NIM : 150384204009
Kelas : K04
Tugas : Resume
Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Kimia
Dosen pengampu : Inelda Yulita, S.Pd.,M.Pd
Masalah individu
Kategori masalah individu dalam pengelolaan siswa menurut Dreikurs dan Cassel
didasarkan pada asumsi bahwa tingkah laku manusia itu mempunyai maksud dan tujuan.
Setiap individu mempunyai kebutuhan pokok untuk menjadi dan merasa berguna. Jika
individu ini merasa putus asa dalam mengembangkan rasa memiliki harga diri melalui nilai
yang dapat diterima secara sosial, ia akan berkelakuan buruk.
Ada 4 tipe perilaku yang kurang baik, yaitu (1) perilaku untuk menarik perhatian, (2)
perilaku untuk mencari kekuasaan, (3) perilaku untuk melampiaskan dendam, dan (4) perilaku
yang memperlihatkan ketidakmampuan.
Murid-murid yang tidak menaikkan statusnya dengan cara yang dapat diterima oleh
lingkungannya, biasanya akan mencari jalan lain, baik melalui tindakan untuk menarik
perhatian yang aktif maupun pasif. Bentuk mencari perhatian yang aktif bersifat merusak,
misalnya bergaya sok, melawak, mengacau, menjadi anak nakal, anak yang terus menerus
bertanya atau rewel. Bentuk pasif dalam mencari perhatian yang bersifat merusak misalnya,
pemaksaan atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dengan meminta tolong terus.
Perilaku untuk mencari kekuasaan hamper sama dengan kasus tindakan di atas, namun
sifatnya lebih kuat yakni mencari perhatian yang sifatnya merusak. Pencari kekuasaan yang
aktif biasanya suka membantah, berbohong, pemukul, mempunyai watak pemarah, menolak
perintah, dan benar-benar tidak mau tunduk. Pencari kekuasaan yang pasif adalah orang yang
kemalasannya sangat nyata, yang biasanya tidak mau bekerja sama sekali. Murid seperti ini
sangat pelupa, keras kepala dan tidak mau patuh.
Murid yang mencari pelampiasan dendam disebabkan putus asa dan bingung sehingga
mencari keberhasilan dengan cara menyakiti orang lain, menyerang secara fisik (mencakar,
memukul, menendang) bermusuhan dengan teman-temannya, memaksa denga kekuasaan.
Mereka adalah anak yang tidak mempunyai rasa sakit dan kurang sportif. Biasanya anak
tersebut pelampiasannya lebih banyak secara aktif daripada secara pasif. Keaktifan mereka
digambarkan sebagai anak yang kejam dan penuh kebencian, sedangkan mereka yang pasif
digambarkan sebagai orang yang cemberut dan menantang.
Murid yang berkelakuan buruk merupakan probadi yang sangat putus asa, pesismis dalam
mencapai keberhasilan dan hanya mengalami kegagalan yang terus menerus. Perasaan tidak
berharga dan tidak berdaya menyertai kelakuan murid yang dikucilkan dan “drop-out”, yang
menyamakan partisipasi dengan kegagalan lebih lanjut. Peragaan ketidakmampuan ini selalu
mempunyai bentuk pasif.
Untuk membedakan keempat tipe diatas, dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap
gejalan yang muncul. Dreikurs dan Cassel mengajukan satu teknik yang cukup sederhana
untuk mendeteksi gejala tersebut, dengan parameter sebagai berikut.
a. Jika guru merasa terganggu oleh tindakan murid, mungkin tujuan murid adalah mencari
perhatian.
b. Jika guru merasa dikalahkan atau terancam, tujuan murid adalah untuk mencari kekuasaan.
c. Jika guru merasa sangat tersinggung, tujuannya mungkin untuk mencari pelampiasan
dendam.
d. Jika guru merasa tidak berdaya, tujuan anak mungkin untuk menunjukkan
ketidakmampuannya.
Masalah kelompok
Johnson dan Bany mengidentifikasi tujuh masalah kelompok dalam pengelolaan kelas,
yaitu (1) kurangnya kesatuan, (2) ketidaktaatan terhadap pribadi anggota, (4) pengakuan kelas
terhadap kelakuan guru, (5) kecenderungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan, dan
kelakuan yang dibuat-buat, (6) ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan, dan (7) semangat juang yang rendah dan adanya sikap bermusuhan.
Kurangnya kesatuan ditandai dengan konflik-konflik Antara individu dan sub kelompok.
Misalnya konflik antara jenis kelamin dan atau ras dengan murid dari jenis kelamin atau rs
yang lain. Suasana kelas seperti ini ditandai dengan konflik, permusuhan, ketegangan. Murid
merasa tidak puas dengan kelompok dan berpendapat kelompok tidak menarik. Akhirnya
murid tidak saling mendukung.
Bilaman kelas menganut kebiasaan yang kurang baik, norma-norma buruk sudah
diterapkan, maka kebiasaan itu dikategorikan sebagai tindakan terhadap standar tingkah laku.
Misalnya: keributan, kegaduhan, berbicara keras, bertingkah laku yang mengganggu saat
mereka diharapkan bekerja dalam suasana tenang di tempat duduk masing-masing, saling
mendorong di jalan, atau kantin sekolah.
Reaksi negative terhadap pribadi anggotabkelas ditandai dengan kesan bermusuhan
terhadap anak-anak yang tidak diterima oleh kelompok, yang menyimpang dari aturan
kelompok, atau yang menghalangi usaha kelompok. Kekhasan masalah ini adalah adanya
tindakan kelompok untuk membuat individu tersebut menyesuaikan diri dengan kelompok.
Persetujuan kelas terhadap tindakan jelek timbul ketika kelompok mendorong dan
mendukung seseorang yang berkelakuan yang tidak dapat diterima kelompok kelas. Contoh
yang paling umum adalah blaman kelompok kelas mendukung terhadap “pelawak kelas”. Jika
kasus ini terjadi, kita dapat mengelompokkan kasus tadi menjadi masalah kelompok sekaligus
masalah individu. Padahal, ,aslah kelompok merupakan masalah paling serius yang harus
segera ditangani.
Masalah yang timbul pada saat kelompk menyelesaikam tugas cenderung kelompok
memacetkan kegiatan. Kelompok terlalu bereaksi terhadap gangguang-gangguan kecil dan
membiarkan masalah-masalah kecil yang mengganggu produktivitas. Kelompok yang
menolak mengerjakan tugas merupaka contoh yang khas. Situasi ini ditandai oelh adanya
ketidakpastian dan kecemasan.
Jika kelas terlibat dalam tindak proses dan perlawanan tersembunyi atau terang-terangan
yang mengakibatkan kelambatan atau kemacetan kegiatan, ini merupakan masalah kelompok
yang paling sulit diatasi. Kesan-kesan perlawanan umumnya sangat kabur. Permintaan yang
berulang-ulang mengenai kejelasan tugas, pensil yang hilang, lupa mengerjakan pekerjaan
rumah, keluhan-keluhan kecil merupakan contoh masalah kelompok yang khas. Tetapi
tindakan seperti permusuhan, dan perbuatan-perbuatan yang agresif merupakan hal yang
kurang umum.
Kelompok kelas yang memberi reaksi buruk pada saat ada peraturan baru, situasi darurat,
perubahan anggota kelompok, perubahan jadwal, atau pergantian guru, merupakan
ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pada umumnya,
kelompok-kelompok seperti ini beraksi menekan, mereka memandang perubahan sebagai
ancaman terhadap persatuan kelompok. Contoh yang sangat umum adalah satu kelas biasanya
berkelakuan baik, tetapi berkelakuan sangat buruk terhadap guru pengganti.