LAPORAN KASUS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangan I
Pada Tanggal 03 Januari – 10 Februari 2023
DISUSUN OLEH:
Mengetahui,
Ka. Bin Kompetensi Yankes,
RSAU dr. M. Salamun
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan 1 dari tanggal 03 Januari s/d 10 Februari
2023 di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung.
1. Kolonel Kes. dr. Aplin Ismunanto, Sp.B, selaku Kepala RSAU dr. M.
Salamun Bandung.
2. Mayor Kes Sumarno, AMd .Kep, M.Tr.SAU, selaku Ka.Bin Kompetensi
Yankes RSAU dr. M. Salamun Bandung.
3. Mayor Kes Robbi Mandolin, SKM., M. Tr.SOU, selaku Penanggung Jawab
Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung.
4. Bapak Riyadi, S.ST, selaku Clinical Instruktur di Klinik Radiologi RSAU
dr. M. Salamun Bandung.
5. Dr. Hj. Sri Djatnika SA, SE., M.Si selaku Direktur Politeknik Al-Islam
Bandung.
6. Ibu Oktarina Damayanti, ST., M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma
Radiologi Politeknik Al-Islam Bandung.
7. Seluruh Radiografer, staff, karyawan di Klinik Radiologi RSAU dr. M.
Salamun Bandung.
8. Seluruh Dosen dan staff Program Studi Diploma Tiga Radiologi Politeknik
Al-Islam Bandung.
9. Kedua orang tua yang telah mendukung saya doa serta material dan
bimbingannya selama ini dalam menjalani praktek kerja lapangan di Klinik
Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung.
10. Semua pihak yang telah membantu maupun memberikan dorongan
selesainya laporan Praktik Kerja Lapangan I.
iii
Semoga Allah SWT memberikan Rahmat-Nya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini demi kesempurnaan laporan studi kasus ini. Akhir kata
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan mahasiswa D III radiologi Politeknik Al Islam Bandung.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.............................................................................................................................
Halaman Pengesahan..................................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
3
11
4
10
5
9
6
8
7
Keterangan Gambar:
Rangka dada atau thorak tersusun dari tulang dan tulang rawan. Thorak
berupa sebuah rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih besar dari pada di
atas dan di belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Tulang yang
membentuk dinding thorax adalah sternum, costae dan cartilage costalis,
serta parsthoracica columna vertebralis. Jaringan lunak yang membentuk
dinding thorax adalah otot serta pembuluh darah, terutama pembuluh darah
5
interkostalis dan torakalis interna. Dalam cavum thorax terdapat organ - organ
yang vital bagi tubuh, yakni paru-paru, jantung, dan aorta (pembuluh darah
besar yang keluar dari jantung) (Pearce, 1999).
Rangka thorax tersusun atas tulang vertebra thoracal, sternum, tulang iga
dan tulang rawan. Dua belas tulang vertebra membentuk bagian belakang dari
rongga thorax, bagian depan terdapat sternum yang berada pada bagian
tengah dari rongga thorax. Sternum sendiri terdiri atas tiga bagian yaitu
manubrium, badan sternum dan procesus xiphoideus. Bagian atas manubrium
berbentuk segitiga. Manubrium bersendi dengan tulang iga ke satu dan kedua
dan juga dengan clavicula. Sisi samping dari rongga thorax tersusun atas dua
belas tulang iga, yang kesemuanya bersendi dengan vertebra thoracal pada
bagian belakang.
Rongga thorax terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atas yang
terbentuk dari vertebra thoracal satu, tulang iga pertama dan tulang 8 rawan
serta manubrium. Bagian ini disebut thoracic inlet. Bagian bawah adalah
merupakan bagian terbesar dari rongga thorax dan terbentuk dari sebelas
vertebra thoracal, sebelas tulang iga dan tulang rawan serta processus
xiphoideus, bagian ini disebut dengan thoracic outle.
Diafragma adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah yang
memisahkan rongga thorak dengan abdomen, serta membentuk lantai dasar
dari rongga thorax dan atap dari rongga abdomen. Pada saat inspirasi otot
diafragma berkontraksi sehingga menyebabkan kubah diafragma turun
sehingga ukuran thorax menjadi lebih besar. Turunnya diafragma
menyebabkan udara ditarik masuk oleh paru – paru dan meluas untuk mengisi
rongga thorax yang membesar.
6
8
1
6 2
3
5
Keterangan Gambar:
1. Faring 5. Bronkiolus
2. Pulmo 6. Trakea
3. Bronkus 7. Laring
4. Alveolus 8. Rongga Hidung
Yaitu luas daerah yang dihinggapi sarang-sarang lebih dari pada kedua
kalsifikasi diatas, atau jika ada lubang, diameter keseluruhan lebih dari 4
cm.
2.3.2 Tanda dan Gejala
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak
mengalami kenaikan dalam kurun waktu satu bulan setelah melalui
upaya perbaikan gizi yang baik.
2. Demam selama lebih dari 2 minggu dan/atau berulang tanpa sebab
yang jelas. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB
pada anak apabila tidak disertai dengan gejalagejala sistemik lainnya.
3. Batuk lebih dari 3 minggu, batuk bersifat non-remitting.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, diikuti kegagalan
dalam pertumbuhan, perasaan lesu atau malaise, sehingga
mengakibatkan anak kurang aktif bermain.
5. Diare persisten selama lebih dari 2 minggu.
TB anak dapat terjadi batuk apabila pembesaran kelenjar yang terjadi sudah
menekan bronkus.
2.4.1 Pengertian
12
2. Proyeksi lateral
a. Pasien diposisikan erect, MSP /kaset
b. Kedua lengan dilipat di atas kepala
c. Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
d. Focus Film Distance (FFD): 150 cm
e. Central Ray: Horizontal
f. Central Point: setinggi thoracal ke-7
14
3. Proyeksi PA
BAB III
Nama : TN OS
Tanggal Lahir : 16 April 1960
Nomor Foto : RA-23-00387
Jenis Pemeriksaan : Thorax AP
Dokter : dr. SP
Tanggal : 15 Januari 2023
b. Detector
17
Merk : AGFA
Tipe : DRYSTAR 5302
3. 4 Hasil Pemeriksaan
Adapun hasil ekspertise radiograf oleh dokter Radiologi adalah sebagi berikut:
1. Skeletel yang terlihat masih baik
2. Cor, sinuses dan diagfragma kiri kanan serta skeletal normal.
3. Pulmo: hili terselubung dengan corakan paru bertambah, tampak opasitas
inhomogen disertai infiltrate kiri kanan tengan dan kiri bawah serta kavitas
4. Kesan: ada gambaran tuberculosis aktif lesi luas disertai kavitas kiri kanan
tengah.
3.5 Pembahasan
Pada pemeriksaan Radiologi thoraks dengan suspek tuberkolosis di RSAU dr.
M. Salamun. Pasien datang dari IGD ke klinik radiologi di antar menggunakan
20
kursi roda dalam keadaan sesak nafas, setelah itu perawat memberikan surat
pengantar kepada radiografer. Selanjutnya, radiografer menuliskan data pasien di
buku registrasi dan mengarahkan pasien ke ruang 4 untuk melakukan
pemeriksaan. Pada pemeriksaan thorax tidak memerlukan persiapan khusus,
hanya memberikan penjelasan prosedur pemeriksaan dan pasien diminta untuk
melepaskan benda yang dapat mengganggu hasil radiograf. Pada pasien TN O, 62
tahun mengalami gangguan pada paru-paru seperti batuk dan sesak, dirujuk
kebagian radiologi dengan dugaan Tuberculosis (TBC).
Radiografer memasukan data pasien di X-ray Mobile, setelah memasukan
data radiografer meletakan detector di belakang tubuh pasien sesuai dengan
proyeksi yang akan dilakukan yaitu proyeksi AP. Pasien diposisikan dengan MSP
berada dipertengahan detector badan pasien diminta untuk tegak dan kedua kaki
pasien diletakan di lantai. Setelah itu, kedua tangan pasien diletakkan pada
penyangga yang berada di kursi roda agar skapula tidak menutupi bagian lapang
paru.
Atur central point setinggi thorakal ke-7 dan central ray tegak lurus
terhadap detector. Setelah itu, atur kolimasi sesuai objek yang diinginkan agar
meminimalisir radiasi hambur. Pasien diminta untuk mengikuti instruksi dari
radiografer untuk melakukan full inspirasi kedua, saat melakukan ekspose kV
yang digunakan yaitu 90 dan mAs 1.92.
Setelah ekspose dilakukan radiografer mengambil detector yang berada
dibelakang tubuh pasien. Pasien diminta untuk memakai kembali baju yang
dilepas dan dipersilahkan untuk keluar karena pemeriksaan sudah selesai.
Selanjutnya, radiografer mengedit hasil foto yang berada di layar X-ray Mobile,
radiografer mensimetriskan foto dan meletakan marker R.
Selesai mengedit foto selanjutnya hasil siap ke proses berikutnya yaitu
proses print hasil. Printer yang digunakan untuk mengolah hasil radiograf yaitu
AGFA dengan tipe DRYSTAR 5302. Waktu yang diperlukan untuk pemrosesan
film yaitu 1 menit. Hasil radiograf siap diberikan kepada dokter spesialis radiologi
untuk dibacakan.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.92. Pada pemeriksaan ini alat yang digunakan adalah Philips Mobile
Diagnost wDR dan printer yang digunakan adalah AGFA DYSTAR 5302.
2. Pada pemeriksaan thorax di RSAU dr.M. Salamun menghasilkan
gambaran yang diharapkan. Karena memberikan hasil radiograf yang
dapat menegakan diagnosa dari kasus Tuberkolosis.
3. Berdasarkan hasil radiograf menunjukan Kesan: ada gambaran
tuberculosis aktif lesi luas disertai kavitas kiri kanan tengah.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk pasien yang tidak kooperatif dilakukan dengan
positioning yang tepat agar radiograf yang dihasilkan memenuhi kriteria
gambaran thoraks yang baik dan bisa menegakan diagnose dengan tepat.
Jika, pasien menggunkakan kursi roda posisi kan tubuh Pasien diposisikan
dengan MSP berada dipertengahan detector badan pasien diminta untuk
tegak dan kedua kaki pasien diletakan di lantai. Setelah itu, kedua tangan
pasien diletakkan pada penyangga yang berada di kursi roda agar skapula
tidak menutupi bagian lapang paru.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
25
26