Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Konsep dasar Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Uno, 2008:2). Sedangkan yang dimaksud pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam
belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian
pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yangdipelajari siswa”.
Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari
kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat
tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai
tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan
adalah bagaimana cara menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat
berfungsi secara optimal.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam
suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, yaitu:
1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi
2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem
3. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah
4. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science)
5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses
6. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program
pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam
kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu
pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan
pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan
utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah
dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangan sampai
diabaikan.
B. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat
dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi
berikut:
1. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan peren¬canaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembe¬lajaran;
2. untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;
3. perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;
4. untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secaraperseorangan;
5. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran,
dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari
pembelajaran;
6. sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk
belajar;
7. perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
8. inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang
optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
C. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya.
Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses
pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan;
2. sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan;
3. sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;
4. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja;
5. untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;
6. untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.
Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan
bermanfaat untuk:
1. Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran.
Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang
ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang
terlalu banyak.
2. Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai mengajarkan suatu mata
pelajaran. Dengan kom¬petensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapapun yang
mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari
kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
3. Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempurnaan
siswa.
4. Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksa¬naan akreditasi akan lebih
dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi
5. memperbarui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian
kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan
hasil belajar siswa yang lain.
6. Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar
yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan
belajarnya.
7. Meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan, dan
dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggung-
jawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik.
8. Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kom¬petensi yang lebih spesifik dan
terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang
menyata¬kan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.
D. Prinsip-prinsip Umum tentang Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut.
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah
dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena
itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar berlangsung harus
diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behaviuor
dapat diketahui di antaranya dengan melakukan pretes. Hal ini sangat penting agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran
yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini dapat menarik minat,
sekaligus dapat memotivasi belajar.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental
untuk melakukan sesuatu.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Apabila tujuan pengajaran diketahui, siswa
mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui, harus dirumuskan
secara khusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Para ahli psikologi
merumuskan prinsip bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu,
dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu dari
sederhana kepada yang kompleks (rumit); dari konkret kepada yang abstrak; dari umum
(general) kepada yang kompleks; dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak
diketahui (konsep yang bersifat abstrak); dengan menggunakan prinsip induksi ke induksi
atau sebaliknya, dan sering menggunakan reinforcement (penguatan).
E. Tipe-tipe Belajar
Dalam praktik pengajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi merupakan
tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar pun cocok untuk segala situasi.
Karena masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan cocok untuk situasi tertentu.
Robert M. Gagne mencoba melihat berbagai teori belajar dalam satu kebulatan yang Baling
melengkapi dan tidak bertentangan. Menurut Gagne, belajar mempunyai delapan tipe.
Kedelapan tipe 1tu bertingkat, ada hierarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar
merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya.
Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam
belajar maupun mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajar pun
terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan belajar di atas. Kedelapan tipe itu adalah sebagai
berikut.

1.Belajar Isyarat (Signal Learning)


Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons bersyarat. Seperti menutup
mulut dengan telunjuk, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk dan
lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar
semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi, respons yang dilakukan itu
bersifat umum, kabur, dan emosional.
2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Respons Learning)
Tipe belajar S–R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S–R.
Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itu pun ikatan S–R. Jadi, belajar stimulus
respons sama dengan teori asosiasi (S–R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan
reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
3.Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antara berbagai S–R yang
bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik; seperti gerakan dalam mengikat
sepatu, makan-minum-merokok; atau gerakan verbal seperti selamat-tinggal, bapak-ibu.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu
yang sudah dimilikinya. Misal “pyramids itu berbangun limas” adalah contoh tipe belajar
asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa piramida berbentuk limas kalau ia
mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, dan kerucut. Hubungan atau asosiasi
verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti
yang lain.
5.Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan berbagai
bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain.
6.Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap
fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta.
7.Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan adalah lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam belajar aturan,
seseorang dipandang telah memiliki berbagai konsep yang dapat untuk mengemukakan
berbagai formula, hukum, atau dalil.
8.Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar yang terakhir adalah memecahkan masalah. Tipe belajar ini dapat dilakukan oleh
seseorang apabila dalam dirinya sudah mampu meng¬aplikasikan berbagai aturan yang
relevan dengan masalah yang dihadapinya. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu
yang cukup, bahkan ada yang memakan waktu terlalu lama. Juga sering kali harus melalui
berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu. Dalam segala langkah
diperlukan pemikiran sehingga dalam memecahkan masalah akan diperoleh hasil yang
optimal.
Kedelapan tipe belajar di atas tampaknya para ahli sepakat. Tipe belajar yang memiliki
hierarki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar selanjutnya. Sebaliknya
tiap tipe belajar memerlukan penguasaan pada tipe belajar di tingkat bawahnya. Belajar
memecahkan masalah misalnya harus menguasai sejumlah aturan yang relevan, seterusnya
untuk belajar aturan perlu penguasaan beberapa konsep yang digunakan pada aturan.
Dalam kaitan dengan perencanaan pengajaran, tipe belajar ini perlu mendapat perhatian,
sebab hal ini menjadi salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan pengajaran yang
diberikan kepada siswa. Dengan kata lain, agar siswa belajar mencapai taraf yang lebih
tinggi, diperlukan kemampuan guru dalam menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana yang
telah diuraikan di atas.

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013


RPP merupakan perangkat yang wajib dirancang oleh seorang guru sebelum memulai pembelajaran.
Bagi seorang guru, calon guru, dan mahasiswa jurusan kependidikan wajib hukumnya untuk mampu
merancang perangkat ini. Langkah-langkah penyusunan RPP Kurikulum 2013 hampir sama dengan
KTSP.

RPP Kurikulum 2013 disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Format RPP Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

No
Komponen RPP
.
1 Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan
2 Identitas mata pelajaran atau tema/subtema
3 Kelas/semester
4 Materi pokok
5 Alokasi waktu
6 Tujuan pembelajaran
Kompetensi dasar dan indikator pencapaian
7
kompetensi
8 Materi pembelajaran
9 Metode pembelajaran
10 Media pembelajaran
11 Sumber belajar
12 Langkah-langkah pembelajaran
13 Penilaian hasil belajar

RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Bahan yang diperlukan sebelum membuat RPP Kurikulum 2013
adalah Buku Guru dan Buku Siswa

1. Prinsip Penyusunan RPP

Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat,
potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Partisipasi aktif peserta didik.
3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk
tulisan.
5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan
balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.

2. Langkah-langkah pembuatan RPP sebagai berikut


1.Mengisi Identitas RPP

Mengisi identitas sekolah atau nama satuan pendidikan, identitas mata pelajaran atau tema/subtema,
kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu.

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan
mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai

2. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

3. Mencantumkan Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi dasar (KD) dan indikator pada setiap muatan pembelajaran seperti Bahasa Indonesia,
Matematika, dan SBdP sudah ada pada buku guru, jadi dikutip saja. KD 1 (Sikap spiritual) dan KD 2
(Sikap sosial) disesuaikan dengan KI apabila belum ada pada buku guru.

4. Mencantumkan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. Kalian cukup meringkas
materi yang ada pada buku siswa

5. Memilih Metode Pembelajaran.

Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan KD yang akan dicapai

Metode pembelajaran :
Pengamatan, tanya jawab, diskusi dan penugasan

Pengunaan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, karakteristik dan minat peserta didik

6. Memilih Media Pembelajaran


Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran
Media Pembelajaran:
Gambar suasana malam hari, perlengkapan meronce, kertas origami

Media pembelajaran biasanya tertera pada buku guru sehingga perlu dikutip saja pada RPP
7. Memilih Sumber Belajar
Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain
yang relevan;
Sumber Belajar:
Buku siswa dan buku guru kelas III Tema 8 Bumi dan Alam Semesta Subtema 1 Bumi Bagian Dari
Alam Semesta Pembelajaran
8. Membuat Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup.

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Alokasi
Kegiatan. Deskripsi Kegiatan
Waktu

1. Siswa bersama guru berdoa bersama sebelum memulai


pembelajaran
Pendahuluan 2. Guru mengabsensi siswa. 10 Menit
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Inti 1. Guru mengingatkan siswa kembali gerak rotasi dan revolusi planet 180 Menit
2. Siswa melihat kembali data yang sudah dikumpulkan saat bermain
menirukan gerak rotasi dan revolusi pada pertemuan kedua
(Mengamati)
3. Siswa berlatih menulis laporan berdasarkan data yang
dikumpulkan (Mengasosiasi)
4. Siswa menceritakan kesimpulan dari laporan yang dibuat
(Mengomunikasikan)
5. Siswa saling melakukan tanya jawab mengenai laporan yang
dibuat (Menanya)
6. Siswa membaca teks tentang proses terjadinya siang dan malam
(Mengumpulkan informasi)
7. Siswa berlatih menjawab pertanyaan sesuai teks (Mengasosiasi)
8. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang hal
yang ingin diketahuinya lebih lanjut tentang bumi (Menanya)
9. Siswa membuat gambar benda-benda langit seperti bintang,
matahari dan bulan di atas sebuah karton, lalu digunting
(Mencipta)
10. Siswa memberi lubang pada potongan benda-benda langit tersebut,
untuk memasukan tali sehingga membentuk seperti gelang atau
kalung
11. Siswa mengamati gambar suasana malam hari (Mengamati)
12. Siswa mengidentifikasi bentuk benda-benda sekitar yang memiliki
bentuk dasar bangun datar (Mengasosiasi)
13. Siswa membuat berbagai bangun datar melalui teknik melipat dan
menggunting kertas, lalu menempelkan pada tempat yang tersedia
(Mencipta)
14. Siswa saling membandingkan hasil kreasinya untuk dapat saling
memberi ide
15. Siswa mengamati gambar bangun datar, lalu menggunting dan
diminta menyusun kembali sehingga membentuk bangun datar
yang baru (Mengamati)
16. Siswa membentuk bangun datar sebanyak mungkin, sehingga
dapat menyimpulkan hubungan antarbangun datar (Mengasosiasi)

1. Siswa saling memberi apresiasi terhadap hasil karya yang sudah


dibuat
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
Penutup pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti
20 Menit
3. Melakukan penilaian hasil belajar
4. Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)

Kegiatan pembelajaran bisa dikutip di buku guru dan disesuaikan dengan materi pada buku siswa.
Langkah pembelajaran tidak harus sama pada buku guru, melainkan bisa diubah dan dikembangkan
tanpa menghilangkan makna maupun maksud pembelajaran.

Penggunaan keterangan
 Mengamati
 Menanya
 Mengumpulkan informasi
 Mengasosiasi
 Mengkomunikasikan
9. Membuat Penilaian Hasil Belajar
1. Sikap Spritual dan Sosial
a. Teknik : Observasi
b. Bentuk : lembar Observasi.
c. Instrument :
1) Lembar observasi sikap spiritual

Perilaku yang diamati

Perilaku Berdoa sebelum dan


No Nama sesudah melakukan Toleransi
Syukur kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Catatan : Centang () pada bagian yang memenuhi kriteria


2) Rubrik Penilaian Sikap Spiritual

Kriteria Skor

4 3 2 1
Perilaku syukur Selalu Kadang-kadang Kurang Tidak
menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan
rasa syukkur rasa syukur rasa syukur rasa syukur

Berdoa Selalu Kadang-kadang Kurang berdoa Tidak berdoa


sebelum dan melakukan doa beroda sebelum sebelum dan sebelum dan
sesudah sebelum dan dan sesuadah sesudah sesudah
melakukan sesuadah melakukan melakukan melakukan
kegiatan melakukan kegiatan kegiatan kegiatan
kegiatan

Toleransi Selalu Kadang-kadang Kurang Tidak


bertoleransi bertoleransi bertoleransi bertoleransi
terhadap terhadap terhadap terhadap
keberagaman keberagaman keberagaman keberagaman

3) Lembar observasi sikap sosial

Perilaku yang diamati

Tanggung Menghargai
No Nama Peduli
jawab pendapat

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Catatan : Centang () pada bagian yang memenuhi kriteria


4) Rubrik Penilaian Sikap Spiriual

Skor
Kriteria
4 3 2 1

Peduli Selalu peduli Kadang-kadang Kurang Tidak peduli


antarsesama peduli antarsesama antarsesama
teman antarsesama teman teman
teman

Tanggung Selalu Kadang-kadang Kurang Tidak


jawab bertanggung bertanggung bertanggung bertanggung
jawab dalam jawab dalam jawab dalam jawab dalam
proses proses proses proses
pembelajaran pembelajaran pembelajaran pembelajaran

Menghargai Selalu Kadang-kadang Kurang Tidak


pendapat menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan
sikap saling sikap saling sikap saling sikap saling
menghargai menghargai menghargai menghargai
dalam dalam dalam dalam
memecahkan memecahkan memecahkan memecahkan
masalah masalah masalah masalah

2. Sikap Spritual dan Sosial


a. Teknik : Tes Tertulis
b. Bentuk : Isian
c. Instrument :
Soal
Petunjuk Umum
a. Kerjakan soal-soal berikut dengan benar!
b. Buatlah jawaban dalam selembar kertas
c. Waktu pengerjaan selama 15 menit
Petunjuk Khusus
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Proses bumi berputar pada porosnya disebut…
2. Perputaran Bumi mengelilingi Matahari disebut ….
3. Waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari adalah…hari
4. Waktu yang di butuhkan Bumi untuk menyelesaikan perputaran pada porosnya adalah…hari
Rubrik Penilaian Tes Tertulis

Nomor
Skor Kriteria Penilaian
Soal

2,5 Siswa menjawab soal dengan benar

1 1 Siswa menjawab tetapi salah

0 Siswa tidak menjawab

2,5 Siswa menjawab soal dengan benar

2 1 Siswa menjawab tetapi salah

0 Siswa tidak menjawab

2,5 Siswa menjawab soal dengan benar

3 1 Siswa menjawab tetapi salah

0 Siswa tidak menjawab

2,5 Siswa menjawab soal dengan benar

4 1 Siswa menjawab tetapi salah

0 Siswa tidak menjawab


Skor maksimal : 12
N3 : = (Skor yang diperoleh / Skor maksimal) x 100
3. Keterampilan
a. Teknik : Kinerja
b. Bentuk : Unjuk Kerja
c. Instrument :
1) Lembar penilaian Unjuk Kerja Membuat Laporan

Skor (1-4)
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4

1 Penggunaan huruf besar dan tanda baca

2 Kesesuaian isi informasi yang ditulis

3 Penulisan

4 Penggunaan kalimat yang efektif

Catatan : Centang () pada bagian yang memenuhi kriteria

2) Rubrik penilaian Unjuk Kerja Membuat Laporan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang


Kriteria
(4) (3) (2) (1)

Penggunaan Menggunakan Terdapat 1-2 Terdapat lebih Tidak satu


huruf besar dan huruf besar di kesalahan dari 2 kesalahan pun kalimat
tanda baca awal kalimat dan dalam dalam yang
nama orang, serta menggunakan menggunakan menggunaka
menggunakan huruf besar dan huruf besar dan n huruf besar
tanda titik di akhir tanda titik tanda titik dan tanda
kalimat titik
Kesesuaian isi Seluruh isi teks Setengah atau Kurang dari Semua isi
informasi yang yang ditulis sesuai lebih isi teks setengah isi teks teks belum
ditulis dengan informasi yang ditulis yang ditulis sesuai
yang diminta sesuai dengan sesuai dengan
informasi yang informasi yang
diminta diminta
Penulisan Penulisan kata Terdapat 1-2 Lebih dari 2 Semua kata
sudah tepat kata yang kata yang belum tepat
kurang tepat kurang tepat dalam
dalam
penulisan dalam penulisan penulisan
Penggunaan Semua kata Terdapat 1-2 Terdapat lebih Semua
kalimat yang menggunakan kalimat yang dari 2 kalimat kalimat
efektif kalimat yang menggunakan yang menggunaka
efektif kalimat kurang menggunakan n kalimat
efektif kalimat kurang kurang
efektif efektif
Keterangan :
Skor Maksimal Ideal (SMI) = 8
NA = (Skor yang Diperoleh : SMI) x 100
(Nilai yang diperloeh dikonversi ke dalam tabel konversi nilai)

3) Lembar penilaian Unjuk Kerja Meronce

Skor (1-4)
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4

1 Hasil guntingan

2 Pola penyusunan gambar

4) Rubrik penilaian Unjuk Kerja Meronce

Sangat Baik Baik Cukup Kurang


Kriteria
(4) (3) (2) (1)

Hasil guntingan Semua bagian Ada satu atau Lebih dari Belum mampu
bentuk gambar dua bagian dua bagian menggunting
utuh. gambar yang gambar yang
tidak utuh. tidak utuh.
Pola penyusunan Gambar Ada 1-2 Ada lebih Gambar tidak
gambar disusun sesuai gambar tidak dari 2 gambar disusun
pola sesuai pola tidak sesuai berdasarkan
pola pola
Keterangan :
Skor Maksimal Ideal (SMI) = 8
NA = (Skor yang Diperoleh : SMI) x 100
(Nilai yang diperloeh dikonversi ke dalam tabel konversi nilai)
Tabel Konversi Nilai
Konversi nilai akhir Predikat
(Pengetahuan dan Sikap
Skala 100 Skala 4 Keterampilan)

86-100 4 A
SB
81-85 3,66 A-

76-80 3,33 B+

71-75 3,00 B B

66-70 2,66 B-

61-65 2,33 C+ C

56-60 2 C

51-55 1,66 C-

46-50 1,33 D+
K
0-45 1 D

Bagi kalian yang masih bingung terkait intrumen penilaian, bisa dilihat pada buku guru. Kalian bisa
memodifikasi sesuai dengan pemahaman kalian.

Anda mungkin juga menyukai