2. Tujuan pembelajaran kooperatif tipe example non example

Model pembelajaran kooperatif tipe example non example merupakan

model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk

menyampaikan materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe

example non example bertujuan mendorong siswa belajar berpikir kritis

dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam

contoh-contoh gambar yang disajikan (Huda,2013: 234)

Model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah model

pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh melalui kasus atau

gambar yang relevan dengan kompetensi dasar, melalui pembelajaran

kooperatif tipe example non example siswa diharapkan dapat memilih dan

29
menyesuaikan contoh-contoh yang ada melalui gambar tersebut,sehingga

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.(Hamzah,2014: 117)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas,peneliti menyimpulkan bahwa

tujuan model pembelajaran kooperatif tipe example non example yaitu

mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan

permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar

yang disajikan.siswa diharapkan dapat memilih dan menyesuaikan contoh-

contoh yang ada melalui gambar tersebut,sehingga diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif

tipe example non example.

3. Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe example non example

Model pembelajaran kooperatif tipe example non example menjadi

penting untuk diterapkan,karena suatu defini konsep dengan memusatkan

perhatian siswa terhadap example non example diharapkan akan dapat

mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai

materi yang ada.Kurniadi (2010: 1) menyatakan karakteristik model

pembelajaran kooperatif tipe example non example atau bisa disebut

example dan non example yaitu model pembelajaran yang menggunakan

gambar sebagai media pembelajaran.penggunaan media gambar ini

disusun dan rancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut

menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam

gambar.

30
Model pembelajaran kooperatif tipe example non example memberi

gambaran siswa terhadap suatu konsep.Buehl (dalam Apriani 2010: 20)

example non example merupakan strategi pembelajaran yang dapat

digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.taktik ini bertujuan untuk

mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang

terdiri dari example dan non example dari suatu definisi konsep yang ada

dan meminta siswa mengkalasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep

yang ada.Example memberi gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh

akan sesuatu materi yang sedang dibahas,sedangkan non example

memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu

materi yang sedang dibahas.

Berdasarkan pendapat para ahli diata,peneliti menyimpulkan bahwa

example non example adalah taktik yang dapat digunakan untuk

mengajarkan definisi konsep.taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan

siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari example

dan non example dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa

untuk mengklasifikasikan keduana sesuai dengan konsep yang

ada.Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh

akan sesuatu materi yang akan dibahas,sedangkan non example

memberikan gambaran akan sesuatu yang bukan contoh dari suatu materi

yang dibahas.

4. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe example

non example

31
Pembelajaran kooperatif tipe example non example memiliki kekurangan

dan kelebihan.Apriani (2010: 219) mengemukakan kelebihan

pembelajaran kooperatif tipe example non example,yaitu sebbagai berikut.

a) Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan

untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam

dan lebih kompleks.

b) Siswa terlibat dalam suatu proses discovery(penemuan) yang

mendorong mereka membangun konsep secara progresif melalui

pengalaman dari example dan non example.

c) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi

karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian

non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian

yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan

pada bagian example.

Buehl (dalam Huda, 2013: 235) kelebihan dan kekurangan dari model

kooperatif tipe example non example sebagai berikut.

(1) Kelebihan model kooperatif tipe example non example diantaranya

sebagai berikut.

(a) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar

(b) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar

(c) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

(2) Kekurangan dalam model pembelajaran kooperatif tipe example

non example,diantaranya sebagai berikut.


32
(a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar

(b) Memerlukan waktuyang lama

Berdasarkan uraian para ahli diatas,peneliti dapat menyimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe example non example memiliki

kelebihan dan klemahan.model pembelajaran kooperatif tipe example non

example memiliki kelebihan yaitu, (1) siswa lebih kritis dalam

menganalisis gambar. (2) siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa

gambar. (3) siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendpat.

Kekurangannya yaitu, (1) tidak semua materi dapat disajikan dengan

gambar. (2) memerlukan waktu yang lama.

5. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe example non example

Pembelajaran kooperatif tipe example non example terdapat langkah-

langkah dalam penerapannya. Suprijono (2012 : 125) mengemukakan

langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe example non

example, diantaranya sebagai berikut.

1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Gambar-gambar yang digunakan tentunya merupakan

gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan

kompetensi dasar.

2) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui LCD

pada tahap ini guru dapat meminta bantuan siswa untuk

mempersiapkan gambar-gambar dan membentuk kelompok siswa.

33
3) Guru memberi petunjuk dan kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar. Siswa diberi waktu untuk

menganalisa dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama agar

detail gambar dapat dipahami oleh siswa, dan guru juga memberi

deskripsi tentang gambar yang diamati.

4) Melalui diskusi kelompok 3-5orang siswa, hasil diskusi dari analisa

gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan sebaiknya

disediakan guru.

5) Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil

diskusinya.

6) Dilatih siswa untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui

perwakilan kelompok masing-masing. Mulai dari komentar/hasil

diskusi siswa,guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

7) Guru dan siswa menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe example non example

(komalasari, 2010 : 61).

1) Guru mempersiapkan gambar-gambar tentang permasalahan yang

sesuai dengan permasalahan.

2) Guru menempelkan gambar dilembar kerja peserta didik (LKPD).

34
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis permasalahan yang ada digambar.

4) Melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan permasalahn yang ada

pada gambar. Hasil diskusi dari analisis permasalahan dalam gambar

dicatat pada kertas.

5) Tiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya.

6) Mulai dari komentar/hasil diskusi dari siswa guru mulai menjelaskan

materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

7) Menarik kesimpulan.

Berdasarkan urian para ahli di atas, dapat disimpulkan model

pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah model yang

dalam penerapannya menggunakan media gambar untuk meningkatkan

motivasi dan minat siswa, juga melatih cara berpikir kritis siswa dalam

menganalisa gambar untuk memecahkan suatu masalah. Peneliti

mengadopsi langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

example non example dari Komalasari yaitu: (1) guru mempersiapkan

gambar-gambar yang sesuai dengan permasalahan yang sesuai dengan

pembelajaran. (2) guru menjelaskan materi yang dipelajari. (3) guru

memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis permasalahan yang ada digambar pada

lembar kerja siswa. (4) siswa mendiskusikan permasalahan yang ada pada

gambar. (5) hasil diskusi dari analisa permasalahn pada gambar dicatat

35
pada kertas dan dipresentasikan. (6) guru dan siswa melakukan kegiatan

tanya jawab dan memberi komentar. (7) selanjutnya menarik kesimpulan.

Indikator pada efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe example non example sebagai berikut. (1) menumbuhkan

motivasi/minat belajar, (2) siswa mampu berpikir kritis dan bertindak

kreatif, (3) siswa mampu memecahkan suatu masalah, (4) melatih siswa

untuk mendesain suatu penemuan, (5) siswa mampu menafsirkan dan

mengevaluasi hasil pengamatan.

E. Satuan Panjang

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur yang memiliki

nilai dan satuan. Besaran menyatakan sifat dari suatu benda. Sifat ini

dinyatakan dalam angka melalui hasil pengukuran. Pengukuran satuan

panjang adalah memberikan informasi mengenai seberapa panjang suatu

benda. Cato (2019)

Nurhasanah (2019) mengemukakan bahwa satuan meter adalah

dapat dibagi menjadi yaitu satuan baku dan satuan tidak baku.

Untuk mengetahui panjang suatu benda kita harus mengetahuinya

dengan menggunakan alat, baik itu berupa penggaris, meteran, depak, dll.

Apakah fungsi masing-masing alat ukur panjang tersebut? Meteran pita

digunakan untuk mengukur satuan panjang kain. Meteran saku biasanya

digunakan oleh tukang bangunan atau tukang kayu untuk mengukur

bangunan atau kayu. Penggaris dapat digunakan untuk mengukuran panjang

garis dibuku.
36
Hubungan antar satuan panjang dalam Burhan (2012 :86) tergambar

sebagai berikut :

gambar 2.1 tangga satuan

Dimana setiap turun 1 tangga akan di kali 10, turun dua tangga di

kali 100 dan seterusnya, begitupun sebaliknya naik satu tangga di bagi 10,

naik dua tangga di bagi 100 dan seterusnya.

B. Penelitian Yang Relevan

1.Damiati (2013) dengan judul skripsi “Pengaruh metode pembelajaran

Example Non Example terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi

bangun datar kelas VII MTSN Karangrejo Tulung Agung semester genap

tahun ajaran 2012/2013. Damiati (2013) memiliki kesamaan dan perbedaan

dengan skripsi peneliti. Persamaannya terletak pada penerapan model

pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

example non example dan mata pelajaran yang digunakan yaitu matematika.

Perbedaannya terletak pada jenjang kelas yang digunakan pada skripsi

37
Damiati menggunakan kelas VII, sedangkan peneliti menggunakan kelas V,

perbedaan selanjutnya terletak pada penelitian, peneliti mengadakan

penelitian di UPT SD Negeri 8 Pinrang, sedangkan Damiati mengadakan

penelitian di MTSN Karangjero Tulung Agung, perbedaan selanjutnya

terletak pada waktu peneliti, dimana peneliti mengadakan penelitian pada

tahun ajaran 2023/2024, sedangkan Damiati pada tahun ajaran 2012/2013.

2. Henisa Rosulawati (2018) dengan judul skripsi “Pengaruh penerapan

model kooperatif tipe example non example terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas IV SD Negeri 1 Tulung Balak” Henisa Rosulawati (2018)

memiliki kesamaan dan perbedaan dengan skripsi peneliti. Persamaannya

terletak pada penerapan model pembelajaran yang digunakan yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe example non example dan mata pelajaran yang

digunakan yaitu matematika. Perbedaannya terletak pada jenjang kelas yang

digunakan pada skripsi Henisa Rosulawati menggunakan kelas IV, sedangkan

peneliti menggunakan kelas V, perbedaan selanjutnya terletak pada

penelitian, peneliti mengadakan penelitian di UPT SD Negeri 8 Pinrang,

sedangkan Henisa Rosulawati mengadakan penelitian di SD Negeri 1 Tulung

Balak, perbedaan selanjutnya terletak pada waktu peneliti, dimana peneliti

mengadakan penelitian pada tahun ajaran 2023/2024, sedangkan Damiati

pada tahun ajaran 2017/2018.

38
C. Kerangka Pikir

Rendahnya Hasil Belajar Matematika


Siswa Kelas V UPT SD Negeri 8 Pinrang

Aspek Guru Aspek Siswa


1.Guru kurang dalam 1.siswa yang kurang
Memberikan contoh memahami sepenuhnya
kepada mengenai materi yang
siswa mengenai materi telah diajarkan.
yang sedang dipelajari 2.siswa kurang berani
2.Guru tidak membentuk untuk mengemukakan
kelompok saat proses pendapatnya
Pembelajaran
3.Guru kurang dalam
memberi petunjuk dan
memberi arahan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Example Non Example
1.Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2.Guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkan melalui
proyektor.
3.Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan.
4.Siswa diminta menganalisis gambar.
5.Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar dicatat pada kertas.

Hasil Belajar Siswa Meningkat

Gambar 1. Kerangka Konsep Model Pembelajaran Example Non Example

39
D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis tindakan yaitu, jika model


Example Non Example diterapkan dengan tepat maka proses dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika tentang satuan panjang di kelas V UPT
SD Negeri 8 Pinrang meningkat.

40

Anda mungkin juga menyukai