Anda di halaman 1dari 31

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX AP

DENGAN KLINIS SUSPEK TUBERCULOSIS DI KLINIK


RADIOLOGI RSAU dr. M. SALAMUN BANDUNG

LAPORAN KASUS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangan I
Pada Tanggal 03 Januari – 10 Februari 2023

DISUSUN OLEH:

1. Devina Damayanti TRO/16/01116


2. Ramdani Rachmat Siddiq TRO/16/01180
3. Randiska Aditya Putra TRO/16/01139
4. Sahl Siti Aulia TRO/16/01142

PROGRAM STUDI D III RADIOLOGI


POLITEKNIK AL ISLAM BANDUNG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Teknik Pemeriksaan Thorax Dengan Klinis Suspek


Tuberculosis di klinik Radiologi di RSAU dr. M. Salamun
Bandung
Masa PKL : 3 Januari s/d 10 Februari 2023

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL I)


Mahasiswa Prodi D III Radiologi Politeknik Al-Islam Bandung
Di RSAU dr. M. Salamun Bandung

Bandung, Februari 2023

Penanggung Jawab Klinik Radiologi, Clinical Instruktur Klinik Radiologi


RSAU dr. M. Salamun RSAU dr. M. Salamun

Robi Mandolin, AMR, SKM., M. Tr.SOU Riyadi, S.ST


Mayor Kes NRP 531990 Kopka NRP 527007

Mengetahui,
Ka. Bin Kompetensi Yankes,
RSAU dr. M. Salamun

Sumarno, AMK, SKM, M.Tr.SOU


Mayor Kes NRP 531995

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan 1 dari tanggal 03 Januari s/d 10 Februari
2023 di Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung.

Dalam menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan 1 ini penulis banyak


mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak dan untuk itu
penulis mengucapkan kepada:

1. Kolonel Kes. dr. Aplin Ismunanto, Sp.B, selaku Kepala RSAU dr. M.
Salamun Bandung.
2. Mayor Kes Sumarno, AMd .Kep, M.Tr.SAU, selaku Ka.Bin Kompetensi
Yankes RSAU dr. M. Salamun Bandung.
3. Mayor Kes Robbi Mandolin, SKM., M. Tr.SOU, selaku Penanggung Jawab
Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung.
4. Bapak Riyadi, S.ST, selaku Clinical Instruktur di Klinik Radiologi RSAU
dr. M. Salamun Bandung.
5. Dr. Hj. Sri Djatnika SA, SE., M.Si selaku Direktur Politeknik Al-Islam
Bandung.
6. Ibu Oktarina Damayanti, ST., M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma
Radiologi Politeknik Al-Islam Bandung.
7. Seluruh Radiografer, staff, karyawan di Klinik Radiologi RSAU dr. M.
Salamun Bandung.
8. Seluruh Dosen dan staff Program Studi Diploma Tiga Radiologi Politeknik
Al-Islam Bandung.
9. Kedua orang tua yang telah mendukung saya doa serta material dan
bimbingannya selama ini dalam menjalani praktek kerja lapangan di Klinik
Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung.
10. Semua pihak yang telah membantu maupun memberikan dorongan
selesainya laporan Praktik Kerja Lapangan I.

iii
Semoga Allah SWT memberikan Rahmat-Nya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini demi kesempurnaan laporan studi kasus ini. Akhir kata
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan mahasiswa D III radiologi Politeknik Al Islam Bandung.

Bandung, Februari 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.............................................................................................................................
Halaman Pengesahan..................................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................................


2.1 Anatomi Thorax........................................................................................................
2.2 Fisiologi Thorax........................................................................................................
2.3 Patologi Tuberculosis................................................................................................
2.4 Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax.................................................................
BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN ............................................................
3.1 Paparan Kasus ........................................................................................................
3.2 Teknik Pemeriksaan................................................................................................
3.3 Hasil Pemeriksaan...................................................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................
4.2 Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................
LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian tubuh manusia
menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik
maupun gelombang mekanik. Pada awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk
sinar-x (x-ray) namun kemajuan teknologi modern memakai pemindaian
(scanning) gelombang sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG)
dan juga MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan radiologi
memungkinkan suatu penyakit terdeteksi pada tahap awal sehingga akan
meningkatkan keberhasilan pengobatan yang dilakukan.
Sinar-X merupakan jenis radiasi gelombang elektromagnetik. Pencitraan
sinar-X akan menciptakan gambar bagian dalam tubuh. Gambar hitam putih ini
dihasilkan karena jaringan-jaringan tubuh menyerap jumlah radiasi yang berbeda.
Misalnya, kalsium dalam tubuh menyerap sinar-X paling banyak, sehingga tulang
tampak putih. Sementara lemak dan jaringan lunak lainnya menyerap lebih
sedikit, sehingga terlihat abu-abu.
Pemeriksaan radiografi thorax merupakan pemeriksaan paling sering dan
paling rutin dilakukan di setiap instalasi radiologi khususnya radiodiagnostik
(WHO, 2016). Pemeriksaan radiologi thorak sangat penting karena penyakit paru
belum bisa dilakukan penyembuhan secara pasti tanpa pemeriksaan radiologi
thorak terlebih dahulu. Kelainan–kelainan dini pada paru juga dapat diketahui
dalam pemeriksaan roentgen thorax sebelum gejala klinis muncul. Pada
pemeriksaan radiologi thorak proyeksi rutin yang digunakan ialah Postero
Anterior (PA) jika pasien kooperatif dan Antero Posterior (AP) jika pasien non
kooperatif serta proyeksi lateral jika dibutuhkan.
Salah satu penyakit yang dapat diketahui dalam pemeriksaan radiografi
thoraks ini adalah penyakit tuberculosis, penyakit ini merupakan penyakit infeksi
yang menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit Tuberculosis

1
2

disebabkan bakteri berbentuk (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium


Tuberculosis.
Pemeriksaan Radiografi thoraks juga merupakan salah satu pemeriksaan
penunjang untuk membantu mendiagnosa penyakit tuberculosis, yang nantinya
hasil radiograf akan menunjukan kelainan yang terdapat pada paru-paru penderita.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik mengangkat laporan kasus dengan
judul “TEKNIK PEMERIKSAAN RADIORAF THORAX AP DENGAN
KLINIS SUSPEK TUBERCULOSIS DI KLINIK RADIOLOGI RSAU dr. M.
SALAMUN BANDUNG’’

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi thorax pada klinis suspek


Tuberkolosis di RSAU dr. M. Salamun?
2. Bagaimana pemeriksaan thorax dengan proyeksi AP sudah cukup efektif
memberikan informasi dan menegakan diagnose yang di harapkan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi thorax pada kasus


suspekTuberculosis di RSAU dr. M. Salamun
2. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan thorax dengan proyeksi AP
sudah cukup efektif memberikan informasi dan bisa menegakan diagnosa
yang di harapkan.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan I disemester III, serta


menambah wawasan bagi penulis tentang teknik pemeriksaan thorax
dengan kasus Tuberculosis.
2. Sebagai bekal bagi penulis dalam penerapan dunia kerja nanti.
3

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan


manfaat penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang anatomi, patologi fisiologi, thorax dan teknik


pemeriksaan thorax.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang paparan kasus, hasil pemeriksaan thorax dan pembahasan


teknik pemeriksaannya.

BAB IV PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan, saran, lampiran dan daftar pustaka.


4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Anatomi Thorax


1
2
12

3
11

4
10
5

9
6

8
7

Gambar 2.1 Anatomi Thorax

Keterangan Gambar:

1. Apex pulmo 7. Sinus Costroprenicus


2. Clavikula 8. Diagfragma
3. Scapula 9. Sinus Cardioprenicus
4. Aorta Arch 10. Antrium Kanan
5. Arteri Pulmonari 11. Pulmo
6. Ventrikel kiri 12. Costae

Rangka dada atau thorak tersusun dari tulang dan tulang rawan. Thorak
berupa sebuah rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih besar dari pada di
atas dan di belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Tulang yang
membentuk dinding thorax adalah sternum, costae dan cartilage costalis,
serta parsthoracica columna vertebralis. Jaringan lunak yang membentuk
dinding thorax adalah otot serta pembuluh darah, terutama pembuluh darah
5

interkostalis dan torakalis interna. Dalam cavum thorax terdapat organ - organ
yang vital bagi tubuh, yakni paru-paru, jantung, dan aorta (pembuluh darah
besar yang keluar dari jantung) (Pearce, 1999).
Rangka thorax tersusun atas tulang vertebra thoracal, sternum, tulang iga
dan tulang rawan. Dua belas tulang vertebra membentuk bagian belakang dari
rongga thorax, bagian depan terdapat sternum yang berada pada bagian
tengah dari rongga thorax. Sternum sendiri terdiri atas tiga bagian yaitu
manubrium, badan sternum dan procesus xiphoideus. Bagian atas manubrium
berbentuk segitiga. Manubrium bersendi dengan tulang iga ke satu dan kedua
dan juga dengan clavicula. Sisi samping dari rongga thorax tersusun atas dua
belas tulang iga, yang kesemuanya bersendi dengan vertebra thoracal pada
bagian belakang.
Rongga thorax terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atas yang
terbentuk dari vertebra thoracal satu, tulang iga pertama dan tulang 8 rawan
serta manubrium. Bagian ini disebut thoracic inlet. Bagian bawah adalah
merupakan bagian terbesar dari rongga thorax dan terbentuk dari sebelas
vertebra thoracal, sebelas tulang iga dan tulang rawan serta processus
xiphoideus, bagian ini disebut dengan thoracic outle.
Diafragma adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah yang
memisahkan rongga thorak dengan abdomen, serta membentuk lantai dasar
dari rongga thorax dan atap dari rongga abdomen. Pada saat inspirasi otot
diafragma berkontraksi sehingga menyebabkan kubah diafragma turun
sehingga ukuran thorax menjadi lebih besar. Turunnya diafragma
menyebabkan udara ditarik masuk oleh paru – paru dan meluas untuk mengisi
rongga thorax yang membesar.
6

2.2 Fisiologi Thorax

8
1

6 2

3
5

Gambar 2.2 Sistem Pernapasan

Keterangan Gambar:

1. Faring 5. Bronkiolus
2. Pulmo 6. Trakea
3. Bronkus 7. Laring
4. Alveolus 8. Rongga Hidung

Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang


memisahkannya dari columna vertebrae, berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam dibawahnya. Laring
terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat oleh ligamen membrane.
Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid dan dibagian depannya
terdapat benjolan yang dikenal sebagai jakun. Laring terdiri dari lima tulang
rawan antara lainng: 1 buah kartilago tiroid, 2 buah kartilago aritenoid, 1
buah kartilago krikoid, dan 1 buah kartilago epiglottis.
Trakea Merupakan lanjutan dari laring dibentuk oleh 16 sampai 20
cincin yang terdiri dari tulang rawan yang membentuk hurup C. Berjalan
dari laring sampai ketinggian vertebrae thorakalis ke 5 dan ditempat ini
7

bercabang menjadi dua bronkus. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan dilapisi


oleh selaput lendir.
Bronkus kanan dan kiri Merupakan lanjutan dari trakea, terdiri dari 2
bagian: bronkus kanan dan kiri. Bronkus tersebut berjalan kebawah dan
kesamping menuju ke paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar
dari bronkus kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan memiliki 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari bronkus kanan
dan berjalan di bawah arteri pulmonalis serta memiliki 2 cabang. Bronkus
memiliki cabang yang disebut bronkiolus dan pada ujungnya terdapat
gelembung paru atau alveoli.
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga
dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh
jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak
didalam mediastrum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut
dengan apeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula
didalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landai rongga toraks,
diatas diafragma.

2.3 Patologi Tuberculosis


2.3.1 Klasifikasi Tuberculosis
Penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat.
Penyakit Tuberculosis paru disebabkan bakteri berbentuk (basil) yang
dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis. Penularan penyakit ini
melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil
berculosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir ludah berterbangan
di udara dan terhirup oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-
parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit Tuberculosis Paru
(Sholeh S. Naga,2014)
Kuman TB pertama kali ditemukan oleh Robert Koch (1882) yang
kemudian disebut Mikobakterium tuberculosis. Kuman ini terdiri dari tiga
varian yaitu; Varian Humanus, Bovinus dan Avium. Varian yang paling
8

banyak ditemukan pada manusia adalah Mikobakterium tuberculosis


humanus.2 Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan
yang paling sering diserang adalah organ paru (90%).(Nurjana, 2015)
Tuberkolosis paru dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Infeksi TB primer
Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi
terhadap basil tuberkel dan proteinnya. Respons imun seluler ini tampak
dalam bentuk sensitisasi sel sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes
kulit tuberkulin. Perkembangan sensitivitas tuberkulin ini terjadi pada
semua sel-sel tubuh 2 sampai 6 minggu setelah infeksi primer. Dan akan
dipertahankan selama basil hidup berada dalam tubuh. Imunitas didapat ini
biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih lanjut dan terjadi nya
infeksi aktif.(Purba, J., 2019)
2. Infeksi TB sekunder
Selain penyakit primer yang progresif, infeksi ulang juga mengarah
pada bentuk klinis TB aktif. Tempat primer infeksi yang mengandung
basil TB dapat tetap laten selama bertahun-tahun dan kemudian teraktifkan
kembali jika daya tahan penderita menurun. Penting artinya untuk
mengkaji kembali secara periodik penderita yang telah mengalami infeksi
TB untuk mengetahui adanya penyakit aktif. Tuberkolosis sekunder dapat
dikelompokan menjadi beberapa bagian :
a. Tuberkolosis Minimal (Minimal Tuberkolosis)
Yaitu luas sarang- sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang
dibatasi oleh garis median, apeks dan iga-iga depan. Sarang soliter bisa
berada dimanapun tak terbatas pada daerah tersebut diatas.
b. Tuberkolosis Lanjut Sedang (Moderatly Advance Tubercolosis)
Yaitu sarang-sarang yang bersifat bercak-bercak tidak melebihi luas satu
paru dan jika terdapat lubang, diameternya tak lebih dari 4 cm
c. Tuberkolosis Lanjut (Far Advance Tubercolosis)
9

Yaitu luas daerah yang dihinggapi sarang-sarang lebih dari pada kedua
kalsifikasi diatas, atau jika ada lubang, diameter keseluruhan lebih dari 4
cm.
2.3.2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala seseorang dapat dikatakan menderita penyakit TB


apabila ditemukan gejala klinis utama (cardinal symptom) pada dirinya.
Gejala utama pada seseorang yang terkena TB, diantaranya yaitu:
1) Batuk berdahak lebih dari tiga minggu.
2) Batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah.
3) Dada terasa sesak pada waktu bernapas.
4) Dada terasa sakit atau nyeri Menurut Kemenkes RI (2013).

gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:

1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak
mengalami kenaikan dalam kurun waktu satu bulan setelah melalui
upaya perbaikan gizi yang baik.
2. Demam selama lebih dari 2 minggu dan/atau berulang tanpa sebab
yang jelas. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB
pada anak apabila tidak disertai dengan gejalagejala sistemik lainnya.
3. Batuk lebih dari 3 minggu, batuk bersifat non-remitting.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, diikuti kegagalan
dalam pertumbuhan, perasaan lesu atau malaise, sehingga
mengakibatkan anak kurang aktif bermain.
5. Diare persisten selama lebih dari 2 minggu.

Keluhan batuk yang merupakan gejala utama pada TB dewasa,


tidak merupakan gejala yang menonjol pada TB anak. Hal ini disebabkan
karena pada TB anak prosesnya adalah pada parenkim yang tidak
mempunyai reseptor batuk. Sebagaimana diketahui batuk akan timbul
apabila terdapat rangsangan pada reseptor batuk. Meskipun demikian pada
10

TB anak dapat terjadi batuk apabila pembesaran kelenjar yang terjadi sudah
menekan bronkus.

2.3.1 Pemeriksaan Radiografi Thorax


Pemeriksaan Radiografi Thorax sangat membantu untuk mengetahui
adanya TB, serta mengetahui hasil pengobatan. Pada gambaran rontgen
paru penderita TB dapat ditemukan infiltrat yang berupa awan atau bercak-
bercak putih pada paru, pembesaran kelenjar getah bening pada hilus
(saluran nafas), adanya cairan kantong paru (pleural efusion), adanya
kaverne (rongga kecil akibat kerusakan akibat jaringan paru). Pemeriksaan
rontgen juga dengan cara melihat gambarannya dan membandingkan
dengan gambaran sebelumnya. Oleh karena itu pada pemeriksaan ulang,
foto rontgen sebelumnya harus dibawa.
Pada penderita TB yang telah sembuh, gambaran rontgen dapat
kembali normal, namun sebagian penderita sering masih meninggalkan
bekas berupa garis-garis putih (fibrotik) dan perkapuran (kalsifikasi). Pada
TB yang masih awal atau sudah dalam proses penyembuhan, hasil rontgen
kadang sulit memberikan gambaran yang jelas, sehingga sering hanya
disimpulkan sebagai suspect (dugaan), dimana untuk memastikan perlu
pemeriksaan lain dan evaluasi lanjut. Beberapa penyakit infeksi seperti
pneumonia, kadang menunjukkan gambaran rontgen yang sulit dibedakan
21 dengan TB terutama pada anak, oleh karena itu pada keadaan tersebut
diperlukan juga pemeriksaan lain.
Ada beberapa cara dalam pembagian kelainan tuberkolosis dilihat dari foto
roentgen, salah satunya menurut bentuk kelainan yaitu:
a. Sarang eksudatif, berbentuk bercak dengan batas tidak tegas dan
densitas rendah.
b. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas
dan densitasnya sedang.
11

c. Sarang induratif atau fibrotik, berbentuk garis-garis atau pita tebal


berbatas tegas dengan densitas tinggi.
d. Kavitas (lubang) dan Sarang kapur (kalsifikasi).

2.3.4 Pengobatan Tuberkulosis


TB diobati berdasarkan jenisnya, laten atau aktif.  Jika mengidap
TB laten namun berisiko berkembang menjadi aktif, dokter akan
meresepkan obat-obatan TB. Sedangkan untuk TB aktif, pengidapnya
perlu meminum antibiotik setidaknya selama enam hingga sembilan bulan.
Lama pengobatan tergantung pada usia, kondisi kesehatan dan
kemungkinan resistensi obat. Pengobatan TB aktif umumnya
membutuhkan beberapa kombinasi obat-obatan.  Obat yang paling umum
digunakan meliputi Isoniazid, rifampisin, etambutol dan pirazinamid. 
Pada kasus TB yang resisten terhadap obat, kombinasi antibiotik
fluoroquinolones dan obat suntik biasanya digunakan selama 20 hingga 30
bulan. Beberapa obat lain pendukung juga ditambahkan untuk melawan
resistensi obat.
Obat-obatan TB jarang menimbulkan efek samping. Disarankan untuk
mengonsumsi obat sesuai dosis untuk mencegah terjadinya kondisi
tersebut. Kunjungi dokter jika mengalami mual, muntah, urin gelap,
penglihatan kabur, memar dan hilang selera makan. Gejala-gejala tersebut
dapat mengindikasikan efek samping dari obat TB. Bila kamu merasa
membaik setelah beberapa minggu pengobatan, jangan hentikan konsumsi
obat TB. Penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan
sesuai anjuran dokter. Menghentikan pengobatan dapat membuat bakteri
yang masih hidup menjadi kebal. Keadaan ini bisa membuat TB menjadi
lebih berbahaya dan sulit diobati.
2.4 Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax

2.4.1 Pengertian
12

Rontgen thorax adalah pemeriksaan dengan menggunakan radiasi


gelombang elektromagnetik untuk menampilkan gambaran bagian dalam
dada. Melalui pemeriksaan ini, dapat melihat gambaran jantung, paru-
paru, saluran pernapasan, pembuluh darah dan nodus limfa.

2.4.2 Persiapan Pasien


Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan oleh pasien. Pasien
diinstruksikan untuk mengganti pakaian dengan baju pemeriksaan yang
sudah disiapkan dengan melepas seluruh atasan yang menutup dada.
Pastikan pasien tidak mengenakan barang-barang logam seperti perhiasan
dan sebagainya. Sebelum memulai pemeriksaan petugas harus
menggunakan APD seperti masker.

2.4.3 Persiapan Alat


Alat-alat yang diperlukan dalam pemeriksaan radiografi antara lain:
a. Pesawat sinar-x
b. Detector dan Film
c. Printer
d. Baju pasien
e. Apron

2.4.3 Teknik Pemeriksaan


1. Proyeksi AP (Antero Posterior)(Suparyanto dan Rosad (2015, 2020)
a. Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja
pemeriksaan/brandcar.
b. Kedua lengan lurus disamping tubuh
c. Kaset di belakang tubuh, MSP / garis tengah kaset
d. FFD: 150 cm
e. CR tegak lurus kaset, CP pada MSP setinggi TH 7
f. Beri marker L / R
g. Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
13

h. Kriteria Radiograf: Tampak kedua lapangan paru dari apeks


sampai sinus costoprenicus, tampak hilus jantung, tampak, costae,
klavikula. Pada saat inspirasi penuh tampak gambaran costae
belakang 9 – 10.

Gambar 2.4 Proyeksi AP Thorax (Suparyanto dan Rosad (2015,


2020)

2. Proyeksi lateral
a. Pasien diposisikan erect, MSP /kaset
b. Kedua lengan dilipat di atas kepala
c. Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
d. Focus Film Distance (FFD): 150 cm
e. Central Ray: Horizontal
f. Central Point: setinggi thoracal ke-7
14

Gambar 2.5 proyeksi Lateral(Bontrager & Lampignano,


2014)

3. Proyeksi PA

a. Posisi pasien: Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand,


dagu diangkat.dan tangan diangkat ke atas kepala
b. Posisi objek: MSP sejajar dengan garis tengah kaset dan Pastikan
tidak ada rotasi pada thorax
c. Focus Film Distance (FFD): 180 cm
d. Central Ray: Horizontal
e. Central Point: Pada MSP setinggi thoracal 7 (18 – 20 dibawah
vertebra prominen atau pada inferior)
f. Kriteria Radiograf: Tampak kedua lapangan paru dari apeks
sampai sinus costoprenicus, tampak bayangan udara pada trakea,
tampak hilus jantung, tampak, costae, klavikula. Pada saat inspirasi
penuh tampak gambaran costae belakang 9 – 10.

Gambar 2.6 Proyeksi PA(Bontrager & Lampignano, 2014)


15

BAB III

PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus


3.1.1 Identitas Pasien
Adapun identitas pasien yang menjalani pemeriksaan Radiologi
thorax dengan klinis Suspek Tuberculosis di RSAU dr. M. Salamun
Bandung adalah sebagai berikut:

Nama : TN OS
Tanggal Lahir : 16 April 1960
Nomor Foto : RA-23-00387
Jenis Pemeriksaan : Thorax AP
Dokter : dr. SP
Tanggal : 15 Januari 2023

3.1.2 Riwayat Pasien


Pasien datang ke Klinik Radiologi RSAU dr. M. Salamun Bandung
dengan klinis Suspek Tuberculosis.

3.2 Teknik Pemeriksaan


Prosedur pemeriksaan pada kasus tuberculosis dengan proyeksi AP
setengah duduk sebagai berikut:
3.2.1 Persiapan Pasien
16

Pada pemeriksaan foto thorax tidak ada persiapan khusus pada


pasien hanya saja pasien harus dibebaskan dari benda-benda disekitar
dada seperti : kalung, kancing baju yang dapat mengganggu gambaran
radiograf.

3.2.2 Persiapan Alat

a. Pesawat mobile X-Ray

Gambar 3.1 Pesawat Sinar-X

Merk : Philips Mobile Diagnost wDR,( Toshiba )


No Seri : 8K1026
Kapasitas : 500 mA 150 KV

b. Detector
17

Gambar 3.2 Detector DR

c. Film ukuran 24x30 cm

Gambar 3.3 Film DR


d. Printer

Gambar 3.4 Printer AGFA


18

Merk : AGFA
Tipe : DRYSTAR 5302

3.2.3 Teknik Pemeriksaan

Untuk kepentingan pemeriksaan Radiologi dengan klinis


suspek tuberculosis di RSAU dr. M. Salamun Bandung, hanya
dilakukan pembuatan foto thorak dengan proyeksi AP, karena pasien
tidak kooperatif.
Posisi Pasien: Pasien duduk di kursi roda dengan detector
berada di belakang tubuh pasien, kedua lengan kedua lengan lurus
disimpan diatas penyangga kursi roda dan bokong dimundurkan ke
belakang, kaki di letakan di lantai agar posisi pasien tegak.

Posisi objek: Posisi Objek yaitu MSP pada pertengahan


detector, pastikan posisinya supaya tidak ada gambaran yang
terpotong. Central Point pada Thoracal ke-7 dan arah sinar-X tegak
lurus terhadap detector.
Kolimasi: Luas lapangan penyinaran seluas obyek, dengan
batas atas vertebrae prominens, batas bawah pada batas bawah kaset,
dan batas kanan dan kiri
Eksposi: karena pasien dalam keadaan sesak nafas dan
memakai oxygen maka pasien tidak diminta untuk melakukan
inspirasi.
3.3 Hasil Radiograf
19

Gambar 3.2 Hasil Radiograf

3. 4 Hasil Pemeriksaan

Adapun hasil ekspertise radiograf oleh dokter Radiologi adalah sebagi berikut:
1. Skeletel yang terlihat masih baik
2. Cor, sinuses dan diagfragma kiri kanan serta skeletal normal.
3. Pulmo: hili terselubung dengan corakan paru bertambah, tampak opasitas
inhomogen disertai infiltrate kiri kanan tengan dan kiri bawah serta kavitas
4. Kesan: ada gambaran tuberculosis aktif lesi luas disertai kavitas kiri kanan
tengah.

3.5 Pembahasan
Pada pemeriksaan Radiologi thoraks dengan suspek tuberkolosis di RSAU dr.
M. Salamun. Pasien datang dari IGD ke klinik radiologi di antar menggunakan
20

kursi roda dalam keadaan sesak nafas, setelah itu perawat memberikan surat
pengantar kepada radiografer. Selanjutnya, radiografer menuliskan data pasien di
buku registrasi dan mengarahkan pasien ke ruang 4 untuk melakukan
pemeriksaan. Pada pemeriksaan thorax tidak memerlukan persiapan khusus,
hanya memberikan penjelasan prosedur pemeriksaan dan pasien diminta untuk
melepaskan benda yang dapat mengganggu hasil radiograf. Pada pasien TN O, 62
tahun mengalami gangguan pada paru-paru seperti batuk dan sesak, dirujuk
kebagian radiologi dengan dugaan Tuberculosis (TBC).
Radiografer memasukan data pasien di X-ray Mobile, setelah memasukan
data radiografer meletakan detector di belakang tubuh pasien sesuai dengan
proyeksi yang akan dilakukan yaitu proyeksi AP. Pasien diposisikan dengan MSP
berada dipertengahan detector badan pasien diminta untuk tegak dan kedua kaki
pasien diletakan di lantai. Setelah itu, kedua tangan pasien diletakkan pada
penyangga yang berada di kursi roda agar skapula tidak menutupi bagian lapang
paru.
Atur central point setinggi thorakal ke-7 dan central ray tegak lurus
terhadap detector. Setelah itu, atur kolimasi sesuai objek yang diinginkan agar
meminimalisir radiasi hambur. Pasien diminta untuk mengikuti instruksi dari
radiografer untuk melakukan full inspirasi kedua, saat melakukan ekspose kV
yang digunakan yaitu 90 dan mAs 1.92.
Setelah ekspose dilakukan radiografer mengambil detector yang berada
dibelakang tubuh pasien. Pasien diminta untuk memakai kembali baju yang
dilepas dan dipersilahkan untuk keluar karena pemeriksaan sudah selesai.
Selanjutnya, radiografer mengedit hasil foto yang berada di layar X-ray Mobile,
radiografer mensimetriskan foto dan meletakan marker R.
Selesai mengedit foto selanjutnya hasil siap ke proses berikutnya yaitu
proses print hasil. Printer yang digunakan untuk mengolah hasil radiograf yaitu
AGFA dengan tipe DRYSTAR 5302. Waktu yang diperlukan untuk pemrosesan
film yaitu 1 menit. Hasil radiograf siap diberikan kepada dokter spesialis radiologi
untuk dibacakan.
21

Teknik pemeriksaan thorax pada klinis suspek TB (tuberculosis) di klinik


Radiologi RSAU dr. M. Salamun menggunakan proyeksi AP (antero posterior)
yang sesuai dengan literature (Bontrager & Lampignano, 2014)
Berdasarkan hasil Radiograf terlihat gambaran thorax dengan proyeksi AP,
tampak batas atas apex paru, tampak batas bawah sinus costophrenicus, tampak
jaringan lunak dan tulang iga, dan tampak clavicula dan trachea.
Eksposi pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan maksud agar lapangan
paru tampak lebih mengembang/lebih luas, karena diafragma menjadi turun serta
kapasitas udara yang masuk lebih banyak. Dengan syarat diatas maka radiograf
yang dihasilkan dapat dibaca dengan baik oleh dokter.
Berdasarkan radiograf yang telah diperoleh mengenai pemeriksaan thorax pada
klinis Susp TB (tuberculosis) yang ternyata ada gambaran TB aktif lesi luas
disertai kavitas kiri kanan tengah dan terlihat jelas pada proyeksi AP (antero
posterior).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pemeriksaan thorax dengan klinis suspek tuberculosis di RSAU dr. M.


Salamun di buat dengan proyeksi AP (Antero Posterior) dengan posisi
setengah duduk di kursi roda karena kondisi pasien yang tidak kooperatif.
Pada pemeriksaan ini tidak ada persiapan khusus, pasien hanya diminta
untuk melepaskan benda yang dapat menganggu hasil radiograf. Lalu,
Pasien diposisikan dengan MSP berada dipertengahan detector. Faktor
eksposi yang digunakan saat melakukan ekspose yaitu 90 KV dan mAs
22

1.92. Pada pemeriksaan ini alat yang digunakan adalah Philips Mobile
Diagnost wDR dan printer yang digunakan adalah AGFA DYSTAR 5302.
2. Pada pemeriksaan thorax di RSAU dr.M. Salamun menghasilkan
gambaran yang diharapkan. Karena memberikan hasil radiograf yang
dapat menegakan diagnosa dari kasus Tuberkolosis.
3. Berdasarkan hasil radiograf menunjukan Kesan: ada gambaran
tuberculosis aktif lesi luas disertai kavitas kiri kanan tengah.

4.2 Saran
Sebaiknya untuk pasien yang tidak kooperatif dilakukan dengan
positioning yang tepat agar radiograf yang dihasilkan memenuhi kriteria
gambaran thoraks yang baik dan bisa menegakan diagnose dengan tepat.
Jika, pasien menggunkakan kursi roda posisi kan tubuh Pasien diposisikan
dengan MSP berada dipertengahan detector badan pasien diminta untuk
tegak dan kedua kaki pasien diletakan di lantai. Setelah itu, kedua tangan
pasien diletakkan pada penyangga yang berada di kursi roda agar skapula
tidak menutupi bagian lapang paru.

DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, K. L., & Lampignano, J. P. (2014). Bontrager‘s Handbook of


Radiographic Positioning and Techniques. In Journal of Chemical
Information and Modeling.
Holmes, K., Elkington, M., & Harris, P. (2021). Clark’s Essential Physics in
Imaging for Radiographers. In Clark’s Essential Physics in Imaging for
Radiographers. https://doi.org/10.1201/9781003052791
Nurjana, M. A. (2015). Faktor Risiko Terjadinya Tuberculosis Paru Usia
Produktif ( 15-49 Tahun ) Di Indonesia Risk Factors of Pulmonary
Tuberculosis on Productive Age 15-49 Years. Media Litbangkes, 25(3), 165–
170.
Purba, J., S. (2019). Teknik Pemeriksaan Thorax Proyeksi PA ( Posterior-
Anterior ) Dengan Kasus TB ( Tuberculosis ) Militer Di Instalasi Radiologi
23

Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi. Morenal Unefa: Jurnal Radiologi,


7(1), 1–10.
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). . Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–
253.
Naga, S. Soleh. 2014. Buku Panduan Lengkap Penyakit Dalam Edisi 1.
Yogyakarta: Diva Pres.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 1999
24

LAMPIRAN
25
26

Anda mungkin juga menyukai