Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP PETUGAS

RADIOLOGI PADA PEMERIKSAAN DENTAL PANORAMIK

DI INSTALASI RADIOLOGI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Disusun Oleh

SILVIA AGUSTINA WIDJAYANTI

P1337430118010

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

pada Program Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Jurusan

Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kementrian Kesehatan

Semarang.

Nama : Silvia Agustina Widjayanti

NIM : P1337430118010

Judul Karya Tulis Ilmiah : “PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP

PETUGAS RADIOLOGI PADA PEMERIKSAAN DENTAL PANORAMIK DI

INSTALASI RADIOLOGI”

ii
ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan jaman, radiasi sinar-X sangat

bermanfaat bagi perkembangan dunia kedokteran. Namun radiasi sinar-X

memiliki efek yang perlu di waspadai bagi petugas radiologi maupun bagi

pasien yang di periksa, dikarenakan sinar-X menghasilkan radiasi hambur

yang berbahaya. Banyak sedikitnya radiasi yang mengenai pasien maupun

petugas radiologi bergantung dengan organ yang diperiksa, contohnya

pemeriksaan gigi dengan pesawat panoramik. Gigi memiliki ketebalan

objek yang tinggi sehingga memerlukan radiasi yang tinggi untuk membuat

hasil radiografi yang diinginkan. Pemeriksaan radiograf panoramik ada

batasan dosis tersendiri untuk petugas dan pasien, khususnya pasien pada

ibu hamil.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat

menyelasaikan karya tulis ilmiah dengan judul “PENGARUH RADIASI

HAMBUR TERHADAP PETUGAS RADIOLOGI PADA PEMERIKSAAN

DENTAL”

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan,arahan dan bantuan dari berbagai pihak, Oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati, disampaikan terimakasih

kepada Yth;

1 Bapak Marsum, BE, S.Pd, MHP selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan

2 Ibu Estuasih Dyah Pertiwi, D.ra,. S.Kom,. M.Kes. selaku dosen

pengajar Bahasa Indonesia yang telah membimbing untuk

menyelesaikan karya tulis ini

3 Bapak ibu dosen pengajar serta staf Poltekkes Kemenkes Semarang.

4 Kedua orang tua, seluruh keluarga dan orang – orang terkasih yang

telah memberikan dukungan moril maupun materiil.

5 Rekan – rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah

membantu sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi

iv
penyempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 26 April 2019

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii

ABSTRAK......................................................................................................iii

KATA PENGANTAR......................................................................................iv

DAFTAR ISI...................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...........................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................2

C. Tujuan khusus...........................................................................3

D. Tujuan Umum...........................................................................3

E. Manfaat penulisan.....................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5

A. Radiasi Sinar-X.........................................................................5

B. Pemeriksaan Dental Dengan Panoramik..................................5

C. Perlindungan Pasien.................................................................6

D. Perlindungan Pekerja................................................................9

E. Dosis maksimal Yang Diperbolehkan........................................11

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan radiasi pengion termasuk radiasi sinar –X dalam bidang

kedokteran baik dalam diagnostik maupun terapi sudah umum dilakukan.

Penggunaan sinar-X sangat bermanfaat bagi perkembangan dunia

kedokteran, namun perlu juga di waspadai dari bahaya yang di timbulkan,

khususnya efek dari radiasi hambur. Selain radiasi hambur tidak

menguntungkan, juga mengurangi hasil citra radiograf serta dapat merusak

sel tubuh manusia.

Pemeriksaan radiografi terhadap organ-organ yang memiliki ketebalan

dan nomor atom yang tinggi seperti pemeriksaan dental akan memerlukan

sinar-X yang tinggi pula, sehingga radiasi hambur yang di hasilkan akan

tinggi. Kenaikan tegangan dan arus tabung serta penambahan luas kolimasi

dapat menimbulkan jumlah radiasi hambur yang sampai ke film, sehingga

menyebabkan penurunan kontras radiograf.

Proteksi radiasi merupakan aspek yang sangat penting dalam

pengendalian efek yang merugikan ini. Oleh sebab itu setiap instalasi radiologi

harus memperhatikan proteksi radiasi terutama proteksi untuk ruangan

radiologi. Radiasi ini perlu di proteksi untuk menekan serendah mungkin

kemungkinan terjadinya penyinaran radiasi yang tidak dikehendaki. Oleh

sebab itu perlu adanya penerapan prinsip keselamatan radiasi. Perisai radiasi

diperlukan untuk menyerap radiasi sehingga dapat mengurangi intensitas

1
radiasi yang dipancarkan dan mengurangi penerimaan dosis radiasi oleh

tubuh manusia. Apabila radiasi masuk ke dalam bahan perisai radiasi, maka

sebagian dari radiasi tersebut akan diserap oleh bahan. Semakin besar

efektivitas perisai radiasi suatu ruangan maka perisai radiasi ruangan tersebut

semakin baik dalam menyerap radiasi.

Penelitian lain dilakukan oleh Laitabun dkk dalam mengukur paparan

radiasi menggunakan surveymeter untuk radiasi sebelum dan setelah

menembus kaca timbal (Pb), hasilnya adalah penggunaan kaca Pb dapat

menurunkan laju paparan 99,51 %. Penelitian lain yang berhubungan dengan

efektivitas perisai radiasi telah dilakukan oleh Martem dkk (2015), dari

penelitian tersebut di dapat ke efektivan perisai radiasi pada penyinaran

panoramik adalah 99,33 % dan pada penyinaran intraoral sebesar 99,83 %

Permasalahan tersebut mendasari peneliti untuk mengukur dan

menganalisis dosis yang diterima pekerja radiasi dan kefektivan dari penahan

radiasi untuk kepentingan proteksi radiasi khususnya di sekitar instalasi

radiologi dental panoramik, sehingga dapat diketahui apakah kita menerima

radiasi yang tidak diperlukan. Hasil yang terukur dianalisis sesuai nilai batas

dosis yang telah ditentukan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat di rumuskan masalah

sebagai berikut:

1 Apakah alasan mengukur dan menganalisis dosis yang di terima oleh

petugas radiologi di sekitar instalasi radiologi panoramik?

2
2 Bagaimana hasil pengukuran dan analisis dosis yang diterima

petugas radiologi di sekitar intalasi radiologi panoramik?

C. Tujuan Khusus

Tujuan dari penelitian karya tulis ilmiah ini adalah

1 Untuk mengetahui alasan pengukuran dan analisis dosis radiasi

hambur yang di terima oleh petugas radiologi di sekitar instalasi

radiologi panoramik

2 Untuk mengetahui hasil pengukuran dan analisis dosis yang diterima

oleh petugas radiologi di sekitar instalasi radiologi panoramik

D. Tujuan Umum

Agar pembaca mengetahui tentang bahaya radiasi hambur yang

dapat menimbulkan beberapa efek dan dapat mewaspadainya baik bagi

petugas radiologi maupun bagi pasien

E. Manfaat Penulisan

1 Bagi rumah sakit

Dapat mengetahui pengaruh dari radiasi hambur yang mengenai

petugas radiologi yang di hasilkan oleh pesawat panoramik pada saat

pemeriksaan dental.

2 Bagi akademik

Dapat digunakan untuk menambah referensi tentang pengaruh dosis radiasi

hambur terhadap petugas radiologi di sekitar instalagi radiologi

panoramik.

3 Bagi penulis

3
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh radiasi

hambur terhadap petugas radiologi di sekitar instalasi radiologi

panoramik

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Radiasi Sinar-X

1 Definisi Radiasi

Secara definisi radiasi merupakan salagh satu cara perambatan energi ke

lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan pengantar tertentu.

Radiasi ini memiliki dua sifat khas yakni tidak dapat dirasakan oleh panca

indra manusia dan beberapa jenis radiasi dapat menembus bahan tertentu.

Radiasi ini terbagi menjadi dua jenis yakni radiasi pengion dan non pengion.

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat mengionisasi atom-atom atau

materi yang dilaluinya. Karena terjadi proses ionisasi ini maka pada materi

yang dilalui radiasi akan terbentuk pasangan ion positif dan negatif. Dalam

radiasi pengion terdapat radiasi elektromagnetik dan radiasi elektromagnetik

ini terdiri dari berbagai macam jenis membentuk spektrum elektromagnetik.

Kelompok radiasi elektromagnetik ini adalah gelombang radio, gelombang TV,

gelombang radar, sinar infra merah, cahaya tampak, sinar ultra violet, sinar X

dan sinar gamma.

2 Definisi Sinar X

Sinar-X atau sinar Rontgen ditemukan oleh W.C.Rontgen pada tahun

1895 merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang

sangat pendek ( 1 Å= 10-8 cm), sehingga mempunyai daya tembus yang tinggi.

Ada dua type kejadian yang terjadi kejadian yang terjadi di dalam proses

5
menghasilkan foton sinar-X yaitu, sinar-X bremsstrahlung dan sinar-X

karakteristik (carlton 1992 :165).

Pancaran sinar-X di peroleh dengan menembak target bermuatan positif

(anode, biasanya terbuat dari tungsten) dengan aliran elektron berkecepatan

tinggi pada tabung sinar-X. Bila elektron bergabung dengan atom target, foton

sinar-X dengan berbagai enersi yang disebut dengan “radiasi primer” akan

keluar dari target. Enersi elektron di dalam tabung sinar-X biasa di sebut

dengan tegangan tabung yang memiliki satuan kilovolt (kV). Selain itu, karena

voltage tabung dapat memuncak, keadaan ini sering disebut dengan kilovolt

puncak atau kVp. Bila elektron dikeluarkan dengan voltage 1 volt, kita

menyebutnya sebagai enersi 1 “elekton volt” atau eV

B. Pemeriksaan Dental Dengan Panoramik

1 Definisi Panoramik

Radiografi panoramik digunakan untuk melihat perluasan suatu

lesi/tumor, fraktur rahang, fase gigi bercampur. Panoramik akan

memperlihatkan daerah yang lebih luas dibandingkan intraoral yaitu rahang

bawah dalam satu film. Pada panoramik, film dan sinar-X bergerak

mengelilingi pasien dimana cara kerja ini berbeda dengan radiografi intraoral.

Pasien duduk atau berdiri, tergantung dari tipe panoramik yang tersedia/yang

digunakan.

2 Teknik Pemeriksaan Panoramik

Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat

lainnya. Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua

alat dan dapat dirangkum meliputi:

a. Persiapan Alat :

6
1) Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah

dimasukkan kedalam tempatnya.

2) Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.

3) Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.

4) Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik

atau turunkan tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala

sehingga pasien dapat diposisikan.

5) Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah

dilakukan.

b. Persiapan pasien

1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti

anting, aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang

dipakainya.

2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk

menenangkan pasien dan jika perlu lakukan percobaan untuk

menunjukkan bahwa alat bergerak.

3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian

leher tidak ada yang menghalangi pergerakan alat saat

mengelilingi kepala.

4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan

diperintahkan untuk memegang handel agar tetap seimbang.

5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu

mereka bersentuhan pada tempat dagu.

6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.

7
7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan

menekan lidah ke palatum dan jangan bergerak sampai alat

berhenti berputar.

8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak

bernafas terlalu dalam saat penyinaran.

c. Persiapan Operator :

1) Operator memakai pakaian pelindung.

2) Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak

menjauh dari sumber x-ray ketika waktu penyinaran.

3) Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk

memastikan tidak ada pergerakan.

4) Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak

posisi kepala pada tempatnya.

Gambar Hasil pemeriksaan Panoramik (Bontrager,2013)

8
C. Perlindungan pasien

1 Komunikasi Efektif

Perlindungan pasien selama prosedur radiologi harus dimulai dengan

instruksi yang jelas dam tepat. Bila tangung jawab sudah dijelaskan melalui

komunikasi efektif, pasien dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan

dapat benar-benar bekerja sama dengan radiografer. Bila prosedur kerja tidak

dijelaskan atau kurang jelas bagi pasien, ia akan merasa takut dan cemas

serta nervus. Hal ini menyebabkan terjadinya penyinaran ulang dan

memperbanyak dosis yang mengenai pasien. Komunikasi efektif antara

operator dan pasein dapat mencegah timbulnya kesulitan ini sejak semula dan

dapat mencegah penyinaran yang tidak perlu.

2 Imobilisasi

Bila pasien bergerak selama penyinaran radiografi, gambar radiograf

akan kabur. Radiograf ini hanya sedikit atau tidak memiliki manfaat diagnosa.

Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulang yang menyebabkan pasien dan

radiografer menerima tambahan.

Untuk mengilangkan problem pergerakan sengaja (pergerakan

terkontrol misalnya gerak otot), radiografer harus mengimobilisasi pasien

selama penyinaran radiografi

3 Alat untuk membatasi pancaran sinar

Alat untuk membatasi pancaran sinar termasuk lubang diafragma, cone

dan kolimator. Alat-alat ini dapat memeperkecil pancaran sinar efektif

sebelum masuk ke daerah klinis yang diinginkan, sehingga mengurangi

jariangan tubuh yang teradiasi.

9
D. Perlindungan Pekerja

Peraturan standard pemerintah memperbolehkan radiografer menerima

dosis maksimal seluruh tubuh sebanding dengan 5 rem (50 mSv). Dosis

tahunan yang diperbolehkan ini 10 kali lebih besar dari pada dosis tahunan

yang diperbolehkan untuk masyarakat umum.

Alasan dosis penyerapan radiasi pekerja lebih besar karena monitor radiasi

memungkinkan terbentuknya kebiasan kerja sehingga dosis radiasi pekerja

selalu dibawah batas dosis yang di perbolehkan.

1 Lapisan pelindung Struktural

Lapisan pelindung pelindung radiasi terbuat dari bahan

yang dapat mengatenuasi pancaran sinar utama atau radiasi

pendar sampai derajat yang dibutuhkan

2 Lapisan pelindung primer

Lapisan pelindung primer terletak tegak lurus terhadap garis

perjalanan sianr-X primer

3 Lapisan Sekunder

Lapisan pelindung sekunder menghasilkan perlindungan dan radiasi

sekunder (kebocoran dan radiasi pendar) saja dan di letakkan

sejajar terhadap arah berjalannya sinar-X. Lapisan ini harus

menutupi lapisan primer.

10
E. Dosis Maksimal Yang Diperbolehkan

1 Dosis batas pekerja dan non pekerja

Untuk perlindungan radiasi dan para pekerja, serta seluruh

masyarakat, batas dosis ekuivalen maksimal seluruh tubuh yang di

perbolehkan adalah 5 rem. Hal ini didapat dengan membaca badge monitor

2 Untuk pasien hamil atau mungkin hamil

Bila pasien hamil secara tidak sengaja terkena radiasi, ahli kimia

radiologi harus menghitung besar penyinaran pada fetus. Termasuk

memberi pengukuran dengan phantom pengganti pasien dang

menggunakan ruang untuk mengukur besar penyinaran.

Resiko dianggap tidak ada penyinaran 5 rad atau kurang bila di banding

dengan resiko kehamilan lain, dan resiko malformasi meningkat hanya

pada dosisi lebih dari 15 rad.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bontranger, Kenneth. L, 2010, Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy, Seventh Edition, John P. Lampignano, CV. Mosby, USA
Joedoatmodjo,Soekotjo, 2001, Pendidikan Proteksi Radiasi di Rumah Sakit.
Badan Tenaga Atom, Jakarta.
Bushong, C.S., 2010, Radiologic Science For Technogists: Physics,Biology and
Protection, Eight Edition, Mosby Company, Washingon.

12

Anda mungkin juga menyukai