Anda di halaman 1dari 33

Konsep dasar Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Uno, 2008:2). Sedangkan yang dimaksud pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam
belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian
pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yangdipelajari siswa”.
Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari
kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat
tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai
tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan
adalah bagaimana cara menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat
berfungsi secara optimal.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam
suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, yaitu:
1.  Perencanaan pengajaran sebagai teknologi
2.  Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem
3.  Perencanaan pengajaran sebagai sebuah
4.  Perencanaan pengajaran sebagai sains (science)
5.  Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses
6.  Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program
pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam
kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu
pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan
pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan
utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah
dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangan sampai
diabaikan.

B.   Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran


Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat
dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi
berikut:
1. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;
2. untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;
3. perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;
4. untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan;
5. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran,
dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari
pembelajaran;
6. sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;
7. perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
8. inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang
optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

C. Manfaat Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya.
Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses
pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan;
2. sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan;
3. sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;
4. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan
dan kelambatan kerja;
5. untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;
6. untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.
Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan
bermanfaat untuk:
1. Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran.
Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang
ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang
terlalu banyak.
2. Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai mengajarkan suatu mata
pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapapun yang
mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi
dan materi yang telah ditentukan.
3. Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempurnaan
siswa.
4. Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan lebih
dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi
5. memperbarui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis
kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian kompetensi atau
subkompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang
lain.
6. Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar
yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajarnya.
7. Meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan, dan
dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggung-jawabkan
kegiatan pembelajaran kepada publik.
8. Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik dan
terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang menyatakan
jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.

D. Prinsip-prinsip Umum tentang Mengajar


Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut.
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah
dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu,
tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru.
Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behaviuor dapat diketahui di
antaranya dengan melakukan pretes. Hal ini sangat penting agar proses belajar mengajar
dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang
bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini dapat menarik minat,
sekaligus dapat memotivasi belajar.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk
melakukan sesuatu.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Apabila tujuan pengajaran diketahui, siswa
mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui, harus dirumuskan secara
khusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Para ahli psikologi
merumuskan prinsip bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam
mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu dari sederhana kepada
yang kompleks (rumit); dari konkret kepada yang abstrak; dari umum (general) kepada yang
kompleks; dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang
bersifat abstrak); dengan menggunakan prinsip induksi ke induksi atau sebaliknya, dan sering
menggunakan reinforcement (penguatan).

E. Tipe-tipe Belajar
Dalam praktik pengajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi merupakan
tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar pun cocok untuk segala situasi.
Karena masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan cocok untuk situasi tertentu.
Robert M. Gagne mencoba melihat berbagai teori belajar dalam satu kebulatan yang Baling
melengkapi dan tidak bertentangan. Menurut Gagne, belajar mempunyai delapan tipe.
Kedelapan tipe 1tu bertingkat, ada hierarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar
merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya.
Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam
belajar maupun mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajar pun
terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan belajar di atas. Kedelapan tipe itu adalah sebagai
berikut.
 
1.Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons bersyarat. Seperti menutup
mulut dengan telunjuk, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk dan
lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar
semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi, respons yang dilakukan itu
bersifat umum, kabur, dan emosional.
2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Respons Learning)
Tipe belajar S–R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S–R.
Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itu pun ikatan S–R. Jadi, belajar stimulus
respons sama dengan teori asosiasi (S–R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan
reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
3.Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antara berbagai S–R yang
bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik; seperti gerakan dalam mengikat
sepatu, makan-minum-merokok; atau gerakan verbal seperti selamat-tinggal, bapak-ibu.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu
yang sudah dimilikinya. Misal “pyramids itu berbangun limas” adalah contoh tipe belajar
asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa piramida berbentuk limas kalau ia
mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, dan kerucut. Hubungan atau asosiasi
verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti
yang lain.
5.Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan berbagai
bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain.
6.Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap
fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta.
7.Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan adalah lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam belajar aturan,
seseorang dipandang telah memiliki berbagai konsep yang dapat untuk mengemukakan
berbagai formula, hukum, atau dalil.
8.Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar yang terakhir adalah memecahkan masalah. Tipe belajar ini dapat dilakukan oleh
seseorang apabila dalam dirinya sudah mampu mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan
dengan masalah yang dihadapinya. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu yang
cukup, bahkan ada yang memakan waktu terlalu lama. Juga sering kali harus melalui
berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu. Dalam segala langkah
diperlukan pemikiran sehingga dalam memecahkan masalah akan diperoleh hasil yang
optimal.
Kedelapan tipe belajar di atas tampaknya para ahli sepakat. Tipe belajar yang memiliki
hierarki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar selanjutnya. Sebaliknya
tiap tipe belajar memerlukan penguasaan pada tipe belajar di tingkat bawahnya. Belajar
memecahkan masalah misalnya harus menguasai sejumlah aturan yang relevan, seterusnya
untuk belajar aturan perlu penguasaan beberapa konsep yang digunakan pada aturan.
Dalam kaitan dengan perencanaan pengajaran, tipe belajar ini perlu mendapat perhatian,
sebab hal ini menjadi salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan pengajaran yang
diberikan kepada siswa. Dengan kata lain, agar siswa belajar mencapai taraf yang lebih
tinggi, diperlukan kemampuan guru dalam menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana yang
telah diuraikan di atas.
 

Pengertian, Prinsip, Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran


A.    Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses aktivitas yang dilakukan secara tertata dan

teratur, berjalan secara logis dan sistematis mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati
sebelumnya. Setiap kegiatan pembelajaran bukan merupakan proyeksi keinginan dari guru secara

sebelah pihak, akan tetapi merupakan perwujudan dari berbagai keinginan yang dikemas dalam

suatu kurikulum.

Kurikulum sebagai program pendidikan, masih bersifat umum dan sangat ideal. Untuk

merealisasikan dalam bentuk kegiatan yang lebih operasional yaitu dalam pembelajaran, terlebih

dahulu guru harus memahami tuntutan kurikulum, kemudian secara praktis dijabarkan kedalam

bentuk perencanaan pembelajaran untuk dijadikan pedoman operasional pembelajaran.

Sebagaimana dikemukakan oleh Nana dan Sukirman (2008). Dengan demikian

Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaan dan pengembangan dari kurikulum.


Dalam membuat perencanaan pembelajaran, tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan
kurikulum, juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah
masing-masing. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada model atau isi perencanaan pembelajaran
yang dikembangkan oleh setiap guru, disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap
sekolah.

Perencanaan sebagai program pembelajaran memiliki beberapa pengertian yang memiliki

makna yang sama yaitu suatu proses mengelola, mengatur dan merumuskan unsur-unsur

pembelajaran seperti merumuskan tujuan, materi atau isi, metode pembelajaran dan merumuskan

evaluasi pembelajaran.

Perumusan dan pengelolaan setiap unsur atau komponen pembelajaran tersebut diarahkan

sebagai suatu jawaban atas empat pertanyaan pokok yaitu :

1.      Apa yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan?

2.      Apa yang harus diberikan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut?

3.      Bagaimana atau dengan cara apa proses pembelajaran dilakukan agar sasaran pembelajaran dapat

dicapai?

4.      Bagaimana untuk mengetahui ketercapaian sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan?
Jawaban keempat pertanyaan tersebut diformulasikan dalam suatu sistem perencanaan

pembelajaran, yaitu mengembangkan tujuan, isi, metode dan media serta mengembangkan evaluasi

pembelajaran, sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, saling mempengaruhi dan menentukan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selain itu, berkenaan dengan perencanaan William H. Newman dalam bukunya

Administrative Action Techniques of Organization and Management mengemukakan bahwa:

Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan . Perencanaan mengandung rangkaian-
rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan,
penentuan program, penentuan metode-metode dan proedur tertentu dan penentuan kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari.

Sedangkan menurut asumsi Terry (Majid, 2006:16) ia menyatakan bahwa ‘perencanaan

adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk dapat mencapai

tujuan yang telah digariskan.’ Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu

diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan

suatu pola tindakan untuk masa mendatang.

Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru

dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.

Dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara bagaimana menyiapkan pengalaman belajar bagi

peserta didik.

Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi

pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan

penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada saat tertentu untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Seperti yang diungkapkan oleh Banghart dan Trull (Hernawan, 2007)

bahwa:

Perencanaan pembelajaran merupakan proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media


pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu
yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.

Maka dapat ditarik benang merah bahwa perencanaan pembelajara merupakan proses yang

diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu baik berupa penyusuna materi

pengajaran, peggunaan media, maupun model pembelajaran lainnya yang dimaksudkan agar

pelaksanaannya berjalan optimal.

B.     Prinsip Perencanaan Pembelajaran

Seorang guru yang ingin melibatkan diri dalam suatu kegiatan perencanaan, harus

mengetahui prinsip-prinsip perencanaan, seperti yang dikemukakan oleh Sagala (Hermawan, 2007)

yang meliputi :

1)      Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam

implementasi pembelajaran.

2)      Membatasi sasaran atas dasar tujuan intruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk

mencapai hasil yang maksimal melalui prosess penentuan target pembelajaran.

3)      Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran.

4)      Mengumpulkan dan menganalisis iniformasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

5)      Mempersiapkan dan mengkomunikassikan rencana-rencana daan keputusan-keputusan yang

berkaitan dengan pembelajaaran kepada pihak yang berkepentingan.

Jika prinsip-prinsip itu terpenuhi, secara teoretik perencanaan pembelajaran itu akan

memberi penegasan untuk mencapai tujuan sesuai scenario yang sudah disusun.
Sedangkan berdasarkan asumsi Jumhana (2006). Prinsip-prinsip yang harus dijadikan dasar

dalam merancang pembelajaran, baik untuk perencanaan pembelajaran yang masih bersifat umum

maupun perencanaan pembelajaran yang lebih spesifik adalah bahwa perencanaan tersebut harus

memenuhi unsur :

1.      Ilmiah yaitu keseluruhan materi yang dikembangkan atau di rancang oleh guru termasuk kegiatan

yang menjadi muatan dalam silabus dan rencana pelaksanaan dan pembelajaran, harus benar dan

dapat di pertanggung jawabkan secara keilmuan.

2.      Relevan yaitu bahwa setiap materi memiliki ruang lingkup atau cakupan dan sistematikanya atau

urutan penyajianya.

3.      Sistematis yaitu unsur perencanaan baik untuk perencanaan jenis silabus maupun perencanaan

untuk rencana pelaksanaan pembelajaran, anatara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya harus

saling terkait, mempengaruhi, menentukan dan suatu dan suatu kesatuan yang utuh untuk

mencapan tujuan atau kompetensi.

4.      Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar. Indicator, materi pokok

pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.

5.      Memadai yaitu cakupan indikator materi pokok, pengalaman, sumber belajar dan sistem penilaian

cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

6.      Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indicator, materi pokok, pengalaman belajaran sumber

belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir

dalam kehidupan nyata, dan pristiwa yang terjadi.

7.      Fleksibel yaitu keseluruhan kompenen silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajraan harus

dapat mengkomodasai keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi

yang di sekolah dan tuntutan masyarakat.


8.      Menyeluruh yaitu komponen silabus rencana pelaksanaan pembelajaran harus mencakup

keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

C.    Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dicapai

oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Rumusan kualifikasi kemampuan yang harus

dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut dalam pembelajaran trsebut dengan

“perubahan perilaku” (change of behavior). Adapun jenis perubahan perilaku terebut ecara garis

besarnya meliputi bidang pengetahuan (kognitif), sikap (apektif) dan keterampilan (pikomotor).

Tujuan pembelajaran adalah rumusan perilaku siswa (pengetahuan, sikap maupun keerampilan)

yang harus terjadi pada setiap selesainya proses pembelajaran. Oleh karena itu, rumusan

pembelajaran harus mencerminkan perubahan yang spesifik, mudah dikontrol dan terukur dalam

setiap jenis perubahan yang telah dimiliki oleh siswa dari hasil belajar yang telah dilakukannya.

Tercapainya tujuan pembelajaran dengan indikator perubahan yang terukur baik dari segi

pengetahuan, sikap maupun keterampilan, tidak berarti bahwa hanya sebatas itulah tujuan

pembelajaran tersebut. Tercapainya tujuan pembelajaran, merupakan merupakan tahap awal atau

sebagai perantara untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih luas, komplek dan lebih tinggi lagi.

Dengan demikian tujuan pembelajaran dalam urutan tujuan, merupakan penjabaran dari tujuan

yang ada diatasnya, yaitu tujuan kurikuler, tujuan lembaga, atau institusional, dan tujuan pendidikan

nasional.

Tujuan pembelajaran adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang lebih spesifik menyangkut

dengan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang harus siswa setelah mengikuti setiap pokok

atau materi pembelajaran. Tujuan diatasnya adalah tujuan kulikuler, yaitu rumusan kualifikasi

kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah selesai mempelajari mata-mata pelajaran atau

bidang studi. Adapun tujuan yang lebih tingginya lagi dari tujuan kulikuler yaitu tujuan lembaga atau
institusional, yaitu rumusan kualifikasi yang harus dimiliki atau dicapai setelah siswa menyelesaikan

program satuan pendidikan. Adapun tujuan terkahir yang paling tinggi yang harus menjadi muara

dari tujuan-tujuan yang ada dibawahnya yaitu tujuan pendidikan nasional.

Selain dari memiliki tujuan, perencanaan pembelajaranpun memiliki fungsi, yang menurut

Kostelnik secara spesifik fungsi perencanaan pembelajaran tersebut diantaranya adalah sebagai

berikut:

1.      Mengorganisir pembelajaran yaitu proses mengelola seluruh aspek yang terkait dengan

pembelajaran agar tertata secara teratur, logis dan sistematis untuk memudahkan melakukan proses

dan pencapaian hasil pembelajaran secara efektif dan efesien.

2.      Berpikir lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus dilakukan siswa; yaitu melalui

perencanaan, proses pembelajaran dapat dirancang secara kreatif, inovatif. Dengan demikian proses

pembelajaran tidak dikesankan sebagai suatu proses yang monoton atau terjadi sebagai suatu

rutinitas.

3.      Menetapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pembelajaran; melalui perencanaan, sarana dan

fasilitas pendukung yang diperlukan akan mudah diidentifikasi dan bagaimana menelolanya sehingga

sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dapat terpenuhi untuk menunjang terjadinya proses

pembelajaran yang lebih efektif.

4.      Memetakan indikator hasil belajar dan cara untuk mencapainya; yaitu melalui perencanaan yang

matang, guru sudah memiliki data tentang jumlah indikator yang harus dikuasai oleh siswa dari

setiap pembelajaran yang dilakukannya. Dengan demikian guruoun tentu saja sudah membayangkan

kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai setiap indicator tersebut.

5.      Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa secara lebih spesifik; yaitu melalui

perencanaa, hal-hal penting yang terkait dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang dimiliki

siswa akan teridentifikasi dan merencanakan tindakan yang dianggap tepat untuk meresponnya.

6.      Mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajaran; yaitu melalui perencanaan segala sesuatu yang

terkait dengan kepentingan pembelajaran sudah dikomunikasikan, baik secara internal yaitu
terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dengan tugas-tugas pembelajaran, maupun dengan

pihak eksternal yaitu pihak-pihak mayarakat (stake holder).

Pada garis besar, perencanaan pembelajaran itu bertujuan untuk mengarahkan dan

membimbing kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

Sagala (Hernawan, 2007) bahwa:

Tujuan perencanaan bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip fundamental tetapi juga


mengembangkan sikap yang positif terhadap program pembeljaran, meneliti dan menentukan
pemecahan masalah pembelajaran. Secara ideal tujuan perencanaan pembelajaran adalah
menguasai sepenuhnya bahan dan materi ajar, metode dan penggunaan alat dan perlengkapan
pembelajaran, menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola alokassi waktu yang
tersedia dan membelajarkan siswa sesuai yang diprogramkan.

Tujuan perencanaan itu memungkinkan guru memilih metode mana yang sesuai sehingga

proses pembelajaran itu mengarah dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Bagi guru,

setiap pemilihan metode berarti menentukan jenis proses belajar mengajar mana yang dianggap

efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirumuaskan. Hal ini juga mengarahkan bagaimana guru

mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dipilihnya.

Dengan demikian betapa pentingnya tujuan itu diperhatikan dan dirumuskan dalam setiap

pembelajaran, agar pembeljaran itu benar-benar dapat mencapai tujuan sebagaimana yang tertuang

dalam kurikulum.

Terdapat juga beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (Hernawan, 2007)

bahwa pada garis besarnya perencanaan pembeljaran berfungsi berikut:

1.      Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya
dengan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu.

2.      Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap pencapaian
tujuan pendidikan.

3.      Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaraan yang diberikan dan prosedur yang
digunakan.

4.      Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa , minat-minat siswa dan
mendorong motivasi belajar.
5.      Mengurangi kegiataan yang bersifat trial dan error dalam mengajar dengan adanya organisasi yang
baik dan metode yang tepat.

6.      Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan yang
up-todate pada siswa.

Maka secara hakiki tujuan yang paling mendasar dari sebuah perencanaan pembelajaran

adalah sebagai pedoman atau petunjuk bagi guru, serta mengarahkan dan membimbing kegiatan

guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Sedangkan fungsi dari perencanaan adalah mengorganisasikan dan mengakomodasikan kebutuhan


siswa secara spesifik, membantu guru dalam memetakan tujuan yang hendak dicapai, dan
membantu guru dalam mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar.

Pengertian Perencanaan Pembelajaran


Pertama, perencanaan adalah awal dari semua proses suatu pelaksanaan kegiatan
yang bersifat rasional.
Perencanaan harus memiliki empat unsur, yakni :

1. Adanya tujuan yang harus di capai


2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan
3. Sumber daya yang dapat mendukung
4. Implementasi setiap keputusan

Kedua, pembelajaran diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dengan
siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada.
Jadi, perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil
berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni
perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai
upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan
sumber belajar yang ada.
Hasil akhir dari proses pengambilan keputsan tersebut adalah tersusunnya
dokumen yang berisi terntang hal - hal di atas, sehingga selanjutnya dokumen
tersebut dapat dijadika sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajan.

Karakteristik Perencanaan Pembelajaran ;

1. Merupakan hasil dari proses berpikir.


2. Disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3. Berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan.

Mengapa Perencanaan Pembelajaran Dibutuhkan???


Pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan tidak sederhana. Proses
pembelajaran memerlukan pemikiran yang matang, sehingga dibutuhkannya suatu
perencanaan agar dapat berfungsi sebagai pedoman dalam mencapai tujuan
pembelajaran.

MANFAAT DAN FUNGSI PERENCANAAN


PEMBELAJARAN
1. Manfaat Perencanaan

 Kita akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung - untungan, yakni
melalui adanya proses perencanaan yang matang
 Sebagai alat untuk memecahkan masalah
 Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat
 Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis

2. Fungsi Perencanaan

 Fungsi kreatif
 Fungsi inovatif
 Fungsi selektif
 Fungsi komunikatif
 Fungsi prediktif
 Fungsi akurasi
 Fungsi pencapaian tujuan
 Fungsi kontrol

KRITERIA PENYUSUNAN PERENCANAAN


PEMBELAJARAN

1. Signifikasi
2. Relevan
3. Kepastian
4. Adaptabilitas
5. Kesederhanaan
6. Prediktif
LANGKAH - LANGKAH PENYUSUNAN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
1. Merumuskan tujuan khusus

 Domain kognitif
 Sikap dan apresiasi
 Keterampilan dan penampilan

2. Pengalaman belajar
3. Kegiatan belajar mengajar
4. Orang - orang yang terlibat
5. Bahan dan alat
6. Fasilitas Fisik
7. Perencanaan evaluasi dan pengembangan

HAKIKAT PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
OLEH  KELOMPOK  II

1. USMAN M                                                 :  1191040013


                           2. TAHRIR NURHIDAYAT                        :  1191040080
                           3.  WINDA                                                      :  1191040027
                           4. APRIANTI RESKI                                   :  1191040099
                           5. ASBAR WIRASAPUTRA                      :  1191040013 

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan sesuatu tugas. Jadi Perencanaan
Pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di
dalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi guru dan murid, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
Karena dengan perencanaan itu, maka seseorang guru akan bisa memberikan
pelajaran dengan baik, karena ia dapat menghadapi situasi di dalam kelas secara tegas,
mantap dan fleksibel.
Karena membuat perencanaan yang baik, maka seorang akan tumbuh menjadi seorang
guru yang baik. Seorang bisa menjadi guru yang baik adalah berkat pertumbuhan, berkat
pengalaman dan akibat dari hasil belajar yang terus menerus, walaupun faktor bakat ikut pula
berpengaruh.
B. Rumusan Masalah
1.       Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Pembelajaran ?
2.       Apa yang dimaksud dengan Standar Kompetensi ?
3.       Apa yang dimaksud dengan Kompetensi Dasar ?
4.      Apa yang dimaksud dengan Indikator ?
Apa yang dimaksud dengan Tujuan Pembelajaran ?

C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Perencanaan Pembelajaran
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mengetahui Standar Kompetensi
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kompetensi Dasar
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Indikator
5.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tujuan Pembelajaran
                                                                                                                                                      
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Perencanaan Pembelajaran
           Perencanaan Pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu Perencanaan berasal dari kata
rencana yang artinya pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu “Perencanaan” harus memiliki 4 unsur Yaitu :
1. Adanya tujuan yang harus dicapai.
2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan
3. Sumber daya yang dapat mendukung
4. Implementasi setiap keputusan
          Kata yang kedua adalah Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya
dengan “Pengajaran” adalah Upaya untuk membelajarkan siswa. (Degeng,1989). Yang
menurut Muhaimin (2001, 183) kata pembelajaran lebih tepat digunakan karena
menggambarkan upaya untuk membangkitkan prakarsa belajar seseorang. Disamping itu kata
pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk mengungkapkan hakikat desain
pembelajaran.
           Menurut Wina Sanjaya (2008, 26) Pembelajaran adalah terjemahan dari “Intruction”,
kata yang sering diambil dalam pendidikan di Amerika. Hal seperti itu dikutip dari
pernyataannya Gagne (1992) bahwa mengajar atau teaching adalah bagian dari pembelajaran
atau instruction.
          Jadi Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan semua potensi dan sumber yang ada baik dari dalam diri siswa maupun
dari luar siswa untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode  untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran
yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya
untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru,
tetapi memungkin berinteraksi dengan semua sumber belajar yang dipakai untuk mencapai
pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu pembelajran memusatkan pada bagaimana
membelajarkan siswa dan bukan pada apa yang dipelajari siswa. Adapaun perhatian terhadap
apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum yakni mengenai apa isi
dari pembelajran yang harus dipelajari siswa agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini
hal-hal yang dapat diperhatikan dalam mencapai pembelajaran adalah bagaiman cara
menggorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran dan bagaimana
menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada dan dapat berfungsi secara optimal.

B. Definisi Perencanaan Pembelajaran Menurut Para Ahli


Berikut ini definisi tentang perencanaan pembelajaran menurut para ahli:
a. Ritchy
Ilmu yang merancang detail spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan
situasi dengan fasilitas penegetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok.
b. Smith & Ragan
Proses sistematis dalam mengertikan prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam
rancangan untuk bahan dan aktivitas pembelajaran. Proses sistematis dan berfikir dalam
mengartikan prinsip belajar dan pemebelajaran ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas
pemebelajaran.
c.  Zook
Proses berfikir sistematis untuk mebantu pelajar memahami (belajar)
d.  Ibrahim
Kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan
pembelejaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi apa
yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan, serta alat atau media apa yang
diperlukan.
e. Banghart dan Trull
Proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan
pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
f. Toeti Sukamto
Pengembangan pembelajran yang merupakan sebgai sistem yang akan terintegrasi dan
terdiri dari beberapa unsur yang salin berinteraksi.
g. Nana Sudjana
Kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu
pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-
komponen pembelajarn sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara
penyampaian kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi)
menjadi jelas dan sistematis.

C. Konsep Perencanaan Pembelajaran


Disebutkan bahwa konsep perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudt
pandang, diantaranya:
1.      Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi, dimana perencanaan pembelajaran akan
mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan
teori-teori yang konstruktif terhadap pembelajaran;
2.      Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana terdapat susunan   sumber-sumber
dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran;
3.      Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin ilmu, di mana perencanaan pembelajaran
merupakan cabang dari suatu pengetahuan yang senantiasa menghasilkan proses yang secara
sistemik diimplementasikan;
4.      Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses; dan
5.      Perencanaan pembelajaran sebagai suatu realitas.

D.  Manfaat Perencanaan Pembelajaran


Adapun manfaat perencanaan pembelajaran antara lain:
1) Sebagai petunjuk atau arah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran;
2) Sebagai pola dasar dalam mengatus tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam proses pembelajaran;
3) Sebagai alat ukur keefektifan kegiatan pembelajaran;
4) Sebagai bahan dasar penyusunan data untuk memperoleh keseimbangan kerja; 5) Untuk
penghematan waktu, tenaga, biaya, alat, dsb.
E. Standar Kompetensi
a. Pengertian Standar Kompetensi Guru
            Depdiknas (2004:4) kompetensi diartikan, ”sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. “Secara
sederhana kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap,
nilai dan keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam rangka
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang
disandangnya” (Nana Sudjana 2009:1). Nurhadi (2004:15) menyatakan, “kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak”.
Selanjutnya menurut para ahli pendidikan Mc Ashan (dalam Nurhadi, 2004:16)
menyatakan, ”kompetensi diartikan Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yang dikuasai seseorang sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-
perilaku koqnitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya. ”Kompetensi diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak (DalamSuparlan). Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di
dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kompetensi adalah sebagai suatu
kecakapan untuk melakukan sesuatu pekerjaan berkat pengetahuan, keterampilan ataupun
keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Undang-Undang Guru dan
Dosan No.14 Tahun 2005 Pasal 8menyatakan, ” guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. ”Dari rumusan di atas jelas disebutkan
pemilikan kompetensi oleh setiapguru merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh
guru. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan
kualitas guru yang sebenarnya. Selanjutnya Pasal 10 menyebutkan empat kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru yakni (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)
kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan
fungsi sebagai guru.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan standar Kompetensi guru
adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam bentuk
penguasaan perangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan
bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Standar kompetensi
guru dipilah ke dalam tiga komponen yang kait-mengait, yakni : 1) pengelolaan
pembelajaran, 2) pengembangan profesi, dan 3) penguasaan akademik. Komponen pertama
terdiriatas empat kompetensi, komponen kedua memiliki satu kompetensi, dan komponen
ketiga memiliki dua kompetensi. Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara
keseluruhan meliputi tujuh kompetensi dasar, yaitu: 1) penyusunan rencana pembelajaran, 2)
pelaksanaan interaksi belajar mengajar, 3) penilaian prestasi belajar peserta didik, 4)
pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, 5) pengembangan
profesi, 6) pemahaman wawasan kependidikan, dan 7) penguasaan bahan kajian akademik
(sesuai denganmata pelajaran yang diajarkan).Abdurrahman Mas’ud (dalam Suparlan
2005:99) menyebutkan tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yakni : (1) menguasai
materi atau bahan ajar, (2) antusiasme, dan (3) penuh kasih sayang (loving) dalam
mengajar dan mendidik.
b. Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi Guru
Depdiknas (2004: 4) tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan
dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat
melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat
melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik-baiknya
sesuai bidang tugasnya. Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru adalah sebagai
acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan
bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan
evaluasi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga kependidikan.
F.  Kompetensi Dasar
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan
sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup
tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara
eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun
siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran.
Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indicator keberhasilan. Ada
beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain:
1. Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu
3. Kemahiran (skill)
4. Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang
dibebankan kepadanya
5. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
6. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan
Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum
yang bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar
mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan
demikian tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar
pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan
materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal
yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan
dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran
lebih lanjut dari standar kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar
dalam silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh
tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya.
G. Indikator
            Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
   Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
Kompetensi Dasar;
   Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
   Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Daftar kata kerja operasional dengan tiga ranah yang biasa dipergunakan untuk
menyusun indikator.
1. Ranah Kognitif
Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan
muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang
karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif
produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi
yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja
operasional (terlampir) aspek kognitif. Obyek dari indicator adalah produk IPA misalnya
konsep, hukum, kaidah dll.
1.      Pengetahuan (C1) : Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang,
Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan,
Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang,
Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode,
Menelusuri, Menulis
2.      Pemahaman (C2) : Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci,
Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah,
Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali,
Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan,
Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan
3.      Penerapan (C3) : Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi,
Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah,
Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan,
Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan,
Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun,
Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan
4.      Analisis (C4) : Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi,
Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan,
Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan,
Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih,
Mengukur, Melatih, Mentransfer
5.      Sintesis (C5) :  Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan,
Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi,
Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan,
Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan,
Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan,
Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi
6.                  Penerapan (C6) : Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan,
Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas,
Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum,
Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan
2.  Ranah Afektif
Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan
serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan
dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun
dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh
sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu, indicator Afektif
juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya: bertanya, menyumbang ide atau
berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.
1.    Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi,
Meminati
2.    Menanggapi : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika, Menyenangi,
Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan,
Memilah, Menolak
3.    Menilai : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas,
Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan,
Menyumbang
4.    Mengelola : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan,
Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola,
Menegosiasi, Merembuk
5.    Menghayati : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan,
Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan

3.  Ranah Psikomotor


Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak
setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan,
penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya
merangkai, mengukur, membuat, dll.
1.    Menirukan (P1): Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar, Mengatur,
Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun, Mengubah, Membersihkan,
Memposisikan, Mengonstruksi
2.    Memanipulasi (P2): Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang, Memilah, Melatih,
Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi, Menempatkan, Membuat, Memanipulasi,
Mereparasi, Mencampur
3.    Pengalamiahan (P3): Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim, Memindahkan,
Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas,
Membungkus
4.    Artikulasi (P4): Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan, Menggunakan,
Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel, Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang
H. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran menurut para ahli, Robert F. Mager (1962) mengemukakan
bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan
oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Henry Ellington (1984) bahwa
tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran (Hamzah, 2008).
Walaupun terdapat perbedaan pendapat oleh para ahli mengenai tujuan pembelajaran,
tetapi semuanya memberikan pemahaman yang sama, bahwa :
1. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran;
2. Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
Menurut Made (2009) dalam proses pembelajaran, guru harus menetapkan terlebih dahulu
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan
pembelajaran dibagi atas tiga kategori, yaitu :
1. tujuan pembelajaran ranah kognitif
2. tujuan pembelajaran ranah efektif, dan
3. tujuan pembelajaran psikomotorik
Adanya perbedaan tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula pada adanya
perbedaan strategi pembelajaran yang harus ditetapkan. Jadi, dalam penerapan suatu strategi
pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (Made, 2009).
Menurut Nana (2002), ada 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, baik bagi
guru maupun siswa yaitu:
1. memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa,
sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;
2. memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
3. membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran;
4. memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dijelaskan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata
pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-
alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk
mengukur prestasi belajar siswa.
Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran sangat tergantung dari
kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang ada seperti tujuan pembelajaran,
karakteristik siswa, kendala sumber belajar, dan karakteristik bidang studi. Hasil analisis
terhadap kondisi pembelajaran tersebut dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan
strategi pembelajaran yang akan digunakan. Oleh karena itu tujuan pembelajaran menjadi
bagian penting dalam pembelajaran.
  Pentingnya Perumusan Tujuan Pembelajaran
Menurut Wina (2010) kriteria keberhasilan guru diukur oleh bagaimana aktivitas
siswa untuk mempelajari bahan pelajaran serta seberapa banyak materi yang telah dikuasai
sehingga mampu memengaruhi pola pikir siswa, sehingga ada beberapa alasan mengapa
tujuan perlu dirumuskan dalam merangcang suatu program pembelajaran, diantaranya :
1. Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan
proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat
mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu merupakan indicator keberhasilan guru
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
2. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar
siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktivitas
belajar. Berkaitan dengan itu, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan
apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa.
3. Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain system pembelajaran. Artinya,
dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode,
dan strategi pembelajaran, alat media, dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan
merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa.
4. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan
kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru bisa mengontrol sampai mana
siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum
yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu
sekolah.
Dengan adanya tujuan pembelajaran guru maupun siswa dapat menyiapkan diri baik
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap untuk mengikuti proses pembelajaran secara aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Rumusan tujuan pembelajaran yang jelas juga sangat
diperlukan oleh guru dan penyelenggaraan pendidikan untuk merancang dan menyediakan
administrasi, sarana dan prasarana serta dukungan lain yang diperlukan (Abdorrakhman,
2008).
  Tujuan Pembelajaran dalam Tingkatan Tujuan Pendidikan
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau disebut juga dengan
tujuan instruksional, merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan pembelajaran yang
merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefenisikan sebagai kemampuan yang harus
dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi
tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan,
termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran ini adalah tugas
guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus dikuasaioleh anak didik setelah mereka selesai pelajaran (Wina,
2010).
Tujuan lembaga pendidikan itu selanjutnya dijabarkan ke dalam beberapa tujuan
kurikuler atau tujuan bidang studi, dan kemudian dijabarkan lagi ke daam tujuan
pembelajaran, atau tujuan yang harus dicapai dalam satu kali pertemuan (Wina, 2010).
Walaupun tujuan yang dirumuskan guru adalah tujuan pembelajaran, namun jangan lupa
bahwa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan yang ada diatasnya, yaitu tujuan
kurikuler yang bersumber dari tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini
perlu dipahami,sebab dalam implementasi proses belajar mengajar guru sering terjebak dalam
pencapaian tujuan yang sangat khusus, sehingga tujuan akhir seperti tercantum dalam tujuan
pendidkan nasional menjadi terabaikan (Wina, 2010).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
Perencanaan Pembelajaran harus memiliki 4 unsur Yaitu :
1. Adanya tujuan yang harus dicapai.
2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan
3. Sumber daya yang dapat mendukung
4. Implementasi setiap keputusan
            Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan standar Kompetensi guru
adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam bentuk
penguasaan perangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan
bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten.
            Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus
dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas
pada jenjang pendidikan tertentu.
            Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
   Kuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
Kompetensi Dasar;
   Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
   Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Daftar kata kerja operasional dengan tiga ranah yang biasa dipergunakan untuk
menyusun indikator.
Dalam tujuan pembelajaran disimpulkan bahwa:

1. Seorang guru dalam merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat merumuskan


tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas.
2. Perumusan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru
maupun siswa
3. Saat ini telah terjadi pergeseran dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari
penguasaan bahan ke penguasan performansi.
4. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
5. Tujuan pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang didalamnya
mencakup komponen: Audience, Behavior, Condition dan Degree

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada teman-teman mahasiswa agar dapat
meningkatkan pemahaman tentang perencanaan pembelajaran, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran.
Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan dalam
pembutan makalah ini maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAK
Anonim:http://www.kosmaext2010.com/makalah-pentingnya-perencanaan-dan-desain-
pembelajaran-pai.php diakses hari Minggu 20 Mei 2012.
Anonim:http://www.sekolahdasar.net/2010/10/pengertian-perencanaan-pembelajaran.html
diakses hari Sabtu 19 Mei 2012.
Anonim: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2147958-perencanaan-
pembelajaran/#ixzz1vGdzDeUV diakses hari minggu 20 Mei 2012.
Anonim:http://fachurodji-pendidikan.blogspot.com/2012/01/konsep-perencanaan-
pembelajaran.html diakses hari minggu 20 Mei 2012.
Degeng, 1989, Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti
Wina Sanjaya, 2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Prenada
Media Group

Langkah-langkah Penyusunan RPP


(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Tulis Komentar PERANGKAT PEMBELAJARAN

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu
kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan
atau lebih.

Langkah-langkah menyusun suatu rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi beberapa hal berikut :

a. Identitas Mata Pelajaran

Tuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu (jam pertemuan).
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan Standar Isi.

c. Indikator

Pengembangan indikator dilakukan dengan beberapa pertimbangan berikut :

1.   Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua).

2.   Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi.

3.   Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja KD atau SK.

4.   Prinsip pengembangan indicator adalah urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan Kontekstual.

5.   Keseluruhan indicator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk
pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara
konsisten.

d. Materi Pembelajaran

Cantumkan materi pembelajaran dan lengkapi dengan uraiannya yang telah dikembangkan dalam
silabus. Dalam menetapkan dan mengembangkan materi perlu diperhatikan hasil dari pengembangan
silabus, pengalaman belajar yang bagaimana yang ingin diciptakan dalam proses pembelajaran yang
didukung oleh uraian materi materi untuk mencapai kompetensi tersebut.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan materi adalah kemanfaatan, alokasi waktu,
kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan guru, tingkat
perkembangan peserta didik, dan fasilitas.

Agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu
diperhatikan criteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan sebagai berikut :
1. Sahih (valid), artimya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar  telah teruji
kebenaran dan kesahihannya.

2.  Relevansi, artinya relevan atau sinkron antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar yang
ingin dicapai.

3.  Konsistensi, artinya ada keajegan antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar dan standar
kompetensi.

4. Adequasi (kecukupan), artinya cakupan materi pembelajaran yang diberikan cukup lengkap untuk
tercapainya kemampuan yang telah ditentukan.

5.  Tingkat kepentingan, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyan berikut : sejauh
mana materi tersebut penting dipelajari?  Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa penting ?
dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan
oleh siswa.

6.   Kebermanfaatan, artinya materi yang diajarkan benar-benar bermanfaat, baik secara akademis,
maupun nonakademis.

7. Layak dipelajari, artinya materi tersebut memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat
kesulitannya (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap
pemanfaatnya bahan ajar dan kondisi setempat.

8.   Menarik minat, artinya materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa
untuk mempelajarinya lebih lanjut.

e. Tujuan Pembelajaran

Dalam tujuan pembelajaran dijelaskan apa tujuan dari pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran
diambil dari indikator.

f. Strategi atau Skenario Pembelajaran

Strategi atau skenario pembelajaran adalah strategi atau scenario apa dan bagaimana dalam
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara terarah, aktif, efektif, bermakna dan
menyenangkan. Strategi atau scenario pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru secara beruntun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penentuan urutan langkah
pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.

Rumusan pernyataan dalam langkah pembelajaran minimal mengandung dua unsur yang
mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. Syarat
penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan siswa dan materi pembelajaran adalah :
1.  Hendaknya memberikan bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan
dibawah bimbingan guru;

2. Merupakan pola yang mencerminkan cirri khas dalam pengembangan keterampilan dalam mata
pelajaran yang bersangkutan , misalnya observasi dilingkungan sekitar;

3.   Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia;

4.  Bervariasi dengan mengombinasikan antar kegiatan belajar perseorangan, pasangan, kelompok, dan
klasikal;

5.   Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat, kemampuan, minat,
latar belakang keluarga, social ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapai siswa
yang bersangkutan.

Demikian langkah-langkah dalam penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Semoga


bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!

Anda mungkin juga menyukai