Anda di halaman 1dari 39

PENEGAKAN DIAGNOSTIK YANG OPTIMAL PADA KLINIS

RADICULOPATI LUMBAL DENGAN PEMERIKSAAN LUMBOSACRAL


DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PANTURA
M.A SENTOT PATROL INDRAMAYU

LAPORAN KASUS

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktek Kerja Lapangan II

Disusun Oleh :
Rizal Syauqhi Faturahman
NIM : 4501.0617.A.019

PROGRAM STUDI
DIPLOMA III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah–Nya berupa ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul : “Penegakan Diagnostik Yang Optimal Pada Klinis
Radiculopati Lumbal Dengan Pemeriksaan Lumbosacral Di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol
Indramayu” ini tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
penugasan dalam Praktek Kerja Lapangan II Jurusan Diploma III Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol
Indramayu.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Moh. Firman Ismana, MM selaku Ketua STIKes Cirebon.
2. H. Abdul Gamal Sukaryono, SKM, MKKK selaku Ketua Program Studi D-
III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon.
3. H. Arif wibowo, AMR selaku Kepala Ruangan Radiologi RSUD Pantura
M.A Sentot Patrol Indramayu.
4. Seluruh radiografer dan Staf Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A Sentot
Patrol Indramayu.
5. Nanda Pratama, S.Tr.Kes (Rad) selaku dosen pembimbing penulisan
laporan kasus ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
6. Kedua Orang Tua yang telah memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
7. Teman-teman mahasiswa STIKes Cirebon yang sama-sama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan II dengan penulis di Instalasi Radiologi RSUD
Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu.

2
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam pembuatan Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak,
penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan
dijadikan studi bersama.

Indramayu, 11 Juli 2021

Penulis

3
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disahkan untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan
II Jurusan Diploma III Radiodiagnostik dan Radioterapi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Cirebon.
Nama : Rizal Syauqhi Faturahman
NIM : 4501.06.17.A.019
Judul laporan : Penegakan Diagnostik Yang Optimal Pada Klinis
Radiculopati Lumbal Dengan Pemeriksaan Lumbosacral
Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A
Sentot Patrol Indramayu

Cirebon, 30 Januari 2020


Pembimbing

Nanda Pratama, S.Tr.Kes (Rad)

4
5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

HALAMAN PENGESAHAN iii

DAFTRA ISI iv

DAFTAR GAMBARvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 3

D. Manfaat 3

BAB II DASAR TEORI


A. Anatomi Vertebrae Cervical 4

B. Patofisiologi Vertebrae Cervical 10

C. Teknik Pemeriksaan 15

D. Processing Film 24

E. Proteksi Radiasi 25

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Paparan Kasus28

B. Persiapan dan Pelaksanaan Pemeriksaan 30

C. Pembahasan 38

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 41

B. Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 43

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian Superior Atlas (C1) 5


Gambar 2.2 Bagian Anterior Axis (C2) 6
Gambar 2.3 Bagian Lateral Axis (C2)6
Gambar 2.4 Bagian Superior Vertebrae Cervical 7
Gambar 2.5 Bagian Lateral Vertebrae Cervical 8
Gambar 2.6 Arah Sendi Zygapophyseal Cervical 8
Gambar 2.7 Arah Foramina Intervertebralis Cervical 8
Gambar 2.8 Anterior Oblique dari Vertebrae Cervical 9
Gambar 2.9 MRI Sagittal Plane pada Vertebrae Cervical 9
Gambar 2.1.1 Tabung Sinar-X dengan Pendingin 11
Gambar 2.1.2 Efek Radiasi Terhadap Manusia 15
Gambar 2.1.3 Posisi Proyeksi AP Vertebrae Cervical 17
Gambar 2.1.4 Hasil Gambaran AP Axial Vertebrae Cervical 17
Gambar 2.1.5 Posisi Lateral Vertebrae Cervical 19
Gambar 2.1.6 Hasil Gambaran Lateral Vertebrae Cervical 20
Gambar 3.1 Meja Kontrol Pesawat Sinar-X 31
Gambar 3.2 Pesawat Sinar-X 31
Gambar 3.3 Meja Pemeriksaan 32

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari Radiologi yang


bertujuan untuk membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu
untuk menegakan diagnose dalam suatu penyakit melalui pembuatan
gambar yang disebut radiograf. Radiograf ini biasanya digunakan sebagai
penunjang suatu tindakan yang akan dilakukan ataupun untuk mengetahui
proses dan hasil dari perawatan ataupun tindakan yang telah dilakukan
yang tidak bisa diamati secara klinis.
Dalam prinsip perkembangan ilmu pengetahuan di bidang radiologi
diperlukan untuk menghasilkan gambaran radiograf yang berkualitas.
Kualitas radiograf dapat dinilai baik jika radiograf dapat memberi
informasi secara jelas sehingga dapat membantu menegakan diagnose.
Gambaran radiograf yang baik adalah gambaran yang memberikan
kepuasan pada konsumen yaitu pasien, dokter pengirim, dan dokter
radiologi sebagai pembaca radiograf. Sebab informasi tersebut selain untuk
menegakan diagnose dapat juga dipergunakan sebagai penentu upaya yang
dapat dilakukan terhadap pasien.
Pemeriksaan lumbosacral adalah salah satu cara untuk mendiagnosa
penyakit Radiculopati Lumbal adalah dengan melakukan pemeriksaan
radiologi dengan proyeksi Antero Posterior (AP), Lateral, RAO, dan LAO.

Radiculopati Lumbal merupakan nyeri yang dipicu karena


rangsangan ektopik dari lesi atau inflamasi di daerah dorsal root atau
ganglion Secara umum nyeri dirasakan menjalar dari pinggang, pantat dan
menjalar ke kaki sesuai dengan distribusi dermatom. Hemisasi diskus
merupakan penyebab tersering terjadinya nyeri radikular, Proses
pathologinya disebabkan karena proses inflamasi pada saraf, bukan
dikarenakan adanya komopresi.
Di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol
Indramayu tidak cukup banyak permintaan pemeriksaan radiologi

1
lumbalsacral, dalam satu bulan kurang lebih 10 pemeriksaan . Pada
umumnya pemeriksaan lumbosacral di instalasi radiologi Rumah Sakit
Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu pada klinis pasien
Radiculopati Lumbal
Dengan latar belakang diatas maka penulis mengangkat menjadi
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Penegakan Diagnostik yang Optimal
Pada Klinis Radiculopati Lumbal Dengan Penatalaksanaan Pemeriksaan
Lumbosacral’’ di RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol Indramayu.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi Vertebrae Lumbosacral

dengan berbagai proyeksi dalam beberapa literature buku dan jurnal?

2. Bagaimana hasil pemeriksaan radiografi Vertebrae Lumbosacral di


unit Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hasil gambaran radiografi pada


teknik pemeriksaan radiografi lumbo sacral dengan kliniss
Radiculopati Lumbal di instalasi radiologi RSUD Pantura M.A Sentot
Patrol Indramayu.

1.3.2 Tujuan Penulis


Tujuan dari penulisaan laporan kasus ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Vertebrae

Lumbosacral dengan beberapa proyeksi dalam beberapa

literature buku dan jurnal.

2. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan Vertebrae Lumbosacral

di instalasi radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu.

2
3
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk penulis


Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenau
pemeriksaan lumbosacral dengan klinis Hernia Nucleus Pulposus
1.4.2 Manfaat untuk Instituti Pendidikan
Dapat menjadi literatur dan kajian pustaka tambahan di
program studi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, serta di
harapkan menjadi acuan untuk mahasiswa-mahasiswa program study
D-III Radiogiagnosti dan Radioterapi STIKes Cirebon dalam
mengembangkan karya tulis ilmiah ini lebih luas lagi.

1.4.3 Manfaat untuk Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan bagi pelayanan kesehatan khususnya
instalasi radiologi RSUD Pantura MA Sentot Pantura Indramayu,
sebagai masukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
radiologi.

4
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Vertebra Lumbosacral


2.1.a Anatomi Vertebra Lumbo Sacral
Columna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah
sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang
disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas
tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan panjang
rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 –
67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya
adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung
membentuk 2 tulang. Columna Vertebra terdiri dari 7 Vertebra
Cervikal atau ruas tulang leher, 12 Vertebra Thorakal atau ruas
tulang punggung, 5 Vertebra Lumbal atau ruas tulang pinggang, 5
Vertebra Sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra Coccyx
atau ruas tulang tungging (Evelyn).

Gambar 2.1 Anatomi Columna Vertebra dari aspek Lateral (Ballinger)

5
1. Vertebra Lumbal

Vertebralis Lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah


yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan
vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus
spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil.
Prosesus transversusnya panjang dan langsing. Apophyseal
joint dari Lumbal lebih ke posterior dari coronal plane,
artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen
intervertebralis dari Lumbal berada ditengah dari sagital plane.
Vertebra Lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu
komponen anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan
komponen posterior yaitu arkusvertebralis yang terdiri dari
pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan
prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan
oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu
dengan yang lain oleh ligamentum.

Gambar 2.2 Anatomi Vertebrae Lumbal dalam aspek AP


( Bellinger)

6
2. Vertebra Sacrum

Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan


terletak pada bagian bawah columna vertebralis, terjepit diantara
kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk
bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sacrum
terletak di atas dan bersendi dengan Vertebra Lumbalis kelima
dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior
dari basis Sacrum membentuk promontorium Sakrum. Kanalis
Sacrum terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang
belakang) dan memang lanjutan dari padanya. Dinding kanalis
Sacrum berlubang-lubang untuk dilalui saraf Sacral. Prosesus
spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan
posterior dari sacrum. Permukaan anterior Sacrum adalah
cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang
menandakan tempat penggabungan kelima Vertebra Sacrum.

Gambar 2.3 Anatomi Sacrum dalam aspek PA


( Bellinger)

7
Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-
lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini
disebut foramina. Apex dari Sacrum bersendi dengan tulang
Coccyx. Di sisinya, Sacrum bersendi dengan tulang ileum dan
membentuk sendi Sakro-iliaka kanan dan kiri (Evelyn)
2.1.b Fisiologis Columna Vertebra Lumbo Sacral
Fungsi dari bagian belakang Vertebra Lumbal ini melindungi
struktur syaraf pada susunan syaraf pusat yang terdapat di dalamnya,
persendian facet vertebra Lumbal penentu arah gerakan vertebra,
facet vertebra Lumbal ini terletak pada bidang vertical sagital
sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi kearah depan
belakang.

Columna vebralis bekerja sebagai pendukung yang kokoh dan


sekaligus juga bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan tulang
rawan cakram intervertebralis yang lengkungannya memberi
fleksibilitas dan memungkinkan membongkok tanpa patah.
Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila
menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan meloncat
(Pearce)
2.2 Patofisiologi Vertebra Lumbosacral

Menurut Amstrong 1984 beberapa jenis patologi yang ditemukan pada


vertebra lumbosacral antara lain :
a. Hernia Nucleus Pulposus

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana


sebagian atau keseluruhan dari nucleus pulposus yang terdapat di
tengah-tengah diskus intervertebralis menonjol keluar dari bagian
yang lemah pada diskus kedalam canalis spinalis. HNP lumbal
merupakan salah satu penyebab low back pain (nyeri punggung
bawah) (Ballinger).

8
b. Spondilosis
Spondilosis merupakan penyakit akibat degenerasi discus
intervertebralis. Discus yang berdegenerasi bisa berherniasi kedalam
jaringan sekelilingnya dan jika discus yang berherniasi tersebut
menekan medulla spinalis atau nervus spinalis bisa timbul rasa nyeri
atau devisit neurology. Spondilosis timbul maksimum dalam regio
Cervikalis bawah dan Lumbalis bawah. Tanda-tanda spondilosis pada
film polos adalah penyempitan ruang diskus, pembentukan osteofit
dan sklerosis, yang sering timbul pada permukaan corpus vertebrae
yang berdekatan. Osteofit pada permukaan posterior corpus vertebrae
menyempitkan canalis vertebralis dan bisa mengganggu foramina
intervertebralis (Ballinger) .

c. Spina Bifida

Spina bifida merupakan hasil penutupan Canalis Vertebralis


yang tak lengkap, biasanya dalam region Lumbo Sacral yang bisa
disertai dengan kelainan medulla spinalis yang terkena (Ballinger).
d. Ischialgia
Ischialgia atau juga dikenal dengan Sciatica (Sciatic) yaitu
suatu kondisi dimana Saraf Ischiadicus yang mempersyarafi daerah
bokong sampai kaki terjepit, dalam klinis itu yang terjepit adalah
Saraf Ichiadikus sebelah kanan ataupun sebelah kiri
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia yaitu, nyeri
punggung bawah, nyeri daerah bokong Rasa kaku/ terik pada
punggung bawah, Nyeri yang menjalaratau seperti rasa kestrum,
yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan
sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.R asa nyeri
yang ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,
terutama yang membungkukkan badan atau yang berdiri dan
berjalan. Rasa nyeri juga sering diprovokasikan karena mengangkat
barang yang berat. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan
mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah/ tungkai bawah
yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.

9
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor antara lain,
kontraksi / radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang
belakang atau adanya keadaan yang disebut dengan Hernia Nukleus
Pulposus (HNP). Ketiga sebab diatas adalahklinis yang banyak terjadi
sehingga Menyebabkan ischialgia.
e. Spondylolysthesis
Adalah pergerakan ke arah anterior (froward movement) salah
satu vertebra yang disebabkan oleh : Fraktur , sebagai akibat dari
spondylolysis, Osteoarthritis chronic. Biasanya terjadi pada c.v.
Lumbal ke-5 (junction antara L-5 – S-1) kadang-kadang pada Lumbal
ke-4 (junction antara L-4 – L-5). Tampak sebagai gambaran “cone”
pada proyeksi Lateral (Ballinger).
f. Ankylosis Spondylosis

Spondylosis/Ankylosis adalah salah satu bentuk dari arthritis


rheumatoid, disebut juga penyakit Marie-Strümpell atau bamboo
spine, lengkung anterior vertebra menghilang sehingga corpus
vertebra tampak “kotak” (tidak silindris), annulus fibrosus
mengalami kalsifikasi sehingga tampak gambaran seperti bambu
(Pearce, Evelyn C).
g. Penyakit Scheuerman
Gambaran radiograf dari vertebra pada pasien dengan penyakit
ini memperlihatkan ketidak teraturan corpus vertebra dan fragmentasi
daerah- daerah ossifikasi. Penderita penyakit ini tampak semakin
bungkuk/kifosis (bahu semakin rendah ke arah depan) (Bellinger).

h. Scoliosis
Scoliosis dikenal sebagai melengkungnya spina ke arah lateral.
Beberapa bentuk scoliosis yang lain, yaitu :
 Rotoscoliosis : corpus vertebra memutar ke arahanterior,
sehingga membentuk ‘rib cage deformity’.
 Dextroscoliosis : vertebra melengkung ke kanan, biasanya
terjadi pada lengkung Thoracalis.
 Levoscoliosis : vertebra melengkung ke kiri, biasanya terjadi di

10
daerah Lumbalis.
2.3 Teknik Pemeriksaan Vertebra Lumbosacral
2.3.1 Persiapan Pemeriksaan Vertebra Lumbo Sacral
a. Persiapan Pasien
 Pasien ganti baju dan melepaskan benda-benda yang
mengganggu gambaran radiograf.
 Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada
pasien.
b. Persiapan Alat dan Bahan
Alat–alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan
vertebra Lumbosakral antara lain:
 Pesawat sinar-X
 Kaset dan film sinar-X sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan (30 40 cm atau 35 x 43 cm)
 Marker untuk identifikasi radiograf R / L
 Grid

2.3.2 Teknik Pemeriksaan Vertebra Lumbo Sacral (Merill’s Pocket guideto


Radiographi, 2019)

a. Proyeksi Antero Posterior pada Lumbal


Posisis pasien : Pasien tidur dengan posisi supine, kedua
lutut fleksi dan kepala di beri peganjal.
Posisi Objek : Atur MSP tegak lurus kaset/meja
pemeriksaa (jika pakai bucky). Letakkan
kedua tangan pasien disamping tubuh
tidak ada rotasi tarsal / pelvis.
Central Ray : Arah sinar tegak lurus kaset menuju
Lumbal 3
 Central Point : Diarahkan pada Lumbal 3
 FFD : 100 cm
 Eksposi : Tahan nafas

11
Kiteria : Vertebra Lumbal dalam proyeksi AP,
space intervertebra Tampak columna
Vertebrae, lumbal Prosesus spinosus
dalam satu garis.

Gambar 2.4 Proyeksi AP Vertebrae Lumbal (Merrill’s)

Gambar 2.5 Hasil Radiograf AP Vertebrae Lumbal (Merrill’s)


b. Proyeksi Lateral
Posisis pasien : Pasien tidur dengan posisi miring, kedua
lutut flexi dan kepala di beri peganjal

Posisi Objek : Atur MCP tegak lurus kaset/meja


pemeriksaan (jika pakai buki). Pelvis
pada posisi true lateral. Knee joint fleksi.
Tangan diletakan dibawah kepala

Central Ray : Arah sinar tegak lurus kasetmenuju


Lumbal 3

Central Point : Diarahkan menuju Lumbal 3

12
FFD : 100 cm.

Ekspirasi : Tahan napas

Kriteria : Tampak Vertebra Lumbal dalam proyeksi lateral.


Tampak foramen intervertebralis,
prosesus spinosus dan L5 – S1. Tampak
diskus intervertebralis

Gambar 2.6 Proyeksi Lateral Vertebrae Lumbal (Merril’s)

Gambar 2.7 Proyeksi Lateral Vertebrae Lumbal (Merril’s)

13
c. Proyeksi Oblique

Posisis pasien : Pasien semi supine (RAO / LAO) atau semi


prone (RPO/ LPO)
Posisi Objek : Rotasikan tubuh pasien 45º. Fleksikan lutut
agar tubuh stabil dan nyaman

 Central Ray : Arah sinar tegak lurus kaset

 Central Point : Diarahkan menuju tepat pada Lumbal 3

 FFD : 100 cm

 Ekspirasi : Tahan napas

Kriteria : Tampak vertebra Lumbal dalam proyeksi


oblik, Tampak Zygapophyseal joint
Tampak gambaran Scotty dog

Gambar 2.5 Proyeksi Oblique RAO Vertebrae Lumbal


(Merril’s)

14
Gambar 2.6 Radiograf Oblique Vertebrae Lumbal (Merril’s)
d. Proyeksi antero-posterior (AP) Axial Lumbosacral

Tujuan : Untuk melihat patologi Lumbal, fraktur


dan scoliosis

Posisi Pasien : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal.

Posisi obyek : Atur MSP tegak lurus kaset/meja


pemeriksaan (jika pakai buki). Letakkan
kedua tangan diatas dada. Tidak ada rotasi
tarsal / pelvis.

Central Ray : Arah sinar untuk perempuan 30˚ cepalad


dan untuk laki-laki 35˚ cepalad

Central Point : Diarahkan menuju Krista iliaka


(interspace L4-L5) naik 4 cm ditarik
keMSP

FFD : 100 cm

Ekspirasi : Tahan napas

Kriteria : Tampak vertebra Lumbal dalam proyeksi


antero posterior Tampak space

15
intervertebra, prosessus spinosus dalam
satu garis pada vertebra, dan celah
persendian Lumbo Sacral.

Gambar 2.7 Proyeksi AP Axial Pemeriksaan Lumbo Sacral


(Merrill’s)

Gambar 2.8 Hasil radiograf Proyeksi AP Axial Lumbosacral


(Merrill’s)

16
2.3.3 Teknik Pemeriksaan Vertebra Lumbo Sacral (Asih Puji
Utami,SKM,M.Kes, dkk, 2018)
a. Proyeksi AP Axial
Posisi Pasien : Supine diatas meja pemeriksaan. Bagian
bawah genu diganjal agar memberikan
kenyamanan pasien dan mengurangi
lengkung vertebra lumbal
 Posisi Objek : MSP tubuh di pertengahan kaset atau
meja pemeriksaan. Kedua tangan
diletakan di samping tubuh. Pastikan
tidak ada rotasi pada tubuh pasien
 Central Ray : 30º (pada laki-laki) dan 35º (pada
perempuan) ke arah cephalad
 Central Point : MSP setinggi SIAS
 FFD : 100 cm
 Marker : R atau L (dipasang sesuai sisi tubuh
pasien)
 Kaset : 24 x 30 cm + grid/bucky
 Eksposi : Pada saat ekspirasi tahan nafas
 Catatan : Penyudutan digunakan untuk
menampilkan celah discus
intervertebralis vertebra lumbal 5
dengan vertebra sacrum 1 tampak
terbuka. Aspek lateral umumnya lebih
informatif dibandingkan proyeksi AP.
Radiograf dapat pula dibuat dengan
proyeksi PA dengan arah sinar cephalad
 Struktur tampak: Tampak celah antara vertebra lumbal 5
dengan vertebra sacrum 1
 Kriteria evaluasi : Sacroiliaca berada dengan jarak
yang sama dengan spina iliaca, sebagai
indikasi tidak ada rotasi. Penyudutan

17
yang tepat ditandai dengan terbukanya
celah antara vertebra lumbal 5 dengan
vertebra sacrum 1
b. Proyeksi Lateral
 Posisi Pasien : Pasien seharusnya dalam posisi tidur
miring ke salah sat sisi dengan genu
fleksi. Letakkan bantal di bawah kepala
dan diantara kedua genu untuk membuat
pasien merasa nyaman
 Posisi Objek : Atur hingga MSP pada pertengahan
kaset atau meja pemeriksaan. Letakkan
pengganjal di bawah pinggang sehingga
posisi vertebra lumbal horizontal lurus.
Pastikan posisi pelvis benar-benar lateral
tanpa rotsi
 Central Ray : Tegak lurus jika menggunakan
pengganjal yang mampu meluruskan
posisi vertebra lumbal dan sudutkan 5-
10º jika tidak menggunakan pengganjal
 Central Point : Pada 1,5 inchi (4 cm) di bawah crista
illiaca dan 2 inchi poserior
 FFD : 100 cm
 Marker : R atau L (sesuai sisi yang dekat dengan
kaset)
 Eksposi : Pada saat ekspirasi tahan nafas
 Struktur tampak: Tampak celah discus intervertebralis
vertebra lumbal 4-5 dan vertebra lumbal
5-vertebra sacrum 1
 Kriteria evaluasi : - Tidak terjadi rotasi pada pasien
ditandai oleh superposisi tepi dari
corpus vertebra lumbal
- Posisi vertebra lumbal yang lurus

18
diindikasikan dengan terbukanya celah
discus intervertebralis vertebra lumbal
4-5 dan vertebra lumbal 5-vertebra
sacrum 1
- Kontras dan densitas yang optimal
mampu menampakkan dengan jelas
vertebra lumbal 5-vertebra sacrum 1
melalui bayangan illiaca
- Ketajaman tepi tulang mengindikasikan
tidak ada pergerakkan selama eksposi
2.4 Pesawat X-Ray
Pesawat Sinar-X konvensional adalah salah satu jenis pesawat Sinar-
X yang digunakan untuk radiografi. Arti konvensional di sini,
menunjukkan jenis pesawat dari pergerakannya, dimana pesawat
konvensional pergerakannya terbatas pada stasionernya dan bedanya
dengan pesawat mobile tidak dapat berpindah dari suatu ruangan
keruangan lain. Perbandingan atau kemampuan pesawat sinar-X
konventional yaitu :
 Fungsi
Digunakan pada pasien yang bisa diajak kerja sama, dengan kata
lain pasien bisa atau mampu di periksa di kamar pemeriksaan.
 Kapasitas
Kapasitasnya tinggi sehingga dapat digunakan dalam berbagai
variasi mA.
 Penggunaan faktor eksposi
Faktor eksposi yang digunakan tinggi, sehingga
memungkinkan pemeriksaan pada seluruh bagian tubuh dan juga
dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan contrass media dan
fluoroskopi

2.5 Processing Film


Definisi Digital / Radiografi (DR) adalah suatu bentuk pencitraan
sinar-x, di mana detektor panel datar digunakan sebagai pengganti film.

19
Dengan sistem DR gambar dapat dilihat di monitor segera setelah akuisisi,
yang memakan waktu beberapa detik dan dapat disimpan / diteruskan
dimanapun mereka dibutuhkan. Seperti gambar-gambar digital, beberapa
salinan data gambar selalu identik. Digital Radiography adalah sebuah
bentuk pencitraan sinar-X dimana sensor- sensor digital sinar-X digunakan
menggantikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi
digantikan dengansistem komputer yang terhubung dengan monitor atau
laser printer. Komponen Digital Radiography Sebuah sistem digital
radiografi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-ray source, detector
Analog- Digital Converter, Computer, dan Output Device. Beberapa
keuntungan DR yang signifikan terhadap CR dan film screen imaging
adalah :
 DR menghilangkan penggunaan kaset, yang menjadikan
penghematan waktu yang signifikan
 Sistem DR meningkatkan efisiensi karena waktu pemrosesan
lebih singkat, umumnya detik
 Faktor paparan untuk DR dapat dikurangi bila dibandingkan
dengan faktor paparan untuk CR dan film screen.
Dalam Prinsip Kerja DR, terdapat 2 tipe penangkapan pada
detektor, yaitu :
a) Penangkapan tidak langsung DR (Indirect)
 Mesin menyerap sinar-x dan mengubahnya menjadi
cahaya.
 CCD atau thin-film transistor (TFT) mengubah cahaya
menjadi sinyal listrik.
 Komputer memproses sinyal listrik.
 Gambar dilihat di monitor computer
b) Langsung menangkap DR (Direct)
 Fotokonduktor menyerap sinar-x.
 TFT mengumpulkan sinyal
 Sinyal listrik dikirim ke komputer untuk diproses.
 Gambar dilihat di layar komputer

20
2.6 Proteksi Radiasi
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 33
tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber
radioaktifpasal 1, proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.
a. Pasal 21
1) Justifikasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir;
2) Limitasi dosis; dan
3) Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
b. Pasal 22
1) Ayat (1) Setiap orang atau badan yang melaksanakan
pemanfaatan tenaga nuklir wajib memenuhi prinsip justifikasi
pemanfaatan tenaga nuklir.
2) Ayat (2) Justifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada manfaat yang diperoleh lebih besar daripada
risiko yang ditimbulkan.
3) Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai justifikasi
diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.
c. PP Republik Indonesia nomer 33 tahun 2007 pasal 23
1) Ayat (1) Limitasi dosis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
huruf b wajib diberlakukan untuk paparan kerja dan paparan
masyarakat melalui penerapan nilai batas dosis.

2) Ayat (2) Limitasi Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


tidak berlaku untuk : a. Paparan Medik; dan b. paparan yang
berasal dari alam.
3) Ayat (3) Nilai Batas Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)ditetapkan oleh BAPETEN dan tidak boleh
dilampaui,kecuali dalam kondisi khusus.
d. PP Republik Indonesia nomer 33 tahun 2007 pasal 34.
1) Ayat (1) Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf c harus
diupayakan agar besarnya dosis yang diterima serendah

21
mungkin yang dapat dicapai dengan mempertimbangkan faktor
sosial dan ekonomi.
2) Ayat (2) Besarnya dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus di bawah nilai batas dosis.
Menurut perka bapeten Nomor 8 Tahun 2011 Pasal 35 ayat (3
perlengkapan proteksi radiasi meliputi :
a. Peralatan pemantau dosis perorangan; dan
b. Peralatan proteksi radiasi
Peralatam pemantau dosis perorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a meliputi film badge, dan/atau dosimeter perorangan
pembacaan langsung. Peralatan protektif radiasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b meliputi :
1. Apron;
2. Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapii kaca Pb;

3. Kacamata Pb;
4. Sarung tangan Pb;
5. Pelindung tiroid Pb;
6. Pelindung ovarium; dan/atau
7. Pelindung gonad P

22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

a. Identitas Pasien

Pada hari Kamis, 01 Juli 2021 pasien bernama TN, C berumur


52 tahun mendaftarkan ke Instalasi Radiologi untuk pemeriksaan
radiografi Lumbocsacral. Pasien datang dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan dari dokter yang memeriksa. Pasien dengan
data sebagai berikut :
Nama : TN, C
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Indramayu
Permintaan foto : Lumbosacral Ap/Lateral
Dokter Pengirim : dr. Allan Yudhiatmoko, Sp S
Dokter Spesialis Radiologi : dr. Bonny Haryanto, Sp. Rad
No Radiologi : 25.920
No RM  : 208820
Tanggal : 01 Juli 2021
Diagnosa : Radiculopati Lumball
Ruang : Spesialis Saraf
Kesan : Lumbalisasi Vertebrae TH 12
: Spondilosis L4
Pada kasus ini, prosedur pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
di Instalasi Radiologi menggunakan Proyeksi AP dan Proyeksi Lateral
untuk pemeriksaan Vertebrae lumbosacral pada kasus ini.
Pemeriksaan radiografi Radiculopati dilakukan untuk menegakkan
diagnosa dokter dan mengetahui perkembangan penyembuhan yang
terjadi pada pasien setelah dilakukan operasi serta membahas
kesesuaian pemeriksaan di lapangan dengan teori yang ada.

23
3.2 Penatalaksanaan Pemeriksaan Vertebrae Lumbosacral
Sebelum melakukan pemeriksaan Vertebrae Lumbosacral, dilakukan
terlebih dahulu persiapan alat dan bahan :
a. Pesawat x-ray
Data-data mengenai pesawat radiografi yang digunakan adalah
sebagai berikut :
 Merek pesawat : Mindray
 Tipe Model : DIGEYE 760 smart
 No seri : 3G0210
 Kv Maksimum: 120 Kv
 Ma Maksimum: 600 Ma
Berikut gambaran alat untuk memeriksa Lumbosacral :

Gambar 4.1 Pesawat Sinar X Rumah Sakit Umum Daerah Pantura


M.A Sentot Patrol Indramayu
b. Prosesing DR
System direct radiography (DR) adalah system baru pada
pesawat konvensional digital yang berkembang saat ini dimana
image atau gambar hasil exposure dari objek radiografi diubah
kedalam format digital secara real team dengan menggunakan sensor
berupa flat panel atau chard coupled devices (CCD), dan tidak perlu
menggunakan kaset reader untuk mendapatkan gambaran secara
digital.

24
Gambar4.2 Komputer Radilogi Unit Rumah Sakit Umum Daerah Pantura
M.A Sentot Patrol Indramayu

c. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Lumbosacral
di Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol Indramayu,
sebagai berikut:
a. Bagi pasien perempuan ditanya apakah pasien dalam keadaan
hamil atau tidak.
b. Apakah pasien menggunakan benda-benda logam yang
mengganggu hasil radiograf.
c. Kemudian di tanya mengenai keluhan pasien apa sebelumnya
sudah dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit tersebut.
d. Pelaksanaan pemeriksaan
1. Proyeksi Antero Posterior.
 Posisi Pasien : Posisi pasien tidur terlentang
 Posisi obyek : Atur MSP tegak lurus kaset/meja
pemeriksaan dan buki letakkan kedua
tangan diatas dada. Tidak ada rotasi
tarsal / pelvis.

 Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

25
 Central Point : Diarahkan menuju dua jari diatas Crista
Illiaca

 FFD : 100 cm

 Ekspirasi : Tahan napas

 Faktor eksposi : Tegangan = 74 KV, Arus = 12,6

 Kriteria : Tampak vertebra Lumbal dalam proyeksi


AP, Space intervertebra, prosessus
spinosus dalam satu garis pada vertebra,
prosessus ransversus. Tampak Lumbo
Sacral Joint, Sacroiliaca Joint.

Gambar 4.3 Hasil radiografi vertebra lumbosacral


2. Proyeksi Lateral
 Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas
bantal, knee fleksi, di bawah knee dan
ankle diberi pengganjal.

26
 Posisi Objek : Atur MSP tegak lurus kaset / meja
pemeriksaan Pelvis dan tarsal truelateral

 Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

 Central Point : Dua jari diatas Crista Illiaca

 FFD : 100 cm.

 Ekspirasi : Tahan nafas

 Faktor Eksposi : Tegangan = 87kV Arus = 20 mAs

 Kriteria : Tampak Lumbo Sacral dalam proyeksi


lateral, Tampak foramen intervertabralis
L1 – L4, Corpus vertebrae, space
intervertabrae, prosessus spinosus L5 –
S1,Tidak ada rotasi.

Gambar 4.4 Hasil radiografi vertebra lumbosacral

27
3.3 Pembahasan
Pasien Tn. C , Pada tanggal 01 Juli 2021 datang ke Instalasi Radiologi

dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi vertebrae

lumbosacral.

Setelah melakukan pendaftaran, pasien memasuki ruangan

pemeriksaan. Berdasarkan pengamatan yang telah diperoleh mengenai

pemeriksaan vertebrae lumbosacral di Instalasi Radiologi dengan kasus

Radiculopati lumbal menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) untuk

proyeksi yang pertama dan proyeksi Lateral untuk proyeksi yang kedua.

Untuk pemeriksaan pertama dengan menggunakan proyeksi AP

prosedurnya memanggil pasien dan mencocokkan identitasnya, menjelaskan

kepada pasien pelaksanaan pemeriksaan, pasien di posisikan terlentang

diatas meja pemeriksaan dengan kaset diletakkan MSP tubuh terhadap

vertebra cervical. Mempersiapkan kaset ukuran 18 x 24 cm. Mengatur

central point pada cervical 4. Dengan menggunakan focus film distance 100

cm dan factor eksposi kV 50, mAs 8. Kemudian setelah pengaturan posisi

selesai, melakukan eksposi.

Untuk pemeriksaan yang kedua dalam proyeksi lateral memposisikan

erect. Mempersiapkan kaset ukuran 18 x 24 cm. Mengatur central point

pada cervical 4. Dengan menggunakan focus film distance 150 cm dan

factor eksposi kV 50, mAs 8. Diberi marker R pada posisi lateral, setelah

pengaturan posisi selesai, melakukan eksposi.

Kemudian memproses film dikamar gelap menggunakan manual

processing. Hasil radiograf dibaca oleh dokter untuk didiagnosa. Hasil dari

28
pemeriksaan ini diberikan kembali kepada pasien untuk pengobatan lebih

lanjut. Dari pemeriksaan tersebut dengan klinis dislokasi ini dapat dilihat

struktur anatomi dengan jelas, serta hasil patologi penyakit dapat di

diagnosa yaitu dislokasi pda vertebra cervical 4. Dari pemeriksaan di atas

dengan klinis dislokasi dapat dihasilkan gambaran radiograf yang baik. Hal

ini ditandai dengan pengambilan gambar tanpa pengulangan foto. Berikut

adalah persamaan dan perbedaan antara buku dan praktek.

a. Hasil Expertise
 Tampak lumbalisasi vertebra TH12
 Besar, bentuk, struktur trabekula vertebrae lumbosacral dalam batas
normal
 Discus dan foramen intervertebralis tidak menyempit
 Pedikel dalam batas normal
 Tidak tampak garis fraktur
 Tampak osteofit pada corpus vertebrae L4
 Kesan:
 Lumbalisasi vertebrae TH12
 Spondilosis L4
Dalam BAB II terdapat 2 literatur Persamaan yaitu “Merrill's Atlas of

Radiographic Positions amp Radiologic Procedures Vol.1” dan “Radiologi

Dasar I”: Persamaan pada buku dan praktek adalah: menggunakan kaset 18

cm x 24, posisi objek sama, persamaan Central Ray, persamaan Centra

Point dan menggunakan marker.

Sedangkan perbedaan pada BAB II antara literature “Merrill's


Atlas of Radiographic Positions amp Radiologic Procedures Vol.1” dan
“Radiologi Dasar I” dan praktek adalah Pada buku “Radiologi Dasar I”
menggunakan grid/bucky, sedangkan pada buku “Merrill's Atlas of
Radiographic Positions amp Radiologic Procedures Vol.1” dan praktek

29
tidak menggunakan grid/bucky. Selain itu, pada buku, posisi pasien
proyeksi lateral erect, sedangkan dalam praktek pasien tidur miring dan
bagian kepala diberi sandbag agar memberikan kenyamanan kepada pasien.
Dalam buku KV 75, sedangkan dalam praktek KV 50.

30
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pada pemeriksaan vertebrae cervical pada kasus cervicl syndrome di

Laboratorium Radiologi dilakukan menggunakan proyeksi AP Axial dan

Lateral.

2. Pemeriksaan vertebrae cervical pada kasus cervical syndrome dengan

menggunakan proyeksi AP Axial dan Lateral di Laboratorium Radiologi

sudah dapat untuk menegakkan diagnose.

3. Terdapat banyak kesamaan antara 2 literatur dan praktek yaitu

diantaranya adalah persamaan CR, CP, ukuran kaset, Posisi Objek, dan

menggunakan marker. Sedangkan, perbedaannya adalah pada buku

“Radiologi Dasar I” menggunakan grid/bucky, sedangkan dalam praktek

tidak menggunakan grid/bucky.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan


penulisan laporan klinis ini adalah proteksi radiasi bagi pasien perlu di
tingkatkan dengan membatasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan luas
obyek yang akan di teliti.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, Phillip W., Merill`s Radiographi And Prosedures. Edition 11 2013


Pearce, Evelyn C. Anatomi dan pisiologi untuk para medis, Jakarta ; Gramedia
pustaka, 2011
Long, Burce W., Rollins, Jeannean haal., Smith, Barbar J., Merill’s Pocket
guideto Radiographi, 2019
Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik
Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS,
Sadeli HA. Perdossi, 2011
Utami Puji Asih,SKM,M.Kes.dkk.2018. Radiologi Dasar I

32

Anda mungkin juga menyukai