Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR PKL III

MAHASISWA POLTEKKES MUHAMMADIYAH


PRODI RADIOLOGI

NAMA LOKASI PKL : RSAU DR. DODY SARDJOTO MAROS


PERIODE PKL : 13 Des S/D 8 Jan 2022

TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN


LUMBOSACRAL PADA KASUS SPONDYLOSIS
LUMBALIS

NAMA KELOMPOK
1. ALIFAH RIZKY OKTAVIA /P119004/A
2. YUDAN FIRRAHMAN SALEH /P119051/A
3. NUR EKA WIDYA NINGSIH SARMIN /P119086/B
4. YOSEP DWI RINALDI /P119108/B
5. RAHMI /18143/C
6. RIZKA RAMADHANI ABRAR /P119155/C

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR


TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan CT-Scan


Lumbosacral Pada Kasus Spondylosis Lumbalis”. yang dilaksanakan
di RSAU dr. Dody Sardjoto Maros pada tanggal 13 Desember – 8 Januari
2022 telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing untuk diperbanyak.

Menyetujui,
Supervisor Institusi Kepala Ruangan Radiologi

Idawati, Amd.Rad Aditio Phamuji, Amd. Rad

Mengetahui,
Penanggung Jawab PKL III

Indah Musdalifah,S.Si, M,Si


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala


Rahmat, Berkah, dan Karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan KasusPraktek
Kerja Lapangan mulai tangal 15 Maret sampai dengan 10 April 2021 di
RSAU dr.Dody Sardjoto Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis
telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, nasehat, dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Ayahanda Dr. H. Effendiy Rasyianto, M.Kes, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Muhammadiyah Makassar
2. KOLONEL kes dr. Imam Muslim, Sp.JP selaku Direktur RSAU dr.Dody
Sardjoto
3. dr. Ana Meliana,Sp.Rad.,M.kes selaku kepala instalasi radiologi RSAU
dr.Dody Sardjoto
4. Aditio phamuji Amd.Rad selaku Kepala Ruangan Radiologi RSAU
dr.Dody Sardjoto
5. Para Pembimbing/Senior di Ruang Radiologi RSAU dr.Dody Sardjoto
6. Indah musdalifa, S.si , M.si selaku Penaggung jawab PKL III sekaligus
Ketua Prodi D-III Radiologi Politeknik Kesehatan Muhammadiyah
Makassar
7. Idawati, Amd.Rad selaku Supervisor Institusi.
8. Serta kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu,
terima kasih
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberi Rahmat dan balasan kebaikan  kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus
ini.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan mahasiswa Poltekkes prodi D III Radiologi Muhammadiyah Makassar.

Maros, 1 Januari 2022


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknik tomografi digunakan pertama kali pada tahun 1935. Namun
demikian teknik ini masih mempunyai beberapa kekurangan, yaitu
hanya area tertentu saja yang berada pada bidang fokus yang dapat
terlihat jelas, dan bidang- bidang lainnya yang tidak berada pada
bidang focus tidak dapat terlihat dengan jelas. Pada tahun 1972,
Godfrey N. Hounsfield dan J. Ambrose bekerja di Central Research Lab
of EMI, Ltd di Inggris menghasilkan gambar klinis pertama dengan CT-
Scan (Computed tomography Scan). Dan merupakan tanda awal dari
dimulainya era baru perkembangan diagnostic imajing. Pada tahun
1974, 60 unit CT terpasang. Awalnya pemeriksaan yang dilakukan
hanya terbatas pada CT kepala saja. Dan pada tahun 1975
diperkenalkan pertama kali sebuah whole body scanner yang
digunakan untuk penunjang klinis. Computed Tomography adalah
pencitraan dengan menghasilkan gambaran dari potongan melintang
(trans – axial) tubuh pasien.
Pada tahun 1998 Mulailah diperkenalkan alat multi slice CT
(MSCT) dengan 4 slice. Multislice Computed Tomoghraphy adalah
kemajuan terbaru dalam teknologi CT. MSCT ini menggunakan multi
array detector, maka apabila kolimator dibuka lebih lebar maka akan
dapat diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga diperoleh irisan
yang lebih tebal sehingga penggunaan sinar-x menjadi lebih efisien
dengan mengurangi waktu rotasi gantry ( 0,5 s atau kurang untuk satu
rotasi 360) dan dapat digunakan untuk melihat system pembuluh darah
(CTA).
Pemeriksaan CT-Scan Lumbosacral di Instalasi Radiologi RSAU
dr.Dody Sardjoto cukup sering dilakukan. Untuk itu penulis ingin
mengetahui serta memahami teknik pemeriksaan CT-Scan
Lumbosacral dengan diagnosis spondylosis lumbalis yang dilakukan di
Instalasi Radiologi RSAU dr.Dody Sardjoto.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis ingin mengkaji lebih lanjut
mengenai teknik pemeriksaan CT-Scan Lumbosacral di Instalasi
Radiologi RSAU dr.Dody Sardjoto dan mengangkatnya dalam bentuk
laporan kasus dengan judul Teknik Pemeriksaan CT-Scan Lumbosacral
pada kasus spondylosis lumbalis di RSAU dr.Dody Sardjoto Maros.
B. Rumusan Masalah
1. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah yaitu
Bagaimanakah Prosedur Pemeriksaan Lumbosacral pada kasus
Spondylosis Lumbalis di RSAU dr.Dody Sardjoto Maros ?
2. Bagaimana Hasil Radiograf Terhadap Pemeriksaan CT-Scan
lumbosacral pada kasus Spondylosis Lumbalis di Instalasi
Radiologi RSAU dr. Dody Sardjoto Maros ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
laporan kasus ini yaitu dibagi atas tujuan umum dan tujuan khusus,
antara lain :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT Scan Lumbosacral
pada kasus Spondylosis Lumbalis di RSAU dr.Dody Sardjoto
Maros.
2. Tujuan Khsusus
a. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT Scan
Lumbosacral pada kasus Spondylosis Lumbalis di RSAU
dr.Dody Sardjoto Maros.
b. Untuk mengetahui hasil radiografi prosedur pemeriksaan CT
Scan Lumbosacral pada kasus Spondylosis Lumbalis di RSAU
dr.Dody Sardjoto Maros
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Dapat menjadi bahan bacaan yang mampu menambah
pengetahuan dan wawasan terkait dengan Prosedur
Pemeriksaaan CT Scan Lumbosacral pada kasus Spondylosis
Lumbalis.
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber informasi untuk mengetahui mengenai Prosedur
Pemeriksaan CT Scan Lumbosacral pada kasus Spondylosis
Lumbalis.
3. Manfaat Institusi
Dapat menjadi materi ajar dalam perkuliahan atau referensi dalam
Prosedur Pemeriksaan CT Scan Lumbosacral pada kasus
Spondylosis Lumbalis.
4. Manfaat Bagi Masyarakat Umum
Dapat dijadikan sumber untuk memperluas ilmu pengetahuan
tentang Prosedur Pemeriksaan CT Scan Lumbosacral pada kasus
Spondylosis Lumbalis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lokasi PKl


1. Sejarah Rumah Sakit

Gambar 2.1 Tampak Depan Rumah Sakit


(Dokumentasi RSAU dr. Dody Sardjoto, 2022)
Keberadaan fasilitas kesehatan Lanud TNI AU Hasanuddin
dimulai dari penyerahan Pos Kesehatan Bandara Hasanuddin ke
Lanud Hasanuddin pada tahun 1950. Pos Kesehatan ini
berkembang terus sejalan dengan berkembangnya Lanud
Hasanuddin serta jumlah personel dan pasien yang dilayani
hingga menjadi sebuah Rumah Sakit, Nama ” Rumah Sakit ”
telahlama dipakai, tetapi status sebagai Rumah Sakit baru diakui
pada tahun 1985 yaitu Rumah Sakit Tk IV dengan Surat
Keputusan Kasau Nomor : Skep/25/III/1985. Dari pejabat
terdahulu dan beberapa anggota yang masih bisa diwawancara,
dikumpulkan dan dirangkum menjadi sejarah singkat Rumah Sakit
Lanud Hasanuddin.
Pada bulan Juni 2012 dilaksanakan program Rumah Sakit
Baru di jalan Bandar Udara Internasional Makassar dengan
rencana kedepan sebagai Rumah Sakit rujukan kawasan timur
Indonesia.
Dengan lahirnya UU Nomor 12 tahun 2013 tentang JKN yang
melahirkan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS bertumbuh
dinamika Rumah Sakit Lanud Sultan Hasanuddin yang harus
memiliki fasilitas pelayanan kesehatan tingkat I (PPK I), maka
bangunan Rumah Sakit yang lama dijadikan sebagai Klinik
Pataraja Lanud Sultan Hasanuddin (sebagai PPK I), sedangkan
Bangunan Rumah Sakit yang baru menjadi Rumah Sakit rujukan
Tk III Lanud Hasanuddin.
Pada tanggal 26 Juni 2014 ditandatangani Surat Penetapan
Rumah Sakit oleh Komandan Lanud Sultan Hasanuddin sebagai
Rumah Sakit TNI AU dr. Dody Sardjoto sesuai Surat Keputusan
Komandan Lanud Nomor 16 /V/2014 tanggal 26 Juni 2014 tentang
Penetapan Rumah Sakit.
Hingga sekarang proses pembangunan Rumah Sakit pusat
rujukan kawasan timur terus dilakukan.Selogan RSAU dr. Dody
Sardjoto “MELAYANI DENGAN SEPENUH HATI”
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit yang profesional dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi anggota dan masyarakat umum di
wilayah indonesia bagian timur.
b. Misi
1) Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan
dalam setiap operasi TNI/TNI AU.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dengan
tetap memperhatikan aspek sosial.
3) Membangun SDM yang profesional, akuntabel dan
berintegritas tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2. Gambaran Umum Instalasi Radiologi

Gambar 2.2 Tampak Depan Instalasi Radiologi


(Dokumentasi RSAU dr. Dody Sardjoto Maros, 2022)
Letak Instalasi Radiologi RSAU dr. Dody Sardjoto terletak di
bagian selatan dari pintu utama (masuk) rumah sakit, dan
diantarai oleh dua bagunan yaitu Perawatan dan Bangunan Baru.
Bangunan Perawatan terletak di sebelah timur instalasi radiologi
dan Bangunan Baru terletak disebelah barat instalasi radiologi.
Instalasi radiologi memiliki ukuran yaitu yang panjang ± 29
meter dan lebar ± 18 meter, yang di dalamnya terdapat beberapa
ruagan diantaranya Ruang Tunggu, Ruang Konsul, Ruang
Administrasi, Ruang Baca, Ruang Mamography, Ruang Digital
Radiologi, Ruang USG, Ruang Flouroskopi, Ruang ESWL, Ruang
CT Scan, Ruang Kontrol, Ruang Panel, Ruang Storage, Ruang
Spoelhoek, wc pasien,wc petugas, wc pengunjung . Dan setiap
Ruangan tersebut terisi dengan alat-alat yang sesuai dengan
nama ruangan.
Setelah dijelaskan dari segi bagunan yang dimana kita dapat
mengetahui luas instalasi radiologi dan fasilitas alat apa saja yang
dimiliki RSAU dr. Dody Sardjoto. Adapun dari segi SDM, Instalasi
radiologi memiliki 2 Spesialis Radiologi dan 3 Radiografer serta 1
Administrator yang masih aktif.
Tabel 2.1 Rekapitulasi Tindakan Pemeriksaan Rontgen PKL III di RSAU
dr. DODY SARDJOTO (Maros) Periode 13 Desembar – 8 Januari 2022

No Jenis Pemeriksaan Target Realisasi %


A TEKNIK RADIOGRAFI DASAR DAN LANJUTAN
1 Extremitas atas & bawah 20

2 Thorax 50

3 Kepala 2
4 Leher (Cervical) 2

5 Thoraco Lumbal 2

6 Lumbo Sacral 2

7 Pelvis 2

8 Abdomen 2

B RADIOGRAFI KONTRAS

1 Colon in loop 1

2 Osafangografi / MD 1

3 LOPOGRAFI/FISTULOGRAFI 1

4 BNO IVP 1

5 APG/ RPG 1

6 Cistografi 1

7 Uretrografi 1

Prosedur pemeriksaan
8 1
Myelografi
C RADIOGRAFI KKHUSUS DAN MUTAKHIR
Prosedur pemeriksaan CT
1 1
SCAN

2 Prosedur Pemeriksaan MRI 1

Prosedur pemeriksaan
3 1
Radioterapi

4 Prosedur pemeriksaan USG 1

Prosedur pemeriksaan
5 1
Mammografi
Prosedur pemeriksaan
6 1
gigi/dental/panoramic
(Data Primer, 2022)
Berdasarkan tabel 2.1 maka dapat dilihat bahwa
pemeriksaan radiologi di RSAU dr. Dody Sardjoto selama
PKL IV terdapat 10 macam. Pemeriksaan yang paling sering
dilakukan adalah pemeriksaan thorax dengan jumlah 20
pemeriksaan, dan pemeriksaan yang jarang dilakukan
adalah pemeriksaan dengan menggunakan media kontras,
seperti bno-ivp, omd, colon in loop, uretrografi , dan fistel
perianal.

B. Tinjauan Umum Tentang Anatomi Fisiologi dan Patologi


a. Tinjauan Anatomi dan Fisilogi Lumbo Sacral
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang
adalah sebuah strukturyang lentur yang dibentuk oleh sejumlah
tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang.
Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat
bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada
orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat
33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang
terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.
Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang
leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5
vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum
atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas
tulang tungging (Evelyn, 1999)

Gamabar 2.3 Anatomi Lumbosacral


[ CITATION Moo13 \l 1033 ]
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah
yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan
vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus
spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil.
Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal
joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi
ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis
dari lumbal
Berada ditengah dari sagital plane.Vertebra lumbal Terdiri
dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari
korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis
yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses,
prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus
vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan
serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.
Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya
sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil
dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis
meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen
vertebra lumbal lima hamya berisikauda equina dan selaput–
selaput otak. Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang
kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal.
Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra
thorakalis. Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul
dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah
dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan
cara meraba atau palpasi. Prosesus artikularis superior merupa
kan fasies artikularis yang sekung dan menghadap
posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya
cembung dan menghadap ke anterolateralis(Ballinger, 1995).
Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang
badan. Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas
atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga berfungsi
untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang
mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari
kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-
gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot. (Bajpai,
1991)Vertebra lumbosakaral merupakanbagian dari tulang
belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil
yang dinamakan ruas tulang belakang
Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala
dan alat-alat tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang
belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang
terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-
tulang panggul bergantung (Amstrong, 1989).
b. Patologi
Spondilosis merupakan penyakit degeneratif yang sering
mengenai lumbal. Proses degenerasi diskus intervertebra
disertai perubahan struktur diskus menjadi rata. Tonjola tulang
oleh permukaan osteofit tampak ditepi anterior dan posterior
pada korpus vertebra. Tonjolan tulang yang muncul dibagian
posterior dapat melewati batas foramen intervertebra sehingga
menyebabkan radiks saraf yang keluar pada sisi sebelahnya
(Muttaqin,2011).
Diskus intervertbra akan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda,diskus terutama
tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak
teratur.penonjolan faset dapat mengakibatkan penekanan pada
akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang menyebabkan
nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut (Syafiq, 2015).

C. Tinjauan Umum Prosedur Pemeriksaan CT Scan Lumbosacral


a. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT-Scan Columna Vertebra
Lumbal yaitu :
1. Pesawat CT-Scan
2. Apron
3. Tabung oksigen
4. Selimut
5. Standar infus
b. Teknik Pemeriksaan
1. Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan batas atas
objek pada Processus xypoideus, pasien diberi immobilisasi
band agar pasien tidak bergerak.
2. Posisi obyek
Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pasien ditempatkan tepat
ditengah meja pemeriksaan. Kedua tangan ditempatkan
diatas kepala, berpegangan pada handle. Batas atas obyek
diatur pada processus xypoidus.Mid Coronal Plane (MCP)
diatur pada garis tengah horizontal pesawat.Batas bawah
obyek diatur pada simfisis pubis.Pasien difiksasi untuk
menghindari gerakan pasien selama pemeriksaan
berlangsung.Pasien diberi selimut untuk kenyamanan
mengingat ruang pemeriksaan yang ber-AC dan waktu
pemeriksaan yang lama.
3. Scan Parameter
a. Scanogram : Side View
b. Slice Thicknes : 5-10mm
c. Range : Processus xypoideus
sampai  dengan simpisis pubis
d. FOV : 39 cm
e. KV : 120
f. MAS : 205
g. Rekonstruksi algoritma : High resolution
h. Window width : 300
i. Window level : -50 sampai -100

D. Tinjauan Umum Tentang Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi atau fisika kesehatan dan keselamatan radiasi


adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik
kesehatan yang perlu diberikan kepada seseorang atau kelompok
orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dan radiasi
pengion.Adapun filosofi proteksi radiasi adalah analisa atau
perhitungan untung rugi yang harus mencangkup keuntungan yang
harus diperoleh oleh masyarakat bukan hanya oleh seseorang atau
kelompok.
Ditinjau dari luar proteksi bangunan sarana yang telah ada di
RSAU dr. Doddy Sardjoto Maros sudah dianggap aman dan sesuai
dengan ketentuan atau persyaratan yang berlaku.
Adapun yang telah dilakukan UPF Radiologi RSAU dr.
Doddy Sardjoto Maros dalam menunjang proteksi radiasi adalah
sebagai berikut :
1. Pintu masuk ruangan Digital Radiography setebal 4 cm
yang dilapisi 2 mm Pb dengan setinggi 2 meter.
2. Pada ruangan meja kontrol dilindungi oleh tembok
pengaman yang mempunyai ketebalan 23 cm dan terdapat
timbal 1,5 mm untuk mengawasi pasien dengan daya
tembus 60-150 Kv.
3. Ketebalan dinding terdiri dari beton 15 cm dan ditambah 2
mm Pb pada sekeliling ruang pemeriksaan.
4. Pintu yang menghubungkan ruang pemeriksaan selalu
dalam keadaan tertutup pada saat melakukan expose.
BAB III
METODE PEMERIKSAAN

A. Tempat dan Waktu Pemeriksaan


Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis melakukan
pemeriksaan diruang Instalansi Radiologi RSAU dr. Dody Sardjoto
Maros pada hari jum’at 17 Desember 2021.

B. Kronologis Riwayat Pasien


Pada hari jum’at tepat tanggal 17 Desember 2021, pasien laki-
laki berumur 66 tahun datang ke radiologi dalam keadan berbaring
diatas brangkar dengan ditemani perawat dan keluarga pasien,
pasien mengidap penyakit paraparese EC Susp. Kompresi MS DD/
Metastasis. Surat pengantar foto dari dokter menunjukkan
permintaan Ct- Scan Lumbosacral.
C. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus, pasien hanya diinstruksikan
melepas benda yang bisa menjadi artefak dan diinstruksikan untuk
tidak bergerak saat dilakukan pemeriksaan.
D. Prosedur kerja
1. Mencatat data pasien pada buku registrasi pasien meliputi nama,
umur, jenis kelamin, klinis, nomor foto, dan rekam medis.
2. Memanggil pasien masuk kedalam ruang pemeriksaan.
3. Menjelaskan kepada pasien tentang pelaksanaan pemeriksaan.
4. Pasien diinstruksikan untuk melepas benda-benda yang bias
mengganggu saat pemeriksaan.
5. Pasien diarahkan untuk berbaring diatas meja pemeriksaan dan
mengikuti instruksi radiographe.
6. Memposisikan pasien dengan posisi baring.
7. Melakukan scan pada monitor.
8. Melakukan rekontruksi gambar lalu dicetak.
9. Hasil radiograf dibaca oleh dokter radiologi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus


1. Data Pasien
a) Nama : Tn. M
b) Umur : 66 Tahun
c) Jenis Kelamin : Laki-laki
d) Jenis Pemeriksaan : CT-Scan Lumbosacral
e) Klinis : Paraparese ECSusp. Kompresi
MS DD/ Metastasis
f) Asal Pasien : Poli Saraf
g) Tanggal Lahir : 24 April 1955
2. Alat dan Bahan Yang Digunakan
a) Pesawat CT-Scan
(1) Merk : SIEMENS
(2) Model : 8402062
(3) No. Seri : 662211971
Gambar 4.1 Pesawat CT-Scan
(Doc. Instalasi Radiologi RSAU dr. Dody Sardjoto, 2021)
b) Meja Kontrol CT-Scan

Gambar 4.2 Meja Kontrol CT-Scan


(Doc. Instalasi Radiologi RSAU dr. Dody Sardjoto, 2021)
c. Alat Processing
(1) Merk : Fuji Film
(2) Model : DRYPIX
(3) Serial Number : 96543702
(4) Manufactured : 05-2019
Gambar 4.3 Alat Processing
(Doc. Instalasi Radiologi RSAU dr. Dody Sardjoto, 2021)
3. Teknik Pemeriksaan
a) Pengertian
CT-Scan biasanya digunakan di bagian tulang belakang
lumbosacral untuk mendeteksi patah tulang, kelainan dan
perubahan tulang belakang, seperti yang disebabkan oleh
artritis.
b) Tujuan
Untuk melihat kelainan patologis pada pemeriksaan CT-
Scan lumbosacral
c) Indikasi Pemeriksaan
(1) Kista
(2) Hernia
(3) Infeksi
(4) Kanker
(5) Osteoarthritis
(6) Osteomalasia

(7) Saraf terhepit

(8) Tumor

(9) Fraktur Vertebra


d) Kontra Indikasi Pemeriksaan
Kontraindikasi CT-Scan lumbosacral yaitu wanita hamil dan
Claustrophobia.
e) Prosedur Pemeriksaan
(1) Posisi Pasien
Tidur terlentang (supine) dan kaki dekat gantry (feet first)
(2) Scout / Topogram / Scanogram
(3) Scanning
(i) Slice awal :Processus Xiphodeus
(ii) Slice akhir : Simpisis Pubis
(iii) Tebal Slice : 5 mm
(iv) FOV : 39 cm
(v) Tegangan tabung (kV) waktu dan arus tabung
(mAS)
120 kV, 205 mAS.

4. Analisis Radiografi
a) Hasil Radiografi

Gambar 4.4 Hasil Radiografi Lumbosacral Potongan Sagittal


(Doc. Instalasi Radiologi RSAU dr. Dody Sardjoto, 2021)
Gambar 4.5 Hasil Radiografi Lumbosacral Potongan Sagittal
(Doc. Instalasi Radiologi RSAU dr. Dody Sardjoto, 2021)
b) Hasil interpretasi dan Kesimpulan dokter
1. Alignment vertebra lumbosacral baik, tidak tampak
listhesis.
2. Kurva fisiologis lordokyphotic vertebra lumbosacral
melurus..
3. Tampak massa isodens pada aspek posterolateral dextra
corpus vertebra Th 12 yang mendestruksi tulang, meluas
ke medula spinalis dan jaringan lunak paravertebra.
4. Osteofik terlihat pada aspek anterior CVL 1,2,3,4,5.
5. Celah sendi baik, tidak menyempit.
6. Bulging herniasi discus pada level L3-L4,L4-5 dan level
L5-s1.
7. Jaringan lunak paravertebra normal.

Kesan :
- Massa posterolateral dextra corpus vertebra Th 12
yang mendestruksi tulang, meluas ke medula spinalis
dan jaringan lunak paravertebra
- Bulging herniasi discus pada level L4-L4, L4-5 dan
L5-S1
- Spondylosis lumbalis

B. Pembahasan Laporan Kasus


Pembahasan CT-Scan ialah menggabungkan serangkaian
gambar yang diperoleh dari sinar-X diambil dari berbagai macam
sudut, kemudian menggunakan system komputerisasi untuk
menggabungkan potongan-potongan gambar gambar tersebut dan
menciptakan suatu kesatuan gambar organ tubuh yang akan
diperiksa dengan arah tertentu, selapis demi selapis. CT-Scan
memberikan hasil pencitraan yang jauh lebih baik dan jelas
dibandingkan pemeriksaan dengan sinar-X biasa.
Tujuan dilakukannya CT-Scan lumbosacral yaitu untuk
mendeteksi kelainan patah tulang, kelainan dan perubahan tulang
belakang, seperti yang disebabkan oleh artritis.
Pada tanggal 18 Maret 2021 telah dilakukan CT-Scan
lumbosacral tanpa kontras dengan klinis HNP di RSAU dr. Dody
Sardjoto, dimana menggunakan faktor eksposi 120 kV dan 205
mAS. Prosedur pemeriksaan CT-Scan lumbosacral tanpa kontras
yang dilakukan di RSAU dr. Dody Sardjoto yaitu pemeriksaan
dilakukan tanpa adanya persiapan khusus untuk pasien, hanya
melepaskan benda-benda yang dapat mengganggu hasil radiograf
misalnya bra, kancing, dll. Dimana pertama-tama pasien dipanggil
masuk kedalam ruang pemeriksaan kemudian diarahkan untuk
(supine) diatas meja pemeriksaan dengan meletakkan kaki dekat
gantry (feet first). Setelah itu dilakukan pembuatan scout /
scanogram lumbosacral posisi lateral dan dilanjutkan scanning dari
sampai dengan ketebalan potongan 5.00 mm kemudian dilakukan
MPR setelah itu dilakukan filming dan menghasilkan hasil radiograf.
Adapun hasil interpretasi dokter terhadap hasil radiograf CT-scan
lumbosacral tanpa kontras yaitu kesan Schmorl nodes
(intravertebral disc herniation) L4 disertai displaced segmen
anterior cospus dan penyempitan intervertebral disc L3-4.
Node Schmorl, juga disebut sebagai herniasi diskusi
intravertebralis, mengacu pada tonjolan tulang rawan diskus
intervertebralis melalui pelat ujung tubuh vertebra dank ke dalam
vertebra yang berdekatan.Tonjolan tersebut dapat menyentuh
sumsum tulang belakang, menyebabkan peradangan. Gejala atau
Faktor Resiko yang dapat ditimbulkan yaitu kelemahan otot dan
foot drop.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Pemeriksaan CT-Scan lumbosacral tanpa kontras dengan klinis
Paraparese EC Susp. Kompresi ,mS DD/ Metastasis di RSAU
dr. Dody Sardjoto, dimana menggunakan faktor eksposi 120 kV
dan 205 mAS. Prosedur pemeriksaan CT-Scan lumbosacral
tanpa kontras yang dilakukan di RSAU dr. Dody Sardjoto yaitu
pemeriksaan dilakukan tanpa adanya persiapan khusus untuk
pasien hanya melepaskan benda-benda yang dapat
mengganggu hasil radiograf misalnya bra, kancing, dll. Dimana
pertama-tama pasien dipanggil masuk kedalam ruang
pemeriksaan kemudian diarahkan untuk (supine) diatas meja
pemeriksaan dengan meletakkan kaki dekat gantry (feet first).
Setelah itu dilakukan pembuatan scout/scanogram lumbosacral
posisi lateral dan dilanjutkan scanning dari sampai dengan
ketebalan potongan 5.00 mm kemudian dilakukan MPR setelah
itu dilakukan filming dan menghasilkan hasil radiograf
2. Adapun hasil interpretasi dokter terhadap hasil radiograf CT-
Scan lumbosacral tanpa kontras yaitu kesan ;
- Massa posterolateral dextra corpus vertebra Th 12 yang
mendestruksi tulang, meluas ke medula spinalis dan
jaringan lunak paravertebra
- Bulging herniasi discus pada level L4-L4, L4-5 dan L5-S1
- Spondylosis lumbali
B. Saran
Dari pengamatan dilapangan pada saat pemeriksaan, penulis
bertujuan memberiksan saran kepada radiographer yang mudah-
mudahan bisa bermanfaat yaitu diupayakan agar membatasi luas
lapangan seminimal mungkin dan menggunakan alat proteksi diri
(APD).
DAFTAR PUSTAKA

1. Eka Putra Syarif Hidayat, M.Kes. 2011, Buku Ajar Osteologi Untuk
Program Diploma III, Politeknik Kesehatan Jakarta II, Sabrina Untsa ,
2015, Osteologi,https://www. Slideshare.net/SabrinaZahraa
2. Cicy, 2010 asuhan keperawatan metacarpal
http://cicynno.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatan
metacarpal.html Diakses pada tanggal 21 Januari 2021
3. Hariaty. “Teknik Radiografi Ekstremitas Superior”. 01 November
2012.http://misshariatyronald0.blogspot.com/2012_11_01_archive.html
4. Eugene D. Frank, Bruce W. Long, Barbara J. Smith,2011, Merill’s Atlas
Of Radiographic Positioning & Procedures, 12th ed, Mosby’s
Radiography, Upper Limb
5. Mardiana, ST, 2011, Digital Radiografi http://teknikelektromedik-
medan.blogspot.com
6. Buku Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL I), Prodi Radiologi :
Poltekkes Muhammadiyah Makassar, edisi 2021.

Anda mungkin juga menyukai